15 - الحجر - Al-Hijr
The Rock
Meccan
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِى ٱلسَّمَآءِ بُرُوجًۭا وَزَيَّنَّٰهَا لِلنَّٰظِرِينَ 16
(16) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya),
(16)
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya). (Al-Hijr: 16)
Allah Swt. menyebutkan tentang langit yang diciptakan-Nya, yang sangat tinggi disertai dengan bintang-bintang yang menghiasinya, baik yang tetap maupun yang beredar. Hal tersebut dapat dijadikan tanda-tanda yang jelas menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang yang merenungkannya dan menggunakan akal pikirannya dalam menganalisis keajaiban-keajaiban alam yang sangat mengagumkan itu dan membuat terpesona orang yang memandangnya.
Karena itulah Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-buruj dalam ayat ini ialah bintang-bintang.
Menurut kami (penulis), makna ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا
Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang. (Al-Furqan: 61), hingga akhir ayat.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa al-buruj artinya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi matahari dan bulan.
Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa al-buruj dalam ayat ini artinya gedung-gedung yang di dalamnya ada penjaganya. Dan dijadikanlah bintang-bintang meteor sebagai penjaganya dari gangguan setan-setan yang jahat, agar setan-setan tidak dapat mencuri dengar percakapan para malaikat yang ada di langit. Maka barang siapa di antara setan-setan membangkang dan berani berbuat mencuri dengar, maka dia akan dilempar oleh bintang yang menyala terang itu hingga membinasakannya. Akan tetapi, adakalanya setan telah menyampaikan pembicaraan yang telah didengarnya itu kepada setan yang ada di bawahnya sebelum ia dikenai oleh bintang yang menyala. Lalu setan yang menerimanya itu menyampaikannya kepada setan lainnya yang ada di bawahnya, kemudian ia menyampaikannya kepada kekasihnya, seperti yang disebutkan dengan jelas dalam hadis sahih.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يبلُغُ بِهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضعانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفوان".
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan. dari Amr, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah yang menyampaikannya dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Apabila Allah memutuskan urusan di langit, malaikat mengepakkan sayapnya karena tunduk patuh kepada firman-Nya. (yang bunyinya) seakan-akan seperti suara rantai (yang dijatuhkan) di atas batu yang licin (berbunyi gemerincing).
Ali dan lain-lainnya mengatakan bahwa seakan-akan suaranya seperti suara rantai yang jatuh di atas batu yang licin dan menembusnya karena wibawa dan pengaruh firman Allah kepada mereka. Manakala para malaikat terkejut dan takut, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?" Maka mereka berkata kepada malaikat yang bertanya, "Sesungguhnya apa yang difirmankan oleh-Nya adalah hak belaka. Dia Mahatinggi lagi Mahabesar."
وَحَفِظْنَٰهَا مِن كُلِّ شَيْطَٰنٍۢ رَّجِيمٍ 17
(17) dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk,
(17)
وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ
Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk. (Al-Hijr: 17)
إِلَّا مَنِ ٱسْتَرَقَ ٱلسَّمْعَ فَأَتْبَعَهُۥ شِهَابٌۭ مُّبِينٌۭ 18
(18) kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.
(18)
إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ
Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (Al-Hijr: 18)
Maka percakapan mereka didengar oleh setan yang mencuri dengar. Setan-setan yang mencuri dengar itu —menurut yang digambarkan dan diperagakan oleh sufyan dengan tangannya seraya membuka semua jari tangannya yang kanan dan menegakkannya serta menyusunnya yang satu di atas yang lainnya— satu sama lainnya saling mengusung. Adakalanya bintang yang membakar itu mengenai setan yang mencuri dengar percakapan para malaikat, sebelum setan menyampaikannya kepada teman yang ada di bawahnya. Adakalanya setan sempat menyampaikan hasil curi dengarnya itu kepada teman yang dibawahnya sebelum ia terkena oleh bintang yang membakar. Kemudian temannya itu meneruskannya sampai kepada setan yang ada di bumi.
Adakalanya Sufyan mengatakan, "Hingga sampai di bumi, lalu dilemparkan ke dalam mulut penyihir atau tukang tenung (tukang ramal); setan memasukkannya disertai dengan seratus kali dusta, maka tukang sihir itu percaya. Dan para tukang sihir dan tukang tenung itu mengatakan, 'Bukankah kita telah diberi tahu bahwa hari anu akan terjadi peristiwa anu dan anu, dan ternyata kami menjumpainya benar sesuai dengan berita yang dicuri dengar dari langit' "
وَٱلْأَرْضَ مَدَدْنَٰهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ شَىْءٍۢ مَّوْزُونٍۢ 19
(19) Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
(19)
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Hijr: 19) Yakni menurut ukurannya yang telah dimaklumi.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Abu Malik, Mujahid, Al-Hakam ibnu Uyaynah, Al-Hasan ibnu Muhammad, Abu Saleh, dan Qatadah.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa makna ayat ini ialah, "Segala sesuatu menurut ukurannya yang pantas."
Ibnu Zaid mengatakan, makna ayat ialah "segala sesuatu menurut kadar dan ukurannya yang sesuai". Ibnu Zaid mengatakan pula bahwa yang dimaksud dengan lafaz mauzun ialah timbangan yang biasa dipakai di pasar-pasar.
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَٰيِشَ وَمَن لَّسْتُمْ لَهُۥ بِرَٰزِقِينَ 20
(20) Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.
(20)
Firman Allah Swt.:
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ
Dan Kami telah menjadikan untuk kalian di bumi keperluan-keperluan hidup. (Al-Hijr. 20)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah menciptakan berbagai macam sarana dan penghidupan di muka bumi. Ma'ayisy adalah bentuk jamak dari ma'isyah.
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ
dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kalian sekali-kali bukanlah pemberi rezeki kepadanya. (Al-Hijr: 20)
Menurut Mujahid, makhluk yang dimaksud ialah hewan-hewan liar dan hewan-hewan ternak. Sedangkan Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah budak-budak belian, hewan liar, dan hewan ternak.
Makna yang dimaksud ialah Allah telah menganugerahkan kepada mereka segala macam sarana dan mata pencaharian serta penghidupan untuk fasilitas mereka. Allah juga telah menundukkan buat mereka hewan-hewan untuk kendaraan mereka, serta hewan ternak yang mereka makan dagingnya, dan budak-budak lelaki dan wanita yang melayani mereka; sedangkan rezeki mereka dari Penciptanya, bukan dari orang-orang yang memiliki mereka, karena mereka hanya memanfaatkannya saja.
وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآئِنُهُۥ وَمَا نُنَزِّلُهُۥٓ إِلَّا بِقَدَرٍۢ مَّعْلُومٍۢ 21
(21) Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
(21)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dialah yang memiliki segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya serta tiada harganya bagiNya. Di sisi-Nya Dia memiliki perbendaharaan segala sesuatu yang terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya.
وَمَا نُنزلُهُ إِلا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. (Al-Hijr: 21)
Yakni menurut apa yang dikehendaki dan yang disukai-Nya, dan karena adanya hikmah yang sangat besar serta rahmat bagi hamba-hamba-Nya dalam hal tersebut, bukanlah sebagai suatu keharusan; bahkan Dia menetapkan atas diri-Nya kasih sayang (rahmat).
Yazid ibnu Abu Ziyad telah meriwayatkan dari Abu Juhaifah, dari Abdullah, bahwa tiada suatu daerah pun yang diberi hujan selama setahun penuh, tetapi Allah membagi-bagikannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Maka Dia memberikan hujan secara terbagi-bagi, terkadang di sana dan terkadang di sini. Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanah (perbendaharaannya. (Al-Hijr: 21), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Salim, dari Al-Hakam ibnu Uyaynah sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (Al-Hijr: 21) Bahwa tiada suatu tahun pun yang lebih banyak hujannya daripada tahun yang lain, tidak pula kurang; tetapi suatu kaum diberi hujan, sedangkan kaum yang lain tidak diberi berikut semua hewan yang ada di laut.
Ibnu Jarir mengatakan, 'Telah sampai suatu berita kepada kami bahwa seiring dengan turunnya hujan, turun pula para malaikat yang bilangannya jauh lebih banyak daripada bilangan anak-anak iblis dan anak-anak Adam. Bilangan mereka sama dengan setiap tetes dari air hujan, turun di tempat mana pun tetes air hujan jatuh dan di daerah mana pun yang menumbuhkan tetumbuhan."
قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا دَاوُدُ -وَهُوَ ابْنُ بَكْرٍ التُّسْتُري -حَدَّثَنَا حبَّان بْنُ أَغْلَبَ بْنِ تَمِيمٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَزَائِنُ اللَّهِ الْكَلَامُ، فَإِذَا أَرَادَ شَيْئًا قَالَ لَهُ: كُنْ، فَكَانَ"
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Daud Ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Hayyan ibnu Aglab ibnu Tamim, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Hisyam, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perbendaharaan Allah ialah Kalam-(Nya), apabila Dia hendak menciptakan sesuatu. Dia hanya berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka jadilah ia.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini tiada yang meriwayatkannya selain Aglab, sedangkan dia orangnya tidak kuat. Sejumlah ulama terdahulu ada yang membicarakannya, dan ternyata tiada yang meriwayatkan darinya kecuali hanya anaknya.
وَأَرْسَلْنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَسْقَيْنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمْ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ 22
(22) Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
(22)
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr 22)
Yakni membuahi awan, maka awan mengucurkan air (hujan)nya; dan mengawinkan tumbuh-tumbuhan, maka terbukalah daun-daunnya dan kuntum-kuntum bunganya. Lafaz riyah disebutkan dalam bentuk jamak, dengan maksud angin yang bermanfaat. Lain halnya dengan angin yang kering, maka ia diungkapkan dalam bentuk tunggal, yakni ar-rih; lalu disifati dengan kata al-'aqim yang artinya tidak menyuburkan atau angin kering. Disebutkan pula dengan bentuk jamak karena mengandung pengertian adanya faktor interaksi di antara dua hal atau lebih.
Al-A'masy mengatakan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Qais ibnus Sakan, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr: 22) Angin dikirimkan, maka angin itu membawa air dari langit; kemudian berlalu seirama dengan bergeraknya awan hingga awan itu menjatuhkan hujan sebagaimana air susu keluar dari tetek sapi perahan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, dari Qatadah.
Qatadah mengatakan, Allah mengirimkan angin kepada awan, maka angin membuahinya sehingga awan penuh dengan air. Ubaid ibnu Umair Al-Laisi mengatakan bahwa Allah mengirimkan angin yang membawa kesuburan pada suatu daerah, maka bumi daerah itu menjadi subur. Lalu Allah mengirimkan angin yang mengarak awan, kemudian mengirimkan angin yang membawa air sehingga awan mengandung banyak air. Setelah itu Allah mengirimkan angin yang mengawinkan tumbuh-tumbuhan, maka tumbuh-tumbuhan itu menjadi berbuah dengan suburnya. Setelah itu Qatadah membaca firman Allah Swt.: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr: 22)
وَقَدْ رَوَى ابْنُ جَرِيرٍ، مِنْ حَدِيثِ عُبَيْس بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ أَبِي المُهَزَّم، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الرِّيحُ الْجَنُوبُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَهِيَ [الرِّيحُ اللَّوَاقِحُ، وَهِيَ الَّتِي] ذَكَرَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَفِيهَا مَنَافِعُ لِلنَّاسِ"
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Ubais ibnu Maimun, dari Abul Mihzam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Angin selatan berasal dari surga, angin inilah yang disebutkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya, dan angin ini banyak mengandung manfaat bagi manusia.
Sanad hadis ini berpredikat daif.
قَالَ الْإِمَامُ أَبُو بَكْرٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ الحُمَيدي فِي مَسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، أَخْبَرَنِي يَزِيدُ بْنُ جُعْدبة اللَّيْثِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مِخْراق، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ فِي الْجَنَّةِ رِيحًا بَعْدَ الرِّيحِ بِسَبْعِ سِنِينَ، وَإِنَّ مِنْ دُونِهَا بَابًا مُغْلَقًا، وَإِنَّمَا يَأْتِيكُمُ الرِّيحُ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ، وَلَوْ فُتِحَ لَأَذْرَتْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ، وَهِيَ عِنْدَ اللَّهِ الأزَيبُ، وَهِيَ فِيكُمُ الْجَنُوبُ"
Imam Abu Bakar Abdullah ibnuz Zubair Al-Humaidi mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku Ibnu Ja'diyyah Al-Laisi; ia mendengar Abdur Rahman ibnu Mikhraq menceritakan hadis berikut dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menciptakan angin di dalam surga, yang jaraknya sama dengan perjalanan tujuh tahun, dan sesungguhnya sebelumnya terdapat sebuah pintu yang tertutup. Sesungguhnya angin yang datang kepada kalian berasal dari pintu itu. Seandainya pintu angin itu dibuka (semuanya), tentulah akan menerbangkan segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi. Angin itu yang ada di sisi Allah dinamakan azib, sedangkan yang ada di antara kalian adalah angin selatan.
Firman Allah Swt.:
فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ
lalu Kami beri minum kalian dengan air itu. (Al-Hijr: 22)
Artinya, Kami menurunkan hujan itu dalam keadaan tawar sehingga dapat kalian meminumnya. Seandainya Dia menghendaki, tentulah Dia menjadikan air itu berasa asin, seperti yang diisyaratkan-Nya dalam ayat yang lain melalui firman-Nya dalam surat Al-Waqi'ah, yaitu:
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ أَأَنْتُمْ أَنزلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزلُونَ لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلا تَشْكُرُونَ
Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kalian minum. Kaliankah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan air itu asin, maka mengapakah kalian tidak bersyukur? (Al-Waqi'ah: 68-7)
Demikian pula dalam firman Allah Swt.:
هُوَ الَّذِي أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian menggembalakan ternak kalian. (An-Nahl: 1)
Adapun firman Allah Swt.:
وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
dan sekali-kali bukanlah kalian yang menyimpannya. (Al-Hijr: 22)
Menurut Sufyan As-Sauri, makna yang dimaksud ialah 'dan sekali-kali kalian tidak dapat mencegah (turun)nya'.
Tetapi dapat pula diartikan bahwa makna yang dimaksud ialah 'dan kalian bukanlah orang-orang yang memeliharanya, tetapi Kami-lah yang menurunkannya dan yang memeliharanya untuk kalian, lalu Kami menjadikannya mata air dan sumber-sumber air di bumi'. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia akan mengeringkan air itu dan melenyapkannya. Tetapi karena rahmat-Nya, hujan diturunkan dan dijadikan berasa tawar, lalu disimpan di dalam mata air-mata air, sumur-sumur, dan sungai-sungai serta tempat-tempat penyimpanan air lainnya, agar mencukupi mereka selama satu tahun, untuk minum mereka dan hewan ternak mereka, serta untuk pengairan lahan pertanian mereka.
وَإِنَّا لَنَحْنُ نُحْىِۦ وَنُمِيتُ وَنَحْنُ ٱلْوَٰرِثُونَ 23
(23) Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.
(23)
Firman Allah Swt.:
وَإِنَّا لَنَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ
Dan sesungguhnya benar-benar Kamilah yang menghidupkan dan mematikan.. (Al-Hijr: 23)
Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dalam memulai penciptaan dan mengulanginya, dan bahwa Dialah Yang menciptakan makhluk dari tiada, kemudian Dia mematikan mereka, lalu Dia membangkitkan mereka semua pada hari perhimpunan. Allah menyebutkan pula bahwa Dialah yang mempusakai bumi dan semua makhluk yang ada padanya, dan hanya kepada-Nyalah mereka kembali.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan perihal ilmu-Nya Yang Mahasempurna tentang mereka, mulai dari yang pertama hingga yang paling akhir. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَلَقَدْ عَلِمْنَا ٱلْمُسْتَقْدِمِينَ مِنكُمْ وَلَقَدْ عَلِمْنَا ٱلْمُسْتَـْٔخِرِينَ 24
(24) Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada-mu dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripadamu).
(24)
وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ
Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian. (Al Hijr: 24)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan orang-orang yang terdahulu ialah semua orang yang telah mati sejak dari Nabi Adam a.s. Sedangkan yang dimaksud dengan orang-orang yang terkemudian ialah orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang akan ada nanti sampai hari kiamat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ikrimah, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Muhammad ibnu Ka'b, Asy-Sya'bi, dan lain-lainnya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari seorang lelaki, dari Marwan ibnul Hakam yang mengatakan bahwa ada sejumlah lelaki yang mengambil saf paling belakang demi seorang wanita, lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian, dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripada kalian). (Al-Hijr: 24)
Sehubungan dengan makna ayat ini ada sebuah hadis garib sekali yang berkenaan dengan latar belakangnya. Ibnu Jarir mengatakan: telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Musa Al-Jarasyi, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu ada seorang wanita yang salat di belakang Nabi Saw. Wanita itu sangat cantik. Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, tidak ada seorang wanita pun yang pernah aku lihat secantik wanita itu." Sebagian dari kaum muslim apabila salat maju ke saf yang terdepan agar tidak melihat wanita itu, sedangkan sebagian lainnya mengambil safnya di belakang wanita-itu. Apabila mereka (yang ada di depan) sujud, mereka melihat wanita itu dari bawah tangan mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripada kalian). (Al-Hijr: 24)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsir masing-masing, bagian dari kitab sunnahnya; begitu pula Ibnu Majah, melalui berbagai jalur dari Nuh ibnu Qais Al-Haddani yang dinilai siqah oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud serta lain-lainnya.
Tetapi telah diriwayatkan dari Ibnu Mu'in bahwaNuh ibnu Qais orangnya daif.
Imam Muslim dan ahli sunan mengetengahkan hadis ini, tetapi di dalam hadis ini terkandung predikat munkar yang parah.
Abdur Razzaq telah meriwayatkannya dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Amr ibnu Malik (yakni An-Nakri), bahwa ia pernah mendengar Abul Jauza mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian. (Al-Hijr: 24) Yakni dalam saf salat. dan orang-orang yang terkemudian (daripada kalian). (Al-Hijr: 24)
Menurut pengertian lahiriahnya, kata-kata ini berasal dari perkataan Abul Jauza, sedangkan nama Ibnu Abbas tidak disebut-sebut di dalamnya. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hal ini mirip dengan riwayat Nuh ibnu Qais.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari-Muhammad ibnu Abu Ma'syar, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Aun ibnu Abdullah menceritakan tentang pendapat Muhammad ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian, dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripada kalian). (Al-Hijr: 24) Ketika disebutkan kepada Muhammad ibnu Ka'b bahwa makna ayat ini berkenaan dengan saf-saf dalam salat, maka Muhammad ibnu Ka'b menyanggahnya dan mengatakan bahwa maknanya tidaklah demikian. Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kalian. (Al-Hijr: 24) yang telah mati atau yang telah terbunuh. dan orang-orang yang terkemudian (daripada kalian). (Al-Hijr: 24) Yaitu orang-orang yang akan diciptakan kemudian. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-Hijr: 25) Maka Aun ibnu Abdullah mengatakan, "Semoga Allah memberimu taufik dan memberi balasan kebaikan kepadamu."
وَإِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَحْشُرُهُمْ ۚ إِنَّهُۥ حَكِيمٌ عَلِيمٌۭ 25
(25) Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
(25)
وَإِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَحْشُرُهُمْ ۚ إِنَّهُ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-Hijr: 26)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍۢ مِّنْ حَمَإٍۢ مَّسْنُونٍۢ 26
(26) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
(26)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan salsal dalam ayat ini ialah tanah liat kering.
Makna lahiriah ayat sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ وَخَلَقَ الْجَانَّ مَن مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍ
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (Ar-Rahmah: 14-15)
Dari Mujahid, disebutkan pula bahwa salsal artinya tanah yang berbau busuk. Tetapi tafsir ayat dengan ayat yang lain adalah lebih utama.
Firman Allah Swt.:
مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr: 26)
Makna yang dimaksud ialah tanah liat. Sedangkan al-masnun artinya yang licin, seperti pengertian dalam perkataan seorang penyair:
ثُمَّ خَاصَرْتُهَا إِلَى الْقُبَّةِ الخضراءتمشي فِي مَرْمَرٍ مَسْنُونٍ
Kemudian pinggangnya ditempelkan di kubah hijau sambil berjalan di atas marmer yang licin lagi mengilap.
Yang dimaksud dengan masnun dalam syair ini ialah licin lagi mengilap. Karena itulah diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia pernah mengatakan, "Makna yang dimaksud ialah tanah yang basah."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa al-hama-il masnun ialah tanah yang berbau busuk.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan masnun dalam ayat ini ialah yang dituangkan.
وَٱلْجَآنَّ خَلَقْنَٰهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ ٱلسَّمُومِ 27
(27) Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
(27)
Firman Allah Swt.:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya. (Al-Hijr: 27)
Yakni sebelum menciptakan manusia.
مِنْ نَارِ السَّمُومِ
dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 27)
Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah angin panas yang dapat membunuh (mematikan). Sebagian ulama mengatakah bahwa samum ialah angin panas di malam dan siang hari. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa kalau samum terjadi di malam hari, dan harur terjadi di siang hari.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq yang mengatakan bahwa ia masuk ke dalam rumah Umar Al-Asam menjenguknya, lalu Umar Al-Asam mengatakan, "Maukah aku ceritakan kepada kamu sebuah hadis yang pernah kudengar dari Abdullah ibnu Mas'ud. Dia mengatakan bahwa angin yang panas ini adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian angin panas yang jin diciptakan darinya. Kemudian Ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: 'Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas' (Al-Hijr: 27)."
Dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa al-jan (jin) diciptakan dari nyala api. Menurut riwayat lain, dari nyala api yang paling baik.
Dari Amr ibnu Dinar, disebutkan dari api matahari.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"خُلقت الملائكة من نور، وخُلقت الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وخُلق بَنُو آدَمَ مِمَّا وصِف لَكُمْ"
Para malaikat diciptakan dari nur, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang digambarkan kepada kalian.
Makna yang dimaksud oleh ayat ialah menonjolkan kemuliaan Adam a.s. dan keharuman serta kesucian unsur kejadiannya.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى خَٰلِقٌۢ بَشَرًۭا مِّن صَلْصَٰلٍۢ مِّنْ حَمَإٍۢ مَّسْنُونٍۢ 28
(28) Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
(28)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr: 28)
فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ 29
(29) Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
(29)
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Al-Hijr: 29)
فَسَجَدَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ 30
(30) Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,
(30)
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. (Al-Hijr: 30)
إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰٓ أَن يَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ 31
(31) kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.
(31)
إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ
Kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. (Al-Hijr: 31)