25 - الفرقان - Al-Furqaan

Juz : 18

The Criterion
Meccan

إِذَا رَأَتْهُم مِّن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍۢ سَمِعُوا۟ لَهَا تَغَيُّظًۭا وَزَفِيرًۭا 12

(12) Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.

(12) 

Firman Allah Swt.:

إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. (Al-Furqan: 12)

Maksudnya, bila neraka Jahanam melihat mereka di Padang Mahsyar.

Menurut As-Saddi, dari jarak seratus tahun.

سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا

Mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12)

Yakni karena merasa geram dan marah kepada mereka. Sama seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ

Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (Al-Mulk: 7-8)

Yaitu hampir saja sebagian dari neraka terpisah dengan sebagian yang lainnya karena kemarahannya yang sangat terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا إِدْرِيسُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ الْأَخْيَفِ الْوَاسِطِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ الْوَاسِطِيَّ، عَنْ أَصْبَغَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ كَثِيرٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ دُرَيْك، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، أَوِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ وَالِدَيْهِ، أَوِ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ، فَلْيَتَبَوَّأْ [مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ". وَفِي رِوَايَةٍ: "فَلْيَتَبَوَّأْ] بَيْنَ عَيْنَيْ جَهَنَّمَ مَقْعَدًا" قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لَهَا مِنْ عَيْنَيْنِ؟ قَالَ: "أَمَا سَمِعْتُمُ اللَّهَ يَقُولُ: إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍالْآيَةَ.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Idris ibnu Hatim ibnul Ahnaf Al-Wasiti, bahwa ia mendengar Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti meriwayatkan hadis ini dari As-bag ibnu Zaid, dari Khalid ibnu Kasir, dari Khalid ibnu Duraik berikut sanadnya, dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengatakan dariku, padahal aku tidak mengatakannya; atau mendakwakan dirinya bukan kepada kedua orang tuanya; atau menisbatkan dirinya bukan kepada mawalinya (orang-orang yang telah memerdekakannya), maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menempati tempat duduknya di neraka. Menurut riwayat lain disebutkan: hendaklah ia bersiap-siap menduduki tempat duduknya di antara kedua mata neraka Jahanam. Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah neraka Jahanam mempunyai kedua mata?" Rasulullah Saw. bersabda menjawabnya: Bukankah kalian telah mendengar Allah Swt. pernah berfirman, "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh.” (Al-Furqan: 12), hingga akhir ayat.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khaddasy, dari Muhammad ibnu Yazid Al-Wasiti dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Ais ibnu Salim, dari Abu Wa-il yang menceritakan bahwa kami berangkat bersama Abdullah ibnu Mas'ud dengan ditemani oleh Ar-Rabi ibnu Khaisam. Lalu mereka melewati sebuah tempat pandai besi, maka Abdullah berhenti melihat besi yang sedang dipanggang di dalam api. Ar-Rabi ibnu Khaisam melihatnya pula. Maka tiba-tiba tubuh Ar-Rabi' terhuyung-huyung dan jatuh. Kemudian Abdullah melewati tempat pembakaran air panas untuk mandi sauna di pinggir Sungai Furat. Ketika Abdullah melihat api menyala dengan hebatnya di dalam tempat pembakaran itu, lalu ia membaca firman-Nya: Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Maka Ar-Rabi' jatuh pingsan, lalu mereka menggotongnya pulang ke rumah keluarganya. Abdullah mengikatnya ke punggung kendaraannya, ternyata ia tidak sadar juga sesampainya di rumah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya seorang hamba diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak sekali gelegak seperti suara geraman begal keledai saat melihat gandum (makanannya). Kemudian neraka itu menggelegar sekali gelegar, dengan suara yang membuat tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan merasa takut. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya secara ringkas.

Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari Mujahid berikut sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya bila seorang hamba diseret ke dalam neraka, maka neraka surut dan sebagian darinya terpisah dari sebagian yang lain. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah bertanya kepada neraka, "Mengapa kamu?" Neraka menjawab, "Sesungguhnya dia meminta perlindungan kepada-Mu dariku." Maka Allah berfirman, "Lepaskanlah hamba-Ku." Sesungguhnya ada seorang lelaki yang diseret ke dalam neraka, maka ia berkata, "Wahai Tuhanku, bukan seperti ini yang aku dugakan kepada-Mu." Allah berfirman, "Lalu apakah prasangkaanmu terhadap-Ku?" Dia menjawab, "Engkau luaskan rahmat-Mu buatku." Maka Allah berfirman (kepada neraka), "Lepaskanlah hamba-Ku." Dan sesungguhnya ada seorang lelaki yang diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak terhadapnya sebagaimana begal menggeram ketika melihat gandum, lalu neraka menggelegar sekali gelegar yang membuat tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan ketakutan. Sanad asar ini sahih.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Mansur, dari Mujahid, dari Ubaid ibnu Umair sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Sesungguhnya neraka Jahanam itu menggelegar sekali gelegar, lalu tiada seorang malaikat terdekat pun, dan tiada pula seorang nabi yang menjadi rasul pun melainkan jatuh tersungkur dengan muka di bawah (karena ketakutan), semua persendian tulangnya bergetar sehingga Ibrahim a.s. sendiri terduduk bersideku di atas kedua lututnya seraya berkata, "Wahai Tuhanku, aku tidak memohon kepadamu hari ini kecuali untuk keselamatan diriku."


وَإِذَآ أُلْقُوا۟ مِنْهَا مَكَانًۭا ضَيِّقًۭا مُّقَرَّنِينَ دَعَوْا۟ هُنَالِكَ ثُبُورًۭا 13

(13) Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.

(13) 

Firman Allah Swt.:

وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا

Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13)

Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa semisal dengan lubang klem untuk mata tombak, yakni kerena sempitnya tempat itu.

Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Yazid, dari Yahya ibnu Usaid yang me-rafa'-kan hadis ini hingga sampai kepada Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13) Maka Rasulullah Saw. bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُمْ ليُسْتَكرهون فِي النَّارِ، كَمَا يُسْتَكْرَهُ الْوَتِدُ فِي الْحَائِطِ"

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya mereka dipaksakan masuk ke dalam neraka, sebagaimana pasak dipaksakan masuk ke dalam tembok.

Menurut Abu Saleh, makna firman-Nya, "Muqarranin, " artinya di­belenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan: 13)

Yakni kebinasaan, penyesalan, dan kekecewaan.


لَّا تَدْعُوا۟ ٱلْيَوْمَ ثُبُورًۭا وَٰحِدًۭا وَٱدْعُوا۟ ثُبُورًۭا كَثِيرًۭا 14

(14) (Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak".

(14) 

(Akan dikatakan kepada mereka), "Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan di hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga akhir ayat.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلَيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَوَّلُ مَنْ يُكسَى حُلَّةً مِنَ النَّارِ إِبْلِيسُ، فَيَضَعُهَا عَلَى حَاجِبَيْهِ، وَيَسْحَبُهَا منْ خَلْفه، وَذُرِّيَّتُهُ مِنْ بَعْدِهِ، وَهُوَ يُنَادِي: يَا ثُبُورَاهُ، وَيُنَادُونَ: يَا ثُبُورَهُمْ. حَتَّى يَقِفُوا عَلَى النَّارِ، فَيَقُولُ: يَا ثُبُورَاهُ. وَيَقُولُونَ: يَا ثُبُورَهُمْ. فَيُقَالُ لَهُمْ: لَا تَدْعُوَا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا، وَادْعُوَا ثُبُورًا كَثِيرًا".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Yazid, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang yang mula-mula diberi pakaian api ialah iblis, maka iblis meletakkan pakaian itu pada kedua alisnya dan ia menyeret pakaian itu di belakangnya, sedangkan keturunannya berada sesudahnya, seraya berseru, "Binasalah aku." Dan mereka diseru, "Alangkah binasanya mereka (iblis dan keturunannya)," hingga berhentilah mereka di neraka. Maka iblis berkata, "Binasalah aku." Mereka berkata, "Alangkah binasanya mereka." Lalu dikatakan kepada mereka (iblis dan keturunan­nya), "Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.”

Akan tetapi, tiada seorang pun dari kalangan Sittah yang mengetengah­kan hadis ini. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Sinan, dari Affan dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga akhir ayat. Yakni janganlah kalian pada hari ini mengharapkan satu kecelakaan melainkan harapkanlah kecelakaan yang banyak.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa as-subur artinya kebinasaan.

Pendapat yang kuat mengatakan bahwa subur pengertiannya mencakup kebinasaan, kecelakaan, kerugian, dan kehancuran. Seperti yang dikatakan oleh Musa kepada Fir'aun:

وَإِنِّي لأظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa. (Al-Isra: 12)

Yakni binasa.

Abdullah ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam salah satu bait syair gubahannya:

إذْ أجَاري الشَّيطانَ فِي سَنَن الغيَ ... يِ،وَمنْ مَالَ مَيْلَهُ مَثْبُورُ

Jika aku mengikuti setan dalam kesesatannya, dan orang yang mengikuti setan pastilah akan binasa.


قُلْ أَذَٰلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ ٱلْخُلْدِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۚ كَانَتْ لَهُمْ جَزَآءًۭ وَمَصِيرًۭا 15

(15) Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?" Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?".

(15) 

Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, kisah yang telah Aku paparkan kepadamu menyangkut keadaan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang yang diseret ke dalam neraka Jahanam dengan muka di bawah, maka neraka menyambut kedatangan mereka dengan suara gemuruh dan gelegaknya yang dahsyat. Dan mereka dicampakkan ke tempat yang paling sempit dalam keadaan terbelenggu, sehingga mereka tidak dapat bergerak dan tidak dapat pertolongan serta tidak dapat terlepas dari azab yang mereka alami. Maka apakah azab seperti itu lebih baik, ataukah surga kekal yang telah dijanjikan Oleh Allah buat hamba-hamba-Nya yang bertakwa adalah lebih baik? Surga itu telah dijanjikan oleh Allah buat mereka dan dijadikan oleh-Nya sebagai balasan serta tempat kembali mereka atas ketaatan mereka selama di dunia."

لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ

Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki. (Al-Furqan: 16)

Yakni semua kesenangan, berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan pemandangan-pemandangan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang pun. Selain dari itu mereka tinggal kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, tanpa terputus, tanpa habis-habisnya, dan tanpa sirna; mereka sama sekali tidak mau pindah darinya. Ini merupakan janji Allah Swt. yang memberikan kemurahan dan kebaikan­Nya kepada mereka. Karena itu, disebutkanlah oleh firman-Nya:

كَانَ عَلَى رَبِّكَ وَعْدًا مَسْئُولا

(Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan. (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16)

Yakni sebagai suatu janji yang harus dan pasti terjadi. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir dari salah seorang ulama ahli bahasa Arab. Yaitu bahwa makna firman-Nya: sebagai janji yang pasti (terjadi). (Al-Furqan: 16) Makna yang dimaksud adalah janji yang pasti.

Ibnu Juraij dari 'Ata dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Yakni hendaklah mereka memohon kepada-Nya apa yang telah dijan ikan-­Nya itu dan meminta supaya dikabulkan.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi sehubungan dengan makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Sesungguhnya para malaikat memohonkan hal tersebut bagi mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ

Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka. (Al-Mu’min: 8)

Abu Hazim mengatakan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, orang-orang mukmin berkata, "Wahai Tuhan kami, kami telah beramal sesuai dengan perintah­Mu kepada kami, maka tunaikanlah bagi kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami." Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: janji yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16)

Keadaan yang diceritakan dalam surat ini menyangkut kisah neraka dan menyinggung keadaan ahli surga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam surat As-Saffat yang menceritakan keadaan ahli surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, yaitu firman-Nya:

أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ * إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ * فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ * ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ * ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ * فَهُمْ عَلَى آثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia adalah sebuah pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala, mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim. Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang tua-orang tua mereka. (As-Saffat: 62-7)


لَّهُمْ فِيهَا مَا يَشَآءُونَ خَٰلِدِينَ ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ وَعْدًۭا مَّسْـُٔولًۭا 16

(16) Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya).

(16) 

لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ

Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki. (Al-Furqan: 16)

Yakni semua kesenangan, berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan pemandangan-pemandangan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang pun. Selain dari itu mereka tinggal kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, tanpa terputus, tanpa habis-habisnya, dan tanpa sirna; mereka sama sekali tidak mau pindah darinya. Ini merupakan janji Allah Swt. yang memberikan kemurahan dan kebaikan­Nya kepada mereka. Karena itu, disebutkanlah oleh firman-Nya:

كَانَ عَلَى رَبِّكَ وَعْدًا مَسْئُولا

(Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan. (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16)

Yakni sebagai suatu janji yang harus dan pasti terjadi. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir dari salah seorang ulama ahli bahasa Arab. Yaitu bahwa makna firman-Nya: sebagai janji yang pasti (terjadi). (Al-Furqan: 16) Makna yang dimaksud adalah janji yang pasti.

Ibnu Juraij dari 'Ata dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Yakni hendaklah mereka memohon kepada-Nya apa yang telah dijan ikan-­Nya itu dan meminta supaya dikabulkan.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi sehubungan dengan makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Sesungguhnya para malaikat memohonkan hal tersebut bagi mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ

Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka. (Al-Mu’min: 8)

Abu Hazim mengatakan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, orang-orang mukmin berkata, "Wahai Tuhan kami, kami telah beramal sesuai dengan perintah­Mu kepada kami, maka tunaikanlah bagi kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami." Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: janji yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16)

Keadaan yang diceritakan dalam surat ini menyangkut kisah neraka dan menyinggung keadaan ahli surga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam surat As-Saffat yang menceritakan keadaan ahli surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, yaitu firman-Nya:

أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ * إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ * فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ * ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ * ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ * فَهُمْ عَلَى آثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia adalah sebuah pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala, mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim. Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang tua-orang tua mereka. (As-Saffat: 62-7)


وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَقُولُ ءَأَنتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِى هَٰٓؤُلَآءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا۟ ٱلسَّبِيلَ 17

(17) Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah); "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?".

(17) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan peristiwa yang terjadi di hari kiamat menyangkut kecaman yang ditujukan terhadap orang-orang kafir karena mereka menyembah selain Allah, seperti para malaikat dan lain-lainnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah. (Al-Furqan: 17)

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah seperti Isa, Uzair, dan para malaikat.

فَيَقُولُ أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي

lalu Allah berkata (kepada yang disembah), "Apakah kalian telah me­nyesatkan hamba-hamba-Ku itu?” (Al-Furqan: 17), hingga akhir ayat.

Yakni Allah Swt. berfirman kepada mereka yang disembah, "Apakah kalian telah menyeru mereka untuk menyembah diri kalian selain Aku, ataukah mereka menyembah kalian atas keinginan mereka sendiri tanpa seruan dari kalian kepada mereka?" Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ. مَا قُلْتُ لَهُم

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'.”Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya). (Al-Maidah: 116­-117), hingga akhir ayat.

Karena itu Allah Swt. berfirman, menceritakan apa yang dikatakan oleh berhala-berhala yang disembah itu kelak di hari kiamat.

قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ

Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung. (Al-Furqan: 18)

*******************yh

وَلَكِنْ مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ

tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup. (Al-Furqan: 18)

Yaitu mereka diberi usia panjang sehingga mereka melupakan az-zikr. Yang dimaksud dengan az-zikr ialah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka melalui lisan para rasul-Nya, yang isinya menyeru untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.

وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا

dan mereka adalah kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18)

Ibnu Abbas mengatakan, makna bura ialah binasa.

Al-Hasan Al-Basri dan Malik mengatakan dari Az-Zuhri, bahwa makna bura ialah tiada kebaikan pada mereka.

Ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam bait syairnya ketika ia masuk islam:

يَا رَسُولَ المَليك إِنَّ لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ أَنَا بُورُ ...إذْ أُجَارِي الشَّيطَانَ فِي سَنَن الغيْ ... يِ، وَمَن مالَ مَيْلَه مَثْبُورُ ...

Wahai Rasul Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku ini terkunci, tidak pernah terbuka saat aku dalam keadaan tidak baik, yaitu ketika aku menuruti langkah setan dalam kesesatannya; dan barang siapa yang cenderung kepada langkah setan, pastilah ia binasa.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَقَدْ كَذَّبُوكُمْ بِمَا تَقُولُونَ

Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan. (Al-Furqan: 19)

Yakni orang-orang yang kalian sembah selain Allah itu mendustakan pengakuan kalian yang mengatakan bahwa mereka adalah pelindung kalian, dan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah. Seperti pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ * وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًا وَلا نَصْرًا

maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian). (Al-Furqan: 19)

Artinya, mereka tidak mampu memalingkan azab dari diri mereka dan tidak pula mereka dapat membela dirinya sendiri.

وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ

dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim. (Al-Furqan: 19)

Yakni mempersekutukan Allah.

نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا

niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Al-Furqan: 19)


قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ مَا كَانَ يَنۢبَغِى لَنَآ أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَآءَ وَلَٰكِن مَّتَّعْتَهُمْ وَءَابَآءَهُمْ حَتَّىٰ نَسُوا۟ ٱلذِّكْرَ وَكَانُوا۟ قَوْمًۢا بُورًۭا 18

(18) Mereka (yang disembah itu) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa".

(18) 

قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ

Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung. (Al-Furqan: 18)

*******************yh

وَلَكِنْ مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ

tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup. (Al-Furqan: 18)

Yaitu mereka diberi usia panjang sehingga mereka melupakan az-zikr. Yang dimaksud dengan az-zikr ialah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka melalui lisan para rasul-Nya, yang isinya menyeru untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.

وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا

dan mereka adalah kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18)

Ibnu Abbas mengatakan, makna bura ialah binasa.

Al-Hasan Al-Basri dan Malik mengatakan dari Az-Zuhri, bahwa makna bura ialah tiada kebaikan pada mereka.

Ibnuz Zaba'ri telah mengatakan dalam bait syairnya ketika ia masuk islam:

يَا رَسُولَ المَليك إِنَّ لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ أَنَا بُورُ ...إذْ أُجَارِي الشَّيطَانَ فِي سَنَن الغيْ ... يِ، وَمَن مالَ مَيْلَه مَثْبُورُ ...

Wahai Rasul Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku ini terkunci, tidak pernah terbuka saat aku dalam keadaan tidak baik, yaitu ketika aku menuruti langkah setan dalam kesesatannya; dan barang siapa yang cenderung kepada langkah setan, pastilah ia binasa.



فَقَدْ كَذَّبُوكُم بِمَا تَقُولُونَ فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًۭا وَلَا نَصْرًۭا ۚ وَمَن يَظْلِم مِّنكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًۭا كَبِيرًۭا 19

(19) maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.

(19) 


Firman Allah Swt.:

فَقَدْ كَذَّبُوكُمْ بِمَا تَقُولُونَ

Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan. (Al-Furqan: 19)

Yakni orang-orang yang kalian sembah selain Allah itu mendustakan pengakuan kalian yang mengatakan bahwa mereka adalah pelindung kalian, dan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah. Seperti pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ * وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًا وَلا نَصْرًا

maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri kalian). (Al-Furqan: 19)

Artinya, mereka tidak mampu memalingkan azab dari diri mereka dan tidak pula mereka dapat membela dirinya sendiri.

وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ

dan barang siapa di antara kalian yang berbuat zalim. (Al-Furqan: 19)

Yakni mempersekutukan Allah.

نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا

niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (Al-Furqan: 19)


وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِى ٱلْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍۢ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًۭا 20

(20) Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.

(20) 

Allah Swt. berfirman, memberitahukan tentang para rasul terdahulu yang telah Dia utus, bahwa mereka memakan makanan dan memerlukan gizi, serta biasa berjalan di pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dan berdagang. Hal tersebut tidaklah bertentangan dengan keadaan mereka dan juga kedudukan mereka, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menjadikan pada diri mereka tanda-tanda yang baik, sifat-sifat yang terpuji, ucapan-ucapan yang utama, amal perbuatan yang sempurna, dan mukjizat-mukjizat yang cemerlang serta dalil-dalil (bukti-bukti) yang jelas sehingga orang yang mempunyai hati yang sehat dan pandangan yang lurus akan membenarkan bahwa apa yang disampaikan oleh mereka itu dari Allah Swt. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk kota. (Yusuf: 19)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan. (Al-Anbiya: 8), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ

Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? (Al-Furqan: 2)

Yaitu Kami uji sebagian kalian dengan sebagian yang lain, dan Kami cobai sebagian kalian dengan sebagian yang lain agar Kami mengetahui siapa orang yang taat dan siapa orang yang durhaka (di antara kalian). Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

Maukah kalian bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha Melihat. (Al-Furqan: 2)

Yakni siapakah yang patut diberi wahyu. Pengertiannya sama dengan apa yang terkandung di dalam firman-Nya:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ

Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al-An'am: 124)

Maksudnya, siapa yang berhak dianugerahi tugas kerasulan, dan siapa yang tidak berhak menerimanya.

Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? (Al-Furqan: 2) Seakan-akan Allah berfirman, "Seandainya Aku menghendaki dunia ini Aku jadikan bersama para rasul-Ku, agar mereka tidak ditentang, tentulah Aku dapat melakukannya. Akan tetapi, sengaja Aku menghendaki untuk menguji hamba-hamba-Ku dengan para rasul-Ku, dan Aku menguji para rasul-Ku dengan mereka."

Di dalam kitab Sahih Muslim telah diriwayatkan melalui Iyad ibnu Hammad, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

"يَقُولُ اللَّهُ: إِنِّي مُبْتَلِيك، ومُبْتَلٍ بِكَ"

Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menguji (hamba-hamba)-Ku denganmu."

Di dalam kitab musnad disebutkan dari Rasulullah Saw.:

"لَوْ شِئْتُ لَأَجْرَى اللَّهُ مَعِي جِبَالَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ"

Seandainya aku menghendaki, tentulah Allah akan menjadikan untukku gunung-gunung itu emas dan perak.

Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah disuruh memilih antara menjadi seorang nabi lagi seorang raja atau menjadi seorang hamba lagi seorang rasul. Maka Nabi Saw. memilih agar dirinya dijadikan seorang hamba lagi seorang rasul.