20 - طه - Taa-Haa

Juz : 16

Taa-Haa
Meccan

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِى فَٱضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًۭا فِى ٱلْبَحْرِ يَبَسًۭا لَّا تَخَٰفُ دَرَكًۭا وَلَا تَخْشَىٰ 77

(77) Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".

(77) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia memerintahkan kepada Musa a.s. setelah Fir'aun menolak memberikan izin kepadanya untuk membawa kaum Bani Israil bersamanya, bahwa hendaklah Musa membawa mereka pergi di malam hari, untuk menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun. Allah Swt. telah menceritakan kisah ini di dalam surat-surat Al-Qur'an lainnya.

Setelah Musa membawa pergi kaum Bani Israil, pada pagi harinya Fir'aun tidak melihat seorang pun di antara mereka yang tertinggal di negeri Mesir. Maka Fir'aun sangat marah melihat keadaan tersebut.

فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ

Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Asy-Syu'ara: 53)

Yakni Fir'aun mengirimkan orang-orangnya untuk menghimpun bala tentaranya dari semua kota-kota besar di wilayahnya, Fir'aun berkata:

إِنَّ هَؤُلاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ

"Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat-buat hal-hal yang menimbulkan amarah kita.” (Asy-Syu'ara: 54-55)

Kemudian Fir'aun mengumpulkan semua bala tentaranya, lalu ia memimpin sendiri pasukan itu untuk mengejar mereka.

فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِينَ

Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit. (Asy-Syu'ara: 60)

Maksudnya, mereka mulai kelihatan oleh Fir'aun dan bala tentaranya di waktu pagi hari.

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat. (Asy-Syu'ara: 61)

Yaitu masing-masing golongan dapat melihat yang lainnya.

قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ قَالَ كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asy-Syu'ara: 61-62)

Musa memberhentikan Bani Israil setelah sampai di tepi laut, karena laut berada di hadapan mereka, sedangkan Fir'aun dan balatentaranya ada di belakang mereka. Maka pada saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Musa:

اضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا

Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. (Asy-Syu'ara: 63)

Lalu Musa memukul laut itu dengan tongkatnya seraya berkata, "Terbelahlah kamu untukku dengan seizin Allah!"

فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ

Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Asy-Syu'ara: 63)

Lalu Allah mengirimkan angin kering ke tanah laut yang kelihatan itu dan meniupnya sehingga tanahnya menjadi kering seperti tanah darat. Karena itulah maka dalam surat Thaha ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَىٰ

Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)". (Thaha: 77)

Yakni janganlah kamu merasa khawatir Fir'aun dan tentaranya dapat menyusul kamu, jangan pula kamu merasa takut laut akan menenggelam­kan kaummu.

Kemudian disebutkan dalam ayat selanjutnya:

فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ

Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Thaha: 78)

Al-yamm artinya laut. Lafaz ma Ghasyiyahum diucapkan terhadap apa yang sudah terkenal dan diketahui, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:

وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى

dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 53-54)

Dan perkataan seorang penyair, yaitu:

أنَا أبُو النَّجْم وشِعْري شِعْري

Aku adalah Abun Najm dan syairku adalah syairku.

Yakni sesuatu yang telah dikenal dan termasyhur. Dan sebagaimana Fir'aun berada di depan tentaranya, lalu membawa mereka ke dalam laut, sehingga mereka sesat; dia tidak memberi mereka petunjuk ke jalan yang benar. Maka demikian pula kelak keadaannya di hari kiamat, Fir'aun berada di depan mereka dan membimbing mereka ke dalam neraka. Sesungguhnya neraka itu adalah seburuk-buruk tempat yang didatangi.


فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِۦ فَغَشِيَهُم مِّنَ ٱلْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ 78

(78) Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.

(78) 

فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ

Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Thaha: 78)

Al-yamm artinya laut. Lafaz ma Ghasyiyahum diucapkan terhadap apa yang sudah terkenal dan diketahui, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:

وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى

dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 53-54)

Dan perkataan seorang penyair, yaitu:

أنَا أبُو النَّجْم وشِعْري شِعْري

Aku adalah Abun Najm dan syairku adalah syairku.

Yakni sesuatu yang telah dikenal dan termasyhur. Dan sebagaimana Fir'aun berada di depan tentaranya, lalu membawa mereka ke dalam laut, sehingga mereka sesat; dia tidak memberi mereka petunjuk ke jalan yang benar. Maka demikian pula kelak keadaannya di hari kiamat, Fir'aun berada di depan mereka dan membimbing mereka ke dalam neraka. Sesungguhnya neraka itu adalah seburuk-buruk tempat yang didatangi.


وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُۥ وَمَا هَدَىٰ 79

(79) Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.

(79) 

وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَىٰ

Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79)


يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ قَدْ أَنجَيْنَٰكُم مِّنْ عَدُوِّكُمْ وَوَٰعَدْنَٰكُمْ جَانِبَ ٱلطُّورِ ٱلْأَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْمَنَّ وَٱلسَّلْوَىٰ 80

(80) Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa.

(80) 

Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya dan karunia-Nya yang telah Dia limpahkan kepada Bani Israil, bahwa Dia telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka (yaitu Fir'aun) dan menenangkan hati mereka dengan memperlihatkan mayat Fir'aun kepada mereka, juga mayat tentaranya yang tenggelam dalam waktu yang sama di pagi hari itu, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang selamat. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

Dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 5)

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ، فَسَأَلَهُمْ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْفَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ، فَقَالَ: " نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى فَصُومُوهُ "

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, dijumpainya orang-orang Yahudi sedang melakukan puasa di hari Asyura, lalu beliau menanyakan kepada mereka tentang puasa itu. Maka mereka menjawab bahwa hari itu adalah hari kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Musa atas Fir'aun. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Kami lebih berhak terhadap Musa (daripada mereka), maka puasalah kalian.

Hadis riwayat Imam Bukhari ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya.

Kemudian Allah Swt. menjanjikan kepada Musa dan Bani Israil sesudah kebinasaan Fir'aun untuk bersua ke sebelah kanan Bukit Tur. Di tempat itulah Allah mengajak Musa berbicara langsung dan Musa meminta kepada Allah untuk memperlihatkan diri-Nya. Allah memberinya kitab Taurat di tempat itu. Dan dalam masa itu kaum Bani Israil menyembah anak lembu, kisahnya seperti yang baru saja disebutkan di atas. Adapun mengenai Manna dan Salwa, maka keterangan dan kisahnya telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Baqarah, juga surat lainnya.

Manna ialah sejenis makanan yang berasa manis, diturunkan dari langit kepada kaum Bani Israil.

Salwa ialah sejenis burung yang berjatuhan kepada mereka, lalu mereka mengambilnya sesuai dengan keperluan mereka sampai besok paginya, sebagai belas kasihan dan rahmat serta kebaikan Allah kepada mereka. Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي

Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 81)

Yakni makanlah sebagian dari rezeki yang Aku turunkan kepada kalian ini, dan janganlah kalian bersikap rakus terhadapnya dengan cara mengambilnya lebih dari apa yang kalian perlukan, sebab hal ini berarti kalian melanggar perintah-Ku.

فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي

yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 82)

Yakni Aku menjadi murka kepada kalian karenanya.

وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى

Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa hawa artinya celaka.

Syafi ibnu Mani' mengatakan, sesungguhnya di dalam neraka Jahanam terdapat suatu penjara; bila seorang kafir dilemparkan dari atas ke dalamnya, maka terjerumuslah ia ke dalamnya selama empat puluh musim gugur (tahun) sebelum mencapai dasarnya. Yang demikian itu adalah apa yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81)

Asar ini diriwayatkan oleh Imam ibnu Abu Hatim.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. (Thaha: 82)

Artinya, setiap orang yang bertobat kepada-Ku, Aku menerima tobatnya dari semua dosa yang dilakukannya. Sehingga Dia menerima tobat sebagian kaum Bani Israil yang menyembah anak lembu karena mereka benar-benar bertobat kepada-Nya.

Firman Allah Swt.:

تَابَ

orang yang bertobat. (Thaha: 82)

Yaitu kembali taat kepada Allah sesudah kafir atau musyrik atau melakukan maksiat atau munafik.

Firman Allah Swt.:

وَآمَنَ

dan beriman. (Thaha: 82)

Yakni hatinya beriman.

وَعَمِلَ صَالِحًا

dan beramal saleh. (Thaha: 82)

Yaitu membenarkan imannya dengan amal perbuatan saleh yang dilakukan oleh semua anggota tubuhnya.

ثُمَّ اهْتَدَى

kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kemudian tidak ragu lagi dalam keimanannya.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Maksudnya, tetap berada pada tuntunan sunnah dan jamaah.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.

Qatadah mengata­kan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yakni tetap pada agama Islam hingga mati.

Sufyan 'As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yaitu meyakini bahwa perbuatannya itu ada balasan pahalanya.

Lafaz summa dalam ayat ini menunjukkan pengertian tartib (berurutan), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

Kemudian dia termasuk (pula) orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar. (Al-Balad: 17)


كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَلَا تَطْغَوْا۟ فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِى ۖ وَمَن يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِى فَقَدْ هَوَىٰ 81

(81) Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.

(81) 

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي

Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 81)

Yakni makanlah sebagian dari rezeki yang Aku turunkan kepada kalian ini, dan janganlah kalian bersikap rakus terhadapnya dengan cara mengambilnya lebih dari apa yang kalian perlukan, sebab hal ini berarti kalian melanggar perintah-Ku.



وَإِنِّى لَغَفَّارٌۭ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ 82

(82) Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

(82) 

فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي

yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 82)

Yakni Aku menjadi murka kepada kalian karenanya.

وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى

Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa hawa artinya celaka.

Syafi ibnu Mani' mengatakan, sesungguhnya di dalam neraka Jahanam terdapat suatu penjara; bila seorang kafir dilemparkan dari atas ke dalamnya, maka terjerumuslah ia ke dalamnya selama empat puluh musim gugur (tahun) sebelum mencapai dasarnya. Yang demikian itu adalah apa yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81)

Asar ini diriwayatkan oleh Imam ibnu Abu Hatim.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. (Thaha: 82)

Artinya, setiap orang yang bertobat kepada-Ku, Aku menerima tobatnya dari semua dosa yang dilakukannya. Sehingga Dia menerima tobat sebagian kaum Bani Israil yang menyembah anak lembu karena mereka benar-benar bertobat kepada-Nya.

Firman Allah Swt.:

تَابَ

orang yang bertobat. (Thaha: 82)

Yaitu kembali taat kepada Allah sesudah kafir atau musyrik atau melakukan maksiat atau munafik.

Firman Allah Swt.:

وَآمَنَ

dan beriman. (Thaha: 82)

Yakni hatinya beriman.

وَعَمِلَ صَالِحًا

dan beramal saleh. (Thaha: 82)

Yaitu membenarkan imannya dengan amal perbuatan saleh yang dilakukan oleh semua anggota tubuhnya.

ثُمَّ اهْتَدَى

kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kemudian tidak ragu lagi dalam keimanannya.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Maksudnya, tetap berada pada tuntunan sunnah dan jamaah.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.

Qatadah mengata­kan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yakni tetap pada agama Islam hingga mati.

Sufyan 'As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yaitu meyakini bahwa perbuatannya itu ada balasan pahalanya.

Lafaz summa dalam ayat ini menunjukkan pengertian tartib (berurutan), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

Kemudian dia termasuk (pula) orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar. (Al-Balad: 17)


وَمَآ أَعْجَلَكَ عَن قَوْمِكَ يَٰمُوسَىٰ 83

(83) Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?

(83) 

Setelah Musa berjalan membawa Bani Israil seusai binasanya Fir'aun, disebutkan oleh firman-Nya:

عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ * إِنَّ هَؤُلاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka. Bani Israil berkata, "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai tuhan (berhala).”Musa menjawab, "Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batallah apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-A'raf: 138-139)

Lalu Allah menjanjikan kepada Musa selama tiga puluh hari, kemudian ditambah dengan sepuluh hari lagi sehingga genap menjadi empat puluh hari; selama itu Musa melakukan puasa siang dan malam harinya. Keterangan mengenai hal ini telah disebutkan dalam hadis fitnah yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Setelah menjalani masa itu Musa bersegera menuju ke Bukit Tur, dan sebelumnya terlebih dahulu ia mengangkat saudaranya sebagai ganti darinya untuk mengatur kaum Bani Israil. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

وَمَا أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَى

Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? (Thaha: 83­)

Yakni mereka telah datang dan sedang beristirahat di dekat Bukit Tur.


قَالَ هُمْ أُو۟لَآءِ عَلَىٰٓ أَثَرِى وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَىٰ 84

(84) Berkata, Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)".

(84) 

Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

 قَالَ هُمْ أُولاءِ عَلَى أَثَرِي

Berkata Musa, "Itulah mereka sedang menyusuli aku.” (Thaha: 84)

Yakni mereka telah datang dan sedang beristirahat di dekat Bukit Tur.

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku). (Thaha: 84)


وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku). (Thaha: 84)

Maksudnya, supaya Engkau bertambah rida kepadaku.


قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنۢ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ ٱلسَّامِرِىُّ 85

(85) Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.

(85) 

قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ

Allah berfirman, "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (Thaha: 85)

Allah Swt. memberitakan kepada Musa tentang kejadian yang menimpa kaumnya (Bani Israil) sepeninggalnya, bahwa mereka menyembah anak lembu atas rekayasa yang dilakukan oleh Samiri buat mereka. Di dalam kitab-kitab dongeng Israiliyat disebutkan bahwa nama sebenarnya Samiri adalah Harun.

Dalam masa itu Allah Swt. telah menuliskan luh-luh yang di dalamnya tertera kitab Taurat untuk Musa. seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الألْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْعِظَةً وَتَفْصِيلا لِكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman), "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.”(Al-A'raf: 145)

Yakni akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku dan menentang perintah-Ku.


فَرَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوْمِهِۦ غَضْبَٰنَ أَسِفًۭا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا ۚ أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ ٱلْعَهْدُ أَمْ أَرَدتُّمْ أَن يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُم مَّوْعِدِى 86

(86) Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?".

(86) 

Firman Allah Swt.:

فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا

Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. (Thaha: 86)

sesudah Allah mewartakan kepadanya kisah tersebut. Musa kembali kepada kaumnya dengan rasa marah dan murka terhadap mereka, padahal saat itu Musa sedang menjalankan apa yang menjadi kebaikan bagi mereka yang karenanya ia menerima kitab Taurat. Di dalam kitab Taurat terdapat syariat buat mereka, terkandung pula kemuliaan mereka. Tetapi mereka adalah suatu kaum yang menyembah selain Allah, hal tersebut tidaklah dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Sudah jelaslah kebatilan perbuatan mereka dan hal itu menunjukkan akan kedangkalan serta kekurangan akal dan hati mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini bahwa Musa kembali kepada mereka dalam keadaan marah dan murka. Yang dimaksud dengan murka ialah kemarahan yang sangat atau marah berat.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam keadaan marah dan bersedih hati. (Thaha: 86) Yaitu dengan kesal hati,

Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa al-asaf artinya bersedih hati atas perbuatan kaumnya sepeninggal dia.

قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا

Berkata Musa, "Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik?” (Thaha: 86)

Yakni bukankah Dia telah menjanjikan kepada kalian melalui lisanku kebaikan dunia dan akhirat serta akibat yang terpuji, seperti yang telah kalian rasakan sendiri, yaitu Dia telah memberikan pertolongan-Nya kepada kalian dalam menghadapi musuh kalian sehingga kalian beroleh kemenangan atasnya, juga nikmat-nikmat lainnya yang telah diberikan oleh Dia kepada kalian.

أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ

Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian. (Thaha: 86)

Yakni masa tunggu kalian terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah untuk kalian dan kalian melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya, padahal masa itu masih hangat dan belum lama.

أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ

Atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian? (Thaha: 86)

Am dalam ayat ini bermakna bal yang menunjukkan arti idrab (mengenyampingkan) kalimat pertama, lalu mengalihkan pembicaraan kepada kalimat selanjutnya. Seakan-akan dikatakan bahwa 'atau kalian menghendaki dengan perbuatan kalian ini agar Tuhan menimpakan murka­Nya kepada kalian, yang hal itu berarti kalian ingkar janji kepadaku'. Kaum Bani Israil menjawab apa yang diperingatkan oleh Musa kepada mereka, 


قَالُوا۟ مَآ أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَٰكِنَّا حُمِّلْنَآ أَوْزَارًۭا مِّن زِينَةِ ٱلْقَوْمِ فَقَذَفْنَٰهَا فَكَذَٰلِكَ أَلْقَى ٱلسَّامِرِىُّ 87

(87) Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",

(87) 

مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا

Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kamauan kami sendiri. (Thaha: 87)

Yakni dengan keinginan dan pilihan kami sendiri. Kemudian Bani Israil mengemukakan alasannya yang munafik itu yang lahiriahnya meng­gambarkan tentang kesucian mereka terhadap perhiasan orang Mesir yang ada di tangan niereka dari hasil pinjaman saat mereka keluar meninggalkan negeri Mesir, sedangkan perhiasan itu masih ada di tangan mereka. Mereka mengatakan, "Kami melemparkan perhiasan itu semuanya (ke dalam api itu)."

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan berkenaan dengan hadis fitnah, bahwa Harun a.s. adalah orang yang memerintahkan kepada mereka untuk melemparkan semua perhiasan itu di lubang galian yang telah dinyalakan api di dalamnya.

Kisah tersebut menurut riwayat As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Harun bermaksud agar semua perhiasan itu dikumpulkan di dalam lubang galian itu menjadi satu dan dilebur menjadi satu sambil menunggu kedatangan Musa, maka Musalah kelak yang akan memutuskannya menurut apa yang di­kehendakinya.

Kemudian datanglah Samiri, lalu ia melemparkan ke dalam galian itu segenggam tanah yang telah diambilnya dari bekas telapak (kuda) Malaikat Jibril. Samiri meminta pula kepada Harun agar mendoakan kepada Allah Swt. semoga Allah memperkenankan suatu permintaannya. Harun berdoa kepada Allah, memohon perkenan bagi Samiri, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Samiri. Doa Harun diterima oleh Allah, lalu Samiri berkata saat itu juga, "Saya memohon kepada Allah agar apa yang saya lemparkan itu menjadi anak lembu." Dan jadilah anak lembu yang dimintanya itu sekaligus ada suaranya. Hal ini terjadi sebagai istidraj, penangguhan azab, ujian, dan cobaan dari Allah kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: