9 - التوبة - At-Tawba
The Repentance
Medinan
لَقَدِ ٱبْتَغَوُا۟ ٱلْفِتْنَةَ مِن قَبْلُ وَقَلَّبُوا۟ لَكَ ٱلْأُمُورَ حَتَّىٰ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَهُمْ كَٰرِهُونَ 48
(48) Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.
(48)
Allah Swt. berfirman mengingatkan Nabi-Nya terhadap orang-orang munafik. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الأمُورَ
Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu. (At-Taubah: 48) .
Yakni sesungguhnya mereka telah menggunakan pikiran dan pendapatnya untuk membuat makar dan tipu muslihat terhadap dirimu dan sahabat-sahabatmu dengan tujuan menghinakan agamamu dan memadamkannya dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini terjadi di masa permulaan Nabi Saw. tiba di Madinah. Semua orang Arab bergabung menjadi satu melancarkan permusuhan mereka terhadap beliau, dan orang-orang Yahudi Madinah serta orang-orang munafiknya gencar memerangi beliau. Tetapi setelah Allah memberinya kemenangan dalam Perang Badar dan meninggikan kalimah-Nya, maka Abdullah ibnu Ubay dan kawan-kawannya (dari kaum munafik) berkata bahwa agama ini merupakan perkara yang tidak boleh dianggap enteng. Maka mereka (orang-orang munafik) mulai masuk Islam lahiriahnya secara beramai-ramai. Kemudian setiap Allah memenangkan Islam dan para pemeluknya, maka hal tersebut membuat mereka mendongkol dan tidak suka. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ
hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah padahal mereka tidak menyukainya. (At-Taubah: 48)
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ٱئْذَن لِّى وَلَا تَفْتِنِّىٓ ۚ أَلَا فِى ٱلْفِتْنَةِ سَقَطُوا۟ ۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌۢ بِٱلْكَٰفِرِينَ 49
(49) Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
(49)
Allah Swt. berfirman bahwa di antara orang-orang munafik itu, hai Muhammad, terdapat orang yang mengatakan kepadamu:
ائْذَنْ لِي
Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang). (At-Taubah: 49)
Yakni tetap tinggal di tempat.
وَلا تَفْتِنِّي
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah. (At-Taubah: 49)
Maksudnya, berangkat bersamamu ke medan perang. disebabkan wanita-wanita Romawi. Maka Allah Swt. berfirman:
أَلا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. (At-Taubah: 49)
Yaitu karena ucapan mereka yang demikian itu. berarti mereka telah terjerumus ke dalam fitnah.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, Yazid ibnu Rauman, Abdullah ibnu Abu Bakar. Asim ibnu Qatadah dan lain-lainnya. Mereka mengatakan bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah Saw. sedang bersiap-siap untuk berangkat berjihad, beliau bersabda kepada Jadd ibnu Qais. saudara lelaki Bani Salamah, "Hai Jadd, mengapa tahun ini kamu tidak berangkat untuk memerangi Banil Asfar (orang-orang Romawi)?" Jadd menjawab, "Wahai Rasulullah, berilah saya izin untuk tidak berangkat, dan janganlah engkau jerumuskan diriku ke dalam fitnah. Demi Allah, sesungguhnya semua kaumku telah mengetahui bahwa tidak ada seorang lelaki pun yang lebih suka kepada wanita selain diriku. Dan sesungguhnya aku merasa khawatir bila melihat kaum wanita Banil Asfar, maka aku tidak dapat mengekang diriku lagi dari mereka." Maka Rasulullah Saw. berpaling darinya dan bersabda, "Saya memberi izin kepadamu untuk tidak berangkat." Sehubungan dengan peristiwa Al-Jadd ibnu Qais inilah diturunkan firman-Nya: Di antara mereka ada yang berkata, "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah" (At-Taubah: 49), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, sesungguhnya Al-Jadd merasa takut terhadap wanita Banil Asfar sebagai alasannya untuk tidak berangkat berperang, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Karena dengan demikian berarti dia telah terjerumus ke dalam fitnah yang lebih parah, sebab ia tidak mau berangkat dengan Rasulullah Saw. dan sikapnya yang mementingkan dirinya sendiri.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Jadd ibnu Qais. Al-Jadd ibnu Qais ini adalah salah seorang yang terpandang lagi terhormat dari kalangan Bani Salamah. Di dalam kitab Sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka:
"مَنْ سَيِّدُكُمْ يَا بَنِي سَلَمَةَ؟ " قَالُوا: الْجَدُّ بْنُ قَيْسٍ، عَلَى أَنَّا نُبَخِّله فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَأَيُّ دَاءٍ أَدْوَأُ مِنَ الْبُخْلِ، وَلَكِنْ سَيِّدكم الْفَتَى الْأَبْيَضُ الجَعْد بِشْر بْنُ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُور".
Siapakah pemimpin kalian, hai Bani Salamah? Mereka menjawab, "Al-Jadd ibnu Qais, tetapi kami menilainya orang yang kikir." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Penyakit apa lagikah yang lebih parah daripada kikir? Tetapi pemimpin kalian yang sebenarnya adalah seorang pemuda yang berambut keriting dan berkulit putih, yaitu Bisyar ibnul Barra ibnu Ma'rur.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 49)
Maksudnya, tidak ada jalan selamat bagi mereka dari neraka Jahannam, dan tidak ada jalan untuk melarikan diri bagi mereka dari neraka Jahannam. Jahannam merupakan suatu kepastian bagi mereka.
إِن تُصِبْكَ حَسَنَةٌۭ تَسُؤْهُمْ ۖ وَإِن تُصِبْكَ مُصِيبَةٌۭ يَقُولُوا۟ قَدْ أَخَذْنَآ أَمْرَنَا مِن قَبْلُ وَيَتَوَلَّوا۟ وَّهُمْ فَرِحُونَ 50
(50) Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
(50)
Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya perihal permusuhan yang terpendam di dalam hati orang-orang munafik itu. bahwa apabila Nabi beroleh kebaikan (yakni kemenangan dan pertolongan serta ganimah dari musuh-musuhnya yang membuat Nabi Saw. dan para sahabatnya hidup dalam kemudahan), maka hal itu membuat mereka tidak senang.
وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ
dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana, mereka berkata, "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)." (At-Taubah: 5)
Yakni kami sebelumnya selalu menghindar untuk tidak mengikutimu.
وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ
dan mereka berpaling dengan rasa gembira (At-Taubah : 5)
Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Rasulullah Saw. bagaimana cara menjawab permusuhan mereka yang sangat keras itu. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (At-Taubah: 51)
Hai Muhammad, kepada mereka.
لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. (At-Taubah: 51)
Artinya. kami sepenuhnya berada di bawah kehendak dan kekuasaan Allah Swt.
هُوَ مَوْلانَا
Dialah Pelindung kami. (At-Taubah: 51)
Yaitu Tuhan kami dan tempat kami berlindung.
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (At-Taubah: 51)
Yakni kami bertawakal kepada-Nya, Dialah yang mencukupi kami, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ 51
(51) Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal".
(51)
Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (At-Taubah: 51)
Hai Muhammad, kepada mereka.
لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. (At-Taubah: 51)
Artinya. kami sepenuhnya berada di bawah kehendak dan kekuasaan Allah Swt.
هُوَ مَوْلانَا
Dialah Pelindung kami. (At-Taubah: 51)
Yaitu Tuhan kami dan tempat kami berlindung.
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (At-Taubah: 51)
Yakni kami bertawakal kepada-Nya, Dialah yang mencukupi kami, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.
قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَآ إِلَّآ إِحْدَى ٱلْحُسْنَيَيْنِ ۖ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَن يُصِيبَكُمُ ٱللَّهُ بِعَذَابٍۢ مِّنْ عِندِهِۦٓ أَوْ بِأَيْدِينَا ۖ فَتَرَبَّصُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُم مُّتَرَبِّصُونَ 52
(52) Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu".
(52)
Allah Swt. berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (At-Taubah: 52)
Kepada mereka, hai Muhammad.
هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا
Tidak ada yang kalian tunggu-tunggu bagi kami. (At-Taubah: 52)
Yakni tidak ada yang kalian nanti-nantikan bagi kami.
إِلا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ
kecuali salah satu dari dua kebaikan. (At-Taubah: 52)
Yaitu mati syahid atau beroleh kemenangan atas kalian. Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas. Mujahid. Qatadah, dan lain-Lainnya.
وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ
Dan kami menunggu-nunggu bagi kalian. (At-Taubah: 52)
Sedangkan yang kami nanti-nantikan bagi kalian.
أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا
bahwa Allah akan menimpakan kepada kalian azab (yang besar) dari sisi-Nya atau (azab) dengan tangan kami. (At-Taubah: 52)
Yakni kami menanti-nantikan kalian akan tertimpa ini atau itu, yaitu:
أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا
bahwa Allah akan menimpakan kepada kalian azab (yang besar) dari sisi-Nya atau (azab) dengan tangan kami. (At-Taubah: 52)
Maksudnya dengan ditawan atau dihukum mati.
فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ
Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersama kalian (At-Taubah: 52)
*******************
Firman Allah Swt.
قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا
Katakanlah Nafkahkanlah harta kalian, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa.” (At-Taubah: 53)
Dengan kata lain, belanjakanlah harta kalian secara sukarela atau terpaksa.
لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ
namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kalian. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang fasik. (At-Taubah: 53)
Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang penyebab nafkah itu tidak diterima dari mereka.
إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. (At-Taubah: 54)
Yakni sesungguhnya segala amal perbuatan itu dianggap sah hanyalah karena iman.
وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى
dan mereka tidak mengerjakan salat melainkan dengan malas. (At-Taubah: 54)
Maksudnya, tidak ada semangat bagi mereka untuk beramal, dan tidak ada sikap mereka yang benar.
وَلا يُنْفِقُونَ
dan tidak (pula) mereka menafkahkan. (At-Taubah: 54)
suatu harta pun.
إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
melainkan dengan rasa enggan. (At-Taubah: 54)
Padahal Nabi Saw. telah bersabda bahwa Allah tidak akan merasa bosan sehingga kalian sendiri yang bosan. Dan bahwa Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali yang baik. Karena itulah Allah tidak menerima suatu nafkah pun dari mereka, tidak pula suatu amal pun; Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.
قُلْ أَنفِقُوا۟ طَوْعًا أَوْ كَرْهًۭا لَّن يُتَقَبَّلَ مِنكُمْ ۖ إِنَّكُمْ كُنتُمْ قَوْمًۭا فَٰسِقِينَ 53
(53) Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik.
(53)
Firman Allah Swt.
قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا
Katakanlah Nafkahkanlah harta kalian, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa.” (At-Taubah: 53)
Dengan kata lain, belanjakanlah harta kalian secara sukarela atau terpaksa.
لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ
namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kalian. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang fasik. (At-Taubah: 53)
وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَٰتُهُمْ إِلَّآ أَنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأْتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَٰرِهُونَ 54
(54) Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.
(54)
Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang penyebab nafkah itu tidak diterima dari mereka.
إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. (At-Taubah: 54)
Yakni sesungguhnya segala amal perbuatan itu dianggap sah hanyalah karena iman.
وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى
dan mereka tidak mengerjakan salat melainkan dengan malas. (At-Taubah: 54)
Maksudnya, tidak ada semangat bagi mereka untuk beramal, dan tidak ada sikap mereka yang benar.
وَلا يُنْفِقُونَ
dan tidak (pula) mereka menafkahkan. (At-Taubah: 54)
suatu harta pun.
إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
melainkan dengan rasa enggan. (At-Taubah: 54)
Padahal Nabi Saw. telah bersabda bahwa Allah tidak akan merasa bosan sehingga kalian sendiri yang bosan. Dan bahwa Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali yang baik. Karena itulah Allah tidak menerima suatu nafkah pun dari mereka, tidak pula suatu amal pun; Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.