22 - الحج - Al-Hajj
The Pilgrimage
Medinan & Meccan
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ 47
(47) Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
(47)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan (Al-Hajj:47)
Yakni orang-orang kafir yang atheis lagi mendustakan Allah, Kitab-Nya Rasul-Nya dan hari kemudian meminta kepada Nabi Saw. agar azab itu disegerakan menimpa mereka. Pengertian ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih" (Al-Anfal: 32)
Dan firman Allah Swt.:
وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّلْ لَنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ
Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan pada kami sebelum hari berhisab.” (Shad: 16)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ
padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. (Al-Hajj: 47)
Yaitu janji yang telah diikrarkan-Nya, bahwa Dia akan menegakkan hari kiamat dan mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh-Nya serta memuliakan kekasih-kekasih-Nya.
Al-Asmu'i mengatakan bahwa ketika ia berada di majelis Abu Amr ibnul Ala, tiba-tiba datanglah Amr ibnu Ubaid dan berkata, "Hai Abu Amr, apakah Allah akan menyalahi mi'ad (ancaman)-Nya?" Abu Amr ibnul Ala menjawab, "Tidak," seraya menyebutkan ayat yang menyangkut ancaman-Nya. Maka Amr ibnu Ubaid berkata kepadanya, "Apakah kamu bukan orang Arab? Sesungguhnya orang-orang Arab menilai bahwa mencabut kembali suatu janji merupakan perbuatan tercela, sedangkan mencabut suatu ancaman merupakan perbuatan yang mulia. Tidakkah kamu pernah mendengar ucapan seorang penyair yang mengatakan:
لَا يُرْهِبُ ابنَ الْعَمِّ مِنِّي سَطْوَتي ... وَلَا أخْتَتِي مِنْ سَطْوة المُتَهَدّد ...
فَإِنِّي وَإن أوْعَدْتُه أوْ وَعَدْتُه ... لَمُخْلِفُ إيعَادي ومُنْجزُ مَوْعدي ...
Hendaklah anak pamanku dan tetangga-tetanggaku merasa gentar dengan pembalasanku, dan aku tidak akan segan-segan mengadakan pembalasan terhadap orang yang mengintimidasi.
Sesungguhnya aku jika mengancam atau berjanji, benar-benar akan menyalahi ancamanku dan menunaikan janjiku'.”
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47)
Yakni Allah Swt. tidak akan menyegerakan azab-Nya, karena sesungguhnya seribu tahun bagi makhluk-Nya sama halnya dengan satu hari bagi-Nya bila dikaitkan dengan keadaan-Nya. Sebab Dia Mahakuasa untuk melakukan pembalasan, dan bahwa sesungguhnya tiada suatu pun yang dapat luput dari azab-Nya, sekalipun Dia menangguhkannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala urusan). (Al-Hajj: 48)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفة، حَدَّثَنِي عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ، خَمْسِمِائَةِ عَامٍ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan . ibnu Arafah, telah menceritakan kepadaku Abdah ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga lebih dahulu daripada orang-orang kayanya dalam jarak setengah hari (yang lamanya sama dengan) lima ratus tahun (menurut perhitungan kita di dunia).
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis As-Sauri dari Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya secara mauquf dari Abu Hurairah, untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Samir ibnu Nahar yang mengatakan bahwa Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga sebelum orang-orang hartawannya dalam jarak setengah hari. Ketika saya tanyakan kepada Abu Hurairah, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Abu Hurairah berkata, "Tidakkah kamu pernah membaca Al-Qur'an?" Saya jawab, "Ya, pernah." Selanjutnya Abu Hurairah membaca firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47)
Abu Daud di dalam akhir kitab Malahim-nya, bagian dari kitab sunannya, mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيد، عَنْ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقاص، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَلَّا تَعْجِزَ أُمَّتِي عِنْدَ رَبِّهَا، أَنْ يُؤَخِّرَهُمْ نِصْفَ يَوْمٍ". قِيلَ لِسَعْدٍ: وَمَا نِصْفُ يَوْمٍ؟ قَالَ: خَمْسُمِائَةِ سَنَةٍ
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga umatku tidak lemah di sisi Tuhan mereka karena diperlambat oleh-Nya selama setengah hari. Ketika ditanyakan kepada Sa'd, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Sa'd menjawab, "Lima ratus tahun."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Yakni hari-hari yang telah ditetapkan oleh Allah setelah Dia menciptakan langit dan bumi.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Basysyar, dari Ibnul Mahdi.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah Imam Ahmad telah mendukungnya di dalam kitabnya yang berjudul Ar-Raddu 'Alal Jahmiyyah.
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah: 5)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim ibnu Muhammad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Yahya ibnu Atiq, dari Muhammad ibnu Sirin, dari seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang telah masuk Islam. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Dan Dia menjadikan usia dunia enam hari dan menjadikan hari kiamat pada hari ketujuhnya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Sesungguhnya telah berlalu masa enam hari itu, sekarang kalian berada di hari yang ketujuhnya.
Perumpamaannya sama dengan seorang wanita yang telah hamil tua dan telah tiba masa melahirkan kandungannya, tetapi tidak diketahui secara tepat bilakah saat kelahirannya itu akan terjadi.
وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِىَ ظَالِمَةٌۭ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ 48
(48) Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu).
(48)
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala urusan). (Al-Hajj: 48)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفة، حَدَّثَنِي عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ، خَمْسِمِائَةِ عَامٍ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan . ibnu Arafah, telah menceritakan kepadaku Abdah ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga lebih dahulu daripada orang-orang kayanya dalam jarak setengah hari (yang lamanya sama dengan) lima ratus tahun (menurut perhitungan kita di dunia).
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis As-Sauri dari Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya secara mauquf dari Abu Hurairah, untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Samir ibnu Nahar yang mengatakan bahwa Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga sebelum orang-orang hartawannya dalam jarak setengah hari. Ketika saya tanyakan kepada Abu Hurairah, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Abu Hurairah berkata, "Tidakkah kamu pernah membaca Al-Qur'an?" Saya jawab, "Ya, pernah." Selanjutnya Abu Hurairah membaca firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47)
Abu Daud di dalam akhir kitab Malahim-nya, bagian dari kitab sunannya, mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيد، عَنْ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقاص، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَلَّا تَعْجِزَ أُمَّتِي عِنْدَ رَبِّهَا، أَنْ يُؤَخِّرَهُمْ نِصْفَ يَوْمٍ". قِيلَ لِسَعْدٍ: وَمَا نِصْفُ يَوْمٍ؟ قَالَ: خَمْسُمِائَةِ سَنَةٍ
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga umatku tidak lemah di sisi Tuhan mereka karena diperlambat oleh-Nya selama setengah hari. Ketika ditanyakan kepada Sa'd, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Sa'd menjawab, "Lima ratus tahun."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Yakni hari-hari yang telah ditetapkan oleh Allah setelah Dia menciptakan langit dan bumi.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Basysyar, dari Ibnul Mahdi.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah Imam Ahmad telah mendukungnya di dalam kitabnya yang berjudul Ar-Raddu 'Alal Jahmiyyah.
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah: 5)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim ibnu Muhammad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Yahya ibnu Atiq, dari Muhammad ibnu Sirin, dari seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang telah masuk Islam. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Dan Dia menjadikan usia dunia enam hari dan menjadikan hari kiamat pada hari ketujuhnya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Sesungguhnya telah berlalu masa enam hari itu, sekarang kalian berada di hari yang ketujuhnya.
Perumpamaannya sama dengan seorang wanita yang telah hamil tua dan telah tiba masa melahirkan kandungannya, tetapi tidak diketahui secara tepat bilakah saat kelahirannya itu akan terjadi.
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّمَآ أَنَا۠ لَكُمْ نَذِيرٌۭ مُّبِينٌۭ 49
(49) Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu".
(49)
Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya saat orang-orang kafir meminta kepadanya agar disegerakan datangnya azab yang telah dijanjikannya:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kalian.” (Al-Hajj: 49)
Yakni sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian hanyalah sebagai pemberi peringatan di hadapan azab yang keras, dan tiada hak bagi saya untuk memperhitungkan kalian barang sedikit pun; segala urusan kalian dikembalikan kepada Allah, Jika Dia menghendaki, tentulah Dia menyegerakan azab-Nya kepada kalian; dan jika Dia menghendaki yang lain, tentulah Dia menangguhkannya dari kalian. Jika Dia menghendaki akan memberikan ampunan kepada orang yang bertobat kepada-Nya, tentulah Dia menerima tobatnya. Dan jika Dia menghendaki kesesatan bagi orang-orang yang telah ditetapkan-Nya termasuk orang-orang yang celaka, tentulah Dia melakukan hal tersebut. Dia Maha Melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, yang diingini-Nya, dan yang dipilih-Nya.
لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Mahacepat hisab-Nya. (Ar-Ra'd: 41)
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ. فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
"Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kalian.” Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh. (Al-Hajj: 49-5)
Yakni hatinya beriman dan amal perbuatannya membenarkan imannya.
لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. (Al-Hajj: 5)
Yaitu ampunan terhadap keburukan-keburukannya yang terdahulu dan membalas semua amal baiknya sampai sekecil-kecilnya.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan, "Bilamana Anda mendengar Allah Swt. berfiman: 'dan rezeki yang mulia. ' (Al-Hajj: 5) Maka artinya itu adalah surga."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ
Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan beriman). (Al-Hajj: 51)
Mujahid mengatakan, makna yang dimaksud ialah menghalang-halangi manusia dari mengikuti Nabi Saw. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdullah ibnuz Zubair, yakni menghalang-halangi.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mu'ajizina artinya mengintimidasi orang-orang agar tidak mengikuti Nabi Saw.:
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hajj: 51)
Yakni neraka yang panas, menyakitkan lagi sangat keras azab dan siksaannya. Semoga Allah melindungi kita dari nereka. Allah Swt. telah berfirman:
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. (An-Nahl: 88)
فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُم مَّغْفِرَةٌۭ وَرِزْقٌۭ كَرِيمٌۭ 50
(50) Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.
(50)
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ. فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
"Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kalian.” Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh. (Al-Hajj: 49-5)
Yakni hatinya beriman dan amal perbuatannya membenarkan imannya.
لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. (Al-Hajj: 5)
Yaitu ampunan terhadap keburukan-keburukannya yang terdahulu dan membalas semua amal baiknya sampai sekecil-kecilnya.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan, "Bilamana Anda mendengar Allah Swt. berfiman: 'dan rezeki yang mulia. ' (Al-Hajj: 5) Maka artinya itu adalah surga."
*******************
وَٱلَّذِينَ سَعَوْا۟ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مُعَٰجِزِينَ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَحِيمِ 51
(51) Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.
(51)
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ
Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan beriman). (Al-Hajj: 51)
Mujahid mengatakan, makna yang dimaksud ialah menghalang-halangi manusia dari mengikuti Nabi Saw. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdullah ibnuz Zubair, yakni menghalang-halangi.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mu'ajizina artinya mengintimidasi orang-orang agar tidak mengikuti Nabi Saw.:
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hajj: 51)
Yakni neraka yang panas, menyakitkan lagi sangat keras azab dan siksaannya. Semoga Allah melindungi kita dari nereka. Allah Swt. telah berfirman:
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. (An-Nahl: 88)
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍۢ وَلَا نَبِىٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلْقَى ٱلشَّيْطَٰنُ فِىٓ أُمْنِيَّتِهِۦ فَيَنسَخُ ٱللَّهُ مَا يُلْقِى ٱلشَّيْطَٰنُ ثُمَّ يُحْكِمُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌۭ 52
(52) Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
(52)
Sebagian besar ulama tafsir sehubungan dengan ayat-ayat ini mengetengahkan kisah garaniq (bintang-bintang) dan kisah yang menyebutkan bahwa kebanyakan dari kaum muslim yang berhijrah ke negeri Abesenia kembali ke Mekah karena mereka menduga orang-orang musyrik Quraisy telah masuk Islam. Akan tetapi, kisah tersebut diriwayatkan melalui berbagai jalur yang seluruhnya berpredikat mursal, dan menurut pendapat saya hadis-hadis tersebut tidaklah disandarkan kepada jalur periwayatan yang sahih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. ketika di Mekah membaca surat An-Najm, dan ketika bacaan beliau sampai kepada firman-Nya: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An-Najm: 19-2) Maka setan memasukkan godaannya pada lisan Nabi Saw. sehingga beliau mengatakan, "Bintang-bintang yang ada di langit yang tinggi itu, sesungguhnya syafaat (pertolongan mereka dalam mendatangkan hujan) benar-benar dapat diharapkan." Akhirnya orang-orang musyrik berkata, "Dia sebelum ini tidak pernah menyebut nama tuhan-tuhan kami dengan sebutan yang baik." Lalu Nabi Saw. bersujud kepada Allah, maka mereka pun (orang-orang musyrik) ikut bersujud. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkannya apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hajj: 52)
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya melalui Yusuf ibnu Hammad, dari Umayyah ibnu Khalid, dari Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menurut dugaanku masih diragukan sampainya hadis ini kepada Nabi Saw.; bahwa Nabi Saw. membaca surat An-Najm ketika masih di Mekah, sehingga bacaannya sampai pada firman-Nya: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza. (An-Najm: 19), hingga akhir beberapa ayat selanjutnya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan secara muttasil kecuali melalui sanad ini. Orang yang menjadikannya berpredikat muttasil hanyalah Umayyah ibnu Khalid sendiri. Dia orangnya siqah lagi terkenal, dan sesungguhnya dia meriwayatkan hadis ini hanya melalui jalur Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abul Aliyah dari As-Saddi secara mursal. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan Muhammad ibnu Qais secara mursal pula."
Qatadah mengatakan bahwa dahulu Nabi Saw. salat di dekat maqam Ibrahim, lalu beliau mengantuk dan setan memasukkan godaan pada lisannya, sehingga beliau mengatakan, "Sesungguhnya bintang-bintang itu benar-benar syafaat (pertolongan)nya dapat diharapkan, dan sesungguhnya bintang-bintang itu bersama dengan bintang-bintang lainnya di langit yang tertinggi." Lalu orang-orang musyrik menghafal kalimat itu dan setan berperan dengan menyebarkannya, bahwa Nabi Saw. telah membaca ayat surat An-Najm itu. Sehingga tersebarlah berita itu di kalangan orang-orang musyrik dan menjadi buah bibir mereka. Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi. (Al-Hajj: 52), hingga akhir ayat Maka Allah menjadikan setan itu terhina melalui ayat ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Abu Musa Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq Asy-Syaibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Falih, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa sebelum surat An-Najm diturunkan, orang-orang musyrik berkata, "Seandainya lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) menyebut nama tuhan-tuhan kami dengan sebutan yang baik, tentulah kami akan mengakui dia dan sahabat-sahabatnya. Tetapi dia tidak pernah menyebut orang-orang yang berbeda agama dengannya dari kalangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dengan sebutan yang ditujukan kepada tuhan-tuhan kami. Apa yang ia sebutkan tentang tuhan-tuhan kami tiada lain hanyalah caci maki dan keburukan."
Pada waktu yang sama Rasulullah Saw. dan para sahabatnya mengalami masa kritis akibat gangguan dan tekanan serta pendustaan mereka. Beliau merasa bersedih hati dengan kesesatan mereka, dan beliau mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk. Ketika Allah Swt. menurunkan surat An-Najm, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah Swt.: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza dan manah yang ketiga, yang paling terakhir (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? (An-Najm: 19-21) Maka saat itu setan menyusupkan kalimat-kalimat yang menyebut tentang berhala-berhala sesembahan mereka saat Nabi Saw. menyebutkan nama Allah. Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) itu memiliki garaniq (bintang-bintang) yang ada di langit yang tinggi, dan sesungguhnya syafaat (pertolongan) mereka benar-benar dapat diharapkan." Padahal kalimat tersebut bersumber dari godaan setan dan bisikannya, sehingga kedua kalimat tersebut menarik simpati setiap orang musyrik di Mekah. Lalu kalimat tersebut menjadi buah bibir mereka, dan mereka meyambutnya dengan gembira seraya mengatakan.”Sesungguhnya Muhammad telah kembali kepada agamanya yang semula, yaitu agama kaumnya."
Setelah bacaan Rasulullah Saw. sampai di akhir surat An-Najm, maka beliau sujud, lalu sujud pula semua orang yang ada bersamanya dari kalangan orang muslim atau orang musyrik. Hanya Al-Walid ibnul Mugirah —karena tubuhnya yang sangat besar— tidak dapat melakukannya; ia hanya mengambil segenggam pasir, lalu menaruhnya pada keningnya.
Kedua golongan (dari kalangan kaum muslim dan kaum musyrik) masing-masing merasa heran dengan sujud yang dilakukan golongannya yang mengikuti sujud Rasulullah Saw. Sedangkan kaum muslim merasa heran karena melihat orang-orang musyrik ikut sujud bersama mereka tanpa iman dan keyakinan. Kaum muslim saat itu tidak mendengar apa yang dimasukkan oleh setan ke dalam pendengaran kaum musyrik yang membuat kaum musyrik merasa tenang dengannya. Setan telah membisikkan pada pendengaran mereka melalui sabda Rasulullah Saw. yang membicarakan hal tersebut kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. telah menyebut-nyebut nama tuhan-tuhan mereka di dalam Al-Qur'annya, maka mereka bersujud mengagungkan tuhan-tuhan mereka.
Kalimat tersebut tersiar di kalangan kaum musyrik dan dibantu ketenarannya oleh peran setan, sehingga berita tersebut sampai ke tanah Abesenia dan kaum muslim yang berhijrah di sana, yaitu Usman ibnu Maz'un dan kawan-kawannya. Akhirnya kaum muslim di negeri Abesenia memperbincangkan bahwa penduduk Mekah telah masuk Islam semuanya, dan mereka mau salat bersama Rasulullah Saw. Telah sampai pula kepada mereka berita tentang sujud yang dilakukan oleh Al-Walid ibnul Mugirah pada pasir yang diambil oleh tangannya. Tersiarlah pula di kalangan mereka suatu berita yang mengatakan bahwa kaum muslim di Mekah telah aman, karena itulah maka mereka segera kembali ke Mekah.
Akan tetapi, Allah telah menghapuskan apa yang dimasukkan oleh setan, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya serta memeliharanya dari kedustaan orang-orang musyrik. Allah Swt. berfirman: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 52-53)
Setelah Allah menjelaskan Ketetapan-Nya dan membersihkan diri-Nya dari hasutan setan, maka orang-orang musyrik kembali kepada kesesatan mereka dan memusuhi kaum muslim serta bersikap keras terhadap kaum muslim.
Hadis ini pun berpredikat mursal.
Di dalam tafsir Ibnu Jarir disebutkan sebuah riwayat dari Az-Zuhri, dari Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam dengan konteks yang semisal.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah telah meriwayatkannya, tetapi hanya sampai pada Musa ibnu Uqbah, yang hal ini ia kemukakan dalam kitab Magazi-nya dengan lafaz yang semisal. Al-Baihaqi mengatakan, "Kami telah meriwayatkan pula kisah ini melalui Abu Ishaq."
Menurut saya, kisah ini telah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya dengan kalimat-kalimat yang semisal, semuanya berpredikat mursal dan munqati'. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya telah menyebutkannya di dalam kumpulan dari perkataan Ibnu Abbas dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi serta lain-lainnya dengan lafaz yang semisal. Kemudian dalam pembahasan ini ia mengajukan suatu pertanyaan yang mengatakan, "Mengapa hal seperti ini terjadi, padahal Rasulullah Saw. telah dijamin oleh Allah terpelihara dari segala kesalahan?" Selanjutnya Al-Bagawi mengemukakan beberapa jawaban yang ia petik dari pendapat orang-orang lain. Di antaranya dan yang paling terbaik ialah bahwa setan membisikkan kalimat tersebut ke dalam pendengaran kaum musyrik, sehingga mereka menduga bahwa kalimat-kalimat tersebut bersumber dari Rasulullah Saw. Padahal kenyataannya tidaklah demikian, melainkan dari ulah setan dan perbuatannya bukan dari Rasulullah Saw. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Demikianlah berbagai macam jawaban dari mereka yang mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan masalah ini, dengan anggapan bahwa hadis ini memang sahih. .
Al-Qadi Iyad rahimahullah menyinggung masalah ini dalam kitab Asy-Syifa-nya dan mengemukakan jawabannya yang mengatakan bahwa memang keadaan hadis ini sahih mengingat telah terbukti kesahihannya.
//Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mempunyai risalah khusus yang membahas tentang palsunya kisah Al-Gharaniq ini, dalam kitabnya: Nasbul Mazaniq li Abatil Qishash Al Gharaniq. Ebook editor//
*******************
Firman Allah Swt.:
إِلا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ
melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52)
Melalui ayat ini Allah Swt. menghibur hati Rasul-Nya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah hatimu gundah karenanya, sesungguhnya hal semisal itu pernah dialami oleh para rasul sebelummu dan juga oleh para nabi.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Apabila ia berbicara, setan memasukkan godaannya ke dalam pembicaraannya, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu. dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. (Al-Hajj: 52)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Yakni apabila Nabi Saw. berbicara, maka setan memasukkan godaan-godaan ke dalam pembicaraannya.
Mujahid mengatakan, makna iza-tamanna ialah apabila berbicara.
Menurut pendapat yang lain, makna umniyah ialah bacaannya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
إِلا أَمَانِيَّ
kecuali dongengan-dongengan bohong belaka. (Al-Baqarah: 78)
Yaitu bisa berucap, tetapi tidak bisa membaca dan menulis.
Al-Bagawi mengatakan bahwa kebanyakan ulama tafsir mengatakan tentang makna tamanna, bahwa artinya membaca Kitabullah.
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ
setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52)
Yang dimaksud dengan umniyatihi ialah bacaannya.
Seorang penyair telah mengatakan sehubungan dengan terbunuhnya Khalifah Usman:
تَمَنّى كتَابَ اللَّهِ أَوَّلَ لَيْلة ... وآخرَها لاقَى حمَامَ المَقَادرِ
Ia membaca Kitabullah di permulaan malam harinya, sedangkan di akhir malamnya ia menjumpai takdir bagi ajalnya.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Iza-tamanna" artinya apabila membaca.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini lebih mirip dengan pengertian takwil.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ
Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu. (Al-Hajj: 52)
Menurut pengertian hakiki dari lafaz an-naskh ialah menghilangkan dan menghapuskan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menghapuskan apa yang dimasukkan oleh setan itu.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa Jibril menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu dengan seizin Allah, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya.
Firman Allah Swt.:
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hajj: 52)
Artinya, Allah Maha Mengetahui segala urusan dan kejadian, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dan Allah Mahabijaksana dalam menentukan keputusan-Nya, menciptakan makhluk-Nya, dan perintahNya kepada makhluk-Nya. Di balik semua itu terkandung hikmah yang sempurna dan hujah yang jelas, karena itulah Allah Swt. berfirman:
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Hajj: 53)
Yang dimaksud dengan penyakit ialah keraguan, kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan, seperti sikap orang-orang musyrik yang gembira saat mendengar hal tersebut (penyebutan tuhan-tuhan mereka dalam Al-Qur'an). Mereka menduga bahwa apa yang mereka dengar itu benar dari sisi Allah, padahal kenyataannya adalah dari setan yang menyelewengkannya pada pendengaran mereka.
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Hajj: 53) Mereka adalah orang-orang munafik. Sedangkan yang disebutkan oleh firman-Nya berikut ini: dan yang hatinya kasar. (Al-Hajj: 53) Mereka adalah orang-orang musyrik.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi.
*******************
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53)
Yakni dalam kesesatan dan pertentangan serta keingkaran. Sedangkan yang dimaksud oleh firman-Nya, "Ba’id, " artinya jauh dari perkara yang hak dan nilai-nilai kebenaran.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Yaitu agar orang-orang yang telah diberi ilmu yang bermanfaat yang dengan ilmunya itu mereka dapat membedakan antara perkara yang hak dengan perkara yang batil, juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka semuanya mengetahui bahwa apa yang Kami wahyukan kepadamu adalah benar dari sisi Tuhanmu. Dialah yang menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, Dia pula yang memelihara dan menjaganya agar tidak bercampur dengan yang lain, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia.
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Adapun firman Allah Swt.:
فَيُؤْمِنُوا بِهِ
lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Maksudnya, membenarkan dan mengikutinya.
فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ
dan tunduk hati mereka kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Yaitu tunduk dan patuh hati mereka kepadanya.
وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Hajj: 54)
Yakni memberi petunjuk kepada mereka di dunia dan di akhirat. Di dunia mereka mendapat petunjuk ke jalan yang'hak dan mengikutinya, serta memberi mereka kemampuan menjauhi kebatilan dan menentangnya. Sedangkan di akhirat Allah memberi mereka petunjuk menempuhsirdtal mustaalm yang menghantarkan mereka menaiki tangga-tangga surga dan menjauhkan mereka dari azab yang pedih dan jatuh ke dasar neraka.
لِّيَجْعَلَ مَا يُلْقِى ٱلشَّيْطَٰنُ فِتْنَةًۭ لِّلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌۭ وَٱلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَفِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍۢ 53
(53) agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat,
(53)
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53)
Yakni dalam kesesatan dan pertentangan serta keingkaran. Sedangkan yang dimaksud oleh firman-Nya, "Ba’id, " artinya jauh dari perkara yang hak dan nilai-nilai kebenaran.
وَلِيَعْلَمَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوا۟ بِهِۦ فَتُخْبِتَ لَهُۥ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ 54
(54) dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
(54)
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Yaitu agar orang-orang yang telah diberi ilmu yang bermanfaat yang dengan ilmunya itu mereka dapat membedakan antara perkara yang hak dengan perkara yang batil, juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka semuanya mengetahui bahwa apa yang Kami wahyukan kepadamu adalah benar dari sisi Tuhanmu. Dialah yang menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, Dia pula yang memelihara dan menjaganya agar tidak bercampur dengan yang lain, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia.
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Adapun firman Allah Swt.:
فَيُؤْمِنُوا بِهِ
lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Maksudnya, membenarkan dan mengikutinya.
فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ
dan tunduk hati mereka kepadanya. (Al-Hajj: 54)
Yaitu tunduk dan patuh hati mereka kepadanya.
وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Hajj: 54)
Yakni memberi petunjuk kepada mereka di dunia dan di akhirat. Di dunia mereka mendapat petunjuk ke jalan yang'hak dan mengikutinya, serta memberi mereka kemampuan menjauhi kebatilan dan menentangnya. Sedangkan di akhirat Allah memberi mereka petunjuk menempuhsirdtal mustaalm yang menghantarkan mereka menaiki tangga-tangga surga dan menjauhkan mereka dari azab yang pedih dan jatuh ke dasar neraka.
وَلَا يَزَالُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى مِرْيَةٍۢ مِّنْهُ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغْتَةً أَوْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَقِيمٍ 55
(55) Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.
(55)
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa mereka masih tetap berada dalam keraguannya terhadap Al-Qur'an ini. Demikianlah menurut Ibnu Juraij dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Sa'id ibnu Jubair dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terhadap godaan yang dimasukkan oleh setan (ke dalam telinga mereka).
حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً
hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba. (Al Hajj: 55)
Yang dimaksud dengan bagtatan ialah mendadak, menurut Mujahid.
Sedangkan menurut Qatadah, artinya azab Allah yang menimpa suatu kaum (yang kafir) secara mengejutkan.
Tidak sekali-kali Allah mengazab suatu kaum, melainkan saat mereka sedang mabuk dalam kemewahannya dan dalam keadaan teperdaya dengan kesenangannya. Karena itu, janganlah kalian sampai teperdaya dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kalian. Sesungguhnya tiada yang teperdaya oleh nikmat Allah kecuali hanyalah orang-orang yang fasik.
Firman Allah Swt.:
أَوْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَقِيمٍ
atau datang kepada mereka azab hari kiamat. (Al-Hajj: 55)
Mujahid mengatakan, Ubay ibnu Ka'b pernah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan azabuyaumin 'aqim (siksaan hari yang menyakitkan) ialah perang Badar. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang; pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ikrimah dan Mujahid —menurut suatu riwayat yang bersumber dari keduanya— mengatakan bahwa hari itu adalah hari kiamat yang tiada malam harinya (yakni tiada istirahatnya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Al-Hasan Al-Basri.
Pendapat inilah yang benar, sekalipun Perang Badar termasuk di antara apa yang diancamkan oleh Allah kepada orang-orang musyrik itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ
Kekuasaan di hari itu ada pada Allah. Dia memberi keputusan di antara mereka. (Al-Hajj: 56)
Sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan. (Al-Fatihah: 4)
Dan firman Allah Swt.:
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)
*******************
Adapun firman Allah Swt:
فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (Al-Hajj: 56)
Yakni hati mereka beriman dan mereka membenarkan Allah dan RasulNya, serta mengamalkan apa yang telah mereka ketahui dan hati mereka selaras dengan ucapan dan amal perbuatannya.
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
berada di dalam surga yang penuh kenikmatan. (Al-Hajj: 56)
Yakni bagi mereka kenikmatan yang abadi yang tidak pernah beralih.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-Hajj: 57)
Yakni hatinya kafir terhadap perkara yang hak, mengingkarinya, dan mendustakannya. Mereka menentang rasul-rasul dan merasa besar diri, tidak mau mengikuti mereka.
فَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
maka bagi mereka azab yang menghinakan. (Al-Hajj: 57)
Hal itu sebagai pembalasan dari sikap takabur dan keengganan mereka terhadap perkara yang hak. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 6)
Yaitu rendah dan hina.