7 - الأعراف - Al-A'raaf
The Heights
Meccan
قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّى ٱصْطَفَيْتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِى وَبِكَلَٰمِى فَخُذْ مَآ ءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ 144
(144) Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".
(144)
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia berbicara kepada Musa, Dia memilihnya di atas semua orang-orang yang semasanya untuk membawa risalah-Nya dan untuk berbicara langsung dengan-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah penghulu semua anak Adam dari yang pertama hingga yang terakhir. Karena itulah Allah Swt. menjadikannya sebagai penutup para nabi dan para rasul, dan syariatnya terus berlaku sampai hari kiamat terjadi. Para pengikutnya lebih banyak daripada para pengikut nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya. Sesudah beliau Saw. dalam hal kemuliaan dan keutamaan menyusul Nabi Ibrahim a.s. kekasih Allah, kemudian Musa ibnu Imran yang pernah diajak berbicara langsung dengan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dalam ayat ini disebutkan:
فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ
sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu. (Al-A'raf: 144)
Yakni pembicaraan dan munajat secara langsung ini.
وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 144)
Maksudnya, bersyukur atas karunia tersebut, dan janganlah kamu meminta apa yang tidak ada kekuatan bagimu terhadapnya.
Selanjutnya Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menuliskan untuk Musa di dalam luh-luh (kitab Taurat) segala sesuatunya sebagai pelajaran dan keterangan bagi segala sesuatu. Menurut suatu pendapat, luh-luh tersebut dari pertama, dan bahwa Allah Swt. menuliskan di dalamnya semua pelajaran dan hukum-hukum yang terinci menerangkan tentang halal dan haram. Dan luh-luh tersebut di dalamnya tercakup isi kitab Taurat yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya.
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia. (Al-Qashash: 43)
Menurut suatu pendapat, luh-luh itu diberikan kepada Musa sebelum dia menerima kitab Taurat.
Pada garis besarnya luh-luh tersebut merupakan pengganti bagi Musa dari permohonan yang dia mintakan untuk dapat melihat Allah, lalu Allah Swt melarangnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ
Berpeganglah kepadanya dengan teguh. (Al-A'raf: 145)
Yakni dengan tekad yang bulat untuk taat.
وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا
dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 145)
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'b, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Musa a.s. diperintahkan (oleh Allah) untuk memegang teguh perintah-perintah yang paling berat yang ia anjurkan kepada kaumnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A'raf: 145)
Yaitu kamu akan melihat akibat orang-orang yang menentang perintahKu dan menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku, bagaimanakah kehancuran dan kebinasaan serta kerusakan yang akan mereka alami.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya dikatakan oleh firman Allah Swt.: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A'raf: 145) Hal ini perumpamaannya sama dengan perkataan seseorang kepada lawan bicaranya, "Besok saya akan memperlihatkan kepadamu apa yang akan dialami oleh orang yang menentang perintahku," mengandung nada ancaman dan peringatan terhadap orang yang membangkang dan menentang perintahnya. Kemudian dinukil pula hal yang semisal dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud oleh firman-Nya: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik (Al-A'raf: 145) Yakni penduduk negeri Syam, dan Aku akan memberikannya kepadamu.
Sedangkan menurut pendapat lainnya lagi, negeri yang dimaksud ialah negeri tempat tinggal kaum Fir'aun. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih utama, karena hal ini terjadi setelah Musa dan kaumnya meninggalkan negeri Mesir, sedangkan khitab ini ditujukan kepada kaum Bani Israil sebelum mereka memasuki Padang Tih.
وَكَتَبْنَا لَهُۥ فِى ٱلْأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَىْءٍۢ مَّوْعِظَةًۭ وَتَفْصِيلًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍۢ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا۟ بِأَحْسَنِهَا ۚ سَأُو۟رِيكُمْ دَارَ ٱلْفَٰسِقِينَ 145
(145) Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.
(145)
Firman Allah Swt.:
فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ
Berpeganglah kepadanya dengan teguh. (Al-A'raf: 145)
Yakni dengan tekad yang bulat untuk taat.
وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا
dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 145)
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'b, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Musa a.s. diperintahkan (oleh Allah) untuk memegang teguh perintah-perintah yang paling berat yang ia anjurkan kepada kaumnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A'raf: 145)
Yaitu kamu akan melihat akibat orang-orang yang menentang perintahKu dan menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku, bagaimanakah kehancuran dan kebinasaan serta kerusakan yang akan mereka alami.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya dikatakan oleh firman Allah Swt.: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A'raf: 145) Hal ini perumpamaannya sama dengan perkataan seseorang kepada lawan bicaranya, "Besok saya akan memperlihatkan kepadamu apa yang akan dialami oleh orang yang menentang perintahku," mengandung nada ancaman dan peringatan terhadap orang yang membangkang dan menentang perintahnya. Kemudian dinukil pula hal yang semisal dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud oleh firman-Nya: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik (Al-A'raf: 145) Yakni penduduk negeri Syam, dan Aku akan memberikannya kepadamu.
Sedangkan menurut pendapat lainnya lagi, negeri yang dimaksud ialah negeri tempat tinggal kaum Fir'aun. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih utama, karena hal ini terjadi setelah Musa dan kaumnya meninggalkan negeri Mesir, sedangkan khitab ini ditujukan kepada kaum Bani Israil sebelum mereka memasuki Padang Tih.
سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍۢ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًۭا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلْغَىِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًۭا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ 146
(146) Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.
(146)
Firman Allah Swt.:
سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. (Al-A'raf: 146)
Artinya Aku akan mencegah hati orang-orang yang sombong, tidak mau taat kepada-Ku, lagi menyombongkan dirinya terhadap orang lain tanpa alasan yang dibenarkan untuk dapat memahami hujah-hujah dan dalil-dalil yang menunjukkan akan kebesaran-Ku, syariat-Ku, dan hukum-hukum-Ku. Dengan kata lain, sebagaimana mereka menyombongkan dirinya tanpa alasan yang dibenarkan, maka Allah balas menghinakan mereka dengan kebodohan. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat-ayat lain melalui firman-Nya:
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 11)
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (Ash-Shaff: 5)
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa orang yang pemalu dan orang yang menyombongkan dirinya tidak akan memperoleh ilmu (agama). Ulama lainnya ada pula yang mengatakan, "Barang siapa yang tidak sabar terhadap kesulitan menuntut ilmu, selama sesaat, niscaya ia akan tetap berada dalam kehinaan kebodohan selamanya."
Sufyan ibnu Uyaynah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaanKu. (Al-A'raf: 146) Makna yang dimaksud ialah 'Aku mencabut dari hati mereka pemahaman mengenai Al-Qur'an, dan Aku akan memalingkan mereka dari ayat-ayat-Ku'.
Ibnu Jarir mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa Khitab ayat ini ditujukan kepada umat ini (umat Nabi Saw.)
Menurut hemat kami hal tersebut tidaklah pasti, mengingat Ibnu Uyaynah hanya bermaksud bahwa hal ini berlaku atas semua umat. Dalam hal ini tidak ada bedanya antara satu individu dengan individu lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا
Mereka jika melihat tiap-tiap ayat-(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. (Al-A'raf: 146)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)
Adapun firman Allah Swt.:
وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلا
Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. (Al-A'raf: 146)
Maksudnya, apabila mereka melihat jalan yang menuju kepada keselamatan, mereka tidak mau menempuhnya; dan apabila mereka melihat jalan kebinasaan dan kesesatan, maka mereka menjadikannya sebagai jalannya.
Dalam firman berikutnya Allah menyebutkan penyebab mereka terjerumus ke dalam keadaan itu, yaitu:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A'raf: 146)
Artinya, hal tersebut terjadi karena hati mereka mendustakan ayat-ayat Allah.
وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
Dan mereka selalu lalai darinya. (Al-A'raf: 146)
Yakni mereka sama sekali tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalam ayat-ayat Allah.
*******************
Firman Allah Swt.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الآخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatannya. (Al-A'raf: 147)
Maksudnya, barang siapa yang melakukan hal tersebut di antara mereka, kemudian perbuatannya itu berlangsung sampai ia meninggal dunia, maka semua amalannya sia-sia.
Firman Allah Swt.:
هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A'raf: 147)
Ayat di atas mengandung arti, sesungguhnya Kami membalas mereka hanyalah sesuai dengan amal perbuatan mereka yang telah mereka kerjakan, Jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula; sebagaimana engkau berbuat, maka engkau akan mendapat balasannya'.
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَلِقَآءِ ٱلْءَاخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ ۚ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 147
(147) Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.
(147)
Firman Allah Swt.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الآخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatannya. (Al-A'raf: 147)
Maksudnya, barang siapa yang melakukan hal tersebut di antara mereka, kemudian perbuatannya itu berlangsung sampai ia meninggal dunia, maka semua amalannya sia-sia.
Firman Allah Swt.:
هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A'raf: 147)
Ayat di atas mengandung arti, sesungguhnya Kami membalas mereka hanyalah sesuai dengan amal perbuatan mereka yang telah mereka kerjakan, Jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula; sebagaimana engkau berbuat, maka engkau akan mendapat balasannya'.
وَٱتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَىٰ مِنۢ بَعْدِهِۦ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًۭا جَسَدًۭا لَّهُۥ خُوَارٌ ۚ أَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّهُۥ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا ۘ ٱتَّخَذُوهُ وَكَانُوا۟ ظَٰلِمِينَ 148
(148) Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
(148)
Allah Swt. menceritakan perihal kesesatan orang-orang yang sesat dari kalangan kaum Bani Israil karena mereka menyembah patung anak lembu yang dibuat oleh Samiri dari perhiasan bangsa Qibti. Perhiasan emas itu asal mulanya mereka pinjam dari orang-orang Qibti di negeri Mesir, kemudian Samiri meleburnya dan menjadikannya patung anak lembu.
Kemudian Samiri memasukkan debu dari bekas teracak kuda Malaikat Jibril a.s. ke dalam leburan emas itu sehingga jadilah sebuah patung yang berbentuk dan bersuara. Al-khuwar ialah suara lembu. Hal ini terjadi setelah kepergian Musa untuk memenuhi janji Tuhannya. Maka Allah Swt. memberitahukan hal tersebut kepada Musa ketika Musa berada di Bukit Tur. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt., menceritakan perihal apa yang telah dilakukan oleh diri-Nya:
قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ
Allah berfirman, Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.(Thaha:85)
Para ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan anak lembu ini, apakah ia mempunyai darah dan daging serta dapat bersuara, ataukah ujudnya tetap seperti patung emas, hanya di dalam rongganya terdapat udara sehingga bersuara seperti suara sapi. Ada dua pendapat mengenainya, hanya Allah yang lebih mengetahui.
Menurut suatu pendapat, ketika anak lembu itu bersuara, maka mereka menari-nari di sekelilingnya dan teperdaya oleh buatan Samiri itu, lalu mereka mengatakan bahwa inilah tuhan kalian dan tuhan Musa, tetapi Musa melupakannya. Maka Allah Swt. berfirman:
أَفَلا يَرَوْنَ أَلا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلا وَلا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلا نَفْعًا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan. (Thaha:89)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلا يَهْدِيهِمْ سَبِيلا
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? (Al-A'raf:148)
Allah Swt. mengingkari kesesatan mereka karena anak lembu itu dan kealpaan mereka kepada Pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan yang memilikinya, sebab mereka menyembah dan mempersekutukan-Nya dengan patung anak lembu yang bersuara itu, padahal anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka, tidak pula menunjukkan jalan kebaikan kepada mereka. Tetapi memang gelapnya kebodohan dan kesesatan telah menutupi pandangan hati mereka, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Imam Ahmad dan Imam Abu Daud, dari Abu Darda yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah Saw. pemah bersabda:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمي ويُصِم
Cintamu kepada sesuatu dapat membualmu buta dan pekak (tuli).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ
Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya. (Al-A'raf:149)
Setelah mereka dijatuhkan oleh tangan mereka sendiri, yakni menyesali perbuatannya sendiri.
وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا
dan mengetahui bahwa dirinya telah sesat, berkatalah mereka, Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami. (Al-A'raf:149)
Sebagian ulama tafsir ada yang membacanya tarhamna dengan memakai huruf ta, sedangkan lafaz rabbuna dibaca rabbana menjadi munada, dan yagfirlana dibaca tagfir lana.
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi. (Al-A'raf:149)
Artinya, niscaya kami termasuk orang-orang yang binasa. Hal ini merupakan pengakuan dari mereka tentang dosa yang telah mereka kerjakan dan kesadaran mereka untuk kembali kepada Allah Swt.
وَلَمَّا سُقِطَ فِىٓ أَيْدِيهِمْ وَرَأَوْا۟ أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا۟ قَالُوا۟ لَئِن لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ 149
(149) Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, merekapun berkata: "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi".
(149)
Firman Allah Swt.:
وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ
Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya. (Al-A'raf:149)
Setelah mereka dijatuhkan oleh tangan mereka sendiri, yakni menyesali perbuatannya sendiri.
وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا
dan mengetahui bahwa dirinya telah sesat, berkatalah mereka, Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami. (Al-A'raf:149)
Sebagian ulama tafsir ada yang membacanya tarhamna dengan memakai huruf ta, sedangkan lafaz rabbuna dibaca rabbana menjadi munada, dan yagfirlana dibaca tagfir lana.
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi. (Al-A'raf:149)
Artinya, niscaya kami termasuk orang-orang yang binasa. Hal ini merupakan pengakuan dari mereka tentang dosa yang telah mereka kerjakan dan kesadaran mereka untuk kembali kepada Allah Swt.