12 - يوسف - Yusuf
Joseph
Meccan
قَالَ يَٰبُنَىَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَىٰٓ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا۟ لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ 5
(5) Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".
(5)
Allah Swt. menyebutkan tentang perkataan Nabi Ya'qub kepada anaknya —yaitu Nabi Yusuf— setelah Yusuf menceritakan kepadanya apa yang telah dilihatnya dalam mimpinya itu. Mimpi itu berarti bahwa kelak semua saudara Yusuf akan tunduk dan menghormatinya dengan penghormatan yang sangat besar; karena kelak mereka akan bersujud kepadanya demi menghormati, mengagungkan, dan memuliakannya. Maka Ya'qub merasa khawatir bila Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, karena mereka pasti akan merasa dengki terhadapnya, lalu mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakannya. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:
لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا
Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. (Yusuf: 5)
Yakni niscaya mereka akan membuat makar dan tipu daya terhadapmu untuk membinasakan dirimu.
Di dalam sebuah hadis dari Rasulullah Saw. disebutkan bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
"إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلْيُحَدِّثْ بِهِ، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فليتحوَّل إِلَى جَنْبِهِ الْآخَرِ وَلْيَتْفُلْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا، وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ"
Apabila seseorang di antara kalian melihat (dalam mimpinya) sesuatu yang disukainya, hendaklah ia membicarakannya. Dan apabila ia melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia beralih ke sisi yang lain (dalam tidurnya), lalu hendaklah ia meludah ke arah kirinya sebanyak tiga kali dan hendaklah ia minta perlindungan kepada Allah dari kejahatan mimptnya itu, dan janganlah ia membicarakannya kepada seorang pun; maka sesungguhnya mimpi buruknya itu tidak akan membahayakannya.
Di dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan sebagian penulis kitab Sunan disebutkan melalui riwayat Mu'awiyah ibnu Haidah Al-Qusyairi yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعَبر، فَإِذَا عُبرت وَقَعَتْ"
Mimpi itu merupakan bayangan bagi seseorang selagi dia tidak membicarakannya; apabila dia membicarakannya, maka akan menjadi kenyataan.
Dari pengertian hadis ini dapat disimpulkan, hendaklah seseorang menyembunyikan nikmat kabar gembira melalui mimpinya itu sebelum menjadi kenyataan, seperti yang disebutkan di dalam hadis lainnya yang mengatakan:
"اسْتَعِينُوا عَلَى قَضَاءِ الْحَوَائِجِ بِكِتْمَانِهَا، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ"
Jadikanlah menyembunyikan tujuan sebagai sarana untuk meraih hal-hal yang didambakan, karena sesungguhnya semua orang yang beroleh kenikmatan itu ada yang iri kepadanya.
وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌۭ 6
(6) Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(6)
Allah Swt. berfirman menceritakan ucapan Ya'qub kepada Yusuf —anaknya— bahwa sebagaimana Tuhanmu telah memilihmu dan memperlihatkan bintang-bintang itu bersama matahari dan bulan yang semuanya bersujud kepadamu.
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ
demikianlah Tuhanmu memilih kamu. (Yusuf: 6)
Yakni memilih dan menyeleksimu untuk menjadi Nabi-Nya.
وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ
dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi. (Yusuf: 6)
Menurut Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, makna ahadis di sini ialah ta'bir mimpi-mimpi.
وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ
dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu. (Yusuf: 6)
yaitu dengan mengutusmu sebagai Rasul-Nya dan menurunkan wahyuNya kepadamu. Karena itulah disebutkan dalam ayat selanjutnya:
كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ
sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu (yaitu) Ibrahim. (Yusuf: 6)
yang dikenal sebagai Khalilullah atau kekasih Allah.
وَإِسْحَاقَ
dan Ishaq. (Yusuf: 6)
Yakni putranya, yang menurut suatu pendapat merupakan anak yang disembelihnya, tetapi pendapat ini bukanlah pendapat yang kuat.
إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Yusuf: 6)
Artinya, Dia Maha Mengetahui bagaimana meletakkan risalah-Nya, yakni kepada siapakah akan diberikan, seperti yang disebutkan juga dalam ayat lainnya.
لَّقَدْ كَانَ فِى يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِۦٓ ءَايَٰتٌۭ لِّلسَّآئِلِينَ 7
(7) Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
(7)
Allah Swt. menyebutkan bahwa di dalam kisah Yusuf dan beritanya bersama saudara-saudaranya terkandung pelajaran dan nasihat-nasihat (pesan-pesan kebaikan) bagi orang-orang yang menanyakan tentangnya. Sesungguhnya kisah tersebut merupakan berita yang menakjubkan dan berhak untuk diceritakan.
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا
(Yaitu) ketika mereka berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri.” (Yusuf: 8)
Mereka bersumpah menurut dugaan mereka, "Demi Allah, sesungguhnya Yusuf dan saudaranya, yakni Bunyamin saudara seibu dan sebapanya:
أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ
lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah suatu golongan (yang kuat)." (Yusuf: 8)
Yakni suatu golongan, maka mengapa ayah kita lebih menyukai keduanya daripada kita yang jumlahnya banyak?
إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. (Yusuf: 8)
Mereka bermaksud bahwa ayah mereka keliru karena lebih memperhatikan keduanya daripada diri mereka, dan kecintaannya kepada keduanya jauh lebih besar daripada kepada mereka.
Perlu diketahui bahwa tidak ada suatu dalil pun yang menunjukkan kenabian saudara-saudara Yusuf. Makna lahiriah konteks ayat ini menunjukkan tidak adanya kenabian pada mereka. Tetapi sebagian ulama menduga bahwa mereka diberi wahyu sesudah peristiwa tersebut. Hanya pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, dan orang yang menduga seperti itu dituntut mengemukakan dalil yang memperkuat pendapatnya. Ternyata mereka yang mengatakan demikian tidak menyebutkan suatu dalil pun kecuali hanya firman Allah Swt.:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya.” (Al-Baqarah: 136)
Dalil ini memang mengandung pengertian ke sana, karena puak-puak Bani Israil dikenal dengan sebutan 'asbat', yang kalau menurut bangsa Arab disebut 'kabilah' dan menurut orang 'Ajam disebut 'bangsa'; disebutkan oleh Allah Swt. bahwa Dia menurunkan wahyu kepada para nabi dari kalangan asbat Bani Israil. Dalam kaitan ini Allah Swt. menyebutkan mereka secara global, karena jumlah mereka cukup banyak. Akan tetapi, masing-masing sibt (pauk) itu adalah keturunan dari saudara-saudara Yusuf, hanya tidak ada suatu dalil pun yang menunjukkan bahwa telah diberikan wahyu kepada saudara-saudara Yusuf itu.
اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja. (Yusuf: 9)
Mereka mengatakan bahwa orang yang menyaingi kalian dalam memperoleh cinta ayah kalian ini harus kalian pisahkan dari ayah kalian agar perhatian ayah kalian hanya tertuju kepada kalian saja. Caranya ialah dengan membunuhnya atau membuangnya ke suatu tempat yang jauh agar kalian terbebas darinya, dan kecintaan ayah kalian hanya tercurah kepada kalian.
وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ
dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik (Yusuf: 9)
Mereka berniat akan bertobat sebelum melakukan dosa.
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ
Seorang di antara mereka berkata. (Yusuf: 1)
Qatadah dan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa saudara Yusuf yang tertua adalah Rubel, dialah yang mengatakan demikian. Menurut As-Saddi, orang yang mengusulkan demikian adalah Yahuza; sedangkan menurut Mujahid adalah Syam'un As-Safa.
لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ
Janganlah kalian bunuh Yusuf. (Yusuf: 1)
Maksudnya, permusuhan dan kebencian kalian terhadap Yusuf jangan sampai mendorong kalian untuk membunuhnya. Padahal mereka tidak mempunyai jalan untuk membunuhnya, karena Allah Swt. telah menghendaki suatu urusan baginya yang harus dilaksanakan dan disempurnakan buatnya, yaitu akan menjadikannya sebagai nabi, menurunkan wahyu kepadanya, serta menjadikannya berkedudukan kuat dan berkuasa di negeri Mesir. Maka Allah memalingkan mereka dari niatnya dan menjadikan mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Rubel. Rubel menyarankan, sebaiknya mereka melemparkan Yusuf ke dasar suatu sumur.
Qatadah mengatakan bahwa sumur itu terdapat di kota Baitul Maqdis.
يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ
supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir. (Yusuf: 1)
Yakni para musafir yang lewat, sehingga pada akhirnya mereka terbebas dari Yusuf dan tidak perlu membunuhnya lagi.
إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
jika kalian hendak berbuat. (Yusuf: 1)
Yaitu jika kalian bertekad akan melaksanakan apa yang kalian katakan.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa sesungguhnya mereka telah bersepakat untuk melakukan suatu dosa tiesar, yaitu memutuskan hubungan silaturahmi, menyakiti orang tua, dan tidak mengasihi anak kecil yang tidak berdosa; juga tidak kasihan kepada orang tuanya yang telah berusia lanjut yang seharusnya dilayani, dihormati, dan diutamakan oleh mereka. Perbuatan itu sangat besar dosanya di sisi Allah karena selain itu juga berarti memisahkan antara orang tua dan anaknya yang masih membutuhkan curahan kasih sayang orang tua; sehingga kewajiban orang tua mereka menjadi terhalang karena perbuatan mereka yang memisahkan antara orang tua dan anak yang dikasihinya yang masih lemah, karena usianya masih kecil dan masih membutuhkan curahan kasih sayang serta ketenangan dari orang tuanya. Semoga Allah mengampuni mereka, Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Sesungguhnya mereka menanggung suatu penderitaan yang sangat besar. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim melalui jalur Salamah ibnul Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar.
إِذْ قَالُوا۟ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍ 8
(8) (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
(8)
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا
(Yaitu) ketika mereka berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri.” (Yusuf: 8)
Mereka bersumpah menurut dugaan mereka, "Demi Allah, sesungguhnya Yusuf dan saudaranya, yakni Bunyamin saudara seibu dan sebapanya:
أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ
lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah suatu golongan (yang kuat)." (Yusuf: 8)
Yakni suatu golongan, maka mengapa ayah kita lebih menyukai keduanya daripada kita yang jumlahnya banyak?
إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. (Yusuf: 8)
Mereka bermaksud bahwa ayah mereka keliru karena lebih memperhatikan keduanya daripada diri mereka, dan kecintaannya kepada keduanya jauh lebih besar daripada kepada mereka.
Perlu diketahui bahwa tidak ada suatu dalil pun yang menunjukkan kenabian saudara-saudara Yusuf. Makna lahiriah konteks ayat ini menunjukkan tidak adanya kenabian pada mereka. Tetapi sebagian ulama menduga bahwa mereka diberi wahyu sesudah peristiwa tersebut. Hanya pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, dan orang yang menduga seperti itu dituntut mengemukakan dalil yang memperkuat pendapatnya. Ternyata mereka yang mengatakan demikian tidak menyebutkan suatu dalil pun kecuali hanya firman Allah Swt.:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya.” (Al-Baqarah: 136)
Dalil ini memang mengandung pengertian ke sana, karena puak-puak Bani Israil dikenal dengan sebutan 'asbat', yang kalau menurut bangsa Arab disebut 'kabilah' dan menurut orang 'Ajam disebut 'bangsa'; disebutkan oleh Allah Swt. bahwa Dia menurunkan wahyu kepada para nabi dari kalangan asbat Bani Israil. Dalam kaitan ini Allah Swt. menyebutkan mereka secara global, karena jumlah mereka cukup banyak. Akan tetapi, masing-masing sibt (pauk) itu adalah keturunan dari saudara-saudara Yusuf, hanya tidak ada suatu dalil pun yang menunjukkan bahwa telah diberikan wahyu kepada saudara-saudara Yusuf itu.
ٱقْتُلُوا۟ يُوسُفَ أَوِ ٱطْرَحُوهُ أَرْضًۭا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا۟ مِنۢ بَعْدِهِۦ قَوْمًۭا صَٰلِحِينَ 9
(9) Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik".
(9)
اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja. (Yusuf: 9)
Mereka mengatakan bahwa orang yang menyaingi kalian dalam memperoleh cinta ayah kalian ini harus kalian pisahkan dari ayah kalian agar perhatian ayah kalian hanya tertuju kepada kalian saja. Caranya ialah dengan membunuhnya atau membuangnya ke suatu tempat yang jauh agar kalian terbebas darinya, dan kecintaan ayah kalian hanya tercurah kepada kalian.
وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ
dan sesudah itu hendaklah kalian menjadi orang-orang yang baik (Yusuf: 9)
Mereka berniat akan bertobat sebelum melakukan dosa.
قَالَ قَآئِلٌۭ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوا۟ يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِى غَيَٰبَتِ ٱلْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ ٱلسَّيَّارَةِ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ 10
(10) Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat".
(10)
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ
Seorang di antara mereka berkata. (Yusuf: 1)
Qatadah dan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa saudara Yusuf yang tertua adalah Rubel, dialah yang mengatakan demikian. Menurut As-Saddi, orang yang mengusulkan demikian adalah Yahuza; sedangkan menurut Mujahid adalah Syam'un As-Safa.
لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ
Janganlah kalian bunuh Yusuf. (Yusuf: 1)
Maksudnya, permusuhan dan kebencian kalian terhadap Yusuf jangan sampai mendorong kalian untuk membunuhnya. Padahal mereka tidak mempunyai jalan untuk membunuhnya, karena Allah Swt. telah menghendaki suatu urusan baginya yang harus dilaksanakan dan disempurnakan buatnya, yaitu akan menjadikannya sebagai nabi, menurunkan wahyu kepadanya, serta menjadikannya berkedudukan kuat dan berkuasa di negeri Mesir. Maka Allah memalingkan mereka dari niatnya dan menjadikan mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Rubel. Rubel menyarankan, sebaiknya mereka melemparkan Yusuf ke dasar suatu sumur.
Qatadah mengatakan bahwa sumur itu terdapat di kota Baitul Maqdis.
يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ
supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir. (Yusuf: 1)
Yakni para musafir yang lewat, sehingga pada akhirnya mereka terbebas dari Yusuf dan tidak perlu membunuhnya lagi.
إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
jika kalian hendak berbuat. (Yusuf: 1)
Yaitu jika kalian bertekad akan melaksanakan apa yang kalian katakan.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa sesungguhnya mereka telah bersepakat untuk melakukan suatu dosa tiesar, yaitu memutuskan hubungan silaturahmi, menyakiti orang tua, dan tidak mengasihi anak kecil yang tidak berdosa; juga tidak kasihan kepada orang tuanya yang telah berusia lanjut yang seharusnya dilayani, dihormati, dan diutamakan oleh mereka. Perbuatan itu sangat besar dosanya di sisi Allah karena selain itu juga berarti memisahkan antara orang tua dan anaknya yang masih membutuhkan curahan kasih sayang orang tua; sehingga kewajiban orang tua mereka menjadi terhalang karena perbuatan mereka yang memisahkan antara orang tua dan anak yang dikasihinya yang masih lemah, karena usianya masih kecil dan masih membutuhkan curahan kasih sayang serta ketenangan dari orang tuanya. Semoga Allah mengampuni mereka, Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Sesungguhnya mereka menanggung suatu penderitaan yang sangat besar. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim melalui jalur Salamah ibnul Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar.
قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَ۫نَّا عَلَىٰ يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُۥ لَنَٰصِحُونَ 11
(11) Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.
(11)
Setelah mereka bersekongkol untuk mengambil Yusuf dan akan membuangnya ke dasar sumur—seperti pendapat yang diutarakan oleh saudara tertua mereka Rubel—, lalu mereka datang menghadap ayah mereka (yaitu Ya'qub a.s.) dan mereka berkata:
يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ
Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. (Yusuf: 11)
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan pendahuluan, sekaligus sebagai pengakuan akan kejujuran mereka, padahal mereka bermaksud lain dari itu, karena di dalam hati mereka terpendam rasa dengki dan iri hati, mengingat cinta kasih ayah mereka lebih besar kepada Yusuf daripada kepada mereka.
أَرْسِلْهُ مَعَنَا
Biarkanlah dia pergi bersama kami. (Yusuf: 12)
Maksudnya, berilah kesempatan kepadanya untuk pergi bersama kami.
غَدًا نَرْتَعْ وَنَلْعَبْ
besok pagi agar kami (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
sebagian ulama membacanya dengan huruf ya, sehingga artinya menjadi seperti berikut:
يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ
agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
Menurut Ibnu Abbas, artinya berlari-lari dan berolah raga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan lain-lainnya.
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. (Yusuf: 12)
Mereka mengatakan, "Kami sanggup menjaganya dan mengawasi keselamatannya demi engkau."
أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًۭا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ 12
(12) Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya".
(12)
أَرْسِلْهُ مَعَنَا
Biarkanlah dia pergi bersama kami. (Yusuf: 12)
Maksudnya, berilah kesempatan kepadanya untuk pergi bersama kami.
غَدًا نَرْتَعْ وَنَلْعَبْ
besok pagi agar kami (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
sebagian ulama membacanya dengan huruf ya, sehingga artinya menjadi seperti berikut:
يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ
agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
Menurut Ibnu Abbas, artinya berlari-lari dan berolah raga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan lain-lainnya.
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. (Yusuf: 12)
Mereka mengatakan, "Kami sanggup menjaganya dan mengawasi keselamatannya demi engkau."
قَالَ إِنِّى لَيَحْزُنُنِىٓ أَن تَذْهَبُوا۟ بِهِۦ وَأَخَافُ أَن يَأْكُلَهُ ٱلذِّئْبُ وَأَنتُمْ عَنْهُ غَٰفِلُونَ 13
(13) Berkata Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya".
(13)
Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Ya'qub, bahwa ia berkata kepada anak-anaknya dalam jawaban permintaan mereka yang meminta kepadanya agar membiarkan Yusuf pergi bersama mereka ke tempat penggembalaan ternak di padang sahara.
إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkanku. (Yusuf: 13)
Yakni sebenarnya aku merasa keberatan berpisah dengan Yusuf selama dia pergi dengan kalian hingga dia kembali lagi kepadaku. Demikian itu karena Ya'qub sangat mencintai Yusuf, mengingat di dalam diri Yusuf telah terdapat pertanda kebaikan yang besar dan sifat-sifat kenabian serta kesempurnaan pada akhlak dan bentuk (rupa)nya.
Firman Allah Swt.:
وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ
dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kalian lengah darinya. (Yusuf: 13)
Nabi Ya'qub mengatakan bahwa dirinya merasa takut dan khawatir bila anak-anaknya nanti sibuk dengan permainan dan gembalaan mereka sehingga melupakan penjagaannya terhadap Yusuf, lalu datanglah serigala memangsanya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Mereka (saudara-saudara Yusuf) menangkap pesan-pesan itu dari lisan ayah mereka dan mereka simpan di dalam hati mereka, kelak hal itu akan dijadikan sebagai alasan mereka dalam tindak kejahatannya.
Seketika itu juga mereka mengemukakan jawabannya kepada ayah mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ
Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkan kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi. (Yusuf: 14)
Mereka mengatakan, sesungguhnya jika Yusuf dimangsa oleh serigala di antara mereka, sedangkan mereka berjumlah banyak, berarti mereka adalah orang-orang yang binasa dan lemah.
قَالُوا۟ لَئِنْ أَكَلَهُ ٱلذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّآ إِذًۭا لَّخَٰسِرُونَ 14
(14) Mereka berkata: "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi".
(14)
Seketika itu juga mereka mengemukakan jawabannya kepada ayah mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ
Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkan kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi. (Yusuf: 14)
Mereka mengatakan, sesungguhnya jika Yusuf dimangsa oleh serigala di antara mereka, sedangkan mereka berjumlah banyak, berarti mereka adalah orang-orang yang binasa dan lemah.