21 - الأنبياء - Al-Anbiyaa

Juz : 17

The Prophets
Meccan

لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا ۖ وَهُمْ فِى مَا ٱشْتَهَتْ أَنفُسُهُمْ خَٰلِدُونَ 102

(102) mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka.

(102) 

Firman Allah Swt.:

وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ

dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 12)

Allah menyelamatkan mereka dari semua yang dihindari dan yang dibenci, juga memberikan kepada mereka semua yang diminta dan yang disukai.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Abu Yazid Al-Hamdani, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari anak paman An-Nu'man Ibnu Basyir, dari An-Nu'man ibnu Basyir yang mengatakan bahwa ia pernah begadang bersama Ali di suatu malam, lalu Ali membaca firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11) Lalu Ali berkata, bahwa ia dan Umar termasuk dari mereka, Usman termasuk dari mereka, juga Talhah dan Abdur Rahman. Atau Ali menyebutkan bahwa Sa'd termasuk dari mereka. An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa tidak lama kemudian salat didirikan, lalu Ali bangkit; yang menurut seingat An-Nu'man, Ali menyeret kainnya seraya membaca firman-Nya: mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya-12)

Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Yusuf Al-Makki, dari Muhammad ibnu Hatib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ali mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 11), hingga akhir ayat. Bahwa Usman dan teman-temannya termasuk dari kalangan mereka yang disebutkan dalam ayat ini.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar ini.

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Yusuf ibnu Sa'd, bukan Ibnu Mahik, dari Muhammad ibnu Hatib, dari Ali, lalu disebutkan asar yang sama, tetapi teksnya mengatakan bahwa Usman termasuk dari kalangan mereka.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11) Mereka adalah kekasih-kekasih Allah, mereka melalui Sirat dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kilat, lalu yang tertinggal adalah orang-orang kafir, mereka berada di neraka dalam keadaan berlutut. Takwil ini sependapat dengan apa yang telah kami sebutkan di atas. Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan ayat ini diturunkan berkenaan dengan pengecualian dari mereka yang disembah.

Dikecualikan dari mereka Uzair dan Al-Masih Isa putra Maryam, seperti yang telah dikatakan oleh Hajjaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij dan Usman, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Kemudian dikecualikan melalui firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 11)

Menurut suatu pendapat, mereka adalah para malaikat, Isa, dan lain sebagainya yang disembah-sembah selain Allah Swt. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Al-Hasan, dan Ibnu Juraij.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 11) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Isa putra Maryam dan Uzair a.s.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Isa ibnu Maisarah, telah menceritakan kepada kami Abu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Tarif, dari Al-Asbag, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 11) Yang dimaksud adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam neraka kecuali matahari, bulan, dan Isa putra Maryam. Akan tetapi, sanad riwayat ini lemah.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11) Yaitu Isa, Uzair, dan malaikat.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa mereka adalah Isa, Maryam, malaikat, matahari, dan bulan.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Sehubungan dengan hal ini Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis yang garib sekali. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Ya'qub Al-Mirkhani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Maslamah ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mugis, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11) Bahwa mereka adalah Isa, Uzair, dan malaikat. Sebagian dari mereka ada yang menuturkan kisah Ibnuz Za'bari dan perdebatan kaum musyrik.

Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hasan Al-Anmati, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ur'urah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abu Hakim, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam (yakni Ibnu Aban), dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Za'bari datang kepada Nabi Saw, lalu ia berkata, "Apakah engkau menduga bahwa Allah telah menurunkan kepadamu ayat ini," yaitu firman-Nya;. Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Ibnuz Za'bari mengatakan, "Aku telah menyembah matahari, bulan, malaikat, Uzair, dan Isa putra Maryam. Mereka semuanya dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan sembahan-sembahan kami." Maka turunlah firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 57-58) Kemudian turunlah firman Allah Swt. yang mengatakan: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al--Anbiya: 11)

Al-Hafiz Abu Abdullah telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitabnya yang berjudul Al-Ahadisul Mukhtarah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Qubaisah ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan (yakni As-Sauri), dari Al-A'masy, dari teman-temannya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika diturunkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Orang-orang musyrik berkata bahwa para malaikat, Uzair, dan Isa termasuk yang disembah selain Allah. Maka turunlah firman-Nya: Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. (Al-Anbiya: 99) Yakni tuhan-tuhan yang mereka sembah itu. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99)

Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahwa lalu turunlah ayat berikut: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11)

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar rahimahullah telah mengatakan di dalam Kitabus Sirah-nya, bahwa menurut berita yang sampai kepadaku Rasulullah Saw. di suatu hari duduk bersama Al-Walidah ibnul Mugirah di masjid. Lalu datanglah An-Nadr ibnul Haris dan ikut duduk bergabung bersama mereka di dalam masjid sejumlah lelaki dari kaum Quraisy. Rasulullah Saw. berbicara, lalu dibantah oleh An-Nadr ibnul Haris. Maka Rasulullah Saw. mendebatnya hingga An-Nadr bungkam, lalu beliau membacakan ayat berikut kepadanya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) sampai dengan firman-Nya: dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 1) Kemudian Rasulullah Saw. bangkit berdiri. Sesudah itu datanglah Abdullah ibnuz Zab'ari As-Sahmi, lalu duduk bersama mereka. Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepada Abdullah ibnuz Zab'ari, "Demi Allah, tadi An-Nadr ibnul Haris tidak dapat menjawab Ibnu Abdul Muttalib (yakni Nabi Saw.). Muhammad menduga bahwa kami dan tuhan-tuhan sesembahan kami ini (saat itu mereka berada di Masjidil Haram yang masih penuh dengan berhala-berhala, pent.) menjadi umpan neraka." Maka Abdullah ibnuz Zab'ari mengatakan, "Demi Allah, sekiranya saya berdua dengannya, tentulah saya akan mendebatnya. Maka tanyakanlah kepada Muhammad bahwa semua yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam neraka Jahanam bersama-sama orang-orang yang menyembah­nya. Dan kita menyembah malaikat, orang-orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih Isa putra Maryam (berarti semuanya dimasukkan ke neraka)?" Maka Al-Walid dan orang-orang yang ada di majelis itu bersamanya merasa kagum dengan perkataan Abdullah ibnuz Zab'ari. Mereka menilai bahwa Az-Zab'ari dapat mengalahkan hujah Muhammad. Ketika hal itu diceritakan kepada Rasulullah Saw, maka beliau Saw. bersabda:

كُلُّ مَنْ أحَبَّ أَنْ يُعْبَدَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَهُوَ مَعَ مَنْ عَبَدَهُ، إِنَّهُمْ إِنَّمَا يَعْبُدُونَ الشَّيَاطِينَ وَمَنْ أمَرَتْهُم بِعِبَادَتِهِ.

Setiap orang yang suka disembah selain Allah, maka dia dikumpulkan bersama orang-orang yang menyembahnya. Sesungguhnya mereka hanya menyembah setan dan mengikuti orang yang memerintahkan mereka agar menyembahnya.

Lalu Allah menurunkan firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ. لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ

Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 11-12)

Yakni mereka adalah Isa, Uzair. para rahib, dan para pendeta yang mereka sembah, padahal mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah; setelah mereka mati, orang-orang yang sesat dari kalangan kaumnya lalu menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah yang mereka sembah-sembah. Telah diturunkan pula sehubungan dengan penuturan mereka (orang-orang musyrik) yang mengatakan bahwa mereka menyembah malaikat, dan bahwa malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, yaitu firman-Nya: Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak.” Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26) sampai dengan firman-Nya: Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah, " maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya: 29)

Telah diturunkan pula wahyu Allah yang menyebutkan bahwa Isa putra Maryam disembah selain Allah, demikianlah kata Az-Zab'ari yang membuat Al-Walid dan orang-orang yang bersamanya merasa kagum dengan bantahan yang dikemukakannya.

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ. وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ. إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا

Dan tatkala (Isa) putra Maryam dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja; sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tiada lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu. (Az-Zukhruf: 57-61)

Yakni mukjizat yang telah Aku berikan kepadanya—seperti menghidupkan orang-orang yang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit— itu sudah cukup dijadikan sebagai bukti yang menunjukkan pengetahuan tentang hari kiamat. Lalu disebutkan dalam firman selanjutnya: Karena itu janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 61)

Apa yang dikatakan oleh Ibnuz Zab'ari ini keliru besar, karena sesungguh­nya ayat ini diturunkan sebagai khitah buat penduduk Mekah karena mereka menyembah berhala yang merupakan benda mati, tidak berakal. Dimaksudkan sebagai kecaman dan celaan terhadap orang-orang yang menyembah berhala. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98) Maka bagaimana dia menerapkan hal ini kepada Al-Masih serta Uzair dan lain-lainnya yang telah beramal saleh? Sedangkan mereka seandainya masih hidup, pasti tidak akan suka dengan perbuatan orang-orang yang menyembah diri mereka.

Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya dalam menjawab pertanyaan seperti ini mengatakan bahwa huruf ma ditujukan kepada sesuatu yang tidak berakal menurut bahasa Arab.

Abdullah ibnuz Zab'ari pada akhirnya masuk Islam. Dia adalah seorang penyair terkenal, sebelum itu ia sering menyerang kaum muslim melalui syairnya. Setelah masuk Islam, ia meminta maaf melalui syairnya pula, antara lain ia mengatakan:

يَا رَسُولَ الْمَلِيكِ، إِنَّ لِسَانِي ... رَاتقٌ مَا فتَقْتُ إذْ أنَا بُورُ ...

إذْ أجَاري الشَّيطَانَ فِي سَنَن الغَي ... وَمَنْ مَالَ مَيْلَه مَثْبُور

Wahai Rasulullah junjungan kami, sesungguhnya lisanku kini akan memperbaiki apa yang telah dirusakkannya di masa silam, yaitu di saat temanku adalah setan dalam kesesatan; barang siapa yang mengikuti jalan setan, pastilah ia binasa.

*******************



لَا يَحْزُنُهُمُ ٱلْفَزَعُ ٱلْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ ٱلَّذِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ 103

(103) Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu".

(103) 

Firman Allah Swt.:

لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ

Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 13)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah kematian, menurut apa yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Yahya ibnu Rabi'ah, dari Ata.

Menurut pendapat lainnya, maksudnya ialah tiupan sangkakala, menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dan Abu Sinan Sa'id ibnu Sinan Asy-Syaibani; pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, maknanya ialah saat seorang hamba diperintahkan untuk masuk neraka; pendapat ini dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, makna yang dimaksud ialah saat neraka ditumpahkan kepada para penghuninya; pendapat ini dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Ibnu Juraij.

Pendapat yang lainnya lagi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah saat maut disembelih di antara surga dan neraka; pendapat ini dikatakan oleh Abu Bakar Al-Huzali, menurut riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim bersumber darinya.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian." (Al-Anbiya: 13)

Yakni para malaikat berkata kepada mereka, memberitahukan akan datangnya hari kembali mereka (kepada Allah), yaitu disaat mereka dikeluarkan dari kuburnya. Perkataan para malaikat itu ialah:

هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian. (Al-Anbiya: 13)

Yaitu berharaplah kalian untuk memperoleh balasan yang menyenangkan kalian.


يَوْمَ نَطْوِى ٱلسَّمَآءَ كَطَىِّ ٱلسِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍۢ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ 104

(104) (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.

(104) 

Allah Swt. berfirman bahwa kejadian ini pasti akan terjadi pada hari kiamat nanti, yaitu:

يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ

pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 14)

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67)

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُقَدم بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عُبَيد اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأرضَين، وَتَكُونُ السموات بِيَمِينِهِ"

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muqaddam ibnu Muhammad, telah menceritakan kepadaku pamanku Al-Qasim ibnu Yahya, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah kelak di hari kiamat menggulung bumi, dan begitu pula langit dengan tangan kanan-Nya.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini bila ditinjau dari segi jalurnya dengan periwayatan yang tunggal (munfarid).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnul Hajjaj Ar-Ruqiy, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah, dari Abul Wasil, dari Abul Malih Al-Azdi, dari Abul Jauza Al-Azdi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah menggulung tujuh lapis langit bersama semua makhluk yang ada di dalamnya, dan menggulung tujuh lapis bumi bersama semua makhluk yang ada di dalamnya, semuanya itu digulung oleh Allah dengan tangan kanan-Nya. Dan semuanya itu di tangan-Nya sama dengan sebiji sawi.

Firman Allah Swt.:

كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ

seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 14)

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan sijil adalah lembaran kertas kitab. Menurut pendapat yang lain ialah segolongan malaikat.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Abul Wafa Al-Asyja'i, dari ayahnya, dari Ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 14) Bahwa yang dimaksud dengan sijil di sini ialah malaikat; apabila ia naik ke langit dengan membawa permohonan ampunan, maka dikatakan kepadanya, "Tulislah dengan nur." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Kuraih, dari Ibnu Yaman dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Abu Ja'far Muhammad ibnu Ali ibnul Husain, bahwa sijil adalah malaikat.

As-Saddi mengatakan bahwa as-sijil dalam ayat ini berarti malaikat yang ditugaskan mencatat amal perbuatan; apabila seseorang meninggal dunia, maka kitab catatan amalnya dimasukkan ke dalam sijil, lalu ditutup dan disimpan hingga hari kiamat.

Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah nama seorang sahabat yang bertugas mencatat wahyu bagi Nabi Saw.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauzai, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit laksana menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 14), Bahwa as-sijil adalah seorang lelaki.

Nuh berkata, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ka'b Al-Auzi, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud dan ImamNasai, keduanya melalui Qutaibah ibnu Sa'id, dari Nuh ibnu Qais, dari Yazid ibnu Ka'b, dari Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Nasr ibnu Ali Al-Jahdami seperti yang telah disebutkan di atas.

Ibnu Addi meriwayatkannya melaluiYahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri, dari ayahnya, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. mempunyai seorang juru tulis bernama as-sijil. Dialah yang disebutkan oleh firman-Nya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagaimana (sijjil) menggulung lembaran-lembaran kertas. (Al-Anbiya: 14) Sebagaimana sijil menggulung kertas tulis, begitulah kelak langit digulung. Kemudian Ibnu Addi mengatakan bahwa riwayat ini tidak dikenal.

Al-Khatib Al-Bagdadi di dalam kitab Tarikh-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Barqani Muhammad ibnu Muhammad ibnu Ya'qub Al-Hajjaji, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Husain Al-Karkhi, bahwa Hamdan ibnu Sa'id pernah menceritakan kepada mereka hadis berikut dari Abdullah ibnu Numair, dari Ubaidillah ibnu Umar, dari Nafi, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa as-sijil adalah juru tulis Nabi Saw.

Al-Khatib Al-Bagdadi selanjutnya mengatakan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Nafi', dari Ibnu Umar ini berpredikat sangat munkar, tidak mempunyai asal-usul sama sekali. Begitu pula hadis terdahulu darI Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan lain-lainnya berpredikat munkar pula dan tidak sahih. Sejumlah ahli huffaz telah mengemukakan keterangannya bahwa hadis ini maudu', sekalipun di dalam Sunan Abu Daud salah seorang perawinya adalah guru kami, yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazzi. Saya telah mengulas hadis ini dalam suatu karya tulis yang terpisah.

Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir menilai hadis ini berpredikat munkar, lalu membantahnya dengan bantahan yang sempurna. Ia mengatakan bahwa tiada seorang pun di antara para sahabat yang bernama as-sijil. Juru tulis Nabi Saw. orang-orangnya telah dikenal, dan tiada seorang pun di antara mereka bernama as-sijil.

Ibnu Jarir dapat dibenarkan dengan pendapatnya itu, dan alasannya yang kuat itu cukup untuk dijadikan sebagai bukti yang menunjukkan predikat munkar hadis ini. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah nama seorang sahabat, maka tiada pegangan yang lain baginya kecuali hanya hadis ini.

Pendapat yang benar dari Ibnu Abbas ialah yang mengatakan bahwa as-sijil adalah lembaran kertas. Demikianlah menurut Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir adalah pendapat ini dengan alasan bahwa memang makna inilah yang dikenal menurut istilah bahasa. Dengan demikian, makna ayat ialah bahwa di hari Kami gulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas. Huruf lam pada lafaz lil kitab bermakna 'alal kitab, dan yang dimaksud dengan kitab ialah maktub­nya, yakni kertasnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash-Shaffat: 13)

Lil jabin bermakna 'alal jabin, yakni pada pelipisnya. Masih banyak contoh lainnya dalam bahasa.

*******************

Firman Allah Allah Swt.:

كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Al-Anbiya: 14)

Yaitu hal ini pasti terjadi kelak pada hari Allah mengembalikan semua makhluk dalam kejadiannya yang baru, sebagaimana Allah menciptakan mereka pada pertama kalinya. Dia Mahakuasa untuk mengembalikan penciptaan mereka. Hari itu pasti terjadi karena termasuk salah satu di antara yang dijanjikan oleh Allah Swt. Janji Allah tidak akan diingkari dan tidak akan diganti, Dia Mahakuasa untuk melakukan hal tersebut. Karena itulah dalam penghujung ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Al-Anbiya: 14)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع وَابْنُ جَعْفَرٍ الْمَعْنَى، قَالَا : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ النُّعْمَانِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَوْعِظَةٍ فَقَالَ: "إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلا كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ، وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', Abu Ja'far, dan Ubaidah Al-Ammi. Mereka mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Mugirah ibnun Nu'man, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di suatu waktu Rasulullah Saw. berdiri di antara kami untuk menyampaikan nasihatnya kepada kami, lalu beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya kalian akan digiring menghadap kepada Allah Swt. dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang lagi tidak disunat, "Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” Hingga akhir hadis.

Syaikhain mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu'bah. Imam Bukhari di dalam kitabnya menyebutkan ayat ini. Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, dari Siti Aisyah, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. (Al-Anbiya: 14) Ibnu Abbas mengatakan bahwa segala sesuatu binasa semuanya, lalu diciptakan kembali sebagaimana penciptaan semula.


وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ 105

(105) Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.

(105) 

Allah Swt. berfirman, memberitahukan tentang apa yang telah dipastikan­Nya dan apa yang telah ditetapkan-Nya buat hamba-hamba-Nya yang saleh, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia dipusakakan-Nya bumi ini kepada mereka, selain kebahagiaan di akhirat nanti yang menjadi milik mereka. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

إِنَّ الأرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 128)

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)

Dan firman Allah Swt.:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ الْآيَةَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya. (An-Nur: 55)

Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa hal ini telah tertulis di dalam kitab-kitab syariat, juga takdir; hal ini pasti akan terjadi. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ

Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 15)

Al-A'masy pernah bertanya kepada Sa'id ibnu Jubair tentang makna firman Allah Swt.: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 15) Bahwa yang dimaksud dengan az-zikr ialah kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Mujahid mengatakan bahwa Zabur adalah nama kitab.

Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud, sedangkan az-zikr artinya kitab Taurat.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa az-zikr artinya Al-Qur'an.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa az-zikr ialah kitab yang ada di langit.

Mujahid mengatakan bahwa Zabur artinya semua kitab sesudah az-zikr. az-zikr ialah kitab yang ada di sisi Allah (Lauhul Mahfuz). Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam, bahwa az-zikr adalah kitab pertama.

As-Sauri mengatakan bahwa az-zikr artinya Lauhul Mahfuz.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, sedangkan az-zikr ialah Ummul Kitab yang telah tercatat di dalamnya segala sesuatu sebelum itu.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah Swt. telah menyebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Zabur serta pengetahuan-Nya yang terdahulu sebelum ada langit dan bumi, bahwa Dia akan mempusakakan bumi ini kepada umat Muhammad Saw. dan Dia akan memasukkan mereka yang saleh ke dalam surga-Nya.

Mujahid telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 15 ) Bahwa yang dimaksud dengan bumi ialah bumi surga.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, Qatadah, As-Saddi, Abu Saleh, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Sauri. Abu Darda mengatakan, "Kitalah yang dimaksud dengan orang-orang saleh itu." Sedangkan menurut As-Saddi, mereka adalah orang-orang mukmin.

*******************

Firman Allah Swt.:

إِنَّ فِي هَذَا لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ

Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). (Al-Anbiya: 16)

Yakni sesungguhnya di dalam Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami Muhammad benar-benar mengandung manfaat dan kecukupan bagi kaum yang menyembah Allah, taat kepada syariat-Nya, menyukainya, dan rela dengan syariat-Nya, serta lebih memilih taat kepada Allah daripada tunduk kepada setan dan hawa nafsu mereka.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17)

Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad Saw. sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman. (Ibrahim: 28-29)

Dan Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan sifat Al-Qur'an:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)

قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الفَزَاريّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَان، عَنِ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ، قَالَ: "إِنِّي لَمْ أبعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعثْتُ رَحْمَةً"

Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.

Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.

Di dalam hadis lainnya disebutkan:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian).

Abdullah ibnu Abu Uwwanah dan lain-lainnya meriwayatkan hadis ini melalui Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'.

Ibrahim Al-Harbi mengatakan, telah diriwayatkan pula hadis ini oleh lainnya dari Waki', tetapi tidak disebutkan dari Abu Hurairah.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Bukhari ketika ditanya mengenai hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini ada pada Hafs ibnu Gayyas secara mursal.

Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh Malik ibnu Sa'id ibnul Khams, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'.

Kemudian ia mengetengahkannya melalui jalur Abu Bakar ibnul Muqri dan Abu Ahmad Al-Hakim, keduanya dari Bakar ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sufi.

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'id Al-Jauhari, dari Abu Usamah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazm, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.

Kemudian ia mengetengahkannya pula melalui jalur As-Silt ibnu Mas'ud, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Sa'id ibnu Khalid, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي رَحْمَةً مُهْدَاةً، بُعثْتُ بِرَفْعِ قَوْمٍ وَخَفْضِ آخَرِينَ"

Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa rahmat yang dihadiahkan, aku diutus untuk mengangkat (derajat) suatu kaum dan merendahkan yang lainnya.

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Nafi' At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia menjumpai sebuah kitab di Madinah berasal dari Abdul Aziz Ad-Darawardi dan Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Abdul Aziz ibnu Amr ibnu Auf, dari Muhammad ibnu Saleh At-Tammar, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abu Jahal sesudah kembali ke Mekah dari jamuan minum khamarnya mengatakan, "Hai golongan kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad kini tinggal di Yasrib dan telah mengirimkan mata-matanya. Sesungguhnya dia tiada lain menginginkan agar mendapat sesuatu jarahan dari kalian. Maka berhati-hatilah kalian, jangan sampai kalian melalui jalannya atau mendekatinya. Sesungguhnya dia bagaikan harimau yang ganas. Sesungguhnya dia dendam terhadap kalian karena kalian telah mengusirnya sebagaimana mengusir kera-kera dari tempat yang ramai. Demi Allah, sesungguhnya dia mempunyai ilmu sihir yang tidak pernah saya lihat sebelumnya seampuh itu. Dan sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan sahabatnya, melainkan saya lihat mereka selalu ditemani oleh setan-setan. Sesungguhnya kalian telah mengetahui permusuhan (kita dan) Bani Qailah (yakni kabilah Aus dan kabilah Khazraj), dia (Muhammad) adalah musuh yang meminta bantuan kepada musuh (kita)."

Mut'im ibnu Addi menjawabnya.”Hai Abul Hakam (nama sebutan Abu Jahal), demi Allah, saya tidak pernah melihat seseorang yang berlisan lebih jujur dan tidak pula seseorang yang lebih menepati janjinya selain dari saudara kalian yang telah kalian usir itu (yakni Nabi Saw.). Bilamana kalian telah terlanjur melakukannya, maka sekarang.sudah sepantasnya bagi kalian menebus kesalahan kalian itu dengan menjadi orang-orang yang membelanya."

Abu Sufyan ibnul Haris mengatakan, "Jadilah kalian orang yang lebih keras daripada sikap kalian yang sekarang ini. Sesungguhnya Bani Qailah itu jika mereka berhasil mengalahkan kalian, tentulah mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kalian dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Jika kalian menuruti saranku, aku akan menempatkan kalian di kalangan mereka sebagai orang-orang Bani Kinanah yang terbaik, atau kalian harus mengusir Muhammad dari kalangan mereka agar dia terusir dalam keadaan sendirian. Mengenai kedua anak Qailah (yakni Aus dan Khazraj), demi Allah, tiadalah mereka berdua dan budak-budak kalian melainkan sama hinanya; aku sendirian mampu mencegah mereka tanpa kalian." Lalu Abu Sufyan ibnul Haris mengucapkan bait-bait syairnya yang antara lain mengatakan

سَأمْنَحُ جَانبًا مِنِّي غَليظًا ... عَلَى مَا كَانَ مِنْ قُرب وَبُعْد ..رجَالُ الخَزْرَجيَّة أهْلُ ذُل ... إِذَا مَا كَانَ هَزْل بَعْدَ جَدِّ ..

"Aku akan memberikan sisi lambungku yang keras lebih dari sebelumnya terhadap semua orang yang dekat maupun yang jauh dari kalangan kabilah Khazraj.

Mereka adalah orang-orang yang hina, bilamana sesudah sungguhan tidak ada basa-basi lagi."

Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ ولأصلبَنَّهم وَلَأَهْدِيَنَّهُمْ وَهُمْ كَارِهُونَ، إِنِّي رَحْمَةٌ بَعَثَنِي اللَّهُ، وَلَا يَتَوفَّاني حَتَّى يُظْهِرَ اللَّهُ دِينَهُ، لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحِي اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ"

Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-­Nya, sungguh aku benar-benar akan membunuh mereka, menyalib mereka, atau akan memberi petunjuk kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyukainya. Sesungguhnya aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku adalah Al-'Aqib.

Ahmad ibnu Saleh mengatakan bahwa saya berharap semoga hadis ini berpredikat sahih.

قَالَ الإمامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنِي عَمْرو بْنُ قَيس، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي قُرّة الكِنْديّ قَالَ: كَانَ حُذيفةُ بِالْمَدَائِنِ، فَكَانَ يَذْكُرُ أَشْيَاءَ قَالَهَا رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ حذيفةُ إِلَى سَلْمان فَقَالَ سَلْمَانُ: يَا حذيفةَ، أن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم [كَانَ يَغْضَبُ فَيَقُولُ، وَيَرْضَى فَيَقُولُ: لَقَدْ عَلِمْتُ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم] خطَب فَقَالَ: "أَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي سَبَبتُه [سَبَّةً] فِي غَضَبي أَوْ لَعَنْتُهُ لَعْنَةً، فَإِنَّمَا أَنَا رَجُلٌ مِنْ وَلَدِ آدَمَ، أَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُونَ، وَإِنَّمَا بَعَثَنِي رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، فَاجْعَلْهَا صَلَاةً عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Qais, dari Amr ibnu Abu Qurrah Al-Kindi yang mengatakan bahwa Huzaifah tinggal di Madaln, dia sering memberikan banyak penyuluhan kepada orang-orang dengan hadis-hadis yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. Lalu Huzaifah datang kepada Salman. Maka Salman berkata kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang pernah aku maki atau aku laknat saat aku sedang marah, maka sesungguhnya diriku ini tiada lain seorang lelaki dari anak Adam (manusia) yang juga marah sama dengan kalian bila marah. Tetapi sesungguhnya aku diutus oleh Allah sebagai pembawa rahmat buat semesta alam, maka aku akan menjadikan marah dan laknatku itu sebagai rahmat buatnya kelak di hari kiamat.

Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Yunus, dari Zaidah. Jika dikatakan, "Rahmat apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang kafir kepadanya?" Sebagai jawabannya ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Al-Azraq, dari Al-Mas'udi, dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Sa'id, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Al-Mas'udi, dari Abu Sa'd alias Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.

Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkannya dari Abdan ibnu Ahmad, dari Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, dari Ayyub ibnu Suwaid, dari Al-Mas'udi, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka.


إِنَّ فِى هَٰذَا لَبَلَٰغًۭا لِّقَوْمٍ عَٰبِدِينَ 106

(106) Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah).

(106) 

Firman Allah Swt.:

إِنَّ فِي هَذَا لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ

Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). (Al-Anbiya: 16)

Yakni sesungguhnya di dalam Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami Muhammad benar-benar mengandung manfaat dan kecukupan bagi kaum yang menyembah Allah, taat kepada syariat-Nya, menyukainya, dan rela dengan syariat-Nya, serta lebih memilih taat kepada Allah daripada tunduk kepada setan dan hawa nafsu mereka.

*******************


وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَٰلَمِينَ 107

(107) Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

(107) 

Firman Allah Swt.:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17)

Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad Saw. sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman. (Ibrahim: 28-29)

Dan Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan sifat Al-Qur'an:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)

قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الفَزَاريّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَان، عَنِ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ، قَالَ: "إِنِّي لَمْ أبعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعثْتُ رَحْمَةً"

Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.

Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.

Di dalam hadis lainnya disebutkan:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian).

Abdullah ibnu Abu Uwwanah dan lain-lainnya meriwayatkan hadis ini melalui Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'.

Ibrahim Al-Harbi mengatakan, telah diriwayatkan pula hadis ini oleh lainnya dari Waki', tetapi tidak disebutkan dari Abu Hurairah.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Bukhari ketika ditanya mengenai hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini ada pada Hafs ibnu Gayyas secara mursal.

Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh Malik ibnu Sa'id ibnul Khams, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'.

Kemudian ia mengetengahkannya melalui jalur Abu Bakar ibnul Muqri dan Abu Ahmad Al-Hakim, keduanya dari Bakar ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sufi.

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'id Al-Jauhari, dari Abu Usamah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazm, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.

Kemudian ia mengetengahkannya pula melalui jalur As-Silt ibnu Mas'ud, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Sa'id ibnu Khalid, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي رَحْمَةً مُهْدَاةً، بُعثْتُ بِرَفْعِ قَوْمٍ وَخَفْضِ آخَرِينَ"

Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa rahmat yang dihadiahkan, aku diutus untuk mengangkat (derajat) suatu kaum dan merendahkan yang lainnya.

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Nafi' At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia menjumpai sebuah kitab di Madinah berasal dari Abdul Aziz Ad-Darawardi dan Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Abdul Aziz ibnu Amr ibnu Auf, dari Muhammad ibnu Saleh At-Tammar, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abu Jahal sesudah kembali ke Mekah dari jamuan minum khamarnya mengatakan, "Hai golongan kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad kini tinggal di Yasrib dan telah mengirimkan mata-matanya. Sesungguhnya dia tiada lain menginginkan agar mendapat sesuatu jarahan dari kalian. Maka berhati-hatilah kalian, jangan sampai kalian melalui jalannya atau mendekatinya. Sesungguhnya dia bagaikan harimau yang ganas. Sesungguhnya dia dendam terhadap kalian karena kalian telah mengusirnya sebagaimana mengusir kera-kera dari tempat yang ramai. Demi Allah, sesungguhnya dia mempunyai ilmu sihir yang tidak pernah saya lihat sebelumnya seampuh itu. Dan sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan sahabatnya, melainkan saya lihat mereka selalu ditemani oleh setan-setan. Sesungguhnya kalian telah mengetahui permusuhan (kita dan) Bani Qailah (yakni kabilah Aus dan kabilah Khazraj), dia (Muhammad) adalah musuh yang meminta bantuan kepada musuh (kita)."

Mut'im ibnu Addi menjawabnya.”Hai Abul Hakam (nama sebutan Abu Jahal), demi Allah, saya tidak pernah melihat seseorang yang berlisan lebih jujur dan tidak pula seseorang yang lebih menepati janjinya selain dari saudara kalian yang telah kalian usir itu (yakni Nabi Saw.). Bilamana kalian telah terlanjur melakukannya, maka sekarang.sudah sepantasnya bagi kalian menebus kesalahan kalian itu dengan menjadi orang-orang yang membelanya."

Abu Sufyan ibnul Haris mengatakan, "Jadilah kalian orang yang lebih keras daripada sikap kalian yang sekarang ini. Sesungguhnya Bani Qailah itu jika mereka berhasil mengalahkan kalian, tentulah mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kalian dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Jika kalian menuruti saranku, aku akan menempatkan kalian di kalangan mereka sebagai orang-orang Bani Kinanah yang terbaik, atau kalian harus mengusir Muhammad dari kalangan mereka agar dia terusir dalam keadaan sendirian. Mengenai kedua anak Qailah (yakni Aus dan Khazraj), demi Allah, tiadalah mereka berdua dan budak-budak kalian melainkan sama hinanya; aku sendirian mampu mencegah mereka tanpa kalian." Lalu Abu Sufyan ibnul Haris mengucapkan bait-bait syairnya yang antara lain mengatakan

سَأمْنَحُ جَانبًا مِنِّي غَليظًا ... عَلَى مَا كَانَ مِنْ قُرب وَبُعْد ..رجَالُ الخَزْرَجيَّة أهْلُ ذُل ... إِذَا مَا كَانَ هَزْل بَعْدَ جَدِّ ..

"Aku akan memberikan sisi lambungku yang keras lebih dari sebelumnya terhadap semua orang yang dekat maupun yang jauh dari kalangan kabilah Khazraj.

Mereka adalah orang-orang yang hina, bilamana sesudah sungguhan tidak ada basa-basi lagi."

Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ ولأصلبَنَّهم وَلَأَهْدِيَنَّهُمْ وَهُمْ كَارِهُونَ، إِنِّي رَحْمَةٌ بَعَثَنِي اللَّهُ، وَلَا يَتَوفَّاني حَتَّى يُظْهِرَ اللَّهُ دِينَهُ، لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحِي اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ"

Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-­Nya, sungguh aku benar-benar akan membunuh mereka, menyalib mereka, atau akan memberi petunjuk kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyukainya. Sesungguhnya aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku adalah Al-'Aqib.

Ahmad ibnu Saleh mengatakan bahwa saya berharap semoga hadis ini berpredikat sahih.

قَالَ الإمامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنِي عَمْرو بْنُ قَيس، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي قُرّة الكِنْديّ قَالَ: كَانَ حُذيفةُ بِالْمَدَائِنِ، فَكَانَ يَذْكُرُ أَشْيَاءَ قَالَهَا رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ حذيفةُ إِلَى سَلْمان فَقَالَ سَلْمَانُ: يَا حذيفةَ، أن رسولَ الله صلى الله عليه وسلم [كَانَ يَغْضَبُ فَيَقُولُ، وَيَرْضَى فَيَقُولُ: لَقَدْ عَلِمْتُ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم] خطَب فَقَالَ: "أَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي سَبَبتُه [سَبَّةً] فِي غَضَبي أَوْ لَعَنْتُهُ لَعْنَةً، فَإِنَّمَا أَنَا رَجُلٌ مِنْ وَلَدِ آدَمَ، أَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُونَ، وَإِنَّمَا بَعَثَنِي رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، فَاجْعَلْهَا صَلَاةً عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Qais, dari Amr ibnu Abu Qurrah Al-Kindi yang mengatakan bahwa Huzaifah tinggal di Madaln, dia sering memberikan banyak penyuluhan kepada orang-orang dengan hadis-hadis yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. Lalu Huzaifah datang kepada Salman. Maka Salman berkata kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang pernah aku maki atau aku laknat saat aku sedang marah, maka sesungguhnya diriku ini tiada lain seorang lelaki dari anak Adam (manusia) yang juga marah sama dengan kalian bila marah. Tetapi sesungguhnya aku diutus oleh Allah sebagai pembawa rahmat buat semesta alam, maka aku akan menjadikan marah dan laknatku itu sebagai rahmat buatnya kelak di hari kiamat.

Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Yunus, dari Zaidah. Jika dikatakan, "Rahmat apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang kafir kepadanya?" Sebagai jawabannya ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Al-Azraq, dari Al-Mas'udi, dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Sa'id, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Al-Mas'udi, dari Abu Sa'd alias Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.

Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkannya dari Abdan ibnu Ahmad, dari Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, dari Ayyub ibnu Suwaid, dari Al-Mas'udi, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 17) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka.


قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ 108

(108) Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)".

(108) 

Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik:

إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa. Maka hendaklah kalian berserah diri (kepada-Nya). (Al-Anbiya: 18)

Yaitu mengikuti apa yang diperintahkan oleh wahyu, berserah diri, dan taat kepada-Nya.

فَإِنْ تَوَلَّوْا

Jika mereka berpaling. (Al-Anbiya: 19)

Yakni meninggalkan apa yang kamu serukan kepada mereka.

فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ

Maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kalian (ajaran) yang sama (antara kita). (Al-Anbiya: 19)

Maksudnya, aku permaklumatkan kepada kalian jika kalian tidak menuruti aku bahwa aku adalah musuh kalian sebagaimana kalian adalah musuhku, dan aku berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian berlepas diri dariku. Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan, dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Yunus: 41)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ

Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. (Al-Anfal: 58)

Yakni agar pengetahuanmu dan pengetahuan mereka sehubungan dengan pembatalan perjanjian itu sama. Demikian pula makna yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ

Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian hal yang sama.” (Al-Anbiya: 19)

Artinya, aku beri tahukan kepada kalian bahwa aku berlepas diri dari kalian dan kalian pun berlepas diri dariku, karena aku mengetahui hal itu.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ

"dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepada kalian itu sudah dekat atau masih jauh.” (Al-Anbiya: 19)

Yaitu pasti terjadi, tetapi aku tidak mengetahui apakah sudah dekat atau masihjauh.

إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ

Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kalian ucapkan) dengan terang-terangan, dan Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan. (Al-Anbiya: 11)

Yakni sesungguhnya Allah mengetahui semua yang gaib dan mengetahui semua yang ditampakkan dan yang disembunyikan oleh hamba-hamba-Nya. Dia mengetahui semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dalam hati, Dia mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi. Dia mengetahui pula apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan yang disembunyikan oleh mereka. Kelak Allah akan membalas mereka atas perbuatannya, baik yang kecil maupun yang besar.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Dan aku tidak mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kalian dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. (Al-Anbiya: 111)

Maksudnya, saya tidak mengetahui barangkali hal itu sebagai cobaan bagi kamu sekalian dan sebagai kesenangan hingga waktu yang tertentu. Ibnu Jarir mengatakan, barangkali ditangguhkannya siksaan itu bagi kalian merupakan suatu cobaan dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Aun dari Ibnu Abbas.

قَالَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّ

(Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil.”(Al-Anbiya: 112)

Yakni berilah keputusan di antara kami dan kaum kami yang mendustakan kebenaran.

Qatadah mengatakan bahwa dahulu para nabi selalu mengucapkan: Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 89) Allah Swt. memerintahkan pula kepada Nabi-Nya agar mengucapkan hal tersebut.

Diriwayatkan dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Rasulullah Saw. apabila menghadiri suatu peperangan selalu membacakan firman-Nya: "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi yang dimohonkan pertolongan­Nya terhadap apa yang kalian katakan" (Al-Anbiya: 112) Yaitu terhadap apa yang kalian katakan dan kalian buat-buat berupa kedustaan dan berbagai macam kebohongan. Dan hanya Allah-lah saya memohon pertolongan terhadap apa yang kalian lakukan itu.

Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah.


فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ ءَاذَنتُكُمْ عَلَىٰ سَوَآءٍۢ ۖ وَإِنْ أَدْرِىٓ أَقَرِيبٌ أَم بَعِيدٌۭ مَّا تُوعَدُونَ 109

(109) Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh?".

(109) 

فَإِنْ تَوَلَّوْا

Jika mereka berpaling. (Al-Anbiya: 19)

Yakni meninggalkan apa yang kamu serukan kepada mereka.

فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ

Maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kalian (ajaran) yang sama (antara kita). (Al-Anbiya: 19)

Maksudnya, aku permaklumatkan kepada kalian jika kalian tidak menuruti aku bahwa aku adalah musuh kalian sebagaimana kalian adalah musuhku, dan aku berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian berlepas diri dariku. Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan, dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Yunus: 41)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ

Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. (Al-Anfal: 58)

Yakni agar pengetahuanmu dan pengetahuan mereka sehubungan dengan pembatalan perjanjian itu sama. Demikian pula makna yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ

Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian hal yang sama.” (Al-Anbiya: 19)

Artinya, aku beri tahukan kepada kalian bahwa aku berlepas diri dari kalian dan kalian pun berlepas diri dariku, karena aku mengetahui hal itu.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ

"dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepada kalian itu sudah dekat atau masih jauh.” (Al-Anbiya: 19)

Yaitu pasti terjadi, tetapi aku tidak mengetahui apakah sudah dekat atau masihjauh.



إِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلْجَهْرَ مِنَ ٱلْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ 110

(110) Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan.

(110) 

إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ

Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kalian ucapkan) dengan terang-terangan, dan Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan. (Al-Anbiya: 11)

Yakni sesungguhnya Allah mengetahui semua yang gaib dan mengetahui semua yang ditampakkan dan yang disembunyikan oleh hamba-hamba-Nya. Dia mengetahui semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dalam hati, Dia mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi. Dia mengetahui pula apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan yang disembunyikan oleh mereka. Kelak Allah akan membalas mereka atas perbuatannya, baik yang kecil maupun yang besar.

*******************


وَإِنْ أَدْرِى لَعَلَّهُۥ فِتْنَةٌۭ لَّكُمْ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٍۢ 111

(111) Dan aku tiada mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu.

(111) 

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Dan aku tidak mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kalian dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. (Al-Anbiya: 111)

Maksudnya, saya tidak mengetahui barangkali hal itu sebagai cobaan bagi kamu sekalian dan sebagai kesenangan hingga waktu yang tertentu. Ibnu Jarir mengatakan, barangkali ditangguhkannya siksaan itu bagi kalian merupakan suatu cobaan dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Aun dari Ibnu Abbas.



قَٰلَ رَبِّ ٱحْكُم بِٱلْحَقِّ ۗ وَرَبُّنَا ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ 112

(112) (Muhammad) berkata: "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu katakan".

(112) 

قَالَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّ

(Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil.”(Al-Anbiya: 112)

Yakni berilah keputusan di antara kami dan kaum kami yang mendustakan kebenaran.

Qatadah mengatakan bahwa dahulu para nabi selalu mengucapkan: Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 89) Allah Swt. memerintahkan pula kepada Nabi-Nya agar mengucapkan hal tersebut.

Diriwayatkan dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Rasulullah Saw. apabila menghadiri suatu peperangan selalu membacakan firman-Nya: "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi yang dimohonkan pertolongan­Nya terhadap apa yang kalian katakan" (Al-Anbiya: 112) Yaitu terhadap apa yang kalian katakan dan kalian buat-buat berupa kedustaan dan berbagai macam kebohongan. Dan hanya Allah-lah saya memohon pertolongan terhadap apa yang kalian lakukan itu.

Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah.