12 - يوسف - Yusuf
Joseph
Meccan
فَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ ٱلسِّقَايَةَ فِى رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا ٱلْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَٰرِقُونَ 70
(70) Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri".
(70)
Setelah disiapkan bahan makanan mereka, lalu dimuatkan ke atas unta-unta mereka, Yusuf memerintahkan kepada salah seorang dari pelayannya untuk menaruh piala, yaitu tempat untuk minum yang terbuat dari perak, menurut kebanyakan ulama; menurut Ibnu Zaid terbuat dari emas. Piala ialah wadah minuman —juga dipakai untuk menakar makanan— yang mahal di saat itu, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid.
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa piala raja adalah tempat minum yang terbuat dari perak, bentuknya seperti mangkuk. Al-Abbas memiliki hal yang serupa di masa Jahiliahnya.
Lalu piala itu diletakkan di tempat (karung) milik Bunyamin tanpa sepengetahuan seorang pun. Kemudian berserulah orang-orang yang berseru di antara mereka seraya mengatakan:
فَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِي رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ
Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: "Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri". (Yusuf: 70)
Maka mereka menoleh kepada orang yang berseru itu, dan bertanya:
قَالُوا۟ وَأَقْبَلُوا۟ عَلَيْهِم مَّاذَا تَفْقِدُونَ 71
(71) Mereka menjawab, sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu: "Barang apakah yang hilang dari pada kamu?"
(71)
قَالُوا وَأَقْبَلُوا عَلَيْهِمْ مَاذَا تَفْقِدُونَ
Mereka menjawab, sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu: "Barang apakah yang hilang dari pada kamu?. (Yusuf: 71)
قَالُوا۟ نَفْقِدُ صُوَاعَ ٱلْمَلِكِ وَلِمَن جَآءَ بِهِۦ حِمْلُ بَعِيرٍۢ وَأَنَا۠ بِهِۦ زَعِيمٌۭ 72
(72) Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".
(72)
قَالُوا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ
Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala raja.” (Yusuf: 72)
وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ
dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan -makanan (seberat) beban unta. (Yusuf: 72)
Hal ini termasuk ke dalam Bab "Ju'alah" (hadiah).
وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ
dan aku menjamin terhadapnya. (Yusuf: 72)
Dalam hal ini termasuk ke dalam Bab "Daman" (garansi) dan "Kafalah (tanggungan).
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُم مَّا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا كُنَّا سَٰرِقِينَ 73
(73) Saudara-saudara Yusuf menjawab "Demi Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri".
(73)
Ketika penyeru-penyeru itu menuduh saudara-saudara Yusuf mencuri, maka saudara-saudara Yusuf berkata kepada mereka:
تَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِي الأرْضِ وَمَا كُنَّا سَارِقِينَ
Demi Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang yang mencuri. (Yusuf: 73)
Dengan kata lain, sesungguhnya kalian telah mengecek dan mengetahui kami sejak kalian mengenal kami. Karena mereka mengetahui dan menyaksikan dari sepak terjang saudara-saudara Yusuf perilaku yang baik. Sesungguhnya kami: datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang yang mencuri. (Yusuf: 73) Maksudnya, watak dan tabiat kami bukanlah watak pencuri.
قَالُوا۟ فَمَا جَزَٰٓؤُهُۥٓ إِن كُنتُمْ كَٰذِبِينَ 74
(74) Mereka berkata: "Tetapi apa balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta? "
(74)
Maka para penyeru itu berkata kepada mereka:
فَمَا جَزَاؤُهُ
Tetapi apa balasannya. (Yusuf: 74)
Yakni balasan bagi pencuri jika memang ternyata ada di antara kalian.
إِنْ كُنْتُمْ كَاذِبِينَ
jikalau kalian betul-betul pendusta. (Yusuf: 74)
قَالُوا۟ جَزَٰٓؤُهُۥ مَن وُجِدَ فِى رَحْلِهِۦ فَهُوَ جَزَٰٓؤُهُۥ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلظَّٰلِمِينَ 75
(75) Mereka menjawab: "Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya)". Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim.
(75)
Yaitu hukuman apakah yang pantas bagi si pencuri, jika kami menjumpainya ada di antara kalian dan ternyata dia telah mengambilnya?
قَالُوا جَزَاؤُهُ مَنْ وُجِدَ فِي رَحْلِهِ فَهُوَ جَزَاؤُهُ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
Mereka menjawab, "Balasannya ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya)." Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. (Yusuf: 75)
Demikianlah hukum yang berlaku di dalam syariat Nabi Ibrahim a.s., yaitu bahwa si pencuri diserahkan nasibnya kepada orang yang dicuri. Dan hal inilah yang diinginkan oleh Yusuf a.s. Untuk menyembunyikan tujuannya, Yusuf memulai pemeriksaan terhadap karung-karung mereka sebelum karung milik saudara sekandungnya.
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَآءِ أَخِيهِ ثُمَّ ٱسْتَخْرَجَهَا مِن وِعَآءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِى دِينِ ٱلْمَلِكِ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَٰتٍۢ مَّن نَّشَآءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌۭ 76
(76) Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.
(76)
ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ
kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. (Yusuf: 76)
Dan Yusuf menetapkan hukum atas mereka berdasarkan pengakuan dan ketetapan mereka sendiri, serta sekaligus mengharuskan bagi mereka menuruti ketentuan hukum yang diyakini oleh mereka (yaitu syariat Nabi Ibrahim a.s.). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ
Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. (Yusuf: 76)
Cara ini merupakan tipu muslihat yang disukai dan diridai Allah, karena mengandung hikmah dan maslahat yang diperlukan.
Firman Allah Swt.:
مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ
Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja. (Yusuf: 76)
Artinya, hukuman yang dijatuhkan oleh Yusuf terhadap saudaranya bukanlah berdasarkan undang-undang raja yang berlaku. Demikianlah menurut Ad-Dahhak dan lain-lainnya. Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Yusuf agar memberikan keputusan terhadap saudara-saudaranya dengan keputusan yang mereka ketahui dari syariat mereka. Atas hal itu dalam firman selanjutnya dipuji oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ
Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki. (Yusuf: 76)
Ayat ini semisal dengan firman Allah Swt. dalam ayat lainnya:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah: 11)
Adapun firman Allah Swt.:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 76)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, tiada seorang alim pun melainkan di atasnya ada orang yang lebih alim lagi, hingga hal ini berakhir sampai kepada Allah Swt.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdul A'Ia As-Sa'Iabi, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan, "Ketika kami sedang berada di hadapan Ibnu Abbas, maka Ibnu Abbas menceritakan suatu hadis yang menakjubkan. Kemudian ada seorang lelaki yang karena takjubnya lalu berkata, 'Segala puji bagi Allah, di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang lebih alim (daripadanya).' Ibnu Abbas berkata, 'Seburuk-buruk ucapan adalah apa yang kamu katakan. Maksudnya Allah Maha Mengetahui di atas semua orang yang berpengetahuan'."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 76) Maksudnya, orang ini lebih alim (berpengetahuan) daripada yang lainnya; dan ada lagi yang lebih berpengetahuan darinya, sedangkan Allah di atas semua orang yang berpengetahuan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 76) hingga pengetahuan ini sampai kepada Allah, dan hanya dari Allah-lah pengetahuan itu, lalu dipelajari oleh para ulama; dan hanya kepada-Nyalah ilmu pengetahuan kembali.
Menurut qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan wafauqa kulli alimin 'alim, yang artinya 'dan di atas tiap-tiap orang yang alim ada lagi Yang Mahaalim'.
قَالُوٓا۟ إِن يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌۭ لَّهُۥ مِن قَبْلُ ۚ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِى نَفْسِهِۦ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ ۚ قَالَ أَنتُمْ شَرٌّۭ مَّكَانًۭا ۖ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ 77
(77) Mereka berkata: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu". Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya): "Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu".
(77)
Ketika saudara-saudara Yusuf melihat piala raja dikeluarkan dari karung milik Bunyamin, berkatalah mereka:
إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ
Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu. (Yusuf: 77)
Mereka membela dirinya di hadapan Aziz dan membersihkan diri mereka dari ketularan sifat mencuri. Mereka menyebutkan pula bahwa perbuatan ini pernah dilakukan oleh saudara sekandungnya sebelum itu. Yang mereka maksudkan adalah Yusuf a.s.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa dahulu Yusuf pernah mencuri sebuah berhala milik kakeknya dari pihak ibu, lalu berhala itu ia pecahkan.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan, "Menurut berita yang sampai kepadaku, mula-mula musibah (cobaan) yang menimpa diri Yusuf ialah disebabkan bibinya, yaitu anak perempuan Nabi Ishaq. Bibinya itu adalah anak tertua Nabi Ishaq, dialah yang memiliki ikat pinggang Nabi Ishaq. Mereka mewarisinya secara turun-menurun bagi orang yang paling tua di antara mereka. Dan tersebutlah bahwa Yusuf dituduh menyimpan ikat pinggang itu dari bibi yang memeliharanya, sehingga dirinya menjadi milik bibinya yang memperlakukannya menurut apa yang dikehendakinya.
Tersebutlah bahwa ketika Ya'qub mempunyai anak (yaitu Yusuf), Yusuf dipelihara oleh bibinya yang mencintainya dengan kecintaan yang sangat mendalam. Selang beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf tumbuh bertambah besar, maka Ya'qub merasa rindu kepada Yusuf. Lalu ia datang untuk mengambil Yusuf dan berkata, 'Wahai saudara perempuanku, kembalikanlah Yusuf kepadaku. Demi Allah, aku tidak kuat lagi berpisah dengannya barang sesaat pun.' Bibi Yusuf menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya terlepas dariku.' Kemudian bibi Yusuf berkata, 'Biarkanlah Yusuf berada di rumahku beberapa hari lagi, aku akan mempertimbangkannya, barangkali saja pendapatku berubah.' atau alasan lainnya.
Setelah Ya'qub keluar dari rumah bibi Yusuf, maka dengan sengaja bibi Yusuf mengambil ikat pinggang Nabi Ishaq, lalu ia ikatkan di pinggang Yusuf, di bawah bajunya. Setelah itu ia berpura-pura merasa kehilangan ikat pinggang Ishaq, lalu ia memerintahkan kepada semua orang untuk mencari siapa orang yang mengambilnya.
Bibi Yusuf berpura-pura sibuk mencari-cari ikat pinggang itu, lalu ia berkata, 'Periksalah semua ahli bait.' Lalu mereka memeriksa semua ahli bait, dan ternyata mereka mendapatkan ikat pinggang itu ada pada Yusuf. Maka bibi Yusuf berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Yusuf sejak sekarang telah menjadi milikku, aku menguasainya sepenuhnya menurut apa yang aku kehendaki.'
Ketika Ya'qub datang berkunjung kepada bibi Yusuf dan bibi Yusuf menceritakan peristiwa itu (yang direkayasa olehnya), maka Ya'qub berkata kepada saudara perempuannya, 'Jika dia memang mengambilnya, maka dia diserahkan kepadamu secara utuh, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain itu.' Maka bibi Yusuf memegang Yusuf, dan Ya'qub tidak mempunyai kekuasaan apa pun untuk merenggut Yusuf dari tangan bibinya, hingga bibinya meninggal dunia. Setelah itu barulah Yusuf kembali kepada ayahnya.
Mujahid mengatakan bahwa hal itulah yang dimaksud oleh saudara-saudara Yusuf dalam pembelaan diri mereka di saat saudara mereka dituduh mencuri. Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu. (Yusuf: 77)
*******************
Adapun firman Allah Swt. yang mengatakan:
فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ
Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelannya itu pada dirinya. (Yusuf: 77)
Yakni ungkapan rasa kejengkelannya yang disebutkan dalam firman selanjutnya, yaitu:
أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ
Kalian lebih buruk kedudukan kalian (sifat-sifat kalian) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan itu. (Yusuf: 77)
Artinya, Allah Maha Mengetahui hakikat dari apa yang kalian sebutkan itu. Yusuf mengatakan kalimat ini hanya dalam hatinya, tidak mengucapkannya kepada mereka. Hal ini termasuk ke dalam Bab "Idmar" (menyembunyikan sesuatu) sebelum mengungkapkannya. Hal seperti ini banyak didapat, antara lain dalam perkataan seorang penyair:
جَزَى بَنُوه أَبَا الْغَيْلَانِ عَنِ كبَرٍ ... وحسْن فِعْلٍ كَمَا يُجزَى سِنِمَّارُ
Semoga Abul Gailan dibalas oleh anak-anaknya di masa tuanya dengan perlakuan yang baik sebagaimana Sinimmar mendapat balasan.
Hal ini banyak dalil yang menguatkannya di dalam Al-Qur'an, hadis, dan lugat (bahasa), baik yang berupa syair, prosa, maupun kisah-kisah mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya. (Yusuf: 77) Maksudnya, Yusuf menyimpan kata-kata berikut di dalam hatinya, yaitu yang disebutkan oleh firman Allah Swt.: "Kalian lebih buruk kedudukan kalian (sifat-sifat kalian), dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan itu." (Yusuf: 77)
قَالُوا۟ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْعَزِيزُ إِنَّ لَهُۥٓ أَبًۭا شَيْخًۭا كَبِيرًۭا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُۥٓ ۖ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلْمُحْسِنِينَ 78
(78) Mereka berkata: "Wahai Al Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambillah salah seorang diantara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk oranng-orang yang berbuat baik".
(78)
Setelah terbukti kesalahan Bunyamin dan telah ditetapkan ia harus ditinggalkan pada Yusuf sesuai dengan pengakuan mereka, maka mereka meminta belas kasihan kepada Yusuf agar Bunyamin dilepaskan:
قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا
Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya.” (Yusuf: 78)
Mereka bermaksud bahwa ayah mereka sangat mencintainya dan menjadikannya sebagai hiburannya dan pelampiasan kerinduannya terhadap anaknya yang lain yang hilang.
فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ
lantaran itu ambillah salah seorang dari kami sebagai gantinya. (Yusuf: 78)
Yakni sebagai gantinya untuk ditahan olehmu.
إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik. (Yusuf: 78)
Yaitu orang yang adil, penyantun lagi menerima perkara yang baik.