7 - الأعراف - Al-A'raaf

Juz : 8

The Heights
Meccan

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ 179

(179) Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(179) 

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam. (Al-A'raf: 179)

Artinya, Kami ciptakan dan Kami jadikan mereka untuk isi neraka Jahannam.

كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ

kebanyakan dari jin dan manusia. (Al-A'raf: 179)

Yakni Kami sediakan mereka untuk isi neraka Jahannam, dan hanya amal ahli nerakalah yang dapat mereka kerjakan. Karena sesungguhnya Allah Swt. ketika hendak menciptakan mereka, Dia telah mengetahui apa yang bakal mereka amalkan sebelum kejadian mereka. Lalu hal itu Dia catatkan di dalam suatu kitab (Lauh Mahfuz) yang ada di sisi-Nya, yang hal ini terjadi sebelum langit dan bumi diciptakan dalam tenggang masa lima puluh ribu tahun.

Hal ini seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui riwayat Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ قَدَّرَ مَقَادِيرَ الْخَلْقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"

Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir-takdir makhluk-(Nya) sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun, sedangkan A'rasy-Nya berada di atas air.

Di dalam kitab Sahih Muslim pula telah disebutkan melalui hadis Aisyah binti Talhah, dari bibinya (yaitu Siti Aisyah r.a., Ummul Mu’minin). Dia telah menceritakan:

دُعِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جِنَازَةِ صَبِيٍّ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ طُوبَى لَهُ، عُصْفُورٌ مِنْ عَصَافِيرِ الْجَنَّةِ، لَمْ يَعْمَلِ السُّوءَ وَلَمْ يُدْرِكْهُ. فَقَالَ [رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ يَا عَائِشَةُ؟ إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْجَنَّةَ، وَخَلَقَ لَهَا أَهْلًا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ، وَخَلَقَ النَّارَ، وَخَلَقَ لَهَا أَهْلًا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ"

bahwa Nabi Saw. diundang untuk menghadiri pemakaman jenazah seorang bayi dari kalangan kaum Ansar. Lalu Siti Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, beruntunglah dia, dia akan menjadi burung pipit surga, dia tidak pernah berbuat keburukan dan tidak menjumpainya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai Aisyah, tidaklah seperti itu. Sesungguhnya Allah telah menciptakan surga dan Dia telah menciptakan pula para penghuninya, sedangkan mereka masih berada di dalam sulbi bapak-bapak mereka. Dan Allah telah menciptakan neraka, dan Dia telah menciptakan pula para penghuninya, sedangkan mereka masih berada di dalam sulbi bapak-bapak mereka.

Di dalam kitab Sahihain, melalui hadis Ibnu Mas'ud disebutkan seperti berikut:

ثُمَّ يَبْعَثُ إِلَيْهِ الْمَلِكَ، فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، فَيَكْتُبُ: رِزْقَهُ، وَأَجَلَهُ، وَعَمَلَهُ، وَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ".

Kemudian Allah mengirimkan malaikat kepadanya, malaikat diperintahkan untuk mencatat empat kalimat. Maka dicatatlah rezekinya, ajalnya, dan amalnya serta apakah dia orang yang Celaka ataukah orang yang berbahagia

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa ketika Allah mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbinya dan menjadikan mereka dua golongan, yaitu gotongan kanan dan golongan kiri, maka Allah berfirman:

"هَؤُلَاءِ لِلْجَنَّةِ وَلَا أُبَالِي، وَهَؤُلَاءِ لِلنَّارِ وَلَا أُبَالِي".

Mereka untuk menghuni surga dan Aku tidak peduli. Dan mereka untuk menghuni neraka dan Aku tidak peduli.

Hadis-hadis yang menerangkan masalah ini cukup banyak. Masalah takdir memang merupakan suatu pembahasan yang cukup panjang, tetapi disebutkan dalam kitab yang lain, bukan kitab ini tempatnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا

mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan­nya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). (Al-A’raf: 179)

Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan sesuatu pun dari indera-indera ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk mendapat hidayah, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصَارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ

dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena selalu mengingkari ayat-ayat Allah (al Ahqaf: 26) hingga akhir hayat

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (Al-Baqarah: 18)

Demikianlah sifat orang-orang munafik. Sedangkan mengenai sifat orang-orang kafir, Allah Swt. telah berfirman:

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Mereka tuli, bisu, dan buta; maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah: 171)

Pada kenyataannya mereka tidak tuli, tidak bisu, dan tidak buta, melainkan hanya terhadap hidayah, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt dalam firman-Nya:

وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46)

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ * وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ

Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan); maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (Az-Zukhruf: 36-37)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ

Mereka itu seperti binatang ternak (Al-A'raf: 179)

Maksudnya, mereka yang tidak mau mendengar perkara yang hak, tidak mau menolongnya serta tidak mau melihat jalan hidayah adalah seperti binatang ternak yang terlepas bebas. Mereka tidak dapat memanfaatkan indera-indera tersebut kecuali hanya yang berkaitan dengan masalah kedumavrfiannya saja. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً

Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. (Al-Baqarah: 171)

Perumpamaan mereka di saat mereka diseru kepada keimanan sama dengan hewan ternak di saat diseru oleh penggembalanya; ternak itu tidaklah mendengar selain hanya suaranya saja, tanpa memahami apa yang diserukan penggembalanya. Karena itulah dalam ayat ini mereka disebutkan oleh firman-Nya:

بَلْ هُمْ أَضَلُّ

Bahkan Mereka lebih sesat Lagi (Al Araf : 179)

Yakni lebih sesat daripada hewan ternak, karena hewan ternak adakalanya memenuhi seruan penggembalanya di saat penggembalanya memanggilnya, sekalipun ia tidak mengerti apa yang diucapkan penggembalanya. Lain halnya dengan mereka. Hewan ternak melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang diciptakan untuknya, adakalanya berdasarkan tabiatnya, adakalanya pula karena ditundukkan. Lain halnya dengan orang kafir, karena sesungguhnya dia diciptakan hanya semata-mata untuk menyembah Allah dan mengesakan-Nya, tetapi ternyata dia kafir dan mempersekutukan-Nya.

Karena itu, disebutkan bahwa barang siapa yang taat kepada Allah, maka dia lebih mulia daripada malaikat ketak di hari dia kembali ke alam akhirat. Dan barang siapa yang kafir kepada Allah, maka hewan ternak lebih sempurna daripadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)


وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 180

(180) Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

(180) 

Dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ لِلَّهِ تِسْعًا وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ".

Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu, seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghafalnya, masuk surga. Dia Maha Esa dan mencintai yang esa.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahih-nya. masing-masing melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad dari Al-A’raj dengan lafaz yang sama.

Imam Bukhari telah meriwayatkannya dari Abul Yaman, dari Syu'aib, dari Abu Hamzah, dari Abuz Zanad dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi telah mengetengahkannya di dalam kitab Jami'-nya, dari Al-Juzjani, dari Safwan ibnu Saleh, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Syu'aib, lalu ia menyebutkan hal yang semisal berikut sanadnya. Tetapi di dalam riwayat itu sesudah lafaz, "Menyukai yang esa," ditambahkan hal berikut, yaitu:

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، الْمَلِكُ، الْقُدُّوسُ، السَّلَامُ، الْمُؤْمِنُ، الْمُهَيْمِنُ، الْعَزِيزُ، الْجَبَّارُ، الْمُتَكَبِّرُ، الْخَالِقُ، الْبَارِئُ، الْمُصَوِّرُ، الْغَفَّارُ، الْقَهَّارُ، الْوَهَّابُ، الرَّزَّاقُ، الْفَتَّاحُ، الْعَلِيمُ، الْقَابِضُ، الْبَاسِطُ، الْخَافِضُ، الرَّافِعُ، الْمُعِزُّ، الْمُذِلُّ، السَّمِيعُ، الْبَصِيرُ، الْحَكَمُ، الْعَدْلُ، اللَّطِيفُ، الْخَبِيرُ، الْحَلِيمُ، الْعَظِيمُ، الْغَفُورُ، الشَّكُورُ، الْعَلِيُّ، الْكَبِيرُ، الْحَفِيظُ، الْمَقِيتُ، الْحَسِيبُ، الْجَلِيلُ، الْكَرِيمُ، الرَّقِيبُ، الْمُجِيبُ، الْوَاسِعُ، الْحَكِيمُ، الْوَدُودُ، الْمَجِيدُ، الْبَاعِثُ، الشَّهِيدُ، الْحَقُّ، الْوَكِيلُ، الْقَوِيُّ، الْمَتِينُ، الْوَلِيُّ، الْحَمِيدُ، الْمُحْصِي، الْمُبْدِئُ، الْمُعِيدُ، الْمُحْيِي، الْمُمِيتُ، الْحَيُّ، الْقَيُّومُ، الْوَاجِدُ، الْمَاجِدُ، الْوَاحِدُ، الْأَحَدُ، الْفَرْدُ، الصَّمَدُ، الْقَادِرُ، الْمُقْتَدِرُ، الْمُقَدِّمُ، الْمُؤَخِّرُ، الْأَوَّلُ، الْآخِرُ، الظاهر، الْبَاطِنُ، الْوَالِي، الْمُتَعَالِي، الْبَرُّ، التَّوَّابُ، الْمُنْتَقِمُ، الْعَفُوُّ، الرَّءُوفُ، مَالِكُ الْمُلْكِ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، الْمُقْسِطُ، الْجَامِعُ، الْغَنِيُّ، الْمُغْنِي، الْمَانِعُ، الضَّارُّ، النَّافِعُ، النُّورُ، الْهَادِي، الْبَدِيعُ، الْبَاقِي، الْوَارِثُ، الرَّشِيدُ، الصَّبُورُ

Dialah Allah, Yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, Raja, Mahasuci, Mahasejahtera, Maha Mengaruniakan Keamanan. Maha Memelihara, Maha Mulia, Mahakuasa, Mahaperkasa, Maha Memiliki Keagungan, Maha Pencipta, Maha Membentuk Rupa, Maha Pengampun, Maha-menang. Maha Pemberi Karunia, Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui, Maha Menyempitkan Rezeki, Maha Melapangkan Rezeki, Yang Merendahkan, Yang Mengangkat, Yang Memuliakan, Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahabijaksana, Mahaadil, Mahalembut, Maha-waspada, Maha Penyantun, Mahaagung, Maha Pengampun, Maha Mensyukuri, Mahatinggi, Mahabesar, Maha Memelihara, Maha Membalas, Maha Periksa, Mahaagung, Maha Mulia, Maha Mengawasi, Maha Memperkenankan, Mahaluas, Mahabijaksana, Maha Mencintai, Mahaagung, Maha Membangkitkan, Maha Menyaksikan, Mahabenar, Maha Melindungi, Mahakuat, Mahateguh, Maha Menolong, Maha Terpuji, Maha Menghitung, Maha Memulai, Maha Mengembalikan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup Abadi, Yang Maha Berdikari, Yang Maha Pemurah, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa, Yang Mahatunggal, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang Mahakuasa, Yang Maha Berkuasa, Yang mendahulukan, Yang mengakhirkan. Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Mahanyata, Yang Maha Tersembunyi, Yang Maha Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Mahabijak, Maha Pengampun, Maha Membalas, Maha Memaafkan, Maha Penyayang. Yang Mempunyai Kerajaan, Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Mahaadil. Yang Maha Menghimpun, Yang Mahakaya, Yang Memberi Kekayaan, Yang Maha Mencegah, Yang Menimpakan Bahaya, Yang Memberi Manfaat. Yang Maha Bercahaya. Yang Maha Pemberi Petunjuk, Yang Maha Membuat, Yang Mahakekal, Yang Maha Mewaris, Yang Maha Memberi Petunjuk, Yang Mahasabar.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.

Hadis ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Abu Hurairah, tetapi kami tidak mengetahui pada kebanyakan riwayat adanya penyebutan asma-asma ini kecuali dalam hadis ini.

Ibnu Hibban telah meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya melalui jalur Safwan dengan sanad yang sama.

Ibnu Majah di dalam kitab Sunnah-nya telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Musa ibnu Uqbah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah secara morfu’ lalu ia mengemukakan asma-asma tersebut, tetapi ada penambahan dan pengurangannya.

Tetapi hal yang dijadikan pegangan oleh jamaah huffaz (ulama yang hafal hadis) mengatakan bahwa pengemukaan asma-asma Allah dalam hadis ini merupakan sisipan yang dimasukkan ke dalamnya. Dan sesungguhnya hal tersebut hanyalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim dan Abdul Malik ibnu Muhammad As-San'ani, dari Zuhair ibnu Muhammad, bahwa telah sampai kepadanya dari ulama yang jumlahnya bukan hanya seorang; mereka mengatakan hal yang sama. Dengan kata lain, mereka menghimpunnya dari Al-Qur'an. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Ja'far ibnu Muhammad, Sufyan ibnu Uyaynah, dan Abu Zaid Al-Lugawi.

Kemudian perlu untuk diketahui bahwa asmaul husna tidak hanya terbatas sampai bilangan sembilan puluh sembilan. Sebagai dalilnya ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya melalui Yazid ibnu Harun, dari Fudail ibnu Marzuq, dari Abu Salamah Al-Juhanni, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

"مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حُزْنٌ فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكِ، ابْنُ أَمَتِكِ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَعْلَمْتَهُ أَحَدًا مَنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا". فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ فَقَالَ: "بَلَى، يَنْبَغِي لِكُلٍّ مِنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا".

Tidak sekali-kali seseorang tertimpa kesusahan, tidak pula kese­dihan, lalu ia mengucapkan doa berikut: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambamu, anak hamba, dan amat (hamba perempuan)-Mu, ubun-ubun (roh)ku berada di dalam genggaman kekuasaan-Mu, aku berada di dalam keputusan-Mu, keadilan belakalah yang Engkau tetapkan atas diriku. Aku memohonkan kepada Engkau dengan menyebut semua nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan dengannya diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau Engkau menyimpannya di dalam ilmu gaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur’an yang agung sebagai penghibur kalbuku,-cahaya dadaku, pelenyap dukaku, dan penghapus kesusahanku," melainkan Allah menghapuskan darinya kesedihan dan kesusahannya, dan menggantikannya dengan kegembiraan. Ketika ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?" Rasulullah Saw. menjawab: Benar, dianjurkan bagi setiap orang yang mendengarnya (asmaul husna) mempelajarinya.

Imam Abu Hatim ibnu Hayyan Al-Basti telah meriwayatkan hal yang semisal di dalam kitab Sahih-nya.

Seorang ulama fiqih —yaitu Imam Abu Bakar ibnul Arabi, salah seorang imam mazhab Maliki— telah menyebutkan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Ahwazi fi Syarhit Turmuzi, bahwa sebagian ulama ada yang menghimpun dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagian dari asma-asma Allah yang banyaknya sampai seribu asma.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. (Al-A'raf: 18) Yang dimaksud dengan orang-orang yang menyimpang dalam ayat ini ialah mereka yang menyebut nama Al-Lata di dalam asma-asma Allah.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. (Al-A'raf: 18) Mereka mengakarkatakan Al-Lata dari lafaz Allah; dan Al-Uzza dari lafaz Al- 'Aziz (salah satu asma Allah).

Qatadah mengatakan bahwa makna yulhiduna ialah mempersekutu­kan asma-asma-Nya (dengan nama-nama lain).

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ilhad artinya mendustakan. Asal kata menurut bahasa Arab artinya menyimpang dari tujuan, melenceng, membelok, dan melampaui garis. Termasuk ke dalam pengertian kata ini ialah sebutan al-lahd (liang lahat) pada kuburan. Dinamakan demikian karena liang ini dibuat di sisi bagian dalam galian dan tidak lurus dengan garis lurus galian kuburannya.


وَمِمَّنْ خَلَقْنَآ أُمَّةٌۭ يَهْدُونَ بِٱلْحَقِّ وَبِهِۦ يَعْدِلُونَ 181

(181) Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.

(181) 

Firman Allah Swt-.:

وَمِمَّنْ خَلَقْنَا

Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan. (Al-A'raf: 181)

yakni di antara sebagian umat.

أُمًّةٌ

ada umat. (Al-A'raf: 181)

Maksudnya, terdapat suatu umat yang menegakkan kebenaran secara teori dan prakteknya.

يَهْدُونَ بِالْحَقِّ

yang memberi petunjuk dengan hak. (Al-A'raf: 181)

Yaitu mereka mengatakannya dan menyeru orang lain kepadanya.

وَبِهِ يَعْدِلُونَ

dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 181)

Dengan berpegang kepada yang hak itulah mereka beramal dan melaku­kan keadilan. Menurut banyak asar, makna yang dimaksud oleh ayat ini ialah umat Nabi Muhammad.

Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan tafsir ayat ini; telah sampai kepadanya suatu hadis yang mengatakan bahwa Nabi Saw. apabila membaca ayat ini selalu mengucapkan: Ini bagi kalian, dan Allah telah memberi hal yang semisal kepada suatu kaum yang berada di hadapan kalian, "Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan yang itulah mereka menjalankan keadilan.”(Al-A'raf: 159)

قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا عَلَى الْحَقِّ، حَتَّى يَنْزِلَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ مَتَّى مَا نَزَلَ".

Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 181) Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di antara umatku terdapat suatu kaum yang tetap membela kebenaran hingga Isa putra Maryam turun pada hari ia diturunkan.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ -وَفِي رِوَايَةٍ -: حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ -وَفِي رِوَايَةٍ -: وَهُمْ بِالشَّامِ"

Senantiasa masih ada segolongan dari kalangan umatku yang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka adanya orang-orang yang menghina mereka, tidak pula orang-orang yang menentang mereka hingga hari kiamat terjadi. Menurut riwayat lain disebutkan dengan lafaz berikut: hingga datang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian (membela kebenaran), Sedangkan menurut riwayat lainnya lagi disebutkan: sedangkan mereka berada di negeri Syam.


وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ 182

(182) Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.

(182) 

Firman Allah Swt.:

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. (Al-A'raf: 182)

Makna yang dimaksud ialah, Allah membukakan bagi mereka semua pintu rezeki dan semua segi kehidupan di dunia, hingga mereka benar-benar teperdaya oleh apa yang sedang mereka alami, dan mereka berkeyakinan bahwa diri mereka mempunyai sesuatu pegangan. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ * فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 44-45)

Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَأُمْلِي لَهُمْ

Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al-A'raf: 183)

Artinya, Aku akan memberikan masa tangguh kepada mereka. Dengan kata lain, Aku tenggelamkan mereka di dalamnya dalam waktu yang cukup lama.

إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh (Al-A'raf: 183)

Yakni sangat kuat lagi sangat keras.


وَأُمْلِى لَهُمْ ۚ إِنَّ كَيْدِى مَتِينٌ 183

(183) Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.

(183) 

Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَأُمْلِي لَهُمْ

Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al-A'raf: 183)

Artinya, Aku akan memberikan masa tangguh kepada mereka. Dengan kata lain, Aku tenggelamkan mereka di dalamnya dalam waktu yang cukup lama.

إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh (Al-A'raf: 183)

Yakni sangat kuat lagi sangat keras.


أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا۟ ۗ مَا بِصَاحِبِهِم مِّن جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌۭ مُّبِينٌ 184

(184) Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.

(184) 

Firman Allah Swt.:

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan. (Al-A'raf: 184)

Maksudnya mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami.

مَا بِصَاحِبِهِمْ

bahwa teman mereka tidaklah (Al-A'raf: 184)

Yang dimaksud dengan teman mereka ialah Nabi Muhammad Saw,

مِنْ جِنَّةٍ

berpenyakit gila. (Al-A'raf: 184)

Yakni dia tidak berpenyakit gila, bahkan dia benar-benar utusan Allah yang menyerukan kepada kebenaran.

إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ

Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al-A'raf: 184)

Hal ini akan kelihatan jelas oleh orang yang mempunyai hati sanubari, memikirkan dan menyadarinya; perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain:

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ

Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (At-Takwir: 22)

Adapun firman Allah Swt.:

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal saja, yaitu supaya kalian menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri kemudian kalian pikirkan (tentang Muhammad). Tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawan kalian itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (Saba: 46)

Artinya, sesungguhnya aku hanya menuntut kalian agar kalian menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas hanya kepada Dia, tanpa ada rasa fanatisme dan keingkaran. Hal ini dapat kalian lakukan sendiri-sendiri atau berdua-dua, yakni secara berkelompok atau terpisah-pisah. Kemudian kalian pikirkan tentang orang yang datang kepada kalian ini dengan membawa risalah dari Allah, apakah dia gila ataukah tidak? Karena sesungguhnya jika kalian melakukan hal tersebut, niscaya akan tampak jelas bagi kalian bahwa dia adalah benar utusan Allah dengan sebenar-benarnya.

Qatadah ibnu Di'amah telah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Allah Saw. pada suatu saat sedang berada di atas Bukit Safa. Lalu beliau menyeru kaum Quraisy, dalam seruannya itu beliau menyebutkan nama-nama pemimpin mereka seorang demi seorang. Beliau mengatakan, "Hai Fulan bin Fulan." Beliau Saw. mem­peringatkan mereka akan siksa Allah dan hari kiamat. Maka ada salah seorang di antara mereka yang mengatakan, "Sesungguhnya teman kalian ini benar-benar gila, dia terus berkoar-koar semalaman hingga pagi hari, atau hingga waktu subuh." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al-A'raf: 184)


أَوَلَمْ يَنظُرُوا۟ فِى مَلَكُوتِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ مِن شَىْءٍۢ وَأَنْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَدِ ٱقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ 185

(185) Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?

(185) 

Allah Swt. berfirman, "Apakah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami tidak memperhatikan kerajaan Allah dan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi dan semua makhluk yang telah Dia ciptakan pada keduanya? Karenanya lalu mereka merenungkan hal itu dan mengambil pelajaran darinya. Akhirnya sampailah mereka pada suatu kesimpulan bahwa hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Dan hal tersebut merupakan perbuatan dari Tuhan yang tidak layak diadakan penyembah­an dan agama yang murni kecuali hanya kepada Dia. Pada kesimpulan akhirnya mereka akan beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul­Nya, kembali kepada jalan ketaatan kepada-Nya, melepaskan semua sekutu dan berhala, merasa takut bila ajal mereka tiba dengan mendadak dalam waktu yang dekat, sedangkan mereka masih berada dalam kekafirannya, akhirnya mereka akan binasa, dan tempat kembali mereka adalah azab Allah dan siksaan-Nya yang amat pedih.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ

Maka kepada berita mana lagikah mereka akan beriman sesudah Al-Qur'an? (Al-A'raf: 185)

Artinya maka peringatan dan ancaman mana lagikah sesudah peringatan Nabi Muhammad Saw. yang datang kepada mereka menyampaikan ayat-ayat Allah mereka akan percaya, jika mereka tidak mau percaya kepada berita yang disampaikan oleh Muhammad Saw. kepada mereka dari sisi Allah?

وَقَدْ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ حَسَنِ بْنِ مُوسَى وَعَفَّانَ بْنِ مُسْلِمٍ وَعَبْدِ الصَّمَدِ بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ بن جُدْعَان، عَنْ أَبِي الصَّلْتِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رَأَيْتُ لَيْلَةَ أَسْرِيَ بِي، لَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَنَظَرْتُ فَوْقِي، فَإِذَا أَنَا بِرَعْدٍ وَبَرْقٍ وَصَوَاعِقَ"، قَالَ: "وَأَتَيْتُ عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ، قلت: من هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا. فَلَمَّا نَزَلْتُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَنَظَرْتُ إِلَى أَسْفَلَ مِنِّي، فَإِذَا أَنَا برَهج وَدُخَانٍ وَأَصْوَاتٍ فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذِهِ الشَّيَاطِينُ يُحَرِّفون عَلَى أَعْيُنِ بَنِي آدَمَ أَنْ لَا يَتَفَكَّرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَوْلَا ذَلِكَ لَرَأَوُا الْعَجَائِبَ".

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Hasan ibnu Musa, Usman ibnu Muslim, dan Abdus Samad ibnu Abdul Waris, semuanya dari Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Ab'us Silt, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Di malam aku menjalani isra, aku banyak melihat berbagai macam hal. Ketika kami (Nabi dan Jibril) sampai di langit yang ke tujuh, maka aku memandang ke arah atasku, tiba-tiba aku melihat guntur, kilat, dan petir. Dan aku mendatangi suatu kaum yang perut mereka besarnya seperti rumah, di dalamnya banyak terdapat ular yang kelihatan dari luar perut mereka Aku bertanya, "Siapakah mereka itu, hai Jibril?” Jibril menjawab.”Mereka adalah para pemakan riba." Ketika Aku turun ke langit pertama dan aku melihat ke arah bawahku, tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh, ada asap dan suara ribut; maka saya bertanya, "Apakah ini, hai Jibril?” Jibril menjawab, "Mereka adalah setan-setan yang mengelilingi pandangan mata anak Adam agar mereka tidak memikirkan kerajaan langit dan bumi. Seandainya tidak ada itu, niscaya mereka dapat melihat keajaiban-keajaiban."

Tetapi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an mempunyai banyak hadis yang berpredikat munkar.


مَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَلَا هَادِىَ لَهُۥ ۚ وَيَذَرُهُمْ فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ 186

(186) Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

(186) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa barang siapa yang telah ditakdirkan sesat oleh-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Dan seandainya dia berusaha dengan segala kemampuannya, maka sesungguhnya hal itu tidak memberi manfaat apa pun kepadanya.

وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. (Al-Maidah: 41)

Dalam ayat lain Allah Swt. telah berfirman:

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ

Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus: 11)


يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةًۭ ۗ يَسْـَٔلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِىٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 187

(187) Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

(187) 

Firman Allah Swt.:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ

Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat. (Al-A'raf: 187)

Pengertian ayat tersebut sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu:

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ

Manusia bertanya kepadamu tentang hari kiamat. (Al-Ahzab: 63)

Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Sedangkan menurut pendapat lainnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih mendekati kebenaran, mengingat ayat ini Makkiyyah. Mereka sering menanyakan tentang terjadinya waktu kiamat, tetapi pertanyaan mereka mengandung nada tidak mempercayai keberadaannya dan mendustakannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan mereka berkata, "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari kiamat) jika kamu adalah orang-orang yang benar? (Yunus: 48; Yasin: 48; Al Anbiya 38; An Naml 71; Saba 29; Al-Mulk 25)

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلالٍ بَعِيدٍ

Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

أَيَّانَ مُرْسَاهَا

Bilakah terjadinya. (Al-A'raf: 187)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dari lafaz muntahaha ialah batas terakhirnya, yakni bilakah terjadinya dan kapankah usia dunia berakhir, hal itu merupakan permulaan dari waktu kiamat.

قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ

Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (Al-A'raf: 187)

Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya 'bila ditanya tentang saat kiamat, hendaknya ia mengembalikan pengetahuannya kepada Allah Swt., karena sesungguhnya hanya Dialah yang mengetahui bila kiamat akan terjadi', yakni Allah Swt. mengetahui perkaranya secara jelas dan mengetahui pula saat terjadinya hari kiamat secara tepat. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini kecuali hanya Allah Swt. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ

Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187)

Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'rlf: 187) Artinya, amat berat untuk mengetahuinya bagi semua penduduk di langit dan di bumi. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak mengetahuinya.

Ma'mar mengatakan bahwa Al-Hasan pernah mengatakan, "Apabila hari kiamat datang, maka terasa amat berat bagi semua penduduk di langit dan di bumi," yakni hari kiamat itu terasa amat berat oleh mereka.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya, ayat di atas artinya 'tidak ada seorang makhluk pun melainkan tertimpa bahaya dari hari kiamat'.

Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi, (Al-A'raf: 187) Apabila hari kiamat tiba, maka terbelahlah langit dan bertaburanlah bintang-bintangnya. Matahari digulung dan gunung-gunung dihancurkan. Hari kiamat itu memang terjadi seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya, maka yang demikian itulah makna yang dimaksud dengan ‘amal berat’

Ibnu Jarir rahimahuttah memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah amat berat untuk mengetahui waktu terjadinya kiamat bagi penduduk langit dan bumi, seperti yang dikatakan oleh Qatadah tadi. Pengertian dari perkataan keduanya (Ibnu Jarir dan Qatadah) semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً

Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)

Akan tetapi, hal ini tidak me-nafi-kan (meniadakan) pengertian yang mengatakan bahwa kedatangan hari kiamat itu terasa amat berat bagi seluruh penduduk langit dan bumi.

As-Saddi berpendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya makna yang dimaksud ialah hari kiamat itu samar bagi penduduk langit dan bumi. Karena itu, tidak ada yang mengetahui saatnya, baik dia itu malaikat yang terdekat maupun sebagai nabi yang diutus.

*******************

لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً

Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)

Artinya, terjadinya hari kiamat mengagetkan mereka. Hari kiamat datang kepada mereka di saat mereka sedang lalai.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba (Al-A'raf: 187) Allah telah menetapkan bahwa hari kiamat itu tidaklah datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Dan telah sampai suatu hadis kepada kami, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ السَّاعَةَ تَهِيجُ بِالنَّاسِ، وَالرَّجُلُ يَصْلِحُ حَوْضَهُ، وَالرَّجُلُ يَسْقِي مَاشِيَتَهُ، وَالرَّجُلُ يُقِيمُ سِلْعَتَهُ فِي السُّوقِ وَيُخْفِضُ مِيزَانَهُ وَيَرْفَعُهُ"

Sesungguhnya hari kiamat datang mendadak menimpa manusia, sedangkan seseorang ada yang sedang memperbaiki kolamnya, ada yang sedang memberi minum ternaknya, ada pula yang sedang menjajakan barang dagangannya di pasar seraya menurunkan dan menaikkan timbangannya.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَنْبَأَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ فَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، فَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلَانِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا، فَلَا يَتَبَايَعَانِهِ وَلَا يَطْوِيَانِهِ. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لقْحَته فَلَا يَطْعَمُه. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَهُوَ يَلِيط حَوْضَهُ فَلَا يَسْقِي فِيهِ. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ قَدْ رَفَعَ أَكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلَا يَطْعَمُهَا"

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah baratnya, apabila matahari telah terbit dari arah baratnya dan manusia melihatnya, berimanlah mereka semuanya. Yang demikian itu terjadi di masa tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya jika ia tidak beriman sebelumnya, atau semasa imannya itu ia tidak mengerjakan suatu kebaikan pun. Dan sesungguhnya hari kiamat itu terjadi ketika dua orang lelaki sedang menggelarkan kain dagangan di antara keduanya, sehingga keduanya tidak sempat melakukan jual belinya dan tidak sempat melipat kainnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang pulang dengan membawa air susu hasil perahannya, sehingga ia tidak sempat meminumnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memperbaiki penampungan airnya, sehingga ia tidak sempat meminum airnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya sehingga ia tidak sempat memakannya.

وَقَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ يَحْلِبُ اللِّقْحَة، فَمَا يَصِلُ الْإِنَاءُ إِلَى فِيهِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ. وَالرَّجُلَانِ يَتَبَايَعَانِ الثَّوْبَ فَمَا يَتَبَايَعَانِهِ حَتَّى تَقُومَ. وَالرَّجُلُ يَلُوطُ حَوْضَهُ فَمَا يَصْدُرُ حَتَّى تَقُومَ"

Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang mengatakan, Rasulullah SAW telah memberitahukan kepadanya bahwa: "Hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memerah hewan perahannya; tetapi sebelum ia sempat mencicipi hasilnya, kiamat telah terjadi. Ketika dua orang lelaki sedang tawar menawar pakaian; sebelum keduanya melakukan transaksi jual beli hari kiamat telah terjadi. Dan ketika seorang lelaki sedang membersihkan kolam penampungan airnya; tetapi sebelum ia selesai dari pekerjaannya, hari kiamat telah terjadi."

*******************

Firman Allah Swt.:

يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا

Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)

Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Suatu pendapat mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman–Nya : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Makna yang dimaksud ialah seakan-akan di antara kamu dan mereka terdapat hubungan yang intim, seakan-akan kamu adalah teman mereka.

Ibnu Abbas mengatakan, "Ketika orang-orang (Quraisy) bertanya kepada Nabi Saw. tentang hari kiamat, mereka mengajukan pertanyaan­nya seakan-akan mereka menganggap bahwa Muhammad benar-benar bersahabat karib dengan mereka. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya, bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada di sisi-Nya. Dia sengaja menyembunyikannya dan tidak memperlihatkannya kepada seorang pun, baik ia sebagai malaikat yang terdekat dengan-Nya ataupun sebagai seorang rasul yang diutus-Nya."

Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Muhammad Saw., "Sesugguhnya di antara kami dan engkau terdapat hubungan kekerabatan. Karena itu, jelaskanlah kepada kami kapankah hari kiamat akan terjadi?" Maka Allah Swt. berfirman: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)

Demikianlah menurut riwayat Mujahid, Ikrimah, Abu Malik, dan As-Saddi yang merupakan suatu pendapat.

Tetapi yang benar dari Mujahid ialah melalui riwayat Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya berikut ini: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Bahwa pertanyaan itu diajukan kepadamu seakan-akan kamu mengetahuinya.

Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yakni seakan-akan kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)

Ma'mar telah meriwayatkan dari sebagian ulama tafsir sehubungan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahumya. (Al-A'raf: 187) Artinya, seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yaitu seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat, padahal Allah menyembunyikan pengetahuan tentang hari kiamat ini dari semua makhluk-Nya. Lalu ia membacakan firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat.

Pendapat ini kedudukannya lebih kuat daripada yang pertama tadi. Karena itulah dalam ayat itu disebutkan oleh firman Nya :

قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Al-A;'raf: 187)

Malaikat Jibril a.s. datang dalam rupa seorang Arab Badui untuk mengajarkan kepada manusia perkara agama mereka, lalu ia duduk di hadapan Rasulullah Saw. seperti duduknya orang yang mau bertanya, kemudian memohon petunjuk. Maka Jibril a.s bertanya kepada Nabi Saw. tentang Islam, lalu tentang iman dan thsan, kemudian ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawabnya melalui sabdanya:

"مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ"

Orang yang ditanya mengenainya tidaklah lebih mengetahui daripada sipenanya.

Dengan kata lain, saya bukanlah orang yang lebih mengetahui tentangnya daripada engkau; dan tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentangnya daripada orang lain. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat

Menurut riwayat yang lain disebutkan bahwa lalu Jibril a.s. menanyakan tentang tanda-tanda akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi Saw. menjelaskan tanda-tanda hari kiamat kepadanya. Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah." Lalu Nabi Saw. membacakan ayat ini. Semua jawaban yang diucapkan oleh Nabi Saw. selalu dijawab olehnya dengan ucapan, "Engkau benar." Karena itulah para sahabat merasa heran dengan sikap si penanya ini; dia bertanya, tetapi dia pun membenarkannya. Kemudian setelah Jibril a.s. yang menyerupai seorang lelaki Badui itu pergi, Rasulullah SAW Bersabda :

"هَذَا جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ"

Orang itu adalah Jibril yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian perihal agama kalian.

Menurut riwayat lain, lalu Rasulullah Saw. bersabda:

"وَمَا أَتَانِي فِي صُورَةٍ إِلَّا عَرَفْتُهُ فِيهَا، إِلَّا صُورَتَهُ هَذِهِ".

Tidak sekali-kali Jibril datang kepadaku dalam bentuk apa pun melainkan aku mengenalnya kecuali dalam rupanya yang sekarang ini.

Kami telah menuturkan hadis ini berikut semua jalur periwayatan dan teks-teksnya di dalam awal Syarah Bukhari yang saya nukil dari kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Hasan dan kitab-kitab Musnad.

وَلَمَّا سَأَلَهُ ذَلِكَ الْأَعْرَابِيُّ وَنَادَاهُ بِصَوْتٍ جَهْوَرِيٍّ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هاء عَلَى نَحْوٍ مِنْ صَوْتِهِ -قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيْحَكَ إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ، فَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ " قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ، وَلَكِنِّي أَحَبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ". فَمَا فَرِحَ الْمُسْلِمُونَ بِشَيْءٍ فَرَحَهُمْ بِهَذَا الْحَدِيثِ

Ketika lelaki Arab Badui itu bertanya kepada Nabi Saw. dengan suara yang lantang dan mengatakan, "Hai Muhammad!" Maka Nabi Saw. menjawabnya dengan nada suara yang sama, "Ya, ada apa?" Ia bertanya, "Hai Muhammad, bilakah hari kiamat itu terjadinya?" Maka Rasulullah saw. menjawabnya: Celakalah kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu bekal apakah yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab, "Saya tidak membuat bekal apa pun untuk menghadapinya, baik salat yang banyak maupun puasa. Tetapi saya hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya. Maka tiada suatu hal pun yang membuat kaum muslim merasa gembira lebih dari kegembiraan mereka ketika mendengar hadis ini.

Hadis ini mempunyai banyak jalur yang bermacam-macam di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab lainnya dari sejumlah sahabat, dari Rasulullah Saw. Bunyi hadisnya adalah seperti berikut:

"الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ"

Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya.

Hadis ini berpredikat mutawatir menurut kebanyakan para huffaz yang mendalami hadis. Di dalam hadis ini terkandung pengertian bahwa Rasulullah Saw. apabila ditanya tentang sesuatu hal yang tidak perlu mereka ketahui, maka beliau Saw. memberinya petunjuk kepada sesuatu yang lebih penting daripada itu, yaitu membuat persiapan bekal untuk menyambut hari kiamat dan mempersiapkan diri sebelum kedatangannya, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat.

Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَتِ الْأَعْرَابُ إِذَا قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَأَلُوهُ عَنِ السَّاعَةِ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَنَظَرَ إِلَى أَحْدَثِ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ فَقَالَ: "إِنَّ يَعِشْ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ حَتَّى قَامَتْ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ"

telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usamah, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Badui apabila datang menghadap kepada Rasulullah Saw. sering menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang terjadinya hari kiamat. Maka Rasulullah Saw. memandang kepada seseorang yang paling muda di antara mereka, lalu bersabda: Jika orang ini tetap hidup, sebelum dia mengalami usia pikun, maka terjadilah atas kalian kiamat kalian.

Makna yang dimaksud ialah kematian mereka, yang mengantarkan mereka ke alam barzakh, lalu ke akhirat.

Kemudian Imam Muslim mengatakan:

وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يُونُسَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، وَعِنْدَهُ غُلَامٌ مَنَّ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ مُحَمَّدٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أن يَعِشْ هَذَا الْغُلَامُ فَعَسَى أَلَّا يُدْرِكَهُ الهَرَم حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ".

telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hari kiamat. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Jika pemuda ini tetap hidup, mudah-mudahan sebelum ia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid. Imam Muslim mengatakan pula bahwa:

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا مَعْبَدُ بْنُ هِلَالٍ الْعَنَزِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُنَيهة، ثُمَّ نَظَرَ إِلَى غُلَامٍ بَيْنَ يَدَيْهِ مِنْ أَزْدِ شَنُوءَةَ، فَقَالَ: "إِنَّ عُمِّرَ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ" -قَالَ أَنَسٌ: ذَلِكَ الْغُلَامُ مِنْ أَتْرَابِي

telah menceritakan kepadaku Hajjaj ibnu Asy Sya'ir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Hilal Al-Masri, dari Anas ibnu Malik r.a., bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Nabi Saw., "Bilakah hari kiamat terjadi?" Rasulullah Saw. diam sejenak, beliau memandang ke arah seorang pemuda yang ada di hadapannya dari kalangan Azd Syanuah, lalu bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi. Anas ibnu Malik mengatakan, "Pemuda tersebut sebaya dengan usiaku."

Imam Muslim mengatakan pula bahwa:

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: مَرَّ غُلَامٌ لِلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ -وَكَانَ مَنْ أقراني -فقال للنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ يُؤَخَّرْ هَذَا لم يدركه الهرم حتى تقوم الساعة"

telah menceritakan kepada kami Harun ibnu 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pemuda (pelayan) milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang seusia denganku lewat, lalu Nabi Saw. bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mengalami usia pikun kiamat akan terjadi.

Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab, bagian dari kitab Sahih-nya: dari Amr ibnu Asim, dari Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas, bahwa seorang lelaki Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat terjadi?" Lalu Imam Bukhari menuturkan hadis ini, dan pada akhirnya ia menyebutkan “Kemudian Lewatlah seorang pelayan milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah," Hingga akhir hadis.

Pengertian mutlak yang terdapat di dalam riwayat-riwayat ini dapat diartikan kiamat secara khusus bagi yang bersangkutan, yakni pengertian yang terbatas, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadis Siti Aisyah r.a.

قَالَ ابْنُ جُرَيْج: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قبل أَنْ يَمُوتَ بِشَهْرٍ، قَالَ: "تَسْأَلُونِي عَنِ السَّاعَةِ، وَإِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ. وَأُقْسِمُ بِاللَّهِ مَا عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ الْيَوْمَ مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ، تَأْتِي عَلَيْهَا مِائَةُ سَنَةٍ"

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; dia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sebulan sebelum beliau wafat: Kalian sering bertanya kepadaku tentang hari kiamat, sesungguh­nya pengetahuan tentang hari kiamat hanya ada di sisi Allah Dan aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa tiada seorang pun yang ada pada hari ini di muka bumi dapat tahan hidup bila telah datang kepadanya masa seratus tahun. (Riwayat Muslim)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan hal yang semisal, dari Ibnu Umar. Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya yang dimaksud oleh Rasulullah Saw. dengan ungkapan ini hanyalah surutnya generasi tersebut."

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، أَنْبَأَنَا الْعَوَّامُ، عَنْ جَبَلَةَ بْنِ سُحَيْمٍ، عَنْ مُؤْثِرِ بْنِ عَفَازة عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَقِيتُ لَيْلَةَ أُسَرِيَ بِي إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى"، قَالَ:"فَتَذَاكَرُوا أَمْرَ السَّاعَةِ"، قَالَ: "فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي بِهَا. فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي بِهَا. فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى عِيسَى، فَقَالَ عِيسَى: أَمَّا وَجْبَتُهَا فَلَا يَعْلَمُ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، وَفِيمَا عَهِدَ إليَّ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّ الدَّجَّالَ خَارِجٌ"، قَالَ: "وَمَعِي قَضِيبَانِ، فَإِذَا رَآنِي ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الرَّصَاصُ"، قَالَ: "فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، إِذَا رَآنِي، حَتَّى إِنَّ الْحَجَرَ وَالشَّجَرَ يَقُولُ: يَا مُسْلِمُ، إِنْ تَحْتِي كَافِرًا تَعَالَى فَاقْتُلْهُ". قَالَ: "فَيُهْلِكُهُمُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَرْجِعُ النَّاسُ إِلَى بِلَادِهِمْ وَأَوْطَانِهِمْ"، قَالَ: "فَعِنْدَ ذَلِكَ يَخْرُجُ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ، وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فَيَطَئُونَ بِلَادَهُمْ، لَا يَأْتُونَ عَلَى شَيْءٍ إِلَّا أَهْلَكُوهُ، وَلَا يَمُرُّونَ عَلَى مَاءٍ إِلَّا شَرِبُوهُ"، قَالَ: "ثُمَّ يَرْجِعُ النَّاسُ إليَّ فَيَشْكُونَهُمْ، فَأَدْعُو اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِمْ فَيُهْلِكُهُمْ وَيُمِيتُهُمْ، حَتَّى تَجْوَى الْأَرْضُ مِنْ نَتَنِ رِيحِهِمْ -أَيْ: تُنْتِن -" قَالَ: "فَيُنْزِلُ اللَّهُ الْمَطَرَ، فَيَجْتَرِفُ أَجْسَادَهُمْ حَتَّى يَقْذِفَهُمْ فِي الْبَحْرِ".

قَالَ أَحْمَدُ: قَالَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ: ثُمَّ تُنْسَفُ الْجِبَالُ، وَتُمَدُّ الْأَرْضُ مَدَّ الْأَدِيمِ -ثُمَّ رَجَعَ إِلَى حَدِيثِ هُشَيْمٍ قَالَ: فَفِيمَا عَهِدَ إِلَيَّ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّ ذَلِكَ إِذَا كَانَ كَذَلِكَ، فَإِنَّ السَّاعَةَ كَالْحَامِلِ الْمُتِمِّ لَا يَدْرِي أَهْلُهَا مَتَى تُفَاجِئُهُمْ بِوِلَادِهَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awam, dari Jabalah ibnu Suhaim, dari Muassir ibnu Afarah, dari Ibnu Mas'ud r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Aku bersua dengan Ibrahim, Musa, dan Isa pada malam ketika aku menjalani Isra. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai hari kiamat." Nabi Saw. melanjutkan sabdanya, "Lalu mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim a.s. Maka Ibrahim a.s. menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat." Lalu mereka mengembalikan perkaranya kepada Musa, tetapi Musa menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat.' Kemudian mereka mengembalikan perkara tersebut kepada Isa, dan Isa mengatakan, 'Ingatlah, mangenai waktu terjadinya kiamat, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah Swt. Dan menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku, Dajjal akan muncul. Saat itu aku memegang dua buah tombak. Apabila Dajjal melihat diriku, maka leburlah dirinya sebagaimana leburnya timah." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, "Kemudian Allah membinasakan Dajjal manakala Dajjal melihatnya (Nabi lsa). Sehingga pepohonan dan bebatuan mengatakan, 'Hai orang muslim, sesungguhnya di bawahku bersembunyi orang kafir, maka kemarilah dan bunuhlah dia.' Lalu Allah membinasakan orang-orang kafir, kemudian orang-orang kembali ke kota dan negerinya masing-masing. Maka pada saat itulah muncul Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Lalu mereka menginjak negeri manusia, dan tidak sekali-kali mereka mendatangi sesuatu tempat melainkan mereka merusaknya. Tidak sekali-kali pula mereka melewati suatu mata air melainkan mereka meminumnya sampai habis hingga kering. Kemudian manusia kembali datang mengadu kepada Nabi lsa, maka Nabi lsa berdoa kepada Allah Swt. Lalu Allah membinasakan mereka dan mematikan mereka semua hingga burnt menjadi busuk karena bangkai mereka yang sangat banyak dan baunya yang sangat busuk. Kemudian Allah menurunkan hujan besar dan menghanyutkan jasad-jasad mereka, lalu banjir melemparkan bangkai mereka ke laut"

Imam Ahmad mengatakan bahwa Yazid ibnu Harun menceritakan bahwa setelah itu gunung-gunung hancur, dan bumi menjadi rata seperti hamparan permadani kulit. Kemudian Imam Ahmad kembali kepada hadis Hasyim yang menyebutkan, "Menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku (Nabi lsa), bahwa apabila hal itu telah terjadi, maka sesungguhnya hari kiamat bagaikan seorang wanita hamil yang sudah masanya untuk melahirkan. Suaminya tidak mengetahui bilakah istrinya akan membuat kejutan baginya dengan kelahiran bayinya, apakah di siang hari ataukah di malam hari."

Ibnu Majah telah meriwayatkannya dari Bandar, dari Yazid ibnu Harun, dari Al-Awwam ibnu Hausyab berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.

Para nabi yang telah disebutkan di atas adalah para nabi yang terkemuka dari kalangan Ulul 'Azmi, mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang waktu hari kiamat secara tepat. Mereka mengembalikan perkara mereka kepada Isa a.s., lalu Isa menjawab mereka dengan tanda-tandanya saja; hal ini tiada lain karena dia akan diturunkan di zaman terakhir dari umat Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan syariat Nabi Muhammad Saw. dan membunuh Dajjal, dan Allah menjadikan kebinasaan Ya-juj dan Ma-juj berkat doa yang dipanjatkannya. Maka Nabi Isa hanya menceritakan apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْر حَدَّثَنَا عُبيد اللَّهِ بْنُ إِيَادِ بْنِ لَقِيط قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَذْكُرُ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ: "عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيها لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ، وَلَكِنْ سَأُخْبِرُكُمْ بِمَشَارِيطِهَا، وَمَا يَكُونُ بَيْنَ يَدَيْهَا: إِنَّ بَيْنَ يَدَيْهَا فِتْنَةً وَهَرْجًا"، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْفِتْنَةُ قَدْ عَرَفْنَاهَا، فَالْهَرْجُ مَا هُوَ؟ قَالَ بِلِسَانِ الْحَبَشَةِ: "الْقَتْلُ". قَالَ وَيُلقَى بَيْنَ النَّاسِ التَّنَاكرُ، فَلَا يَكَادُ أَحَدٌ يَعْرِفُ أَحَدًا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ziyad ibnu Laqit yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai hari kiamat, maka beliau Saw. menjawab: Pengetahuan hari kiamat hanya ada di sisi Tuhanku, tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia. Tetapi aku akan menceritakan kepada kalian tentang syarat-syarat (tanda-tandanya) dan hal-hal yang akan terjadi dekat sebelumnya. Sesungguhnya dekat sebelum hari kiamat akan terjadi fitnah dan haraj. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah mengenai fitnah telah kami ketahui maknanya, tetapi apakah yang dimaksud dengan harqj?” Rasulullah Saw. bersabda, "Haraj adalah bahasa Habsyah yang artinya pembunuhan.” Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Dan ditimpakan kepada semua manusia rasa tanakur (saling mengingkari). Karena itu, hampir-hampir seseorang tidak mengenal temannya.

Tidak ada seorang pun dari Sittah yang meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini.

Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Khalid, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. terus-menerus teringat tentang masalah hari kiamat, sehingga turunlah firman Allah Swt. yang mengatakan: Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat, "Bilakah terjadinya?” (Al-A'raf: 187), hingga akhir ayat.

Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Isa ibnu Yunus, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan sanad yang sama. Sanad ini berpredikat jayyid (baik) lagi kuat.

Nabi yang ummi ini adalah penghulu para rasul dan pemungkasnya, yaitu Nabi Muhammad Saw. yang dikenal sebagai nabi pembawa rahmat, nabi tobat, panglima perang, juga dijuluki dengan nama Al- Aqib dan Al-Muqaffa serta Al-Hasyir yang kelak di hari kiamat semua manusia dihimpunkan di bawah kedua telapak kakinya, sekalipun sabdanya yang disebutkan di dalam kitab Sahih melalui hadis Anas, Sahl ibnu Sa'd mengatakan:

"بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ"

Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat seperti keduanya ini.

Hal ini diungkapkan oleh beltau Saw. seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jempol. Walaupun demikian Allah memerintahkan kepadanya agar mengembalikan pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat kepada Dia, jika beliau ditanya mengenainya. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah disisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al A’raf : 187)