18 - الكهف - Al-Kahf
The Cave
Meccan
قَالَ هَٰذَا رَحْمَةٌۭ مِّن رَّبِّى ۖ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّۭا 98
(98) Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar".
(98)
Firman Allah Swt.:
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي
Zulqarnain berkata, "(bendungan) ini adalah rahmat dari Tuhanku.” (Al-Kahfi: 98)
Zulqarnain setelah membangun bendungan (dinding) itu berkata: (bendungan) ini adalah rahmat Tuhanku. (Al-Kahfi: 98) buat umat manusia, karena bendungan tersebut mendindingi antara mereka (manusia) dengan Ya-juj dan Ma-juj, sehingga Ya-juj dan Ma-juj tidak dapat mengacau dan merusak bumi (tempat manusia tinggal).
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي
maka bila telah datang janji Tuhanku. (Al-Kahfi: 98)
maksudnya apabila telah dekat janji yang benar, yakni hari kiamat.
جَعَلَهُ دَكَّاءَ
Dia akan menjadikannya hancur luluh. (Al-Kahfi: 98)
Yakni rata dengan tanah. Orang-orang Arab mengatakan sehubungan dengan makna dakka, bahwa naqatun dakka' artinya unta yang tidak ada punuk pada punggungnya sehingga punggungnya rata. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:
فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh. (Al-A'raf: 143)
Yaitu rata dengan tanah.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh. (Al-Kahfi: 98) Maksudnya, menjadi jalan seperti semula sebelum dibangun dinding itu. dan janji Tuhanku adalah benar.
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍۢ يَمُوجُ فِى بَعْضٍۢ ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعْنَٰهُمْ جَمْعًۭا 99
(99) Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya,
(99)
Firman Allah Swt.:
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ
Kami biarkan sebagian dari mereka. (Al-Kahfi: 99)
Yaitu sebagian dari manusia.
يَوْمَئِذٍ
di hari itu. (Al-Kahfi: 99)
Yakni pada hari hancurnya bendungan itu, lalu Ya-juj dan Ma-juj keluar dari dinding itu menuju ke dunia manusia, maka Ya-juj dan Ma-juj datang bergelombang menyerang manusia dengan menimbulkan kerusakan pada harta benda dan menghancurkan segala sesuatu yang dimiliki manusia.
Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain. (Al-Kahfi: 99) Demikian itu terjadi ketika Ya-juj dan Ma-juj keluar menuju ke dunia manusia. Hal ini terjadi sebelum hari kiamat dan sesudah peristiwa Dajjal, seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir firman Allah Swt. yang mengatakan:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ * وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ
Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit). (Al-Anbiya: 96-97)
Dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain. (Al-Kahfi: 99)
Bahwa hal ini merupakan permulaan hari kiamat,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ
kemudian ditiup lagi sangkakala. (Al-Kahfi: 99)
Yakni sesudah peristiwa itu.
فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا
lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. (Al-Kahfi: 99))
وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍۢ لِّلْكَٰفِرِينَ عَرْضًا 100
(100) dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas,
(100)
Allah Swt. menceritakan tentang apa yang diperbuat-Nya terhadap orang-orang kafir pada hari kiamat nanti, bahwa ditampakkanlah kepada mereka neraka Jahanam agar mereka melihat azab dan pembalasan yang ada di dalamnya sebelum mereka memasukinya. Dimaksudkan agar hal itu menambah sakit dan sedih mereka sebelum mereka mengalaminya.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُقَادُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِسَبْعِينَ أَلْفَ زِمام، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ
Neraka Jahanam didatangkan pada hari kiamat dengan ditarik oleh tujuh puluh ribu kendali, setiap kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat.
Kemudian Allah Swt. menceritakan keadaan mereka melalui firman selanjutnya, yaitu :
الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي
yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku. (Al-Kahfi: 11)
Yaitu mereka lalai, tidak mau tahu, bertekad untuk tidak menerima petunjuk, dan tidak mau mengikuti kebenaran. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا
dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (Al-Kahfi: 11)
Yakni tidak dapat memahami perintah dan larangan Allah.
*******************
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? (Al-Kahfi: 12)
Artinya, mereka menduga bahwa hal itu akan terjadi pada mereka dan mereka beroleh manfaat darinya.
كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Karena, itulah maka disebutkan oleh Allah Swt. bahwa Dia telah menyediakan bagi mereka neraka Jahanam sebagai tempat tinggal mereka di hari kiamat nanti.
ٱلَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِى غِطَآءٍ عَن ذِكْرِى وَكَانُوا۟ لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا 101
(101) yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.
(101)
yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku. (Al-Kahfi: 11)
Yaitu mereka lalai, tidak mau tahu, bertekad untuk tidak menerima petunjuk, dan tidak mau mengikuti kebenaran. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا
dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (Al-Kahfi: 11)
أَفَحَسِبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن يَتَّخِذُوا۟ عِبَادِى مِن دُونِىٓ أَوْلِيَآءَ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَٰفِرِينَ نُزُلًۭا 102
(102) maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
(102)
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? (Al-Kahfi: 12)
Artinya, mereka menduga bahwa hal itu akan terjadi pada mereka dan mereka beroleh manfaat darinya.
كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Karena, itulah maka disebutkan oleh Allah Swt. bahwa Dia telah menyediakan bagi mereka neraka Jahanam sebagai tempat tinggal mereka di hari kiamat nanti.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا 103
(103) Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
(103)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr, dari Mus'ab yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada ayahnya (yaitu Sa'id ibnu Abu Waqqas) tentang makna firman-Nya: Katakanlah, "Apakah akan Kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” (Al-Kahfi: 13) bahwa apakah mereka itu adalah golongan Haruriyah (suatu sekte dari golongan Khawarij)? Sa'd menjawab, "Bukan, mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Adapun orang-orang Yahudi, mereka mendustakan Muhammad Saw. Sedangkan orang-orang Nasrani ingkar kepada surga, mereka mengatakan bahwa di dalam surga tidak ada makanan dan minuman."
Golongan Haruriyah adalah orang-orang yang merusak janji Allah sesudah dikukuhkan. Sa'd menamakan mereka orang-orang fasik.
Ali ibnu Abu Talib dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa mereka adalah golongan Haruriyah. Dengan kata lain, pendapat sahabat Ali ibnu Abu Talib r.a. mengatakan bahwa makna ayat ini mencakup golongan Haruriyah, sebagaimana tercakup pula ke dalam pengertian orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Dan makna ayat bukan berarti bahwa ia diturunkan berkenaan dengan mereka secara khusus, melainkan pengertiannya lebih umum dari itu. Ayat ini adalah ayat Makkiyah sebelum orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dimasukan ke dalam khitab (perintah)-Nya, juga sebelum munculnya golongan Khawarij (yang termasuk di dalamnya sekte Haruriyah). Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan melalui jalan yang diridai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak, sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), (Al-Ghasyiyah: 2-4)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23)
Dan firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur: 39)
Dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا
Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepada kamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” (Al-Kahfi: 13)
Kemudian dalam ayat selanjutnya dijelaskan oleh firman-Nya:
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini (Al-Kahfi: 14)
Karena amal-amal mereka batil, bukan pada jalan yang diperintahkan oleh syariat, yakni tidak diridai dan tidak diterima.
وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al-Kahfi: 14)
Yakni mereka mengira bahwa dirinya berpegang pada sesuatu dan bahwa amal mereka diterima lagi disukai.
*******************
Firman Allah Swt.:
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ
Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. (Al-Kahfi: 15)
Maksudnya, mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah ketika di dunia, dan ingkar juga kepada bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya serta kebenaran rasul-rasul-Nya, dan ingkar pula kepada adanya hari akhirat.
فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 15)
Artinya, Kami tidak memberatkan neraca amal kebaikan mereka karena kosong dari kebaikan,
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا الْمُغِيرَةُ، حَدَّثَنِي أَبُو الزَّنَاد، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يزن عند الله جناح بعوضة" وقال: "اقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah, telah menceritakan kepadaku Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sungguh kelak di hari kiamat akan datang seorang lelaki gendut, tetapi timbangan (amal)nya di sisi Allah tidak menyamai berat sayap nyamuk pun. Lalu Abu Hurairah berkata, "Bacalah oleh kamu ayat berikut jika kamu suka," yaitu firman-Nya: Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 15)
Telah diriwayatkan dari Yahya ibnu Bukair, dari Mugirah ibnu Abdur Rahman, dari Abuz Zanad hal yang semisal. Demikianlah yang disebutkan oleh Imam Bukhari, bahwa hadis ini diriwayatkan melalui Yahya ibnu Bukair secara Mu'allaq. Imam Muslim telah meriwayatkannya melalui Abu Bakar Muhammad ibnu Ishaq, dari Yahya ibnu Bukair dengan sanad yang sama.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ صَالِحٍ مَوْلَى التَّوْأمة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْأَكُولِ الشَّرُوبِ الْعَظِيمِ، فَيُوزَنُ بِحَبَّةٍ فَلَا يَزِنُهَا". قَالَ: وَقَرَأَ: فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari Saleh maulana Tau'amah, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak akan didatangkan seorang lelaki yang banyak makan dan minumnya lagi bertubuh besar, lalu ditimbang dengan sebuah biji sawi, ternyata masih berat biji sawi. Abu Hurairah mengatakan, bahwa lalu Nabi Saw. membacakan firman-Nya: dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 15)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abu Kuraib, dari Abus Silt, dari Abuz Zanad, dari Saleh maula Tauamah, dari Abu Hurairah secara marfu', lalu Ibnu Jarir mengetengahkan hadis ini sama seperti teks hadis Imam Bukhari.
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ الْخَالِقِ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَوْنُ بْنُ عُمَارة حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ، عَنْ وَاصِلٍ، عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَقْبَلَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يَخْطُرُ فِي حُلَّةٍ لَهُ. فَلَمَّا قَامَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَا بُرَيْدَةُ، هَذَا مِمَّنْ لَا يُقِيمُ اللَّهُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا"
Ahmad ibnu Amr ibnu Abdul Khaliq Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Aun ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Hissan, dari Wasil, dari Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya yang mengatakan, "Ketika kami berada di rumah Rasulullah Saw., datanglah seorang lelaki dari kabilah Quraisy dengan penampilan yang angkuh dalam pakaian kebesarannya. Setelah lelaki itu pamit kepada Nabi Saw maka Nabi Saw. bersabda: 'Hai Buraidah, orang ini termasuk di antara orang-orang yang Allah tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan)nya kelak di hari kiamat'.”
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan melalui Wasil maula (bekas budak) Abu Anbasah dan Aun ibnu Imarah, sedangkan dia bukan seorang yang hafiz (hafal hadis), karenanya tidak dapat dijadikan pegangan hadis yang diriwayatkannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Samurah, dari Abu Yahya, dari Ka'b yang mengatakan, bahwa kelak di hari kiamat dihadapkan seorang lelaki yang tinggi besar, tetapi berat timbangan amalnya di sisi Allah tidak sampai seberat sayap nyamuk pun. Bacalah firman-Nya bila kalian suka berikut ini: dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 15)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka. (Al-Kahfi: 16)
Maksudnya, sesungguhnya Kami balas mereka dengan azab ini tiada lain karena kekafiran mereka dan menjadikan ayat-ayat Allah dan rasul-rasul-Nya sebagai olok-olokan. Mereka mendustakan semuanya itu dengan pendustaan yang berat.
ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا 104
(104) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
(104)
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini (Al-Kahfi: 14)
Karena amal-amal mereka batil, bukan pada jalan yang diperintahkan oleh syariat, yakni tidak diridai dan tidak diterima.
وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al-Kahfi: 14)
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَزْنًۭا 105
(105) Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
(105)
Firman Allah Swt.:
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ
Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. (Al-Kahfi: 15)
Maksudnya, mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah ketika di dunia, dan ingkar juga kepada bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya serta kebenaran rasul-rasul-Nya, dan ingkar pula kepada adanya hari akhirat.
فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi: 15)
ذَٰلِكَ جَزَآؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا۟ وَٱتَّخَذُوٓا۟ ءَايَٰتِى وَرُسُلِى هُزُوًا 106
(106) Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
(106)
Adapun firman Allah Swt.:
ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka. (Al-Kahfi: 16)
Maksudnya, sesungguhnya Kami balas mereka dengan azab ini tiada lain karena kekafiran mereka dan menjadikan ayat-ayat Allah dan rasul-rasul-Nya sebagai olok-olokan. Mereka mendustakan semuanya itu dengan pendustaan yang berat.
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا 107
(107) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
(107)
Allah Swt. menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta membenarkan para rasul tentang apa yang disampaikan oleh mereka. Orang-orang yang demikian itu mendapat surga Firdaus.
Mujahid mengatakan bahwa surga Firdaus artinya taman menurut bahasa Romawi. Ka'b, As-Saddi, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa surga Firdaus adalah taman yang padanya terdapat pohon-pohon anggur. Abu Umamah mengatakan bahwa Firdaus adalah bagian tengahnya surga. Qatadah mengatakan bahwa Firdaus adalah puncak surga, letaknya paling tengah dan paling utama.
Sehubungan dengan hal ini ada sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan melalui Sa'id ibnu Jubair dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Samurah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"الْفِرْدَوْسُ ربوة الجنة، أوسطها وأحسنها"
Firdaus adalah bagian puncak surga, letaknya paling di tengah dan paling indah.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ismail ibnu Muslim dari Al-Hasan, dari Samurah secara marfu'.
Qatadah telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Anas ibnu Malik secara marfu' dengan teks yang sama. Semuanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir rahimahullah.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَمِنْهُ تُفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ"
Apabila kalian meminta kepada Allah, mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian tengah surga yang darinya berhulu semua sungai surga.
Firman Allah Swt.:
نُزُلًا
menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi: 17)
Yakni sebagai tempat perjamuannya dan peristirahatannya.
خَالِدِينَ فِيهَا
mereka kekal di dalamnya. (Al-Kahfi: 18)
Maksudnya, mereka menetap padanya dan tidak akan pergi darinya selama-lamanya.
لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا
mereka tidak ingin berpindah darinya. (Al-Kahfi: 18)
Yaitu mereka tidak memilih tempat selain darinya, dan tidak suka kepada tempat lainnya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam perkataan seorang penyair yang menyebutkan dalam salah satu bait syairnya:
فَحَّلْت سُوَيدا القَلْب لَا أنَا بَاغيًا ... سِوَاهَا وَلَا عَنْ حُبّها أتَحوّلُ ...
Suwaida buah hatiku, aku tidak menginginkan selainnya, dan tidak pula mencintai yang lainnya.
Di dalam firman-Nya:
لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا
mereka tidak ingin berpindah darinya. (Al-Kahfi: 18)
Terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa mereka menginginkan surga Firdaus dan menyukainya. Karena sesungguhnya ada suatu pengertian yang mengatakan bahwa seseorang yang tinggal selamanya di suatu tempat akan merasa jenuh dan bosan. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan bahwa sekalipun mereka menetap selamanya di dalam surga Firdaus, mereka tidak ingin berpindah darinya, tidak ingin pula pergi meninggalkannya atau menggantinya dengan tempat yang lain.
خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًۭا 108
(108) mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.
(108)
mereka kekal di dalamnya. (Al-Kahfi: 18)
Maksudnya, mereka menetap padanya dan tidak akan pergi darinya selama-lamanya.
لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا
mereka tidak ingin berpindah darinya. (Al-Kahfi: 18)
قُل لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًۭا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًۭا 109
(109) Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
(109)
Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya, hendaknyalah dia mengatakan kepada manusia bahwa seandainya laut dijadikan sebagai tinta bagi pena yang mencatat dengan semua kalimat Allah, hikmah-hikmah-Nya serta ayat-ayat (tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya, tentulah laut itu akan habis sebelum penulisannya selesai.
وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al-Kahfi: 19)
Yakni tinta yang sebanyak lautan itu, kemudian ditambahkan lagi hal yang semisal; dan seterusnya demikian, lautan tinta demi lautan tinta, tentulah kalimat-kalimat Allah tidak ada kunjung habisnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)wya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman: 27)
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, sesungguhnya perumpamaan ilmu para hamba semuanya di dalam ilmu Allah, sama dengan setetes air bila dibandingkan dengan semua lautan. Allah Swt. telah menurunkan firman-Nya sehubungan dengan hal ini, yaitu: Katakanlah, "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku.”(Al-Kahfi: 19) Bahwa seandainya semua lautan yang ada menjadi tintanya untuk menulis kalimat-kalimat Allah, dan semua pepohonan yang ada menjadi penanya, tentulah semua pena patah dan lautan itu menjadi kering; sedangkan kalimat-kalimat Allah masih tetap utuh, tiada yang dapat menghabiskannya. Karena sesungguhnya seseorang tidaklah mampu memberikan penghormatan kepada-Nya dengan penghormatan yang semestinya, dan tiada seorang pun yang dapat memuji-Nya dengan pujian Allah terhadap diri-Nya sendiri. Sesungguhnya Tuhan kita adalah seperti apa yang dikatakan-Nya, tetapi di atas segala sesuatu yang kita katakan. Sesungguhnya perumpamaan kenikmatan dunia dari awal hingga akhir di dalam nikmat ukhrawi sama dengan perumpamaan sebiji sawi di dalam besarnya dunia ini secara keseluruhan.
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا 110
(110) Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
(110)
ImamTabrani telah meriwayatkan melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Ismail ibnu Ayyasy, dari Amr ibnu Qais Al-Kufi, bahwa ia pernah mendengar Mu'awiyah ibnu Sufyan berkata, "Ayat ini merupakan ayat yang paling akhir diturunkan ."
Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw.:
قُلْ
Katakanlah. (Al-Kahfi: 11)
kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kerasulanmu kepada mereka.
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian. (Al-Kahfi: 11)
Maka barang siapa menyangka bahwa aku ini dusta, hendaklah ia mendatangkan hal yang semisal dengan apa yang aku sampaikan ini. Karena sesungguhnya aku tidak mengetahui hal yang gaib menyangkut berita masa silam yang kusampaikan kepada kalian berdasarkan permintaan kalian, seperti kisah tentang para pemuda penghuni gua, dan kisah Zulqarnain.
Kisah tersebut ternyata sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Seandainya bukan karena Allah yang telah memberitahukannya kepadaku, tentulah aku tidak mengetahuinya. Dan sesungguhnya aku hanya memberitahukan kepada kalian bahwa:
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ
Sesungguhnya Tuhan kalian itu. (Al-Kahfi: 11)
yang aku seru kalian untuk menyembah-Nya.
إِلَهٌ وَاحِدٌ
adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Al-Kahfi: 11) tidak ada sekutu bagi-Nya.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya. (Al-Kahfi: 11)
Yakni ingin memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya.
فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh. (Al-Kahfi: 11)
Yaitu segala amal perbuatan yang disetujui oleh syariat Allah.
وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi: 11)
Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Tawus yang mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengerjakan banyak amal perbuatan karena menginginkan pahala Allah, tetapi aku suka juga bila amal perbuatanku terlihat oleh orang-orang." Rasulullah Saw. tidak menjawab sepatah kata pun kepadanya, hingga turunlah ayat ini, yaitu firman Allah Swt.: Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi: 11)
Hal yang sama telah diriwayatkan melalui Mujahid secara mursal, juga melalui Tabi'in lainnya yang bukan hanya seorang.
Al-A'masy mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hamzah Abu Imarah maula (bekas budak) Bani Hasyim, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Ubadah ibnus Samit r.a. Lelaki itu mengatakan, "Saya mau bertanya kepadamu, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang salat dengan mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka bila dipuji. Ia juga mengerjakan saum karena mengharap pahala Allah, tetapi ia suka bila dipuji. Dan ia rajin bersedekah karena mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka dipuji. Dan ia mengerjakan ibadah haji karena mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka bila dipuji?". Ubadah menjawab, "Ia tidak mendapat apa-apa, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, 'Aku adalah sebaik-baik sekutu. Maka barang siapa yang melakukan suatu amal dengan mempersekutukan selain-Ku di dalamnya, maka amalnya itu buat sekutuKu, Aku tidak memerlukan amalnya'."
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، ثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ رُبَيْحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: كُنَّا نَتَنَاوَبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَبِيتُ عِنْدَهُ، تَكُونُ لَهُ الْحَاجَةُ، أَوْ يَطْرُقُهُ أَمْرٌ مِنَ اللَّيْلِ، فَيَبْعَثُنَا. فَكَثُرَ الْمُحْتَسِبُونَ وَأَهْلُ النُّوب، فَكُنَّا نَتَحَدَّثُ، فَخَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا هَذِهِ النَّجْوَى؟ [أَلَمْ أَنْهَكُمْ عَنِ النَّجْوَى]. قَالَ: فَقُلْنَا: تُبْنَا إِلَى اللَّهِ، أَيْ نَبِيَّ اللَّهِ، إِنَّمَا كُنَّا فِي ذِكْرِ الْمَسِيحِ، وَفَرِقِنَا مِنْهُ، فَقَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنَ الْمَسِيحِ عِنْدِي؟ " قَالَ: قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: "الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي لِمَكَانِ الرَّجُلِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid, dari Rabih ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Sa'id Al-Khudri, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan, "Dahulu kami bergantian menjaga Rasulullah Saw. hingga kami menginap di dekat rumahnya, karena barangkali beliau mempunyai suatu keperluan atau ada urusan penting di malam hari, maka beliau tinggal menyuruh kami. Orang-orang yang melakukan tugas berjaga cukup banyak. Pada suatu ketika kami yang bertugas sedang berbincang-bincang, Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya (karena mendengar pembicaraan kami), lalu beliau bersabda, 'Pembicaraan apakah yang sedang kalian bisikkan?'. Kami menjawab, 'Kami bertobat kepada Allah, hai Nabi Allah. Sesungguhnya kami sedang membicarakan tentang Al-Masih Dajjal, kami merasa takut terhadapnya'. Rasulullah Saw. bersabda, 'Maukah aku beri tahukan kepada kalian hal yang seharusnya lebih kalian takuti daripada Al-Masih Dajjal menurutku?' Kami menjawab, 'Tentu kami mau.' Rasulullah Saw. bersabda: 'Syirik tersembunyi, yaitu bila seseorang berdiri mengerjakan salatnya karena ingin dilihat oleh orang lain'.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Bahram yang mengatakan bahwa Syahr ibnu Hausyab pernah bercerita bahwa Ibnu Ganam pernah mengatakan: Ketika kami memasuki Masjid Al-Jabiyah bersama Abu Darda, kami bersua dengan Ubadah ibnus Samit. Maka Ubadah memegangkan tangan kanannya ke tangan kiriku, dan tangan kirinya ke tangan kanan Abu Darda. Lalu ia berjalan keluar dengan diapit oleh kami berdua, sedangkan kami berbisik-bisik, hanya Allah-lah yang mengetahui apa yang kami bisikkan. Ubadah ibnus Samit berkata, "Jika usia seseorang dari kalian atau kalian berdua panjang, tentulah dalam waktu yang dekat kamu akan melihat seorang lelaki dari kalangan menengah qurra kaum muslim yang berbahasa sama dengan Nabi Muhammad Saw. (yakni bahasa Arab). Lalu dia membacanya dan mengartikannya, serta menghalalkan apa yang di halalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Ia juga menempatkan masing-masing dari hukum yang dikandungnya pada tempat-tempatnya sesuai dengan latar belakang penurunannya. Sehingga kalian tidak dapat memberikan komentar apa pun terhadapnya." Ketika kami sedang asyik dalam keadaan berbincang-bincang, muncullah Syaddad ibnu Aus r.a. dan Auf ibnu Malik. Keduanya ikut bergabung dengan kami. Syaddad berkata, "Sesungguhnya hal yang paling saya khawatirkan akan menimpa kalian, hai manusia, ialah setelah saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 'Hal yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah syahwat yang tersembunyi dan syirik'." Ubadah ibnus Samit dan Abu Darda berkata, "Ya Allah, ampunilah kami dengan ampunan yang luas. Bukankah Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kita bahwa setan telah putus asa untuk disembah di Jazirah Arab ini? Mengenai syahwat yang tersembunyi, kami telah mengetahuinya, yaitu syahwat duniawi, termasuk birahi kepada wanita dan ketamakan untuk memiliki dunia. Lalu apakah yang dimaksud dengan syirik yang engkau khawatirkan akan menimpa kami, hai Syaddad?". Syaddad menjawab, "Tentu kalian mengerti bila kalian melihat seorang lelaki mengerjakan salatnya karena orang lain, atau ia berpuasa karena orang lain, atau dia bersedekah karena ingin dipuji orang lain. Bukankah menurut dia telah berbuat syirik?" Kami menjawab, "Benar. Demi Allah, sesungguhnya orang yang salat atau puasa atau bersedekah karena ingin dipuji oleh orang lain berarti telah berbuat syirik." Syaddad berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ صَلَّى يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ؟ " فَقَالَ عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ عِنْدَ ذَلِكَ: أَفَلَا يَعْمِدُ اللَّهُ إِلَى مَا ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ مِنْ ذَلِكَ الْعَمَلِ كُلِّهِ، فَيَقْبَلُ مَا خُلِصَ لَهُ وَيَدَعُ مَا أُشْرِكَ بِهِ؟ فَقَالَ شَدَّادٌ عَنْ ذَلِكَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: أَنَا خَيْرُ قَسِيمٍ لِمَنْ أَشْرَكَ بِي، مَنْ أَشْرَكَ بِي شَيْئًا فَإِنَّ [حَشْده] عَمَلَهُ قَلِيلَهُ وَكَثِيرَهُ لِشَرِيكِهِ الَّذِي أَشْرَكَ بِهِ، وَأَنَا عَنْهُ غَنِيٌّ"
Barang siapa yang salat dengan pamer, maka sesungguhnya dia telah musyrik. Barang siapa yang berpuasa karena pamer, sesungguhnya dia telah musyrik. Dan barang siapa yang bersedekah karena pamer, sesungguhnya dia telah musyrik. Pada saat itu juga Auf ibnu Malik berkata, "Apakah Allah tidak mau menerima bagian dari apa yang dikerjakan karena mengharapkan pahalaNya dari amal itu, lalu menolak bagian dari amal itu yang pelakunya mempersekutukan Dia dengan yang lain?" Maka Syaddad saat itu juga menjawab bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah pernah berfirman, 'Aku adalah sebaik-baik pemberi terhadap orang yang berbuat syirik kepada-Ku. Barang siapa yang mempersekutukan Aku dengan sesuatu, maka sesungguhnya amal perbuatannya —baik yang banyak maupun yang sedikit— Aku berikan kepada temannya yang dia persekutukan dengan Aku karena Aku tidak memerlukannya.”
Menurut jalur periwayatan lain dari hadis ini diketengahkan oleh Imam Ahmad. Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَاب، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، أَخْبَرَنَا عُبَادَةُ بْنُ نُسيّ، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ بَكَى، فَقِيلَ لَهُ: مَا يُبْكِيكَ؟ قَالَ: شَيْءٌ سَمِعْتُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُهُ [فَذَكَرْتُهُ] فَأَبْكَانِي، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: "أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الشِّرْكَ وَالشَّهْوَةَ الْخَفِيَّةَ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتُشْرِكُ أُمَّتُكَ [مِنْ بَعْدِكَ؟] قَالَ: "نعم، أَمَا إِنَّهُمْ لَا يَعْبُدُونَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا، ولا حجرًا ولا وثنًا، ولكن يراؤون بِأَعْمَالِهِمْ، وَالشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ أَنْ يُصْبِحَ أَحَدُهُمْ صَائِمًا فَتَعْرِضُ لَهُ شَهْوَةٌ مِنْ شَهَوَاتِهِ فَيَتْرُكُ صَوْمَهُ.
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Ubadah ibnu Nissi,.dari Syaddad ibnu Aus r.a., bahwa pada suatu hari kelihatan ia menangis. Lalu ada yang bertanya kepadanya, "Apakah yang menyebabkan kamu menangis?" Syaddad ibnu Aus menjawab bahwa yang menyebabkan dia menangis ialah sesuatu hal yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku merasa khawatir terhadap umatku perbuatan syirik dan syahwat yang tersembunyi. Saya (Syaddad) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan berbuat syirik sesudahmu?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya, tetapi sesungguhnya bukan karena mereka menyembah matahari, bukan karena menyembah rembulan, bukan karena menyembah batu, dan bukan karena menyembah berhala. Akan tetapi, (aku khawatirkan mereka) pamer dengan amal perbuatannya. Syahwat yang tersembunyi itu ialah bila seseorang dari kalian pada pagi harinya berpuasa, lalu timbullah suatu syahwat dalam dirinya, maka ia meninggalkan puasanya (dan mengerjakan apa yang diinginkan oleh syahwatnya)
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Al-Hasan Ibnu Zakwan, dari Ubadah ibnu Nissi dengan sanad yang sama. Tetapi Ubadah orangnya berpredikat daif, dan mengenai penerimaannya akan hadis ini dari Syaddad masih diragukan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ جَعْفَرٍ الْأَحْمَرُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ ثَابِتٍ، حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَنَا خَيْرُ شَرِيكٍ، مَنْ أَشْرَكَ بِي أَحَدًا فَهُوَ لَهُ كُلُّهُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali ibnu Ja'far Al-Ahmar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sabit, telah menceritakan kepada kami Qais ibnu Abu Husain, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Pada hari kiamat Allah berfirman, "Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang siapa yang mempersekutukan seseorang dengan-Ku, maka semua amalnya adalah untuk sekutunya.”
Yakni hendaklah si pengamal itu meminta pahalanya kepada orang yang dipersekutukannya dengan Allah, bukan kepada Allah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ الْعَلَاءَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّهُ قَالَ: "أَنَا خَيْرُ الشُّرَكَاءِ، فَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ غَيْرِي، فَأَنَا منه برئ، وَهُوَ لِلَّذِي أَشْرَكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Al-Ala menceritakan hadis berikut dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang menceritakan tentang apa yang akan difirmankan oleh Allah Swt. (kelak di hari kiamat): Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang siapa yang mengerjakan suatu amal yang di dalamnya ia mempersekutukan Aku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas diri darinya dan amalnya itu buat sekutunya.
Ditinjau dari jalur ini hadis diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Ahmad.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا لَيْث، عَنْ يَزِيدَ -يَعْنِي ابْنَ الْهَادِ-عَنْ عَمْرٍو، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ". قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ الله؟ قال: "الرياء، يقول الله يوم القيامة إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Yazid ibnul Had, dari Amr, dari Mahmud ibnu Labid, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil.” Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Rasul Saw. menjawab, "Riya (pamer), kelak di hari kiamat Allah akan berfirman saat memberikan pahala amal perbuatan manusia, 'Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian pamer kepadanya saat di dunia, dan lihatlah oleh kalian apakah kalian menjumpai adanya pahala balasan (amal kalian) pada mereka'.”
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ -يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ-أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ زِيَادِ بْنِ مِينَاءَ، عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ أَبِي فَضَالَةَ الْأَنْصَارِيِّ -وَكَانَ مِنَ الصَّحَابَةِ-أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا، فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ziyad ibnu Mina, dari Abu Sa'id ibnu Abu Fudalah Al-Ansari yang berpredikat sahabat, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Apabila Allah telah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang terkemudian pada hari yang tiada keraguan padanya (hari kiamat), terdengarlah suara seruan yang mengatakan, "Barang siapa yang mempersekutukan Aku dengan seseorang dalam suatu amalnya yang seharusnya karena Allah, hendaklah ia meminta pahala (amalnya) dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak memerlukan amal yang dihasilkan dari kemusyrikan.”
Imam Turmuzi dan Ibnu Majah telah mengetengahkan hadis ini melalui Muhammad ibnul Bursani dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا بَكَّارٌ، حَدَّثَنِي أَبِي -يَعْنِي عَبْدَ الْعَزِيزِ بْنَ أَبِي بَكْرَةَ -عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ سمَّع سمَّع اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللَّهُ بِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Bakkar telah menceritakan kepadaku ayahku (Abdul Aziz ibnu Abu Bakrah), dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang ingin didengar, maka Allah menjadikannya terkenal dengannya; dan barang siapa yang pamer, maka Allah akan memamerkan (amal)nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ فِرَاسٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أبي سعيد الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعُ اللَّهُ بِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Firas, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang pamer, maka Allah akan memamerkan amalnya; dan barang siapa yang ingin didengar (amalnya), maka Allah menjadikan (amal)nya terkenal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا فِي بَيْتِ أَبِي عُبَيْدَةَ؛ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يُحَدِّثُ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَمَّع النَّاسَ بِعَمَلِهِ سَمَّع اللَّهُ بِهِ، سَامَعَ خَلْقَهُ وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ" [قَالَ]: فَذَرَفَتْ عَيْنَا عَبْدِ اللَّهِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id dari Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Murrah, bahwa di rumah Abu Ubaidah ia mendengar seorang lelaki mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr menceritakan hadis berikut dari Ibnu Umar yang telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang amalnya ingin didengar oleh orang lain, maka Allah menjadikannya terkenal di kalangan semua makhluk-Nya, lalu Allah mengecilkan dan menghinakannya. Maka Abdullah menangis mencucurkan air matanya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى الْأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ غَسَّانَ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تُعْرَضُ أَعْمَالُ بَنِي آدَمَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صُحُفٍ مَخْتُومَةٍ ، فَيَقُولُ اللَّهُ: أَلْقُوا هَذَا، وَاقْبَلُوا هَذَا، فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ، وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُ إِلَّا خَيْرًا. فَيَقُولُ: إِنَّ عَمَلَهُ كَانَ لِغَيْرِ وَجْهِي، وَلَا أَقْبَلُ الْيَوْمَ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا أُرِيدَ بِهِ وَجْهِي".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Yahya Al-Aili, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Gassan, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Amal-amal perbuatan Bani Adam dihadapkan kepada Allah Swt. pada hari kiamat terhimpun di dalam buku-buku catatan amal yang telah dilak. Lalu Allah berfirman, "Lemparkanlah yang ini dan terimalah yang itu.” Para malaikat berkata, "Wahai Tuhanku, demi Allah, kami tidak melihat selain kebaikan.” Allah berfirman, "Sesungguhnya amal perbuatannya itu bukan karena mengharapkan rida-Ku. Pada hari ini Aku tidak mau menerima suatu amal perbuatan kecuali amal yang diniatkan untuk memperoleh rida-Ku.”
Kemudian Al-Haris ibnu Gassan mengatakan bahwa Abu Imran Al-Juni riwayat hadisnya banyak diambil oleh sejumlah ulama, dia adalah seorang yang berpredikat siqah, seorang ulama Basrah, yang tidak ada celanya (dalam periwayatan hadis).
قَالَ ابْنُ وَهْبٍ: حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ الْخُزَاعِيِّ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "مَنْ قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً، لَمْ يَزَلْ فِي مَقْتِ اللَّهِ حَتَّى يَجْلِسَ".
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Iyad, dari Abdur Rahman Al-A'raj, dari Abdullah ibnu Qais Al-Khuza'i, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang berdiri karena pamer dan harga diri, ia terus menerus dalam murka Allah hingga duduk.
قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ الْهَجَرِيِّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ ابْنُ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْسَنَ الصَّلَاةَ حَيْثُ يَرَاهُ النَّاسُ وَأَسَاءَهَا حَيْثُ يَخْلُو، فَتِلْكَ اسْتِهَانَةٌ اسْتَهَانَ بِهَا رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ".
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Dinar, dari Ibrahim Al-Hijri, dari Abul Ahwas, dari Auf ibnu Malik, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan salatnya dengan baik karena dilihat orang lain, dan mengerjakannya dengan buruk bila sendirian, maka hal ini merupakan suatu penghinaan yang dia lakukan terhadap Tuhannya melalui salatnya itu.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Ismail ibnu Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais Al-Kindi, bahwa ia pernah mendengar Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya. (Al-Kahfi: 11) Bahwa sesungguhnya ayat ini merupakan ayat yang paling akhir diturunkan.
Asar ini mengandung kemusykilan, karena sesungguhnya ayat ini berada di akhir surat Al-Kahfi, sedangkan surat Al-Kahfi seluruhnya diturunkan di Mekah. Barangkali Mu'awiyah bermaksud bahwa sesudahnya tidak ada ayat lain yang diturunkan untuk me-mansukh (merevisi)nya, dan tidak ada pula ayat lain yang merubah hukumnya, melainkan ia tetap muhkam. Sehingga pengertian ini agak kabur di mata sebagian para perawi yang akhirnya ia meriwayatkan dengan makna sesuai dengan pemahamannya sendiri. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ، حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ شميل، حدثنا أبو قُرَّرة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ فِي لَيْلَةٍ: فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ، كَانَ لَهُ مِنْ نُورٍ، مِنْ عَدَنَ أَبْيَنَ إِلَى [مَكَّةَ] حَشْوُهُ الْمَلَائِكَةُ
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan,telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Syamil, telah menceritakan kepada kami Abu Qurrah, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa di suatu malam membaca firman-Nya, "Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya" (Al-Kahfi: 11), hingga akhir ayat, maka untuknya ada nur (cahaya) yang kelihatan jelas dari Adn sampai ke Mekah, di dalam nur itu penuh dengan para malaikat.
Hadis berpredikat garib.