21 - الأنبياء - Al-Anbiyaa

Juz : 17

The Prophets
Meccan

فَجَعَلَهُمْ جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرًۭا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ 58

(58) Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

(58) 

Firman Allah Swt.:

فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong. (Al-Anbiya: 58)

Yakni hancur berkeping-keping dipecahkan oleh Nabi Ibrahim, kecuali berhala yang paling besar. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ

Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulinya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (Ash-Shaffat: 93)

Adapun firman Allah Swt.:

لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Al-Anbiya: 58)

Menurut suatu kisah, Ibrahim a.s. meletakkan kapak di tangan berhala yang terbesar, untuk memberikan gambaran kepada mereka bahwa berhala yang terbesarlah yang memecahkan berhala-berhala lainnya. Karena mereka tidak mau menyembahnya, maka ia memecahkan semua berhala kecil yang membangkang kepadanya.


قَالُوا۟ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 59

(59) Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim".

(59) 

قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ

Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 59)

Yakni setelah mereka kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim terhadap berhala-berhala mereka, sebagai suatu penghinaan dan ejekan yang menunjukkan bahwa berhala-berhala itu bukanlah tuhan dan para penyembahnya hanyalah orang-orang yang kurang waras akalnya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 59) Maksudnya, orang yang berbuat ini adalah orang yang zalim.



قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًۭى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ 60

(60) Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim".

(60) 

Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:

قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al-Anbiya: 6)

Orang yang melaporkan demikian adalah seseorang yang mendengar Ibrahim mengucapkan sumpahnya, bahwa dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala mereka. Ia melaporkan kepada kaumnya: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (Al-Anbiya: 6)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa tidak sekali­ kali Allah mengutus seorang nabi melainkan masih berusia muda, dan tidaklah seseorang dianugerahi ilmu melainkan selagi ia masih berusia muda. Lalu Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al-Anbiya: 6)

*******************



قَالُوا۟ فَأْتُوا۟ بِهِۦ عَلَىٰٓ أَعْيُنِ ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ 61

(61) Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan".

(61) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan ucapan mereka:

قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ

Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak.” (Al-Anbiya: 61)

Yakni di mata orang banyak, yang saat itu semua orang hadir. Ternyata apa yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim mencapai sasarannya dengan tepat. Dalam pertemuan yang besar ini Ibrahim a.s. bermaksud menjelaskan kepada mereka akan kebodohan dan kekurangan akal mereka karena menyembah berhala-berhala tersebut yang tidak dapat menolak suatu mudarat pun dari dirinya, tidak pula dapat membela dirinya. Maka mengapa berhala-berhala itu dimintai sesuatu dari hal tersebut?



قَالُوٓا۟ ءَأَنتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ 62

(62) Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"

(62) 

قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا

Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63)

Yakni berhala yang dibiarkannya dan tidak dipecahkannya itu.



قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْـَٔلُوهُمْ إِن كَانُوا۟ يَنطِقُونَ 63

(63) Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".

(63) 

قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا

Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63)

Yakni berhala yang dibiarkannya dan tidak dipecahkannya itu.

فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ

maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara. (Al-Anbiya: 63)

Sesungguhnya Ibrahim a.s. melontarkan jawaban ini tiada lain agar mereka menyadari bahwa berhala itu tidak dapat bicara karena berhala itu berupa patung yang terbuat dari benda mati (lalu mengapa mereka menyembahnya).

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu Hissan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لَمْ يَكْذِبْ غَيْرَ ثَلَاثٍ: ثِنْتَيْنِ فِي ذَاتِ اللَّهِ، قَوْلُهُ: بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا وَقَوْلُهُ إِنِّي سَقِيمٌ قَالَ: "وَبَيْنَا هُوَ يَسِيرُ فِي أرض جبار من الجبابرة ومعه سَارَةُ، إِذْ نَزَلَ مَنْزِلًا فَأَتَى الْجَبَّارَ رَجُلٌ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَدْ نَزَلَ بِأَرْضِكَ رَجُلٌ مَعَهُ امْرَأَةٌ أَحْسَنُ النَّاسِ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَجَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذِهِ الْمَرْأَةُ مِنْكَ؟ قَالَ: هِيَ أُخْتِي. قَالَ: فَاذْهَبْ فَأَرْسِلْ بِهَا إِلَيَّ، فَانْطَلَقَ إِلَى سَارَةَ فَقَالَ: إِنَّ هَذَا الْجَبَّارَ سَأَلَنِي عَنْكِ فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي فَلَا تُكَذِّبِينِي عِنْدَهُ، فَإِنَّكِ أُخْتِي فِي كِتَابِ اللَّهِ، وَأَنَّهُ لَيْسَ فِي الْأَرْضِ مُسْلِمٌ غَيْرِي وَغَيْرُكِ، فَانْطَلَقَ بِهَا إِبْرَاهِيمُ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي. فَلَمَّا أَنْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ فَرَآهَا أَهْوَى إِلَيْهَا، فَتَنَاوَلَهَا، فَأُخِذَ أَخْذًا شَدِيدًا، فَقَالَ: ادْعِي اللَّهَ لِي وَلَا أَضُرُّكِ، فَدَعَتْ لَهُ فَأُرْسِلَ، فَأَهْوَى إِلَيْهَا، فَتَنَاوَلَهَا فَأُخِذَ بِمِثْلِهَا أَوْ أَشَدَّ. فَفَعَلَ ذَلِكَ الثَّالِثَةَ فَأُخِذَ، [فَذَكَرَ] مِثْلَ الْمَرَّتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ فَقَالَ ادْعِي اللَّهَ فَلَا أَضُرُّكِ. فَدَعَتْ، لَهُ فَأُرْسِلَ، ثُمَّ دَعَا أَدْنَى حُجَّابِهِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لَمْ تَأْتِنِي بِإِنْسَانٍ، وَإِنَّمَا َتَيْتَنِي بِشَيْطَانٍ، أَخْرِجْهَا وَأَعْطِهَا هَاجَرَ، فَأُخْرِجَتْ وَأُعْطِيَتْ هَاجَرَ، فَأَقْبَلَتْ، فَلَمَّا أَحَسَّ إِبْرَاهِيمُ بِمَجِيئِهَا انْفَتَلَ مِنْ صِلَاتِهِ، قَالَ: مَهْيَم؟ قَالَتْ: كَفَى اللَّهُ كَيْدَ الْكَافِرِ الْفَاجِرِ، وَأَخْدَمَنِي هَاجَرَ"

Sesungguhnya Ibrahim as. tidak berdusta selain dalam tiga hal. Dua di antaranya terhadap Zat Allah, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya" (Al-Anbiya: 63). Dan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya aku sakit" (Ash-Shaffat: 89). Dan ketika Ibrahim sedang berjalan di suatu negeri yang berada di bawah kekuasaan seorang raja yang angkara murka, saat itu ia membawa Sarah —istrinya—lalu ia turun istirahat di suatu tempat. Maka ada seseorang melaporkan kepada raja yang angkara murka itu, bahwa sesungguhnya telah singgah di negerimu ini seorang lelaki dengan membawa seorang wanita yang sangat cantik. Maka si raja lalim itu mengirimkan utusannya memanggil Ibrahim, kemudian Ibrahim datang menghadap, dan si raja lalim bertanya, "Siapakah wanita yang kamu bawa itu?” Ibrahim Menjawab, "Saudara perempuanku.” Si raja berkata, "Pergilah kamu dan bawalah dia menghadap kepadaku.” Maka Ibrahim pergi menuju ke tempat Sarah, lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya si raja lalim ini telah bertanya kepadaku tentang kamu, saya jawab bahwa engkau adalah saudara perempuanku, maka janganlah kamu mendustakan aku di hadapannya. Karena sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku menurut Kitabullah. Dan sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang muslim pun selain aku dan kamu.” Ibrahim membawa Sarah pergi, lalu Ibrahim melakukan salat. Setelah Sarah masuk ke dalam istana raja dan si raja melihatnya. Maka si raja menubruknya dengan maksud akan memeluknya, tetapi si raja mendadak menjadi sangat kaku sekujur tubuhnya. Lalu ia berkata, "Doakanlah kepada Allah untuk kesembuhanku, maka aku tidak akan meng­ganggumu.” Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja. Akhirnya si raja sembuh, tetapi si raja kembali menubruknya dengan maksud memeluknya. Tiba-tiba ia mendadak mengalami peristiwa yang pertama tadi, bahkan kali ini lebih parah. Raja melakukan hal itu sebanyak tiga kali; setiap kali ia melakukannya, ia ditimpa musibah itu seperti kejadian yang pertama dan yang kedua. Akhirnya si raja berkata, "Doakanlah kepada Allah, maka aku tidak akan mengganggumu lagi.” Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja, dan si raja sembuh seketika itu juga. Sesudah itu si raja memanggil penjaga (pengawal)nya yang terdekat dan berkata, "Sesungguhnya yang kamu datangkan kepadaku bukanlah manusia melainkan setan. Keluarkanlah dia dan berikanlah Hajar kepadanya.” Maka Sarah dikeluarkan (dibebaskan) dan diberi hadiah seorang budak wanita bernama Hajar, lalu pulang (ke tempat suaminya). Setelah Ibrahim merasakan kedatangan istrinya, ia berhenti dari salatnya, lalu bertanya, "Bagaimanakah beritanya?” Sarah menjawab, "Allah telah melindungiku dari tipu daya si kafir yang durhaka itu dan memberiku seorang pelayan bernama Hajar.”

Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa Abu Hurairah apabila usai menceritakan kisah ini mengatakan, "Itulah cerita ibu kalian, hai orang-orang nomaden."


فَرَجَعُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ فَقَالُوٓا۟ إِنَّكُمْ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ 64

(64) Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)",

(64) 

Allah Swt. berfirman menceritakan tentang kaum Ibrahim saat Ibrahim berkata kepada mereka apa yang telah dikatakannya.

فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ

Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka. (Al-Anbiya: 64)

Yakni mencela diri mereka sendiri karena tidak bersikap hati-hati dan tidak menjaga berhala-berhala sembahan mereka, lalu mereka berkata:

إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ

Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri). (Al-Anbiya: 64)

Karena kalian meninggalkan berhala-berhala kalian tanpa ada seorang pun yang menjaganya.

ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ

kemudian kepala mereka menjadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65)

Yaitu mereka menundukkan kepalanya, memandang ke arah bawah, lalu berkata:

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاءِ يَنْطِقُونَ

Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65)

Qatadah mengatakan bahwa kaum Nabi Ibrahim kebingungan, lalu mereka mengatakan sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa mereka (berhala-berhala ini) tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65)

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian kepala mereka jadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65) Yakni dalam menghadapi ujian dari Nabi Ibrahim itu.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka melakukan demikian karena memikirkan jawabannya.

Tetapi pendapat Qatadah lebih jelas dan lebih kuat, karena sesungguhnya mereka melakukan hal itu tiada lain karena kebingungan dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Karena itulah mereka berkata kepada Ibrahim: Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65) Maka mengapa kamu katakan kepada kami agar kami menanyakan kepada berhala-berhala itu jika mereka berbicara, sedangkan kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.

Maka pada saat itu juga Ibrahim berkata kepada mereka setelah mereka mengakui hal tersebut:

أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ

Maka mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kalian? (Al-Anbiya: 66)

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika berhala-berhala itu tidak dapat berbicara dan tidak membahayakan, maka mengapa kalian menyembah mereka selain Allah?

أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ

Ah (celakalah) kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami? (Al-Anbiya: 67)

Mengapa kalian tidak merenungkan perbuatan sesat kalian dan kekafiran kalian yang berat ini. Hal itu tidaklah laku kecuali hanya di kalangan orang-orang yang bodoh, aniaya, lagi pendurhaka. Ibrahim dapat menegakkan hujahnya terhadap mereka dan membungkam mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

الْآيَةَ

Dan itulah hujah Kami yang Kami .berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. (Al-An'am: 83), hingga akhir ayat.


ثُمَّ نُكِسُوا۟ عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ 65

(65) kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara".

(65) 

ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ

kemudian kepala mereka menjadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65)

Yaitu mereka menundukkan kepalanya, memandang ke arah bawah, lalu berkata:

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاءِ يَنْطِقُونَ

Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65)

Qatadah mengatakan bahwa kaum Nabi Ibrahim kebingungan, lalu mereka mengatakan sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa mereka (berhala-berhala ini) tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65)

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian kepala mereka jadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65) Yakni dalam menghadapi ujian dari Nabi Ibrahim itu.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka melakukan demikian karena memikirkan jawabannya.

Tetapi pendapat Qatadah lebih jelas dan lebih kuat, karena sesungguhnya mereka melakukan hal itu tiada lain karena kebingungan dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Karena itulah mereka berkata kepada Ibrahim: Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65) Maka mengapa kamu katakan kepada kami agar kami menanyakan kepada berhala-berhala itu jika mereka berbicara, sedangkan kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.

Maka pada saat itu juga Ibrahim berkata kepada mereka setelah mereka mengakui hal tersebut:


قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًۭٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ 66

(66) Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"

(66) 

أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ

Maka mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kalian? (Al-Anbiya: 66)

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika berhala-berhala itu tidak dapat berbicara dan tidak membahayakan, maka mengapa kalian menyembah mereka selain Allah?



أُفٍّۢ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 67

(67) Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?

(67) 

أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ

Ah (celakalah) kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami? (Al-Anbiya: 67)

Mengapa kalian tidak merenungkan perbuatan sesat kalian dan kekafiran kalian yang berat ini. Hal itu tidaklah laku kecuali hanya di kalangan orang-orang yang bodoh, aniaya, lagi pendurhaka. Ibrahim dapat menegakkan hujahnya terhadap mereka dan membungkam mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

الْآيَةَ

Dan itulah hujah Kami yang Kami .berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. (Al-An'am: 83), hingga akhir ayat.


قَالُوا۟ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓا۟ ءَالِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ 68

(68) Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".

(68) 

Setelah Nabi Ibrahim mematahkan hujah kaumnya, menjelaskan kelemahan mereka, serta menampakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, maka mereka beralih membalasnya dengan menggunakan kekuasaan raja mereka, lalu mereka berkata:

حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ

Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak. (Al-Anbiya: 68)

Kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali.

As-Saddi menceritakan, sampai-sampai ada seorang wanita yang sakit, lalu ia bernazar bahwa jika ia sembuh dari penyakitnya, ia akan membawakan kayu bakar itu buat membakar Nabi Ibrahim.

Kayu-kayu bakar itu kemudian dikumpulkan di tanah yang legok dan mereka menyalakannya dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang belum pernah ada api sebesar itu. Nyala api itu mengeluarkan percikan-percikan yang sangat besar, dan nyalanya sangat tinggi. Ibrahim dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran seorang Badui dari kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi. Menurut Syu'aib Al-Jiba'i, nama lelaki itu adalah Haizan; maka Allah membenamkannya ke dalam bumi, dan ia tenggelam terus ke dalam bumi sampai hari kiamat.

Setelah mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi Ibrahim mengucapkan, "Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung."

Seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang dikemukakan oleh Imam Bukhari melalui Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, "Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung," "Kalimat inilah yang diucapkan oleh Ibrahim ketika ia dilemparkan ke dalam nyala api, juga kalimat yang diucapkan oleh Muhammad Saw. ketika mereka mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang kafir Mekah telah menghimpun bala tentara bersekutu untuk menyerang kalian, maka takutlah kalian kepada mereka." Tetapi iman kaum mukmin bertambah tebal, dan mereka mengatakan, "Cukuplah Allah bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung."

وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا ابْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم "لما أُلْقِيَ إِبْرَاهِيمُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي النَّارِ قَالَ: اللَّهُمَّ، إِنَّكَ فِي السَّمَاءِ وَاحِدٌ، وَأَنَا فِي الْأَرْضِ وَاحِدٌ أَعْبُدُكَ"

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu Ja'far dari Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang telah berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalam nyala api, ia mengucapkan "Ya Allah, sesungguhnya Engkau di langit Esa dan saya di bumi seorang diri menyembah-Mu.”

Menurut suatu riwayat, ketika mereka mengikatnya, (Nabi Ibrahim) mengucapkan doa berikut, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu semua kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu." Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa saat itu usia Ibrahim a.s. enam belas tahun; hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya.

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya di langit, lalu Jibril bertanya, "Apakah kamu mempunyai suatu permintaan?" Ibrahim menjawab, "Adapun meminta kepadamu, saya tidak akan mau. Tetapi jika kepada Allah, saya mau."

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, malaikat penjaga hujan berkata, "Bilamana aku diperintahkan untuk menurunkan hujan, aku akan menurunkannya." Akan tetapi, perintah Allah lebih cepat daripada perintah malaikat itu. Allah berfirman:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada suatu apa pun di bumi ini melainkan pasti padam.

Ka'bul Ahbar mengatakan, tiada seorang pun pada hari itu yang menggunakan api (karena api tidak panas), dan api tidak membakar kecuali hanya tali-tali yang mengikat tubuh Nabi Ibrahim a.s.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari seorang syekh, dari Ali ibnu Abu Talib sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami berfirman, "Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69 ) Yaitu api tidak membahayakannya.

Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan bahwa seandainya Allah tidak berfirman: dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69 ) tentulah dinginnya api itu akan menyakiti Ibrahim.

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, sehubungan dengan makna firman-Nya: menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69) Mereka membuat tumpukan kayu yang sangat besar, lalu dinyalakan api padanya dari semua sisinya; tetapi api tidak membakar tubuhnya barang sedikit pun hingga Allah memadamkannya.

Mereka menceritakan pula bahwa Jibril ada bersama dengan Ibrahim seraya mengusapi keringat dari wajah Ibrahim, tiada sesuatu pun yang mengenai tubuh Ibrahim kecuali hanya keringat itu.

As-Saddi mengatakan, Nabi Ibrahim di dalam api itu ditemani oleh malaikat penjaga awan.

Ali ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan, "Saya pernah mendengar kisah Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, bahwa ia berada dalam api itu selama kurang lebih lima puluh atau empat puluh hari. Ibrahim mengatakan, "Tiada suatu hari atau suatu malam pun yang lebih menyenangkan bagiku selain saat-saat aku berada di dalam api. Aku menginginkan jika semua kehidupanku seperti ketika aku berada di dalam api itu."

Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya kalimat yang paling indah yang pernah dikatakan oleh ayah Nabi Ibrahim ialah perkataannya saat diperlihatkan kepadanya keadaan Ibrahim di dalam api. Ia melihat Ibrahim sedang mengusap keningnya, lalu ayah Ibrahim berkata, "Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, hai Ibrahim."

Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada suatu hewan pun yang datang, melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi Ibrahim, terkecuali tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan agar tokek dibunuh dan beliau memberinya nama fuwaisiq.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عَمِّي، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، أَنَّ نَافِعًا حَدَّثَهُ قَالَ: حَدَّثَتْنِي مَوْلَاةُ الْفَاكِهِ بْنِ الْمُغِيرَةِ الْمَخْزُومِيِّ قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَرَأَيْتُ فِي بَيْتِهَا رُمْحًا. فَقُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، مَا تَصْنَعِينَ بِهَذَا الرُّمْحِ؟ فَقَالَتْ: نَقْتُلُ بِهِ هَذِهِ الْأَوْزَاغَ، إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، لَمْ يَكُنْ فِي الْأَرْضِ دَابَّةٌ إِلَّا تُطْفِئُ النَّارَ، غَيْرَ الوَزَغ، فَإِنَّهُ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ"، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak saudara Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazm; Nafi' pernah mencerita­kan kepadanya bahwa budak perempuan Al-Fakih ibnul Mugirah Al-Makhzumi pernah bercerita kepadanya, bahwa ia masuk ke dalam rumah Siti Aisyah, lalu ia melihat sebuah tombak di dalam rumahnya itu. Maka ia bertanya, "Wahai Ummul Mu’minin, untuk apakah tombak ini?" Siti Aisyah menjawab, "Saya gunakan untuk membunuh tokek-tokek ini, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bahwa sesungguhnya Ibrahim saat dilemparkan ke dalam nyala api, tiada seekor hewan melata pun melainkan berupaya memadamkan api itu, selain tokek, karena sesungguhnya tokek meniup api itu agar membakar Ibrahim. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kami untuk membunuhnya?”

*******************

Firman Allah Swt.:

وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ

mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang merugi. (Al-Anbiya: 7)

Yakni orang-orang yang terkalahkan lagi terhina, sebab mereka bermaksud membuat makar terhadap Nabi Allah (Ibrahim a.s.). Maka Allah membalas makar mereka dan menyelamatkan Ibrahim dari api itu. Saat itu kalahlah mereka.

Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, dan raja mereka datang untuk menyaksikannya, maka terjatuhlah percikan api mengenai jempolnya sehingga percikan api itu membakarnya habis, seperti bulu yang terbakar oleh api.


قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًۭا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ 69

(69) Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",

(69) 

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada suatu apa pun di bumi ini melainkan pasti padam.

Ka'bul Ahbar mengatakan, tiada seorang pun pada hari itu yang menggunakan api (karena api tidak panas), dan api tidak membakar kecuali hanya tali-tali yang mengikat tubuh Nabi Ibrahim a.s.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari seorang syekh, dari Ali ibnu Abu Talib sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami berfirman, "Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69 ) Yaitu api tidak membahayakannya.

Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan bahwa seandainya Allah tidak berfirman: dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69 ) tentulah dinginnya api itu akan menyakiti Ibrahim.

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, sehubungan dengan makna firman-Nya: menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69) Mereka membuat tumpukan kayu yang sangat besar, lalu dinyalakan api padanya dari semua sisinya; tetapi api tidak membakar tubuhnya barang sedikit pun hingga Allah memadamkannya.

Mereka menceritakan pula bahwa Jibril ada bersama dengan Ibrahim seraya mengusapi keringat dari wajah Ibrahim, tiada sesuatu pun yang mengenai tubuh Ibrahim kecuali hanya keringat itu.

As-Saddi mengatakan, Nabi Ibrahim di dalam api itu ditemani oleh malaikat penjaga awan.

Ali ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan, "Saya pernah mendengar kisah Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, bahwa ia berada dalam api itu selama kurang lebih lima puluh atau empat puluh hari. Ibrahim mengatakan, "Tiada suatu hari atau suatu malam pun yang lebih menyenangkan bagiku selain saat-saat aku berada di dalam api. Aku menginginkan jika semua kehidupanku seperti ketika aku berada di dalam api itu."

Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya kalimat yang paling indah yang pernah dikatakan oleh ayah Nabi Ibrahim ialah perkataannya saat diperlihatkan kepadanya keadaan Ibrahim di dalam api. Ia melihat Ibrahim sedang mengusap keningnya, lalu ayah Ibrahim berkata, "Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, hai Ibrahim."

Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada suatu hewan pun yang datang, melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi Ibrahim, terkecuali tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan agar tokek dibunuh dan beliau memberinya nama fuwaisiq.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عَمِّي، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، أَنَّ نَافِعًا حَدَّثَهُ قَالَ: حَدَّثَتْنِي مَوْلَاةُ الْفَاكِهِ بْنِ الْمُغِيرَةِ الْمَخْزُومِيِّ قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَرَأَيْتُ فِي بَيْتِهَا رُمْحًا. فَقُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، مَا تَصْنَعِينَ بِهَذَا الرُّمْحِ؟ فَقَالَتْ: نَقْتُلُ بِهِ هَذِهِ الْأَوْزَاغَ، إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، لَمْ يَكُنْ فِي الْأَرْضِ دَابَّةٌ إِلَّا تُطْفِئُ النَّارَ، غَيْرَ الوَزَغ، فَإِنَّهُ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ"، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak saudara Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazm; Nafi' pernah mencerita­kan kepadanya bahwa budak perempuan Al-Fakih ibnul Mugirah Al-Makhzumi pernah bercerita kepadanya, bahwa ia masuk ke dalam rumah Siti Aisyah, lalu ia melihat sebuah tombak di dalam rumahnya itu. Maka ia bertanya, "Wahai Ummul Mu’minin, untuk apakah tombak ini?" Siti Aisyah menjawab, "Saya gunakan untuk membunuh tokek-tokek ini, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bahwa sesungguhnya Ibrahim saat dilemparkan ke dalam nyala api, tiada seekor hewan melata pun melainkan berupaya memadamkan api itu, selain tokek, karena sesungguhnya tokek meniup api itu agar membakar Ibrahim. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kami untuk membunuhnya?”

*******************



وَأَرَادُوا۟ بِهِۦ كَيْدًۭا فَجَعَلْنَٰهُمُ ٱلْأَخْسَرِينَ 70

(70) mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.

(70) 

Firman Allah Swt.:

وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ

mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang merugi. (Al-Anbiya: 7)

Yakni orang-orang yang terkalahkan lagi terhina, sebab mereka bermaksud membuat makar terhadap Nabi Allah (Ibrahim a.s.). Maka Allah membalas makar mereka dan menyelamatkan Ibrahim dari api itu. Saat itu kalahlah mereka.

Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, dan raja mereka datang untuk menyaksikannya, maka terjatuhlah percikan api mengenai jempolnya sehingga percikan api itu membakarnya habis, seperti bulu yang terbakar oleh api.


وَنَجَّيْنَٰهُ وَلُوطًا إِلَى ٱلْأَرْضِ ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا لِلْعَٰلَمِينَ 71

(71) Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.

(71) 

Allah Swt. menceritakan tentang Ibrahim, bahwa dia diselamatkan oleh Allah dari api kaumnya dan mengeluarkannya dari kalangan mereka berhijrah ke negeri-negeri Syam sampai di tanah yang disucikan yang ada di negeri Syam.

Ar-Rabi' ibnu Anas telah meriwayatkan dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Al-Anbiya: 71) Yakni negeri Syam, tiada suatu batu besar pun melainkan mengalir air yang tawar dari bagian bawahnya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah.

Qatadah mengatakan bahwa pada mulanya Nabi Ibrahim berada di negeri Irak, kemudian Allah menyelamatkannya ke negeri Syam. Karena itulah maka negeri Syam disebut dengan julukan negeri tempat berhijrah; tiada suatu tanah pun yang dikurangi melainkan di negeri Syam ditambahi, dan tiada suatu kawasan Syam pun yang dikurangi melainkan dilebihkan di Palestina. Menurut suatu pendapat, negeri Syam adalah tanah mahsyar dan berbangkit, di negeri Syam Isa putra Maryam diturunkan, dan di negeri Syam pula Dajjal menemui ajalnya.

Ka'bul Ahbar telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Al-Anbiya: 71) Maksudnya, ke negeri Haran.

As-Saddi mengatakan bahwa Ibrahim dan Lut bertolak menuju negeri Syam. Ibrahim bersua dengan Sarah putri raja Haran yang tidak setuju dengan agama kaumnya (yang masih menyembah berhala). Maka Ibrahim menikahinya, lalu membawanya lari dari negeri itu. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Riwayat ini berpredikat garib, karena sesungguhnya menurut riwayat yang terkenal Sarah adalah anak pamannya, dan Ibrahim membawanya pergi berhijrah meninggalkan negerinya menuju negeri lain.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tujuan Ibrahim adalah Mekah. Tidakkah kamu mendengar firman Allah Swt. yang mengatakan:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Ali-Imran: 96)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً

Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72)

Ata Mujahid, Atiyyah, Ibnu Abbas, Qatadah, dan Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan bahwa nafilah adalah cucu laki-laki, yakni Ya'qub adalah anak Ishaq. Seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:

فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ

Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya'qub. (Hud: 71)

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Ibrahim meminta seorang putra. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disebut oleh firman-Nya:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Ash-Shaffat: 1)

Maka Allah memberinya seorang putra bernama Ishaq, lalu Ya'qub, sebagai suatu anugerah dari-Nya.

*******************

وَكُلا جَعَلْنَا صَالِحِينَ

Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya: 72)

Yaitu semuanya menjadi orang yang baik lagi saleh.

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami. (Al-Anbiya: 73)

Yakni menjadi para pemimpin yang dianuti. Mereka menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan seizin-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ

dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menuaikan zakat. (Al-Anbiya: 73)

Iqamas salah dan ita-az zakah di- 'ataf-kan kepada fi'lal khairat sebagai 'ataf khas kepada am, yakni hal yang terinci di- ataf -kan kepada hal yang umum.

وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya: 73)

Artinya, mereka selalu mengerjakan apa yang mereka perintahkan kepada manusia untuk mengerjakannya.

Kemudian Allah mengiringi kisah ini dengan kisah Lut ibnu Haran ibnu Azar; dia telah beriman kepada Ibrahim a.s. dan mengikutinya serta ikut hijrah bersamanya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي

Maka Lut membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim, "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku).” (Al-'Ankabut: 26)

Dan Allah menganugerahi Lut hikmah dan ilmu, serta memberinya wahyu dan menjadikannya seorang nabi yang Dia utus kepada kaum Sodom dan kawasan yang ada di sekitarnya. Tetapi mereka menentang dan mendustakannya. Maka Allah membinasakan mereka dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya, sebagaimana yang disebutkan di pelbagai surat Al-Qur'an. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:

وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ تَعْمَلُ الْخَبَائِثَ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ فَاسِقِينَ * وَأَدْخَلْنَاهُ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ

dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya: 74-75)


وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةًۭ ۖ وَكُلًّۭا جَعَلْنَا صَٰلِحِينَ 72

(72) Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh

(72) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً

Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72)

Ata Mujahid, Atiyyah, Ibnu Abbas, Qatadah, dan Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan bahwa nafilah adalah cucu laki-laki, yakni Ya'qub adalah anak Ishaq. Seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:

فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ

Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya'qub. (Hud: 71)

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Ibrahim meminta seorang putra. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disebut oleh firman-Nya:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Ash-Shaffat: 1)

Maka Allah memberinya seorang putra bernama Ishaq, lalu Ya'qub, sebagai suatu anugerah dari-Nya.

*******************

وَكُلا جَعَلْنَا صَالِحِينَ

Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya: 72)

Yaitu semuanya menjadi orang yang baik lagi saleh.