7 - الأعراف - Al-A'raaf

Juz : 8

The Heights
Meccan

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ 12

(12) Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

(12) 

Ulama ahli nahwu dalam menganalisis firman-Nya: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? (Al-A' raf: 12)

Huruf la dalam ayat ini adalah zaidah (tambahan). Sedangkan menurut sebagian dari mereka, huruf la ini ditambahkan untuk mengukuhkan keingkaran. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:

مَا إِنْ رأيتُ وَلَا سمعتُ بِمِثْلِهِ

Sesungguhnya aku tidak pernah melihat dan tidak pernah pula mendengar semisalnya.

Maka huruf in dimasukkan sebelum ma nafiyah untuk mengukuhkan makna nafinya. Mereka mengatakan bahwa demikian pula pengertiannya dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:

مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ

Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (Al-A'raf: 12)

Padahal sebelumnya telah disebutkan melalui firman-Nya:

لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (Al-A"raf: 11)

yang mengandung pengertian ketiadaan bersujud.

Kedua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan keduanya disanggahnya. Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna mana'aka' mengandung pengertian kata kerja lain yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut, "Apakah yang mencegahmu, menindasmu, dan memaksamu untuk tidak bersujud di saat Aku perintahkan kamu untuk melakukannya," atau pengertian yang semisal. Pendapat ini cukup baik dan kuat.

Ucapan iblis yang mengatakan:

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ

Saya lebih baik daripadanya (Adam). (Al-A'raf: 12)

Alasan iblis merupakan sesuatu hal yang lebih besar daripada dosanya, seakan-akan iblis membangkang —tidak mau taat— karena tidak ada perintah yang menganjurkan seseorang yang memiliki keutamaan bersujud kepada orang yang lebih rendah keutamaannya daripada yang diperintah. Seakan-akan iblis la’natullah mengatakan, "Saya lebih baik daripadanya, maka mengapa Engkau perintahkan saya untuk bersujud kepadanya?"

Kemudian iblis mengatakan, dikatakan dirinya lebih baik karena ia diciptakan dari api, sedangkan api itu lebih baik daripada apa yang diciptakan-Nya dari tanah liat. Iblis yang laknat dalam alasannya mengacu kepada asal unsur kejadian, tidak mengacu kepada kemuliaan yang besar yang ada pada diri Adam. Yaitu Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya.

Iblis melakukan analogi yang tidak benar, berlawanan dengan nas firman Allah Swt. yang mengatakan:

فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud. (Al-Hijr: 29, Shad: 72)

Iblis memisahkan diri di antara malaikat karena tidak mau bersujud. Karena itulah maka dia terusir dari rahmat dan putus asa dari rahmat. Iblis la'natultah keliru dalam analogi dan pengakuannya yang mengatakan bahwa api lebih mulia daripada tanah.

Padahal sesungguhnya tabiat tanah liat itu ialah kuat, sabar, tenang, dan kokoh. Tanah merupakan tempat bagi tetumbuhan, pengembangan, penambahan, dan perbaikan; sedangkan api mempunyai watak membakar, liar, dan cepat. Karena itulah iblis berkhianat terhadap unsur kejadian dirinya, sedangkan Adam mendapat manfaat dari unsur kejadiannya, yaitu selalu ingat kepada Allah, kembali kepada-Nya, tenang, taat dan berserah diri kepada perintah Allah Swt., mengakui dosa dan memohon tobat serta ampunan.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Siti Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"خُلِقَت الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وخُلقَ إِبْلِيسُ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ"

Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), dan iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah digambarkan kepada kalian.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim.

قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، حدثنا نُعَيم ابن حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلَقَ اللَّهُ الْمَلَائِكَةَ مِنْ نُورِ الْعَرْشِ، وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ [مَارِجٍ مِنْ] نَارٍ، وَخُلِقَ آدم مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ". قُلْتُ لِنُعَيْمِ بْنِ حَمَّادٍ: أَيْنَ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ؟ قَالَ: بِالْيَمَنِ

Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah menciptakan malaikat dari nur Arasy, dan menciptakan jin dari nyala api, serta menciptakan Adam dari apa yang digambarkan kepada kalian. Saya (perawi) bertanya kepada Na'im ibnu Hammad, "Di manakah engkau mendengar hadis ini dari Abdur Razzaq?" Na'im menjawab, "Di Yaman."

Menurut lafaz lain dari hadis ini yang tidak sahih disebutkan seperti berikut:

"وَخُلِقَتِ الْحُورُ الْعِينُ مِنَ الزَّعْفَرَانِ"

Dan Aku menciptakan bidadari yang bermata jeli dari za'faran.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, dari Ibnu Syauzab, dari Matar Al-Waraq, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah. (Al-A'raf: 12) Bahwa iblis melakukan analogi, dialah yang mula-mula melakukan analogi (kias). Sanad asar berpredikat sahih.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Malik, telah menceritakan kepadanya Yahya ibnu Salim At-Taifi, dari Hisyam ibnu Sirin yang telah mengatakan bahwa iblislah yang mula-mula melakukan kias (analogi), dan tidak sekali-kali matahari dan rembulan disembah melainkan karena adanya kias tersebut. Sanad asar ini berpredikat sahih pula.


قَالَ فَٱهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ 13

(13) Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".

(13) 

Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada iblis mengenai takdir yang harus di jalani iblis:

فَاهْبِطْ مِنْهَا

Turunlah kamu dari surga itu! (Al-A'raf: 13)

Yakni karena kedurhakaanmu terhadap perintah-Ku dan pembang­kanganmu yang menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku. Tidak layak bagimu bersikap sombong di dalam surga.

Kebanyakan ulama tafsir mengatakan bahwa damir yang ada kembali merujuk kepada jannah (surga). Tetapi dapat pula ditakwilkan merujuk kepada kedudukan tempat iblis berada saat itu di kerajaan langit yang tertinggi.

فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina. (Al-A'raf: 13)

Artinya, dalam keadaan hina dina lagi direndahkan, sebagai perlakuan kebalikan dari apa yang diyakini iblis, dan sebagai pembalasan dari pengakuannya, yaitu dengan menimpakan kebalikannya. Maka saat itu iblis yang laknat menyadari dirinya dimurkai Tuhan, lalu ia meminta masa tangguh sampai hari kiamat, melalui perkataannya:

أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِين

Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”(Al-A'raf: 14-15)

Allah mengabulkan permintaan iblis karena di dalamnya terkandung hikmah, keinginan, dan kehendak Allah yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, serta tidak ada akibat bagi keputusan hukum-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.


قَالَ أَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ 14

(14) Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".

(14) 

Artinya, dalam keadaan hina dina lagi direndahkan, sebagai perlakuan kebalikan dari apa yang diyakini iblis, dan sebagai pembalasan dari pengakuannya, yaitu dengan menimpakan kebalikannya. Maka saat itu iblis yang laknat menyadari dirinya dimurkai Tuhan, lalu ia meminta masa tangguh sampai hari kiamat, melalui perkataannya:

أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِين

Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”(Al-A'raf: 14-15)

Allah mengabulkan permintaan iblis karena di dalamnya terkandung hikmah, keinginan, dan kehendak Allah yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, serta tidak ada akibat bagi keputusan hukum-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.


قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلْمُنظَرِينَ 15

(15) Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh".

(15) 

Artinya, dalam keadaan hina dina lagi direndahkan, sebagai perlakuan kebalikan dari apa yang diyakini iblis, dan sebagai pembalasan dari pengakuannya, yaitu dengan menimpakan kebalikannya. Maka saat itu iblis yang laknat menyadari dirinya dimurkai Tuhan, lalu ia meminta masa tangguh sampai hari kiamat, melalui perkataannya:

أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِين

Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”(Al-A'raf: 14-15)

Allah mengabulkan permintaan iblis karena di dalamnya terkandung hikmah, keinginan, dan kehendak Allah yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, serta tidak ada akibat bagi keputusan hukum-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.


قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ 16

(16) Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

(16) 

Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Dia memberikan masa tangguh kepada iblis sampai hari mereka dibangkitkan, dan setelah iblis terikat dengan janji itu, maka mulailah ia bersikap ingkar dan melampiaskan dendamnya. Untuk itu ia berkata:

فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf: 16)

Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku. Menurut Ibnu Abbas, sebagaimana Engkau telah menghukumi saya tersesat. Sedang­kan menurut lainnya, sebagaimana Engkau telah binasakan saya, maka sesungguhnya saya benar-benar akan menghalang-halangi hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan dari keturunan orang ini (Adam) yang menjadi penyebab Engkau jauhkan diriku dari rahmat-Mu, agar mereka tidak menempuh jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang hak dan jalan keselamatan. Sesungguhnya saya benar-benar akan menyesatkan mereka dari jalan tersebut agar mereka tidak menyembah-Mu dan tidak pula mentauhidkan-Mu, karena Engkau telah memutuskan kesesatan terhadap diriku.

Sebagian ulama nahwu mengatakan bahwa huruf ba dalam ayat ini mengandung makna sumpah. Jadi, seakan-akan iblis mengatakan, "Maka demi kesesatan yang telah Engkau putuskan terhadap diriku, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus."

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf: 16) Yaitu jalan yang hak. Muhammad ibnu Suqah meriwayatkan dari Aun, dari Abdullah, bahwa makna yang dimaksud ialah jalan ke Mekah.

Ibnu Jarir mengatakan, yang benar pengertian siratal mustaqim lebih umum daripada semuanya.

Menurut kami (dikatakan lebih umum) karena ada sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيل-يَعْنِي الثَّقَفِيَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَقِيلٍ -حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ الْمُسَيَّبِ، أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ أَبِي الجَعْد عَنْ سَبْرَة بْنِ أَبِي فَاكِه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِطُرُقِهِ، فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ: أَتُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ؟ ". قَالَ: "فَعَصَاهُ وَأَسْلَمَ". قَالَ: "وَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ فَقَالَ: أَتُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ، وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَالْفَرَسِ فِي الطّوَل؟ فَعَصَاهُ وَهَاجَرَ، ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ، وَهُوَ جِهَادُ النَّفْسِ وَالْمَالِ، فَقَالَ: تُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ، فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقَسَّمُ الْمَالُ؟ ". قَالَ: "فَعَصَاهُ، فَجَاهَدَ". قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ مِنْهُمْ فَمَاتَ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَإِنْ غَرِقَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ وَقَصته دَابَّةٌ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَدْخُلَهُ الْجَنَّةَ"

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail (yakni As-Saqafi, yaitu Abdullah ibnuUqail), telah menceritakan kepada kami Musa ibnul Musayyab, telah menceritakan kepadaku Salim ibnu Abul Ja'd, dari Sirah ibnu Abul Fakih yang mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya setan selalu duduk menghalangi jalan anak Adam. maka setan menghalang-halangi jalan Islamnya, lalu berkata kepadanya, "Apakah engkau mau masuk Islam dan meninggalkan agamamu, yaitu agama nenek moyangmu?" Tetapi ia tidak menuruti kata setan dan tetap masuk Islam. Lalu setan menghalang-halangi jalan hijrahnya dan mengatakan kepadanya, "Apakah engkau hijrah dan rela meninggalkan tanah airmu sendiri? Sesung­guhnya perumpamaan orang yang berhijrah sama dengan orang yang menempuh jalan ke negeri Persia jauhnya.” Tetapi ia mendur­hakai setan dan tetap berhijrah. Kemudian setan menghalang-halangi jalan jihadnya, yaitu jihad dengan jiwa dan harta benda, lalu berkata setan, "Engkau mau berperang, pada akhirnya engkau terbunuh, istrimu akan dikawini orang dan hartamu dibagi-bagikan.” Tetapi ia tidak menuruti kata setan dan tetap berjihad. Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang berbuat demikian di antara mereka, lalu ia meninggal dunia, maka pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Dan jika ia terbunuh (gugur), pasti Allah akan memasuk­kannya ke surga. Dan jika ia tenggelam, maka pasti Allah akan memasukkannya ke surga. Dan jika ia tertendang oleh unta kendaraannya (hingga mati), maka pasti Allah akan memasukkan­nya ke dalam surga.

*******************

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka. (Al-A'raf: 17), hingga akhir ayat.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka mereka. (Al-A'raf: 17) Artinya, saya akan meragukan mereka terhadap urusan akhirat mereka. dan dari belakang mereka. (Al-A'raf: 17) Yaitu saya akan membuat mereka menyukai duniawi mereka. dan dari kanan mereka. (Al-A'raf: 17) Maksudnya, saya akan mengaburkan mereka terhadap urusan agama mereka. dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Yakni saya akan membuat mereka tergiur kepada kemaksiatan.

Ibnu Abu Talhah —dalam riwayat Al-Aufi, yang kedua-duanya dari Ibnu Abbas— menyebutkan bahwa dari muka mereka artinya dari arah dunia mereka. Dari belakang mereka artinya urusan akhirat mereka, dari kanan mereka artinya dari arah kebaikan-kebaikan mereka, dan dari kiri mereka artinya dari arah kejahatan-kejahatan mereka.

Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa setan datang dari arah depan mereka, lalu memberitahukan kepada mereka bahwa tidak ada hari berbangkit, tidak ada surga, dan tidak ada neraka. Setan datang dari arah belakang mereka, yakni dari urusan duniawi mereka, lalu setan menghiasinya dengan hiasan yang indah dan menganjurkan mereka untuk memakainya. Setan datang dari kanan mereka, yakni dari arah kebaikan-kebaikan mereka, lalu setan meng­halang-halangi mereka dari kebaikan-kebaikan itu. Setan datang dari arah kiri mereka, lalu ia menghiasi kejahatan dan kemaksiatan hingga menjadi tampak indah, kemudian menyeru mereka untuk mengerjakan­nya dan memerintahkan mereka untuk melakukannya. Hai anak Adam, setan mendatangimu dari semua penjuru, hanya saja setan tidak dapat mendatangimu dari arah atasmu; dia tidak mampu menghalang-halangi antara kamu dan rahmat Allah Swt.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hakam ibnu Uyaynah, As-Saddi, dan Ibnu Juraij dalam riwayat yang bersumberkan dari mereka. Hanya saja mereka mengatakan, "Dan dari arah depan berupa perkara duniawi, dari arah belakang berupa perkara akhirat.'

Mujahid mengatakan, "Dari depan dan dari kanan mereka tanpa kelihatan oleh mereka, serta dari arah belakang dan dari arah kiri mereka tanpa kelihatan oleh mereka."

Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Dengan kata lain, jika jalan kebaikan, maka setan selalu menghalang-halangi mereka untuk sampai kepadanya; jika jalan kejahatan, maka setan selalu menghiaskannya di mata mereka.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Iblis tidak berani mengatakan dari atas mereka, karena rahmat Allah diturunkan kepada mereka dari atas mereka.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A'raf: 17) Yang dimaksud dengan syakirin ialah orang-orang yang mengesakan Allah. Ucapan iblis ini hanya semata-mata berlandaskan dugaan dan ilusinya sendiri. Tetapi apa yang diduga oleh iblis itu memang sesuai dengan kenyataannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ

Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Saba': 2-21)

Karena itulah di dalam hadis disebutkan tentang memohon perlindungan kepada Allah dari pengaruh setan yang mendatangi manusia dari segala penjurunya. Antara lain seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya:

حَدَّثَنَا نَصْر بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُجَمِّع، عَنْ يُونُسَ بْنِ خَبَّاب، عَنِ ابْنِ جُبَيْر بْنِ مُطْعِم -يَعْنِي نَافِعَ بْنَ جُبَيْرٍ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -وَحَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ -يَعْنِي السِّجِسْتَانِيَّ -حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ، عَنِ يُونُسَ بْنِ خَبَّابٍ -عَنِ ابْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتي، وَآمِنْ رَوْعَتِي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدِي وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِكَ اللَّهُمَّ أَنْ أُغْتَال مِنْ تَحْتِي"

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Majma", dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu Jubair ibnu Mut'im (yakni Nafi' ibnu Jubair), dari Ibnu Abbas. Telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Khattab As-Sijistani, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Amr, dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. acapkali membaca doa berikut, yaitu: Ya Allah, saya memohon pemaafan dan keselamatan dalam urusan agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat saya dan amankanlah rasa takut saya, dan peliharalah saya dari arah muka, belakang, kanan, kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada Engkau, wahai Allah, janganlah saya diculik (diazab) dari arah bawah saya.

Hadis diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Bazzar, dan ia menilainya sebagai hadis hasan.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ مُسْلِمٍ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنِي جُبَير بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ ابن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ يَدْعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوَرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعاتي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، ومن فَوْقِي، وأعوذ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي". قَالَ وَكِيعٌ: يَعْنِي الْخَسْفَ.

Imam Ahmad mengatakan, tetah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Ubadah ibnu Muslim At-Fazzari, telah menceritakan kepadaku Jarir ibnu Abu Sulaiman ibnu Jubair ibnu Mufim; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Umar berkata bahwa tiada doa yang selalu dibaca oleh Rasulullah Saw. di waktu pagi dan petangnya, melainkan doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat-aurat saya dan amankanlah rasa takut saya. Ya Allah, peliharalah saya dari arah depan, dari arah belakang, dari arah kanan, dari arah kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada Kebesaran-Mu, agar saya tidak diculik dari arah bawah saya.

Waki' mengatakan bahwa min tahti (dari arah bawahku) maksudnya ialah ditelan oleh bumi.

Imam Abu Daud, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Hibban, dan Imam Hakim meriwayatkannya melalui hadis Ubadah ibnu Muslim dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih.


ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ 17

(17) kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

(17) 

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka. (Al-A'raf: 17), hingga akhir ayat.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka mereka. (Al-A'raf: 17) Artinya, saya akan meragukan mereka terhadap urusan akhirat mereka. dan dari belakang mereka. (Al-A'raf: 17) Yaitu saya akan membuat mereka menyukai duniawi mereka. dan dari kanan mereka. (Al-A'raf: 17) Maksudnya, saya akan mengaburkan mereka terhadap urusan agama mereka. dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Yakni saya akan membuat mereka tergiur kepada kemaksiatan.

Ibnu Abu Talhah —dalam riwayat Al-Aufi, yang kedua-duanya dari Ibnu Abbas— menyebutkan bahwa dari muka mereka artinya dari arah dunia mereka. Dari belakang mereka artinya urusan akhirat mereka, dari kanan mereka artinya dari arah kebaikan-kebaikan mereka, dan dari kiri mereka artinya dari arah kejahatan-kejahatan mereka.

Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa setan datang dari arah depan mereka, lalu memberitahukan kepada mereka bahwa tidak ada hari berbangkit, tidak ada surga, dan tidak ada neraka. Setan datang dari arah belakang mereka, yakni dari urusan duniawi mereka, lalu setan menghiasinya dengan hiasan yang indah dan menganjurkan mereka untuk memakainya. Setan datang dari kanan mereka, yakni dari arah kebaikan-kebaikan mereka, lalu setan meng­halang-halangi mereka dari kebaikan-kebaikan itu. Setan datang dari arah kiri mereka, lalu ia menghiasi kejahatan dan kemaksiatan hingga menjadi tampak indah, kemudian menyeru mereka untuk mengerjakan­nya dan memerintahkan mereka untuk melakukannya. Hai anak Adam, setan mendatangimu dari semua penjuru, hanya saja setan tidak dapat mendatangimu dari arah atasmu; dia tidak mampu menghalang-halangi antara kamu dan rahmat Allah Swt.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hakam ibnu Uyaynah, As-Saddi, dan Ibnu Juraij dalam riwayat yang bersumberkan dari mereka. Hanya saja mereka mengatakan, "Dan dari arah depan berupa perkara duniawi, dari arah belakang berupa perkara akhirat.'

Mujahid mengatakan, "Dari depan dan dari kanan mereka tanpa kelihatan oleh mereka, serta dari arah belakang dan dari arah kiri mereka tanpa kelihatan oleh mereka."

Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Dengan kata lain, jika jalan kebaikan, maka setan selalu menghalang-halangi mereka untuk sampai kepadanya; jika jalan kejahatan, maka setan selalu menghiaskannya di mata mereka.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. (Al-A'raf: 17) Iblis tidak berani mengatakan dari atas mereka, karena rahmat Allah diturunkan kepada mereka dari atas mereka.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A'raf: 17) Yang dimaksud dengan syakirin ialah orang-orang yang mengesakan Allah. Ucapan iblis ini hanya semata-mata berlandaskan dugaan dan ilusinya sendiri. Tetapi apa yang diduga oleh iblis itu memang sesuai dengan kenyataannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ

Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Saba': 2-21)

Karena itulah di dalam hadis disebutkan tentang memohon perlindungan kepada Allah dari pengaruh setan yang mendatangi manusia dari segala penjurunya. Antara lain seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya:

حَدَّثَنَا نَصْر بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُجَمِّع، عَنْ يُونُسَ بْنِ خَبَّاب، عَنِ ابْنِ جُبَيْر بْنِ مُطْعِم -يَعْنِي نَافِعَ بْنَ جُبَيْرٍ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -وَحَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ -يَعْنِي السِّجِسْتَانِيَّ -حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ، عَنِ يُونُسَ بْنِ خَبَّابٍ -عَنِ ابْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتي، وَآمِنْ رَوْعَتِي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدِي وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِكَ اللَّهُمَّ أَنْ أُغْتَال مِنْ تَحْتِي"

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Majma", dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu Jubair ibnu Mut'im (yakni Nafi' ibnu Jubair), dari Ibnu Abbas. Telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Khattab As-Sijistani, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Amr, dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Yunus ibnu Khabbab, dari Ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. acapkali membaca doa berikut, yaitu: Ya Allah, saya memohon pemaafan dan keselamatan dalam urusan agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat saya dan amankanlah rasa takut saya, dan peliharalah saya dari arah muka, belakang, kanan, kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada Engkau, wahai Allah, janganlah saya diculik (diazab) dari arah bawah saya.

Hadis diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Bazzar, dan ia menilainya sebagai hadis hasan.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ مُسْلِمٍ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنِي جُبَير بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ ابن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ يَدْعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوَرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعاتي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، ومن فَوْقِي، وأعوذ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي". قَالَ وَكِيعٌ: يَعْنِي الْخَسْفَ.

Imam Ahmad mengatakan, tetah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Ubadah ibnu Muslim At-Fazzari, telah menceritakan kepadaku Jarir ibnu Abu Sulaiman ibnu Jubair ibnu Mufim; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Umar berkata bahwa tiada doa yang selalu dibaca oleh Rasulullah Saw. di waktu pagi dan petangnya, melainkan doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat-aurat saya dan amankanlah rasa takut saya. Ya Allah, peliharalah saya dari arah depan, dari arah belakang, dari arah kanan, dari arah kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada Kebesaran-Mu, agar saya tidak diculik dari arah bawah saya.

Waki' mengatakan bahwa min tahti (dari arah bawahku) maksudnya ialah ditelan oleh bumi.

Imam Abu Daud, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Hibban, dan Imam Hakim meriwayatkannya melalui hadis Ubadah ibnu Muslim dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih.


قَالَ ٱخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًۭا مَّدْحُورًۭا ۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكُمْ أَجْمَعِينَ 18

(18) Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

(18) 

Allah Swt. mengukuhkan pengusiran iblis dari golongan makhluk yang tertinggi dan menjauhkannya dari rahmat-Nya. Hal ini diungkapkan Allah Swt. melalui firman-Nya:

اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا

Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. (Al-A'raf: 18)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna

"المذؤوُم"

artinya tercela, diambil dari akar kata

الذَّأْمُ

yang artinya cela atau aib. Dikatakan

ذَأَمَهُ

(dia mencelanya), subyeknya disebut

مَذْءُومٌ

(orang yang tercela). Adakalanya mereka tidak memakai hamzah, lalu menyebutnya menja­di

ذمْته أَذِيمُهُ ذَيْمًا وذَاما

(saya mencelanya dengan celaan yang sebenar-benarnya). Kata

الذَّامُّ

dan

الذَّيْمُ

mengan­dung makna yang lebih keras dalam celaan daripada memakai kata

الذَّمِّ

yang juga bermakna mencela.

Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa

الْمَدْحُورُ

artinya terjauhkan, yakni terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa ia tidak mengenal lafaz

الْمَذْءُومَ

dan

الْمَذْمُومَ

kecuali dalam bentuk tunggal.

Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Abu Ishaq At-Tamimi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang yang terhina lagi terusir. (Al-A'raf: 18) Madhuran artinya dalam keadaan dimurkai.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan terhina lagi dimurkai.

Menurut as-Saddi, maknanya ialah dalam keadaan dimurkai lagi terusir.

Menurut Qatadah ialah dalam keadaan terkutuk lagi dimurkai.

Menurut Mujahid ialah dalam keadaan terbuang lagi terusir (dari rahmat Allah).

Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas. makna

مذؤوما

ialah terbuang, dan

الْمَدْحُورُ

ialah terhina.

*******************

Firman Allah Swt.:

لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ

Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya. (Al-A'raf: 18)

Semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا * وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا * إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا

Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berijanjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka, melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga.” (Al-Isra: 63-65)


وَيَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 19

(19) (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim".

(19) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia membolehkan Adam a.s. dan Hawa (istrinya) bertempat tinggal di surga dan memakan semua buah-buahan yang ada padanya, kecuali suatu pohon. Hal ini telah diterangkan di dalam surat Al-Baqarah.

Maka saat itulah timbul rasa dengki dalam hati setan, lalu setan berupaya melancarkan makar dan tipuan serta bisikannya, yang tujuannya untuk mencabut nikmat dan pakaian yang indah-indah dari keduanya.

وَقَالَ

Dan setan berkata. (Al-A'raf: 2)

Yakni secara dusta dan buat-buatan.

مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ

Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat. (Al-A'raf: 2)

Yaitu agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau kekal di dalam surga. Seandainya kamu berdua mau memakannya, niscaya akan kamu peroleh hal tersebut. Makna yang terkandung dalam ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى

Setan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thaha: 12)

Yakni agar kamu berdua tidak menjadi dua malaikat.

Pengertian تَكُونَا ini sama dengan bentuk lain yang terdapat di dalam firman-Nya:

يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا

Allah menerangkan (hukum ini) kepada kalian, supaya kalian tidak sesat. (An-Nisa: 176)

Maksudnya, agar kalian tidak menjadi sesat. Sama pula dengan penger­tian yang ada dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:

وَأَلْقَى فِي الأرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak berguncang bersama kalian. (An-Nahl: 15)

Yakni agar bumi tidak berguncang menggoyahkan kalian.

Ibnu Abbas dan Yahya ibnu Abu Kasir membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

إِلا أَنْ تَكُونَا مَلِكَيْنِ

melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi raja. (Al-A'raf: 2)

Yaitu dengan mengkasrahkan huruf lam dari lafaz malakaini, hingga bacaannya menjadi malikaini. Tetapi jumhur ulama membacanya dengan fathah, yaitu malakaini.

وَقَاسَمَهُمَا

Dan setan bersumpah kepada keduanya. (Al-A'raf: 21)

Maksudnya, setan mengemukakan sumpahnya dengan menyebut nama Allah kepada Adam dan Hawa.

إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. (Al-A'raf: 21)

Yakni sesungguhnya saya telah ada di sini sebelum kamu berdua ada, dan saya lebih mengetahui tentang tempat ini. Kata qasamahuma termasuk ke dalam Bab "Mufa'alah", tetapi makna yang dimaksud ialah salah satu pihak (bukan kedua belah pihak). Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Khalid ibnu Zuhair (sepupu Abu Zuaib) dalam salah satu bait syairnya:

وقاسَمَها بِاللَّهِ جَهْدا لأنتمُ ... أَلَذُّ مِنَ السَّلْوَى إِذْ مَا نُشُورُهَا

Dia bersumpah kepada mereka dengan nama Allah sumpah yang sesungguhnya, bahwasanya (berteman dengan) kalian benar-benar lebih enak daripada lezatnya madu di saat penunaiannya.

Iblis bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan menyebut nama Allah mengenai hal tersebut, hingga iblis berhasil memperdaya keduanya. Memang adakalanya seorang mukmin tertipu karena nama Allah disebutkan.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, "Sesungguhnya saya dicipta­kan sebelum kamu berdua, saya lebih mengetahui daripada kamu berdua. Maka ikutilah saya, niscaya saya memberimu petunjuk." Seorang ahlul 'ilmi mengatakan, "Barang siapa yang menipu kita dengan menyebut nama Allah, maka kita akan teperdaya olehnya."


فَوَسْوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيْطَٰنُ لِيُبْدِىَ لَهُمَا مَا وُۥرِىَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ ٱلْخَٰلِدِينَ 20

(20) Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".

(20) 

وَقَالَ

Dan setan berkata. (Al-A'raf: 2)

Yakni secara dusta dan buat-buatan.

مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ

Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat. (Al-A'raf: 2)

Yaitu agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau kekal di dalam surga. Seandainya kamu berdua mau memakannya, niscaya akan kamu peroleh hal tersebut. Makna yang terkandung dalam ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى

Setan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thaha: 12)

Yakni agar kamu berdua tidak menjadi dua malaikat.

Pengertian تَكُونَا ini sama dengan bentuk lain yang terdapat di dalam firman-Nya:

يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا

Allah menerangkan (hukum ini) kepada kalian, supaya kalian tidak sesat. (An-Nisa: 176)

Maksudnya, agar kalian tidak menjadi sesat. Sama pula dengan penger­tian yang ada dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:

وَأَلْقَى فِي الأرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak berguncang bersama kalian. (An-Nahl: 15)

Yakni agar bumi tidak berguncang menggoyahkan kalian.

Ibnu Abbas dan Yahya ibnu Abu Kasir membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

إِلا أَنْ تَكُونَا مَلِكَيْنِ

melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi raja. (Al-A'raf: 2)


وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّى لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ 21

(21) Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",

(21) 

وَقَاسَمَهُمَا

Dan setan bersumpah kepada keduanya. (Al-A'raf: 21)

Maksudnya, setan mengemukakan sumpahnya dengan menyebut nama Allah kepada Adam dan Hawa.

إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. (Al-A'raf: 21)

Yakni sesungguhnya saya telah ada di sini sebelum kamu berdua ada, dan saya lebih mengetahui tentang tempat ini. Kata qasamahuma termasuk ke dalam Bab "Mufa'alah", tetapi makna yang dimaksud ialah salah satu pihak (bukan kedua belah pihak). Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Khalid ibnu Zuhair (sepupu Abu Zuaib) dalam salah satu bait syairnya:

وقاسَمَها بِاللَّهِ جَهْدا لأنتمُ ... أَلَذُّ مِنَ السَّلْوَى إِذْ مَا نُشُورُهَا

Dia bersumpah kepada mereka dengan nama Allah sumpah yang sesungguhnya, bahwasanya (berteman dengan) kalian benar-benar lebih enak daripada lezatnya madu di saat penunaiannya.

Iblis bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan menyebut nama Allah mengenai hal tersebut, hingga iblis berhasil memperdaya keduanya. Memang adakalanya seorang mukmin tertipu karena nama Allah disebutkan.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, "Sesungguhnya saya dicipta­kan sebelum kamu berdua, saya lebih mengetahui daripada kamu berdua. Maka ikutilah saya, niscaya saya memberimu petunjuk." Seorang ahlul 'ilmi mengatakan, "Barang siapa yang menipu kita dengan menyebut nama Allah, maka kita akan teperdaya olehnya."


فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٍۢ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ ٱلْجَنَّةِ ۖ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ 22

(22) maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"

(22) 

Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b r.a. yang mengatakan bahwa Adam adalah seorang lelaki yang sangat tinggi —seakan-akan tingginya itu seperti pohon kurma yang tertinggi— dan rambutnya lebat. Ketika ia melakukan kesalahan tersebut, pada saat itu juga auratnya kelihatan (menjadi telanjang), padahal sebelum itu Adam belum pernah melihat auratnya sendiri. Maka ia lari ke dalam kebun surga dan salah satu pohon surga bergantung pada kepalanya. Maka Adam berkata kepada pohon itu, "Lepaskanlah saya." Tetapi pohon itu berkata, "Sesungguhnya saya tidak akan melepaskanmu." Kemudian Tuhan menyerunya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?" Adam menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku merasa malu kepada Engkau."

Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi Saw. secara marfu', tetapi secara mauquf lebih sahih sanadnya.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah dan Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Imarah, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pohon yang Allah melarang Adam dan istrinya memakannya ialah pohon gandum. Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya. Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukunya masing-masing. Lalu keduanya segera memetik dedaunan surga (yaitu daun pohon tin) dan menambalsulamkan satu sama lainnya untuk dijadikan penutup aurat keduanya. Kemudian Adam a.s. berlari ke dalam kebun surga, dan bergantunglah pada kepalanya suatu jenis pohon surga. Maka Allah memanggilnya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?" Adam menjawab, "Tidak, tetapi saya malu kepada Engkau, wahai Tuhanku." Allah berfirman, "Bukankah segala sesuatu yang Aku anugerahkan dan Aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan surga tidak cukup sehingga engkau berani memakan apa yang Aku haramkan kepadamu?" Adam menjawab, "Tidak, wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan-Mu, saya tidak menduga bahwa ada seseorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau secara dusta." Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut adalah apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan setan bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (Al-A'raf:21); Allah berfirman, "Demi Keagungan-Ku, Aku benar-benar akan me­nurunkan kamu ke bumi, kemudian kamu tidak dapat memperoleh penghidupan kecuali dengan cara demikian." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Adam lalu diturunkan dari surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia diturunkan ke tempat (dunia) yang makanan dan minumannya tidak berlimpah, tetapi harus dengan susah payah. Maka mulailah Adam belajar membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak, lalu Adam membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu mem­buat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam tidak dapat melakukan itu kecuali setelah Allah mengizinkannya.

As-Sauri meriwayatkan dari Ibnu Abu Laila, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mulailah keduanya menutupi (aurat)nya dengan daun-daun surga. (Al-A'raf: 22) Bahwa daun-daunan surga itu adalah daun pohon tin.

Mujahid mengatakan bahwa keduanya mulai memetik daun-daunan surga, lalu menambalsulamnya sehingga menjadi pakaian.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan sehubungan dengan kalimat yang mengatakan bahwa pakaian Adam dan Hawa dilucuti. Pakaian Adam dan Hawa yang menutupi aurat keduanya adalah nur, sehingga Adam tidak dapat melihat aurat Hawa. Begitu pula sebaliknya, Hawa tidak dapat melihat aurat Adam. Tetapi ketika keduanya memakan buah terlarang itu, maka kelihatanlah aurat masing-masing oleh keduanya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dengan sanad yang sahih sampai kepada Ibnu Abbas.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah yang menceritakan bahwa Adam berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika saya bertobat dan memohon ampun kepada Engkau?" Allah berfirman, "Kalau demikian, niscaya Aku masukkan kamu ke dalam surga." Tetapi iblis tidak meminta tobat, hanya meminta masa tangguh. Maka masing-masing pihak diberi oleh Allah Swt. apa yang diminta masing-masing.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awwam, dari Sufyan ibnu Husain, dari Ya'la ibnu Muslim, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setelah Adam memakan buah pohon terlarang itu, maka dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau memakan buah pohon yang telah Aku larang engkau memakannya?" Adam menjawab, "Hawalah yang menganjurkannya kepadaku." Allah berfirman, "Maka sekarang Aku akan menghukumnya, bahwa tidak sekali-kali ia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga Hawa merintih. Maka dikatakan kepadanya, "Engkau dan anakmu akan merintih."

Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al-A’raf: 23)

Inilah kalimat-kalimat (doa-doa) yang diterima oleh Adam dari Tuhannya, yakni yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Adam (dalam tobatnya).