7 - الأعراف - Al-A'raaf

Juz : 8

The Heights
Meccan

وَٱلْبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذْنِ رَبِّهِۦ ۖ وَٱلَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًۭا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍۢ يَشْكُرُونَ 58

(58) Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

(58) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah. (Al-A'raf: 58)

Yakni tanah yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan cepat dan subur. Seperti yang disebut dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا

dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik. (Ali Imran-37)

Adapun firman Allah Swt.:

وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلا نَكِدًا

dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. (Al-A'raf: 58)

Menurut Mujahid dan lain-lainnya, tanah yang tidak subur ialah seperti tanah yang belum digarap dan belum siap untuk ditanami, serta tanah lainnya yang tidak dapat ditanami.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan keadaan orang mukmin dan orang kafir.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيد بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَتْ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ. وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبَ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا. وَأَصَابَ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تَنْبُتُ (3) فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُه فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ، فَعَلم وَعَلَّم، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا. وَلَمْ يَقْبَل هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ".

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, dari Yazid ibnu Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang diutuskan oleh Allah kepadaku (untuk menyampaikannya) adalah seperti hujan deras yang menyirami bumi. Sebagian dari bumi ada yang subur dan menerima air, maka ia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan sebagian dari yang lain ada yang tandus, tetapi dapat menampung air, maka Allah memberikan manfaat kepada manusia melaluinya sehingga mereka dapat minum, dapat pengairan dan bercocok tanam. Dan hujan itu menimpa sebagian yang lain yang hanya merupakan rawa-rawa, tidak dapat menahan air dan tidak (pula) menumbuhkan rerumputan. Maka demikianlah perumpamaan orang yang mengerti tentang agama Allah dan beroleh manfaat dari apa yang diutuskan oleh Allah kepadaku untuk menyampaikannya, sehingga ia berilmu dan mengamalkannya. Juga sebagai perumpamaan buat orang yang tidak mau memperhatikannya serta tidak mau menerima petunjuk Allah yang disampaikan olehku.

Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Usamah (yaitu Hammad ibnu Usamah) dengan lafaz yang sama.


لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ 59

(59) Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).

(59) 

Pada permulaan surat ini Allah menceritakan kisah Adam dan semua yang berkaitan dengan itu serta semua hubungannya hingga selesai. Kemudian Allah Swt. menuturkan kisah nabi-nabi lainnya secara ber­urutan. Untuk itu Allah Swt. memulainya dengan kisah Nabi Nuh a.s. karena sesungguhnya Nuh a.s. adalah rasul Allah yang mula-mula diutus kepada penduduk bumi sesudah Adam a.s.

Dia adalah Nuh ibnu Lamek ibnu Mutusyalikh ibnu Akhnukh (yakni Nabi Idris a.s.) menurut apa yang mereka duga. Idris a.s. adalah orang yang mula-mula menulis pakai pena. Nasab Nabi Nuh selanjutnya ialah Ibnu Burd ibnu Mahlil ibnu Qanin ibnu Yanisy ibnu Syis ibnu Adam; semoga Allah melimpahkan salam-Nya kepada mereka. Demikianlah menurut nasab yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu lshaq dan lain-lainnya dari kalangan ulama ahli nasab.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, tidak ada seorang nabi pun yang mengalami gangguan dari kaumnya yang lebih parah daripada Nabi Nuh a.s. kecuali nabi yang dibunuh oleh kaumnya.

Yazid Ar-Raqqasyi mengatakan, sesungguhnya Nuh diberi nama seperti itu karena ia banyak menangisi dirinya. Jarak waktu antara Adam a.s. sampai kepada Nuh a.s. adalah sepuluh abad (yakni sepuluh generasi), semuanya memeluk agama Islam.

Abdullah ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa pada mulanya berhala-berhala disembah ialah karena di masa lalu ada suatu kaum yang saleh meninggal dunia. Kemudian kaum mereka membangun masjid-masjid di atas kuburan mereka dan membuat gambar-gambar mereka di dalamnya untuk mengingatkan orang-orang akan tingkah laku dan ibadah mereka, dengan tujuan agar kaum mereka meniru jejak mereka.

Tetapi setelah zaman berlalu cukup lama, mereka (kaumnya) mem­buat patung-patung dalam bentuk gambar-gambar tersebut. Setelah berlalunya masa yang cukup lama lagi, maka mereka mulai menyembah patung-patung tersebut dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh itu, seperti Wad, Suwa’, Yagus, Ya’uq, dan Nasr. Setelah hal ter­sebut kian parah, Allah Swt. mengutus Nabi Nuh a.s. Nabi Nuh a.s. memerintahkan kepada mereka agar menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Untuk itu disebutkan oleh firman-Nya:

يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kalian tidak menyembah Allah), aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (Al-A'raf: 59)

Yaitu azab hari kiamat apabila kalian dihadapkan kepada Allah, sedangkan kalian dalam keadaan musyrik (mempersekutukan-Nya).

قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ

Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 6)

Yang dimaksud dengan istilah mala' ialah para pemimpin dan para pembesar dari kalangan mereka.

إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-A'raf: 6)

Yakni ajakan dan seruanmu yang ditujukan kepada kami agar kami meninggalkan penyembahan berhala-berhala ini yang kami jumpai nenek moyang kami melakukannya.

Memang demikianlah keadaan orang-orang yang durhaka. Sesung­guhnya mereka memandang orang-orang yang bertakwa hanya berada dalam kesesatan. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلاءِ لَضَالُّونَ

Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat." (Al-Muthaffifin: 32)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ

Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, "Ini adalah dusta yang lama.” (Al-Ahqaf: 11)

Masih banyak ayat-ayat lainnya yang bermakna senada.

*******************

Firman Allah Swt.:

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Nuh menjawab, "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam." (Al-A'raf: 61)

Artinya, saya bukanlah orang yang sesat, melainkan utusan Tuhan segala sesuatu dan yang memiliki kesemuanya.

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Aku sampaikan kepada kalian amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepada kalian, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui. (Al-A' raf: 62)

Memang demikianlah tugas yang diemban oleh seorang rasul, yaitu dia menyampaikan risalah Allah dengan bahasa yang fasih, menasihati kaumnya, dan dia mengetahui Allah. Tiada seorang pun dari makhluk Allah yang mempunyai sifat-sifat seperti itu selain para rasul.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw. ketika di Arafah bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang jumlahnya saat itu sangat banyak dan hampir semuanya berkumpul, yaitu:

"أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ " قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَجَعَلَ يَرْفَعُ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ وينكتُها عَلَيْهِمْ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ

"Hai manusia, sesungguhnya kalian kelak akan ditanyai mengenai diriku, lalu apakah yang bakal kalian jawab?” Mereka (para saha­bat) menjawab.”Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanat serta menasihati umat." Lalu Rasulullah Saw. mengangkat telunjuknya ke langit dan menudingkannya ke arah mereka seraya bersabda, "Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah."


قَالَ ٱلْمَلَأُ مِن قَوْمِهِۦٓ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍۢ 60

(60) Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata".

(60) 

قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ

Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 6)

Yang dimaksud dengan istilah mala' ialah para pemimpin dan para pembesar dari kalangan mereka.

إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-A'raf: 6)

Yakni ajakan dan seruanmu yang ditujukan kepada kami agar kami meninggalkan penyembahan berhala-berhala ini yang kami jumpai nenek moyang kami melakukannya.

Memang demikianlah keadaan orang-orang yang durhaka. Sesung­guhnya mereka memandang orang-orang yang bertakwa hanya berada dalam kesesatan. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلاءِ لَضَالُّونَ

Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat." (Al-Muthaffifin: 32)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ

Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, "Ini adalah dusta yang lama.” (Al-Ahqaf: 11)

Masih banyak ayat-ayat lainnya yang bermakna senada.

*******************



قَالَ يَٰقَوْمِ لَيْسَ بِى ضَلَٰلَةٌۭ وَلَٰكِنِّى رَسُولٌۭ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 61

(61) Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam".

(61) 

Firman Allah Swt.:

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Nuh menjawab, "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam." (Al-A'raf: 61)

Artinya, saya bukanlah orang yang sesat, melainkan utusan Tuhan segala sesuatu dan yang memiliki kesemuanya.



أُبَلِّغُكُمْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّى وَأَنصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ 62

(62) "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".

(62) 

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Aku sampaikan kepada kalian amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepada kalian, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui. (Al-A' raf: 62)

Memang demikianlah tugas yang diemban oleh seorang rasul, yaitu dia menyampaikan risalah Allah dengan bahasa yang fasih, menasihati kaumnya, dan dia mengetahui Allah. Tiada seorang pun dari makhluk Allah yang mempunyai sifat-sifat seperti itu selain para rasul.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw. ketika di Arafah bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang jumlahnya saat itu sangat banyak dan hampir semuanya berkumpul, yaitu:

"أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ " قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَجَعَلَ يَرْفَعُ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ وينكتُها عَلَيْهِمْ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ

"Hai manusia, sesungguhnya kalian kelak akan ditanyai mengenai diriku, lalu apakah yang bakal kalian jawab?” Mereka (para saha­bat) menjawab.”Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanat serta menasihati umat." Lalu Rasulullah Saw. mengangkat telunjuknya ke langit dan menudingkannya ke arah mereka seraya bersabda, "Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah."


أَوَعَجِبْتُمْ أَن جَآءَكُمْ ذِكْرٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ عَلَىٰ رَجُلٍۢ مِّنكُمْ لِيُنذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا۟ وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 63

(63) Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?

(63) 

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s., bahwa Nuh berkata kepada kaumnya:

أَوَعَجِبْتُمْ

Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran. (Al-A'raf: 63), hingga akhir ayat.

Maksudnya, janganlah kalian heran akan hal ini karena bukanlah hal yang mengherankan bilamana Allah menurunkan wahyu kepada seorang lelaki diantara kalian. Hal itu justru merupakan rahmat bagi kalian, belas kasihan dari Allah, dan kebaikan-Nya kepada kalian. Utusan itu ditugaskan-Nya agar memberikan peringatan kepada kalian supaya kalian takut kepada pembalasan Allah dan supaya kalian tidak mempersekutukan-Nya.

وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

dan supaya kalian mendapat rahmat. (Al-A'raf: 63)

*******************

Ayat berikutnya diceritakan oleh Allah Swt.:

فَكَذَّبُوهُ

Maka mereka mendustakan Nuh. (Al-A'raf: 64)

Yakni mereka berlarut-larut dalam mendustakan Nuh dan menentang­nya, dan tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali hanya sedikit orang. Sebagaimana yang disebutkan di bagian lain dari Al-Qur'an.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ

kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. (Al-A'raf: 64)

At-fulk artinya kapal laut atau bahtera. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ

Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-Ankabut: 15)

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا

dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A'raf: 64)

Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا

Disebabkan kesalahan-kesalahati mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25)

*******************

Firman Allah Swt.:

إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ

Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (Al-A’raf: 64)

Yakni buta terhadap perkara yang hak, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak dapat beroleh petunjuk ke arahnya. Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami. (Al-Mu’min: 51), hingga akhir ayat.

Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, yaitu bahwa pada akhirnya akibat yang terpuji hanyalah diraih oleh orang-orang yang bertakwa, dan keberuntungan serta kemenangan hanya diperoleh mereka. Allah Swt. telah membinasakan kaum Nuh a.s. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh beserta sahabat-sahabatnya yang beriman.

Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa kaum Nabi Nuh karena banyaknya sehingga jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."

Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab."

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas r.a.


فَكَذَّبُوهُ فَأَنجَيْنَٰهُ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥ فِى ٱلْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَوْمًا عَمِينَ 64

(64) Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

(64) 

Firman Allah Swt.:

فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ

kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. (Al-A'raf: 64)

At-fulk artinya kapal laut atau bahtera. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ

Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-Ankabut: 15)

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا

dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A'raf: 64)

Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا

Disebabkan kesalahan-kesalahati mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25)

*******************

Firman Allah Swt.:

إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ

Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (Al-A’raf: 64)

Yakni buta terhadap perkara yang hak, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak dapat beroleh petunjuk ke arahnya. Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami. (Al-Mu’min: 51), hingga akhir ayat.

Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, yaitu bahwa pada akhirnya akibat yang terpuji hanyalah diraih oleh orang-orang yang bertakwa, dan keberuntungan serta kemenangan hanya diperoleh mereka. Allah Swt. telah membinasakan kaum Nuh a.s. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh beserta sahabat-sahabatnya yang beriman.

Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa kaum Nabi Nuh karena banyaknya sehingga jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."

Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab."

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas r.a.


وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ 65

(65) Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

(65) 

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami utuskan Nuh kepada kaumnya, maka Kami pun mengutus kepada kaum 'Ad saudara mereka, yaitu Hud."

Menurut Muhammad ibnu Ishaq, kaum Nabi Hud berasal dari ‘Ad ibnu Iram ibnu Iwad ibnu Sam ibnu Nuh a.s. Menurut kami, mereka adalah kaum 'Ad pertama yang disebut oleh Allah dalam Kitab­Nya. Mereka adalah keturunan dari 'Ad ibnu Iram yang bertempat tinggal di gedung-gedung yang tinggi tiang-tiangnya di daerah pedalaman. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ * إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ * الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ

Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8)

Demikian itu karena besarnya tubuh mereka dan dahsyatnya kekuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:

فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ

Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata.”Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Fushshilat: 15)

Tempat tinggal mereka di negeri Yaman adalah di Ahqaf, yakni suatu daerah yang semuanya terdiri atas bukit-bukit pasir.

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abu Sa’id Al-Khuza'i, dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah) bahwa ia pernah mendengar Ali berkata kepada seorang lelaki dari Hadramaut, "Apakah engkau pernah melihat gundukan pasir merah yang dicampuri dengan tanah liat keras yang merah, dan dipenuhi dengan pohon arak dan pohon siar, tepatnya terletak di bagian anu dari kawasan Hadramaut?" Lelaki itu menjawab, "Ya saya pernah melihatnya, hai Amirul Mu’minin. Demi Allah, engkau benar-benar menggambar­kannya seperti orang yang pernah melihatnya." Ali r.a. berkata, "Tidak, tetapi saya pernah diberi tahu oleh hadis tentangnya." Lelaki dari Hadramaut itu bertanya lagi, "Mengapa engkau tanyakan tempat ter­sebut, wahai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, "Padanya terdapat kuburan Hud a.s."

Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Di dalamnya terkandung informasi yang menyatakan bahwa tempat tinggal kaum Nabi Hud adalah negeri Yaman karena Nabi Hud sendiri dimakamkan di tempat tersebut.

Nabi Hud adalah seorang yang paling mulia keturunannya di antara kaumnya. Karena sesungguhnya semua rasul diutus oleh Allah Swt. dari kalangan kabilah yang paling utama dan paling dihormati di kalangan kaumnya. Tetapi kaum Nabi Hud —sebagaimana tubuh mereka yang besar lagi perkasa, begitu pula hati mereka sangat keras— mereka adalah suatu umat yang paling mendustakan perkara hak.

Karena itulah Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, taat kepada-Nya, dan bertakwa kepada-Nya.

قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 66)

Al-Mala’, pembesar dan pemuka dari kalangan suatu kaum.

إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (Al-A'raf: 66)

Maksudnya, kalian berada dalam kesesatan; karena kamu menyeru kami untuk meninggalkan berhala-berhala kami, dan menyeru kami untuk menyembah Allah semata. Perihal mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy terhadap seruan yang disampaikan oleh Nabi Saw. yang mengajak mereka kepada menyembah Allah semata. Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:

أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? (Shad: 5), hingga akhir ayat.

*******************

Firman Allah Swt.:

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 67)

Yakni saya tidaklah seperti apa yang kalian dugakan, bahkan saya datang kepada kalian untuk menyampaikan perkara yang hak dari Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya.

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ

Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian, dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian. (Al-A'raf: 68)

Hal yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh semua rasul, yaitu menyampaikan risalah Allah, memberi nasihat, dan dipercaya.

أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ

Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara kalian untuk memberi peringatan kepada kalian. (Al-A'raf: 69)

Artinya, janganlah kalian heran bila Allah mengirimkan kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian untuk memberi peringatan kepada kalian akan hari-hari Allah yang pada hari itu kalian menghadap kepada-Nya. Mengapa kalian tidak bersyukur kepada Allah atas karunia ini?

وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ

Dan ingatlah oleh kalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh. (Al-A'raf: 69)

Yaitu ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah kepada kalian karena Dia telah menjadikan dari keturunan Nuh yang berkat doanya Allah membinasakan seluruh penduduk bumi, sebab mereka menentangnya dan mendustakannya.

وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً

dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)

Yakni Dia menjadikan tinggi perawakan kalian dan kekuatan kalian lebih daripada manusia sejenis kalian. Dengan kata lain, Allah men­jadikan tubuh mereka sangat tinggi dan sangat kuat perawakannya. Pengertian ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang mengisahkan perihal Talut, yaitu:

وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ

dan menambahinya dengan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. (Al-Baqarah: 247)

فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ

Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah. (Al-A'raf: 69)

Yang dimaksud dengan ala ialah nikmat-nikmat Allah dan karunia-Nya kepada kalian.

لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

supaya kalian mendapat keberuntungan. (Al-A'raf: 69)

Lafaz ala adalah bentuk jamak dari Ila, tetapi menurut pendapat yang lain ia adalah bentuk jamak dari ala.


قَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦٓ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِى سَفَاهَةٍۢ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ ٱلْكَٰذِبِينَ 66

(66) Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta".

(66) 

قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 66)

Al-Mala’, pembesar dan pemuka dari kalangan suatu kaum.

إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (Al-A'raf: 66)

Maksudnya, kalian berada dalam kesesatan; karena kamu menyeru kami untuk meninggalkan berhala-berhala kami, dan menyeru kami untuk menyembah Allah semata. Perihal mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy terhadap seruan yang disampaikan oleh Nabi Saw. yang mengajak mereka kepada menyembah Allah semata. Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:

أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? (Shad: 5), hingga akhir ayat.

*******************


قَالَ يَٰقَوْمِ لَيْسَ بِى سَفَاهَةٌۭ وَلَٰكِنِّى رَسُولٌۭ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 67

(67) Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.

(67) 

Firman Allah Swt.:

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 67)

Yakni saya tidaklah seperti apa yang kalian dugakan, bahkan saya datang kepada kalian untuk menyampaikan perkara yang hak dari Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya.