19 - مريم - Maryam
Mary
Meccan
أَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى كَفَرَ بِـَٔايَٰتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًۭا وَوَلَدًا 77
(77) Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: "Pasti aku akan diberi harta dan anak".
(77)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Muslim, dari Masruq, dari Khabbab ibnul Art yang mengatakan bahwa ia adalah seorang pandai besi, dan ia mengutangkan sesuatu kepada Al-As ibnu Wa-il. Lalu ia datang untuk menagihnya, tetapi Al-As berkata, "Demi Tuhan, aku tidak akan membayarmu sebelum kamu kafir kepada Muhammad." Maka Khabbab berkata,"Tidak, demi Allah, aku tidak akan kafir kepada Muhammad sampai kamu mati pun, kemudian kamu dibangkitkan." Al-As ibnu Wa-il mengatakan, "Kalau demikian, biarlah saya mati, lalu saya dibangkitkan dan kamu datang kepadaku, karena saat itu aku mempunyai harta dan anak, dan aku akan membayarmu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan, "Pasti aku akan diberi harta dan anak.” (Maryam: 77) Sampai dengan firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8)
Imam Bukhari dan Imam Muslim serta lain-lainnya mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Menurut lafaz hadis yang ada pada Imam Bukhari, ia adalah seorang pandai besi di Mekkah. Lalu ia membuat sebilah pedang pesanan Al-As ibnu Wa-il. Setelah selesai, ia datang untuk menagihnya, hingga akhir hadis. Di dalamnya disebutkan firman Allah Swt.: atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Al-A'masy, dari Abud-Duha, dari Masruq yang mengatakan, Khabbab ibnul Art pernah mengatakan bahwa ia dahulu adalah seorang pandai besi di Mekah. Ia mengerjakan sesuatu milik Al-As ibnu Wa-il. Setelah pekerjaan selesai dan ongkosnya masih kurang sejumlah banyak uang dirham, maka ia datang untuk menagihnya. Tetapi Al-As ibnu Wa-il mengatakan kepadanya, "Aku tidak mau membayarmu sebelum kamu mau kafir kepada Muhammad." Maka ia menjawab, "Aku tidak akan kafir kepada Muhammad sampai kamu mati pun, lalu dibangkitkan kembali." Al-As ibnu Wa-il berkata, "Apabila aku dibangkitkan lagi, aku pasti beroleh harta dan anak." Khabbab ibnul Art menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Maka apakah kamu telah melihat orang kafir kepada ayat-ayat Kami. (Maryam: 77), hingga beberapa ayat berikutnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya ada sejumlah sahabat Rasulullah Saw. yang menagih utang kepada Al-As ibnu Wa-il As-Sahmi. Mereka datang kepadanya untuk menagihnya, maka Al-As berkata, "Bukankah kalian percaya bahwa di dalam surga terdapat emas dan perak, kain sutra, dan segala macam buah-buahan?" Mereka menjawab, "Memang benar." Al-As berkata, "Maka sesungguhnya janji untuk membayar kalian nanti di akhirat. Demi Tuhan, aku benar-benar akan diberi harta dan anak, dan aku benar-benar akan diberi seperti kitab yang ada pada kalian." Maka Allah menjawabnya melalui firman-Nya: Maka apakah kamu telah melihat orang kafir kepada ayat-ayat Kami. (Maryam: 77) sampai dengan firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-As ibnu Wa-il.
*******************
Firman Allah Swt.:
لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا
Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77)
Sebagian ulama qiraat membacanya waladan, sedangkan sebagian lainnya membacanya dengan wuldan, tetapi kedua lafaz mempunyai makna yang sama, Ru'bah seorang penyair mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
الحمْدُ للهِ الْعَزِيزِ فَرْدًا ... لَمْ يَتَّخِذْ مِنْ وُلْد شَيْءٍ وُلْدا
Segala puji bagi Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Esa, Dia tidak beranak.
Al-Haris ibnu Halzah mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
وَلَقَد رأيتُ معَاشرًا ... قَدْ تمرُوا مَالًا وَولْدا
Sesungguhnya aku telah menyaksikan banyak orang yang mempunyai harta dan anak yang sangat banyak.
Seorang penyair lainnya mengatakan:
فَلَيت فُلانًا كانَ فِي بَطْن أُمِّهِ ... وَليتَ فُلانًا كَانَ وُلْد حِمَار
Aduhai, sekiranya si Fulan tetap berada di dalam perut ibunya. Aduhai, seandainya si Fulan adalah anak keledai.
Menurut pendapat yang lain, wuldan adalah bentuk jamak; sedangkan kalau dibaca waladun adalah bentuk tunggal, hal ini menurut dialek Bani Qais.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَطَّلَعَ الْغَيْبَ
Adakah ia melihat yang gaib. (Maryam: 78)
Kalimat ayat ini merupakan bantahan terhadap orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya:
لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا
Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77)
Yakni kelak di hari kiamat. Dia memberitahukan apa yang bakal diperolehnya di hari akhirat nanti, menurut dakwaan sendiri, sehingga ia berani bersumpah menyatakan hal tersebut dan menganggapnya sebagai suatu kepastian.
أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78)
Yaitu apakah dia telah membuat suatu janji dengan Allah, bahwa Allah pasti akan memberinya hal tersebut?
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui hadis Imam Bukhari, bahwa yang dimaksud dengan ahdan ialah janji.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78) Bahwa yang dimaksud ialah kalimat, "Tidak ada Tuhan selain Allah," yang karenanya maka ia berharap akan mendapat hal tersebut.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud ialah persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi membacakan firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
كَلا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ
sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan. (Maryam: 79)
Kalla, lafaz yang menunjukkan makna tolakan terhadap kalimat sebelumnya dan sekaligus mengukuhkan kalimat yang sesudahnya. Yakni orang yang meminta demikian dan memastikan bagi dirinya apa yang diangan-angankannya itu, sedangkan ia ingkar kepada Allah Yang Maha-agung.
وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا
dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya. (Maryam: 79)
Yakni kelak di hari akhirat atas ucapannya itu dan keingkarannya terhadap Allah Swt. ketika di dunia.
وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ
dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8)
Maksudnya, harta benda dan anak-anaknya akan Kami rampas; kebalikan dari apa yang telah ia katakan, bahwa dirinya akan mendapat harta dan anak kelak di akhirat selain dari apa yang diperolehnya saat di dunia. Maka di akhirat kelak semuanya itu akan dirampas darinya, di samping ia akan mendapat tuntutan dari orang yang memberikan utang kepadanya saat di dunia. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:
وَيَأْتِينَا فَرْدًا
dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8)
Yaitu tanpa membawa harta dan anak.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yaitu Kami akan mewarisinya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni, harta benda dan anak-anaknya. Orang yang dimaksud adalah Al-As ibnu Wa-il.
Abdur-Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni akan mengambil semua yang menjadi miliknya, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77)
Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan
"وَنَرِثُهُ مَا عِنْدَهُ".
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8) Yaitu ia datang dengan tidak membawa harta dan anak.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni semua yang ia himpunkan selama di dunia dan semua yang ia amalkan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8) Artinya, sendirian tanpa hal yang ia dakwakan itu, baik sedikit ataupun banyak.
أَطَّلَعَ ٱلْغَيْبَ أَمِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحْمَٰنِ عَهْدًۭا 78
(78) Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?,
(78)
Firman Allah Swt.:
أَطَّلَعَ الْغَيْبَ
Adakah ia melihat yang gaib. (Maryam: 78)
Kalimat ayat ini merupakan bantahan terhadap orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya:
لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا
Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77)
Yakni kelak di hari kiamat. Dia memberitahukan apa yang bakal diperolehnya di hari akhirat nanti, menurut dakwaan sendiri, sehingga ia berani bersumpah menyatakan hal tersebut dan menganggapnya sebagai suatu kepastian.
أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78)
Yaitu apakah dia telah membuat suatu janji dengan Allah, bahwa Allah pasti akan memberinya hal tersebut?
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui hadis Imam Bukhari, bahwa yang dimaksud dengan ahdan ialah janji.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78) Bahwa yang dimaksud ialah kalimat, "Tidak ada Tuhan selain Allah," yang karenanya maka ia berharap akan mendapat hal tersebut.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud ialah persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi membacakan firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87)
كَلَّا ۚ سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُۥ مِنَ ٱلْعَذَابِ مَدًّۭا 79
(79) sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya,
(79)
Adapun firman Allah Swt.:
كَلا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ
sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan. (Maryam: 79)
Kalla, lafaz yang menunjukkan makna tolakan terhadap kalimat sebelumnya dan sekaligus mengukuhkan kalimat yang sesudahnya. Yakni orang yang meminta demikian dan memastikan bagi dirinya apa yang diangan-angankannya itu, sedangkan ia ingkar kepada Allah Yang Maha-agung.
وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا
dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya. (Maryam: 79)
Yakni kelak di hari akhirat atas ucapannya itu dan keingkarannya terhadap Allah Swt. ketika di dunia.
وَنَرِثُهُۥ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينَا فَرْدًۭا 80
(80) dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri.
(80)
وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ
dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8)
Maksudnya, harta benda dan anak-anaknya akan Kami rampas; kebalikan dari apa yang telah ia katakan, bahwa dirinya akan mendapat harta dan anak kelak di akhirat selain dari apa yang diperolehnya saat di dunia. Maka di akhirat kelak semuanya itu akan dirampas darinya, di samping ia akan mendapat tuntutan dari orang yang memberikan utang kepadanya saat di dunia. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:
وَيَأْتِينَا فَرْدًا
dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8)
Yaitu tanpa membawa harta dan anak.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yaitu Kami akan mewarisinya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni, harta benda dan anak-anaknya. Orang yang dimaksud adalah Al-As ibnu Wa-il.
Abdur-Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni akan mengambil semua yang menjadi miliknya, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77)
Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan
"وَنَرِثُهُ مَا عِنْدَهُ".
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8) Yaitu ia datang dengan tidak membawa harta dan anak.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 8) Yakni semua yang ia himpunkan selama di dunia dan semua yang ia amalkan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 8) Artinya, sendirian tanpa hal yang ia dakwakan itu, baik sedikit ataupun banyak.
وَٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةًۭ لِّيَكُونُوا۟ لَهُمْ عِزًّۭا 81
(81) Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka,
(81)
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang kafir yang musyrik terhadap Tuhan mereka, bahwa mereka menjadikan sembahan-sembahan selain dari Allah sebagai tuhan-tuhan mereka. Yang dengan tuhan-tuhan itu mereka membanggakan dirinya dan meminta pertolongan kepadanya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa duduk perkaranya tidaklah seperti apa yang mereka duga, bahkan apa yang mereka harapkan itu tidak ada sama sekali dan kosong belaka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82)
Yakni kelak di hari kiamat akan terjadi pengingkaran itu.
وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang didugakan oleh mereka terhadap sembahan-sembahannya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)
Abu Nuhaik membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"كُلٌّ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ"
artinya: Masing-masing dari sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni berhala-berhala sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka.
Firman Allah Swt.:
وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang diharap-harapkan oleh mereka dari sembahan-sembahannya.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa makna diddan ialah a'wanan, yakni menjadi teman-teman mereka.
Mujahid mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi lawan mereka yang mendebat dan mendustakan pemujaan-pemujaan mereka terhadapnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa yang dimaksud dengan diddan ialah teman-teman,
Qatadah mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu akan menjadi teman-teman mereka di dalam neraka; sebagian dari mereka melaknat dan mengingkari sebagian yang lainnya.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi musuh-musuh mereka yang sangat sengit.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak akan menjadi musuh mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ad-diddu artinya malapetaka.
Ikrimah mengatakan bahwa ad-diddu artinya penyesalan.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mengasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu menyesatkan mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu mengobarkan semangat mereka untuk memusuhi Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Mujahid mengatakan, setan-setan itu mengasung mereka dengan sungguh-sungguh.
Menurut Qatadah, setan-setan itu dengan sungguh-sungguh memberikan semangat kepada mereka untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah Swt.
Sedangkan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa setan-setan itu membujuk mereka dengan godaan yang menggiurkan dan mengobarkan semangat mereka.
Dan menurut As-Saddi, setan-setan itu menyesatkan mereka dengan sebenar-benarnya.
Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan); maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36)
Adapun firman Allah Swt.:
فَلا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84)
Maksudnya, janganlah kamu terburu-buru —hai Muhammad—meminta kepada Allah agar azab-Nya segera ditimpakan kepada mereka.
إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84)
Yakni sesungguhnya Kami sengaja menangguhkan mereka hanya sampai waktu yang tertentu lagi dipastikan, dan mereka pasti akan mendapat azab Allah dan pembalasan-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)
إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا
Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178)
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)
Serta firman Allah Swt.:
قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ
Katakanlah, "'Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka.” (Ibrahim: 3)
As-Saddi mengatakan, sesungguhnya Allah menangguhkan mereka dengan perhitungan yang teliti, yakni hanya beberapa tahun, beberapa bulan, beberapa hari, dan beberapa saat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni Kami beri tangguh mereka selama mereka hidup di dunia saja.
كَلَّا ۚ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا 82
(82) sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
(82)
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82)
Yakni kelak di hari kiamat akan terjadi pengingkaran itu.
وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang didugakan oleh mereka terhadap sembahan-sembahannya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)
Abu Nuhaik membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"كُلٌّ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ"
artinya: Masing-masing dari sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni berhala-berhala sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka.
Firman Allah Swt.:
وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82)
Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang diharap-harapkan oleh mereka dari sembahan-sembahannya.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa makna diddan ialah a'wanan, yakni menjadi teman-teman mereka.
Mujahid mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi lawan mereka yang mendebat dan mendustakan pemujaan-pemujaan mereka terhadapnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa yang dimaksud dengan diddan ialah teman-teman,
Qatadah mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu akan menjadi teman-teman mereka di dalam neraka; sebagian dari mereka melaknat dan mengingkari sebagian yang lainnya.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi musuh-musuh mereka yang sangat sengit.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak akan menjadi musuh mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ad-diddu artinya malapetaka.
Ikrimah mengatakan bahwa ad-diddu artinya penyesalan.
*******************
أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّۭا 83
(83) Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?,
(83)
Firman Allah Swt.:
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mengasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu menyesatkan mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu mengobarkan semangat mereka untuk memusuhi Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Mujahid mengatakan, setan-setan itu mengasung mereka dengan sungguh-sungguh.
Menurut Qatadah, setan-setan itu dengan sungguh-sungguh memberikan semangat kepada mereka untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah Swt.
Sedangkan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa setan-setan itu membujuk mereka dengan godaan yang menggiurkan dan mengobarkan semangat mereka.
Dan menurut As-Saddi, setan-setan itu menyesatkan mereka dengan sebenar-benarnya.
Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan); maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36)
Adapun firman Allah Swt.:
فَلا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84)
Maksudnya, janganlah kamu terburu-buru —hai Muhammad—meminta kepada Allah agar azab-Nya segera ditimpakan kepada mereka.
فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّۭا 84
(84) maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.
(84)
إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84)
Yakni sesungguhnya Kami sengaja menangguhkan mereka hanya sampai waktu yang tertentu lagi dipastikan, dan mereka pasti akan mendapat azab Allah dan pembalasan-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)
إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا
Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178)
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)
Serta firman Allah Swt.:
قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ
Katakanlah, "'Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka.” (Ibrahim: 3)
As-Saddi mengatakan, sesungguhnya Allah menangguhkan mereka dengan perhitungan yang teliti, yakni hanya beberapa tahun, beberapa bulan, beberapa hari, dan beberapa saat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni Kami beri tangguh mereka selama mereka hidup di dunia saja.
يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَٰنِ وَفْدًۭا 85
(85) (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat,
(85)
Allah Swt. menceritakan tentang kekasih-kekasih-Nya, yaitu orang-orang yang bertakwa yang takut kepada-Nya ketika di dunia dan mengikuti rasul-rasul-Nya serta membenarkan berita yang disampaikan oleh mereka, juga taat kepada apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka serta menjauhi apa yang dilarang oleh mereka. Allah menyebutkan bahwa mereka pada hari kiamat akan dikumpulkan sebagai perutusan yang terhormat menghadap kepada-Nya. Mereka menghadap kepada Allah sebagai perutusan dengan mengendarai kendaraan yang terbuat dari nur kendaraan akhirat; mereka datang ke hadirat Tuhan Yang Maha Mulia, sedangkan Tuhan Yang Maha Pemurah rida kepada mereka.
Adapun orang-orang yang berdosa (yaitu mereka yang mendustakan para rasul dan menentangnya), maka sesungguhnya mereka digiring secara paksa menuju ke neraka. Disebutkan oleh firman-Nya bahwa mereka digiring ke neraka dalam keadaan dahaga. Demikianlah menurut pendapat Ata, Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan yang lainnya. Dan pada saat itu juga dikatakan:
أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا
Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik dan lebih indah tempat pertemuan(nya). (Maryam: 73)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Khalid, dari Amr ibnu Qais Al-Mala-i, dari Ibnu Marzuq sehubungan dengan firman Allah Swt.: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa orang mukmin saat bangkit dari kuburnya disambut oleh utusan yang sangat indah rupanya dan sangat harum baunya. Maka ia bertanya, "Siapakah kamu?" Utusan menjawab, "Tidakkah kamu mengenalku?" Ia berkata, "Tidak, mengapa Allah menjadikan baumu sangat harum dan rupamu sangat indah?" Utusan menjawab, "Aku adalah amal perbuatanmu yang saleh. Selama kamu di dunia, kamu telah melakukan amal yang indah dan harum; dan inilah hasilnya. Selama di dunia aku manaikimu. Sekarang tibalah saatnya bagimu untuk menaikiku, naikilah aku." Maka orang mukmin itu menaikinya. Yang demikian itu adalah maksud dari firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa yang dimaksud dengan wafdan ialah berkendaraan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Sa'id, dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah, tentang firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa mereka datang menghadap dengan berkendaraan unta. Ibnu Juraij mengatakan, mereka datang menghadap dengan mengendarai unta-unta yang baik. As-Sauri mengatakan, mengendarai unta muda.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Yakni mereka digiring memasuki surga.
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa ketika kami sedang berada di majelis Ali ibnu Abu Talib r.a. dan ia membaca firman Allah Swt.: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali r.a. berkata, "Tidak, demi Allah, mereka digiring bukan dengan jalan kaki. Utusan tidak akan digiring dengan jalan kaki, melainkan dengan mengendarai unta yang sangat indah; di punggung unta-unta itu terdapat pelana yang terbuat dari emas, lalu mereka menaiki unta-unta itu hingga sampai di depan pintu-pintu surga."
Hal yang sama telah diriwayatkan o'eh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir melalui hadis Abdur Rahman ibnu Ishaq Al-Madani dengan sanad yang sama. Hanya di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa pada punggung unta-unta itu terdapat pelana yang terbuat dari emas, dan tali kendalinya dari zabarjad. Sedangkan teks asar lainnya sama dengan yang di atas.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib sekali secara marfu' dari Ali. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ النَّهْدِيُّ، حَدَّثَنَا مَسْلَمَةُ بْنُ جَعْفَرٍ البَجَلي، سَمِعْتُ أَبَا مُعَاذٍ الْبَصْرِيَّ قَالَ: إِنَّ عَلِيًّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا فَقَالَ: مَا أَظُنُّ الْوَفْدَ إِلَّا الرَّكْبَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُمْ إِذَا خَرَجُوا مِنْ قُبُورِهِمْ يُسْتَقْبَلُونَ -أَوْ: يُؤْتَوْنَ-بِنُوقٍ بِيضٍ لَهَا أَجْنِحَةٌ، وَعَلَيْهَا رِحَالُ الذَّهَبِ، شُرُك نِعَالِهِمْ نُورٌ يَتَلَأْلَأُ كُلُّ خَطْوَةٍ مِنْهَا مَدُّ الْبَصَرِ، فَيَنْتَهُونَ إِلَى شَجَرَةٍ يَنْبُعُ مَنْ أَصِلُهَا عَيْنَانِ، فَيَشْرَبُونَ مِنْ إِحْدَاهُمَا، فَتَغْسِلُ مَا فِي بُطُونِهِمْ مَنْ دَنَسٍ، وَيَغْتَسِلُونَ مِنَ الْأُخْرَى فَلَا تَشْعَثُ أَبْشَارُهُمْ وَلَا أَشْعَارُهُمْ بَعْدَهَا أَبَدًا، وَتَجْرِي عَلَيْهِمْ نَضْرَةُ النَّعِيمِ، فَيَنْتَهُونَ أَوْ: فَيَأْتُونَ بَابَ الْجَنَّةِ، فَإِذَا حَلْقَةٌ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ عَلَى صَفَائِحِ الذَّهَبِ، فَيَضْرِبُونَ بِالْحَلْقَةِ عَلَى الصَّفِيحَةِ فَيُسْمَعُ لَهَا طَنِينٌ يَا عَلِيُّ، فَيَبْلُغُ كُلَّ حَوْرَاءَ أَنَّ زَوْجَهَا قَدْ أَقْبَلَ، فَتَبْعَثُ قَيِّمَهَا فَيَفْتَحُ لَهُ، فَإِذَا رَآهُ خَرَّ لَهُ -قَالَ مَسْلَمَةُ أُرَاهُ قَالَ: سَاجِدًا-فَيَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، فَإِنَّمَا أَنَا قَيِّمُكَ، وُكِّلْتُ بِأَمْرِكَ. فَيَتْبَعُهُ وَيَقْفُو أَثَرَهُ، فَتَسْتَخِفُّ الْحَوْرَاءَ الْعَجَلَةُ فَتَخْرُجُ مِنْ خِيَامِ الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ حَتَّى تَعْتَنِقَهُ، ثُمَّ تَقُولُ: أَنْتَ -حِبّي، وَأَنَا حِبُّكَ، وَأَنَا الْخَالِدَةُ الَّتِي لَا أَمُوتُ، وَأَنَا النَّاعِمَةُ الَّتِي لَا أَبْأَسُ، وَأَنَا الرَّاضِيَةُ الَّتِي لَا أَسْخَطُ، وَأَنَا الْمُقِيمَةُ الَّتِي لَا أَظْعَنُ. فَيَدْخُلُ بَيْتًا مِنْ أُسِّهِ إِلَى سَقْفِهِ مِائَةُ أَلْفِ ذِرَاعٍ، بِنَاؤُهُ عَلَى جَنْدَلِ اللُّؤْلُؤِ طَرَائِقُ: أَصْفَرُ وَأَحْمَرُ وَأَخْضَرُ، لَيْسَ مِنْهَا طَرِيقَةٌ تُشَاكِلُ صَاحِبَتَهَا. وَفِي الْبَيْتِ سَبْعُونَ سَرِيرًا، عَلَى كُلِّ سَرِيرٍ سَبْعُونَ حَشِيَّةً، عَلَى كُلِّ حَشِيَّةٍ سَبْعُونَ زَوْجَةً، عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الْحُلَلِ، يَقْضِي جِمَاعَهَا فِي مِقْدَارِ لَيْلَةٍ مِنْ لَيَالِيكُمْ هَذِهِ. الْأَنْهَارُ مِنْ تَحْتِهِمْ تَطَّرِدُ، أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ -قَالَ: صَافٍ لَا كَدَر فِيهِ -وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ، لَمْ يَخْرُجْ مِنْ ضُرُوعِ الْمَاشِيَةِ، وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ، لَمْ يَعْتَصِرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهِمْ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى لَمْ يَخْرُجْ مِنْ بُطُونِ النَّحْلِ، فَيَسْتَحْلِي الثِّمَارَ، فَإِنْ شَاءَ أَكَلَ قَائِمًا، وَإِنْ شَاءَ قَاعِدًا، وَإِنْ شَاءَ مُتَّكِئًا، ثُمَّ تَلَا وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا [الْإِنْسَانِ: 14] ، فَيَشْتَهِي الطَّعَامَ، فَيَأْتِيهِ طَيْرٌ أَبْيَضُ، وَرُبَّمَا قَالَ: أَخْضَرُ فَتَرْفَعُ أَجْنِحَتَهَا، فَيَأْكُلُ مِنْ جُنُوبِهَا أَيَّ الْأَلْوَانِ شَاءَ، ثُمَّ تَطِيرُ فَتَذْهَبُ، فَيَدْخَلُ الْمَلَكُ فَيَقُولُ: سَلَامٌ عَلَيْكُمْ: تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ[الزُّخْرُفِ: 72] وَلَوْ أَنَّ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ الْحَوْرَاءِ وَقَعَتْ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، لَأَضَاءَتِ الشَّمْسُ مَعَهَا سَوَادٌ فِي نُورٍ"
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali; ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri mengatakan bahwa pada suatu hari Ali berada di rumah Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, menurut hematku utusan itu tiada lain datang dengan berkendaraan." Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya masing-masing langsung disambut oleh unta putih yang bersayap. Di punggung untanya terdapat pelana emas, sedangkan teracaknya adalah nur yang berkilauan cahayanya. Sekali langkah dapat mencapai jarak sejauh mata memandang. Maka sampailah perjalanan mereka di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air, lalu mereka minum dari salah satu mata air itu, dan air itu mencuci semua kotoran yang ada di dalam perut mereka. Kemudian dari mata air lainnya mereka mandi, karena itu kulit dan rambut mereka tidak akan mengalami kekusutan lagi selama-lamanya, dan penampilan mereka menggambarkan kesenangan hidupnya. Setelah itu mereka sampai atau mendatangi pintu surga. Ternyata mereka menjumpai pegangan pintunya berupa yaqut merah, sedangkan daun pintunya emas. Lalu mereka mengetuk pintu itu dengan pegangannya yang bulat, maka terdengarlah suara ketukan yang membunyikan kalimat 'Wahai Tuhan Yang Mahatinggi'. Suara ketukan itu terdengar oleh semua bidadari yang ada di dalam surga, dan para bidadari itu mengetahui bahwa suami-suami mereka telah tiba. Maka bidadari itu menyuruh pelayannya untuk membukakan pintu; saat pintu surga dibuka dan orang mukmin itu melihatnya, maka orang mukmin langsung menyungkur bersujud kepadanya. Maka si pelayan itu berkata, 'Angkatlah mukamu, sesungguhnya saya ini hanyalah pelayanmu, saya disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Kemudian orang mukmin itu mengikutinya, sedangkan bidadari sudah tidak sabar lagi; maka keluarlah ia dari kemah mutiara dan yaqutnya dan langsung menyambut suaminya serta memeluknya seraya berkata, 'Engkau kekasihku dan aku kekasihmu. Aku wanita yang kekal, tidak mati, selalu senang, tidak sengsara; aku wanita yang selalu rela, tidak pernah marah; dan aku wanita yang selalu berada di tempat, tidak pernah bepergian. Maka orang mukmin itu masuk ke dalam sebuah gedung yang tingginya dari bawah sampai atapnya adalah seratus ribu hasta. Bangunannya terbuat dari mutiara yang beraneka ragam; ada yang berwarna merah, kuning, dan hijau, masing-masing darinya mempunyai modelnya sendiri yang berbeda dengan lainnya. Di dalam gedung itu terdapat tujuh puluh pelaminan, di dalam tiap pelaminan terdapat tujuh puluh kasur, setiap kasur diisi oleh tujuh puluh orang istri, setiap orang istri memakai tujuh puluh pakaian; sumsum betisnya kelihatan dari balik pakaiannya. Untuk menyetubuhinya diperlukan waktu yang lamanya sama dengan satu malam dari malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah gedung mereka dengan berbagai macam rasa; ada yang airnya tawar lagi jernih, tidak ada kotoran padanya; ada yang airnya berupa air susu yang tidak berubah rasanya, tetapi bukan dikeluarkan dari tetek ternak; ada yang airnya berupa khamr yang sangat lezat bagi peminumnya, bukan khamr yang diperah oleh injakan kaki manusia; dan ada yang airnya berupa madu yang disaring, bukan madu yang dikeluarkan dari perut lebah. Buah-buahan semuanya masak dan ranum; jika ia menghendaki memakannya dengan berdiri, ia dapat melakukannya, atau sambil duduk atau sambil bersandar, menurut cara yang disukainya." Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Bila ia ingin makan, maka datanglah burung putih kepadanya atau burung hijau, kemudian burung itu mengangkat kedua sayapnya; maka ia dapat makan darinya berbagai jenis makanan yang disukainya. Setelah itu si burung terbang kembali, lalu masuklah malaikat menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya, "Assalamu 'alaikum.” Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Al-Zukhruf: 72) Seandainya sebilah rambut bidadari jatuh ke bumi, niscaya matahari dapat menyinari bagian yang tidak terjangkau olehnya berkat rambut bidadari itu.
Demikianlah menurut riwayat ini secara marfu', kami dalam pendahuluan kitab telah meriwayatkannya melalui perkataan sahabat Ali r.a. dengan lafaz yang semisal yang lebih mendekati predikat sahih. Hanya Allah-lah. yang mengetahui kebenarannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا
dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86)
Yang dimaksud dengan wirdan ialah itasyan, yakni kehausan.
لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ
Mereka tidak berhak mendapat syafaat. (Maryam: 87)
Yakni tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat kepada mereka, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin memberikan syafaatnya kepada sebagian yang lain. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ * وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ
Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara: 1-11)
Adapun firman Allah Swt.:
إِلا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah. (Maryam: 87)
Istisna dalam ayat ini munqati', yakni hanya orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah sajalah yang beroleh syafaat dan pertolongan. Perjanjian tersebut berupa kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu ia mengamalkan hak dari kalimah tersebut.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini ialah kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan berlepas diri kepada Allah dari upaya dan kekuatan, serta tidak berharap kecuali hanya kepada Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud membaca ayat ini: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah Swt. akan memanggil mereka, "Barang siapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri." Mereka (para tabi'in) berkata, "Wahai Abu Abdur Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas'ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami." Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini, bahwa sesungguhnya bila Engkau menyerahkan diriku kepada amal perbuatanku yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali hanya kepada rahmat-Mu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji'."
Al-Mas'udi mengatakan bahwa Zakaria telah menceritakan ini kepadanya dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Mas'ud. Tersebutlah pula bahwa sahabat Ibnu Mas'ud selalu mengiringi doanya dengan doa ini dengan penuh rasa takut, memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah Swt. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar yang semisal melalui jalur lain, dari Al-Mas'udi.
وَنَسُوقُ ٱلْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًۭا 86
(86) dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.
(86)
Firman Allah Swt.:
وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا
dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86)
Yang dimaksud dengan wirdan ialah itasyan, yakni kehausan.
لَّا يَمْلِكُونَ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَنِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحْمَٰنِ عَهْدًۭا 87
(87) Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
(87)
لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ
Mereka tidak berhak mendapat syafaat. (Maryam: 87)
Yakni tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat kepada mereka, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin memberikan syafaatnya kepada sebagian yang lain. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ * وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ
Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara: 1-11)
Adapun firman Allah Swt.:
إِلا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah. (Maryam: 87)
Istisna dalam ayat ini munqati', yakni hanya orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah sajalah yang beroleh syafaat dan pertolongan. Perjanjian tersebut berupa kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu ia mengamalkan hak dari kalimah tersebut.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini ialah kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan berlepas diri kepada Allah dari upaya dan kekuatan, serta tidak berharap kecuali hanya kepada Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud membaca ayat ini: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah Swt. akan memanggil mereka, "Barang siapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri." Mereka (para tabi'in) berkata, "Wahai Abu Abdur Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas'ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami." Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini, bahwa sesungguhnya bila Engkau menyerahkan diriku kepada amal perbuatanku yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali hanya kepada rahmat-Mu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji'."
Al-Mas'udi mengatakan bahwa Zakaria telah menceritakan ini kepadanya dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Mas'ud. Tersebutlah pula bahwa sahabat Ibnu Mas'ud selalu mengiringi doanya dengan doa ini dengan penuh rasa takut, memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah Swt. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar yang semisal melalui jalur lain, dari Al-Mas'udi.
وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَلَدًۭا 88
(88) Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak".
(88)
Setelah Allah Swt. menetapkan dalam surat ini sifat kehambaan Isa a.s. dan menceritakan bahwa Dia menciptakannya dari Maryam tanpa ayah, maka Allah membantah dugaan orang-orang yang mengatakan bahwa Dia mempunyai anak, Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا * لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89)
karena ucapan kalian ini.
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Malik mengatakan bahwa makna iddan ialah 'aziman, yakni sesuatu yang sangat besar (dosanya). Lafaz iddan ini ada tiga bacaan mengenainya, yaitu iddan, addan, dan idda, tetapi yang terkenal adalah bacaan yang pertama.
Firman Allah Swt.:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا * أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91)
Yakni hampir-hampir akan terjadi hal tersebut karena ucapan yang dikeluarkan oleh orang-orang durhaka dari kalangan Bani Adam, karena kebesaran dan keagungan Allah Swt. semuanya adalah makhluk Allah dan diciptakan ntuk mengesakan-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu dan tiada tandingan bagi-Nya, tiada beranak, tiada beristri, dan tiada yang menyamai-Nya; bahkan Dia adalah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
وَفِي كُلّ شَيءٍ لَهُ آيةٌ ... تَدُل عَلَى أَنَّهُ واحِدُ ...
Pada tiap-tiap sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia Yang Maha Esa.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah, dari Ali, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91) Bahwa kemusyrikan itu membuat terkejut langit, bumi, gunung-gunung, serta semua makhluk kecuali jin dan manusia; dan hampir-hampir semuanya lenyap karenanya disebabkan kebesaran Allah Swt. Untuk itu sebagaimana tidak memberi manfaat amal baik orang musyrik karena kemusyrikannya, kita berharap semoga Allah memberikan ampunan terhadap dosa-dosa ahli tauhid.
Rasulullah Saw. telah bersabda:
"لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَهَا عِنْدَ مَوْتِهِ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"
Ajarilah orang-orang mati kalian bacaan syahadat, yaitu 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Barang siapa yang membacanya di saat meregang nyawa, wajib baginya masuk surga.
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan orang yang membacanya dalam masa sehatnya?'" Rasulullah Saw. bersabda, "Itu lebih memastikan lagi." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ جِيءَ بِالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمَا فِيهِنَّ، وَمَا بَيْنَهُنَّ، وَمَا تَحْتَهُنَّ، فَوُضِعْنَ فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ، وَوُضِعَتْ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي الْكِفَّةِ الْأُخْرَى، لَرَجَحَتْ بِهِنَّ"
Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, seandainya didatangkan langit dan bumi serta semua yang ada padanya dan semua yang ada di antara keduanya dan semua yang ada di bawahnya, lalu diletakkan di salah satu dari kedua sisi neraca, sedangkan sisi neraca lainnya diletakkan kalimah syahadat, yaitu, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " tentulah kalimah ini lebih berat timbangannya daripada semuanya itu.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dan diperkuat oleh hadis-hadis lainnya yang menceritakan tentang buku catatan amal perbuatan. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam: 9) Yaitu terbelah karena kebesaran Allah Swt.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bumi belah. (Maryam: 9) Bahwa yang dimaksud adalah bumi hampir-hampir belah karena murka Allah terhadap orang-orang yang mengucapkannya.
وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا
dan gunung-gunung runtuh. (Maryam: 9)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa haddan artinya sama dengan hadman, yakni runtuh dan hancur.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa haddan artinya runtuh sebagian demi sebagian secara berurutan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Suwaid Al-Maqbari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Aun ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya gunung memanggil gunung lainnya dengan menyebut namanya, "Hai Fulan, apakah hari ini ada yang kamu dengar menyebut nama Allah Swt.?" Gunung yang dipanggil menjawab, "Ya." Maka gunung yang memanggil merasa gembira karenanya. Kemudian Aun berkata, "Sesungguhnya gunung itu lebih tajam pendengarannya terhadap perkara kebaikan, maka apakah gunung-gunung itu dapat mendengar dosa dan perkataan batil apabila diucapkan, ataukah gunung-gunung itu tidak dapat mendengar selain kebaikan saja?" Kemudian ia membaca firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syadan, telah menceritakan kepada kami Haudah, telah menceritakan kepada kami Auf ibnu Galib ibnu Ajrad, telah menceritakan kepadaku seseorang dari penduduk Syam di Masjid Mina; ia mengatakan, telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Allah ketika menciptakan bumi dan menciptakan semua pepohonan yang ada padanya, maka tidak ada suatu pohon pun di bumi ini yang didatangi oleh manusia melainkan manusia beroleh manfaat dari pohon itu, atau pohon itu memberikan manfaat kepadanya. Bumi masih tetap dalam keadaan seperti itu, hingga orang-orang durhaka dari Bani Adam mengucapkan kalimat yang sangat mungkar itu. Yaitu mereka mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Ketika mereka mulai mengatakan kalimat tersebut, bumi bergetar dan semua pohon sakit karenanya.
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa para malaikat murka dan neraka Jahanam bergejolak saat mereka mengucapkan kalimat yang mungkar itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ، وَيُجْعَلُ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَدْفَعُ عَنْهُمْ وَيَرْزُقُهُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak ada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah mendengar hal yang menyakitkan, Dia dipersekutukan dan dianggap beranak, padahal Dia menyehatkan mereka dan menolak bahaya dari mereka serta memberi mereka rezeki.
Hadis diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing.
Menurut lafaz yang lain disebutkan seperti berikut:
"إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يرزُقُهم وَيُعَافِيهِمْ"
Bahwa mereka menganggap Allah beranak, padahal Allah memberi mereka rezeki dan menyehatkan mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (Maryam: 92)
Artinya tidaklah pantas dan tidaklah layak bagi keagungan dan kebesaranNya hal tersebut; sebab tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang menyamai-Nya, semua makhluk adalah hamba-Nya. Karena itulah dalam firman selanjufnya disebutkan:
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (Maryam: 93-94)
Yakni sesungguhnya Allah telah mengetahui bilangan mereka sejak Dia menciptakan mereka sampai hari kiamat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dan baik yang masih muda maupun yang sudah tua.
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95)
Maksudnya, tidak ada yang menolongnya dan tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali hanya Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya, Dialah yang berhak memutuskan nasib makhluk-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Mahaadil yang tidak akan berbuat aniaya barang sedikit pun dan Dia tidak akan menganiaya seorang pun.
لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا إِدًّۭا 89
(89) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
(89)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا * لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89)
karena ucapan kalian ini.
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Malik mengatakan bahwa makna iddan ialah 'aziman, yakni sesuatu yang sangat besar (dosanya). Lafaz iddan ini ada tiga bacaan mengenainya, yaitu iddan, addan, dan idda, tetapi yang terkenal adalah bacaan yang pertama.
تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ ٱلْأَرْضُ وَتَخِرُّ ٱلْجِبَالُ هَدًّا 90
(90) hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
(90)
Firman Allah Swt.:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا * أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91)
Yakni hampir-hampir akan terjadi hal tersebut karena ucapan yang dikeluarkan oleh orang-orang durhaka dari kalangan Bani Adam, karena kebesaran dan keagungan Allah Swt. semuanya adalah makhluk Allah dan diciptakan ntuk mengesakan-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu dan tiada tandingan bagi-Nya, tiada beranak, tiada beristri, dan tiada yang menyamai-Nya; bahkan Dia adalah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
وَفِي كُلّ شَيءٍ لَهُ آيةٌ ... تَدُل عَلَى أَنَّهُ واحِدُ ...
Pada tiap-tiap sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia Yang Maha Esa.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah, dari Ali, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91) Bahwa kemusyrikan itu membuat terkejut langit, bumi, gunung-gunung, serta semua makhluk kecuali jin dan manusia; dan hampir-hampir semuanya lenyap karenanya disebabkan kebesaran Allah Swt. Untuk itu sebagaimana tidak memberi manfaat amal baik orang musyrik karena kemusyrikannya, kita berharap semoga Allah memberikan ampunan terhadap dosa-dosa ahli tauhid.
Rasulullah Saw. telah bersabda:
"لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَهَا عِنْدَ مَوْتِهِ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"
Ajarilah orang-orang mati kalian bacaan syahadat, yaitu 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Barang siapa yang membacanya di saat meregang nyawa, wajib baginya masuk surga.
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan orang yang membacanya dalam masa sehatnya?'" Rasulullah Saw. bersabda, "Itu lebih memastikan lagi." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ جِيءَ بِالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمَا فِيهِنَّ، وَمَا بَيْنَهُنَّ، وَمَا تَحْتَهُنَّ، فَوُضِعْنَ فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ، وَوُضِعَتْ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي الْكِفَّةِ الْأُخْرَى، لَرَجَحَتْ بِهِنَّ"
Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, seandainya didatangkan langit dan bumi serta semua yang ada padanya dan semua yang ada di antara keduanya dan semua yang ada di bawahnya, lalu diletakkan di salah satu dari kedua sisi neraca, sedangkan sisi neraca lainnya diletakkan kalimah syahadat, yaitu, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " tentulah kalimah ini lebih berat timbangannya daripada semuanya itu.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dan diperkuat oleh hadis-hadis lainnya yang menceritakan tentang buku catatan amal perbuatan. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam: 9) Yaitu terbelah karena kebesaran Allah Swt.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bumi belah. (Maryam: 9) Bahwa yang dimaksud adalah bumi hampir-hampir belah karena murka Allah terhadap orang-orang yang mengucapkannya.
وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا
dan gunung-gunung runtuh. (Maryam: 9)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa haddan artinya sama dengan hadman, yakni runtuh dan hancur.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa haddan artinya runtuh sebagian demi sebagian secara berurutan.
.
أَن دَعَوْا۟ لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًۭا 91
(91) karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.
(91)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Suwaid Al-Maqbari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Aun ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya gunung memanggil gunung lainnya dengan menyebut namanya, "Hai Fulan, apakah hari ini ada yang kamu dengar menyebut nama Allah Swt.?" Gunung yang dipanggil menjawab, "Ya." Maka gunung yang memanggil merasa gembira karenanya. Kemudian Aun berkata, "Sesungguhnya gunung itu lebih tajam pendengarannya terhadap perkara kebaikan, maka apakah gunung-gunung itu dapat mendengar dosa dan perkataan batil apabila diucapkan, ataukah gunung-gunung itu tidak dapat mendengar selain kebaikan saja?" Kemudian ia membaca firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 9-91)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syadan, telah menceritakan kepada kami Haudah, telah menceritakan kepada kami Auf ibnu Galib ibnu Ajrad, telah menceritakan kepadaku seseorang dari penduduk Syam di Masjid Mina; ia mengatakan, telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Allah ketika menciptakan bumi dan menciptakan semua pepohonan yang ada padanya, maka tidak ada suatu pohon pun di bumi ini yang didatangi oleh manusia melainkan manusia beroleh manfaat dari pohon itu, atau pohon itu memberikan manfaat kepadanya. Bumi masih tetap dalam keadaan seperti itu, hingga orang-orang durhaka dari Bani Adam mengucapkan kalimat yang sangat mungkar itu. Yaitu mereka mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Ketika mereka mulai mengatakan kalimat tersebut, bumi bergetar dan semua pohon sakit karenanya.
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa para malaikat murka dan neraka Jahanam bergejolak saat mereka mengucapkan kalimat yang mungkar itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ، وَيُجْعَلُ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَدْفَعُ عَنْهُمْ وَيَرْزُقُهُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak ada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah mendengar hal yang menyakitkan, Dia dipersekutukan dan dianggap beranak, padahal Dia menyehatkan mereka dan menolak bahaya dari mereka serta memberi mereka rezeki.
Hadis diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing.
Menurut lafaz yang lain disebutkan seperti berikut:
"إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يرزُقُهم وَيُعَافِيهِمْ"
Bahwa mereka menganggap Allah beranak, padahal Allah memberi mereka rezeki dan menyehatkan mereka.
*******************
وَمَا يَنۢبَغِى لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا 92
(92) Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
(92)
Firman Allah Swt.:
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (Maryam: 92)
Artinya tidaklah pantas dan tidaklah layak bagi keagungan dan kebesaranNya hal tersebut; sebab tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang menyamai-Nya, semua makhluk adalah hamba-Nya. Karena itulah dalam firman selanjufnya disebutkan:
إِن كُلُّ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ إِلَّآ ءَاتِى ٱلرَّحْمَٰنِ عَبْدًۭا 93
(93) Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
(93)
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (Maryam: 93-94)
Yakni sesungguhnya Allah telah mengetahui bilangan mereka sejak Dia menciptakan mereka sampai hari kiamat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dan baik yang masih muda maupun yang sudah tua.
لَّقَدْ أَحْصَىٰهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّۭا 94
(94) Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.
(94)
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (Maryam: 93-94)
Yakni sesungguhnya Allah telah mengetahui bilangan mereka sejak Dia menciptakan mereka sampai hari kiamat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dan baik yang masih muda maupun yang sudah tua.
وَكُلُّهُمْ ءَاتِيهِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فَرْدًا 95
(95) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.
(95)
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95)
Maksudnya, tidak ada yang menolongnya dan tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali hanya Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya, Dialah yang berhak memutuskan nasib makhluk-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Mahaadil yang tidak akan berbuat aniaya barang sedikit pun dan Dia tidak akan menganiaya seorang pun.