26 - الشعراء - Ash-Shu'araa

Juz : 19

The Poets
Meccan

مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يُمَتَّعُونَ 207

(207) niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.

(207) 

 مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ

Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara': 207)

Yakni seandainya Kami tangguhkan mereka dan Kami berikan kelonggaran waktu kepada mereka berapa pun lamanya, kemudian datang kepada mereka perintah (azab) Allah, maka tiada sesuatu pun yang selalu mereka nikmati akan bermanfaat bagi mereka.

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)

Dan firman Allah Swt.:

يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ

Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. (Al-Baqarah: 96)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى

Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Al-Lail: 11)

Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini:

مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ

niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara': 207)

Di dalam hadis sahih disebutkan melalui sabda Rasulullah Saw.:

"يُؤْتَى بِالْكَافِرِ فَيُغْمَسُ فِي النَّارِ غَمْسَةً ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هل رأيت خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ رَأَيْتَ نَعِيمًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا [وَاللَّهِ يَا رَبِّ]. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيُصْبَغُ فِي الْجَنَّةِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ"

Didatangkan seorang kafir, lalu dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu menjumpai sesuatu kebaikan? Dan apakah kamu menjumpai suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab, "Tidak, demi Allah, ya Tuhanku.” Lalu didatangkan seorang manusia yang sangat sengsara ketika di dunianya, lalu dimasukkan sebentar ke dalam surga, dan dikatakan kepadanya, "Apakah kamu menjumpai suatu kesengsaraan pun?” Maka ia menjawab, "Tidak, demi Allah, Ya Tuhanku.”

Yakni seakan-akan kesengsaraan yang pernah dialaminya itu tidak ada sama sekali. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab r.a. mengumpamakan pengertian ini dengan bait syair yang mengatakan:

كأنَّك لَمْ تُوتِر مِنَ الدّهْر لَيْلَةً ... إِذَا أنْتَ أدْرَكْتَ الَّذِي كنتَ تَطْلُبُ ...

Seakan-akan kamu tidak pernah mengalami suatu hari pun yang penuh dengan penderitaan, bila kamu dapat meraih apa yang kamu dambakan.

Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan keadilan-Nya pada makhluk­Nya, bahwa Dia tidak sekali-kali membinasakan suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan kepada mereka, memberikan peringatan kepada mereka, mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka, dan tegaknya hujah atas mereka. (Asy-Syu'ara': 205-207)



وَمَآ أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنذِرُونَ 208

(208) Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan;

(208) 

وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ

Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan;. (Asy-Syu'ara": 208)

Sama seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا

dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Al-Isra': 15)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا

Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qasas: 59)

sampai dengan firman-Nya:

إِلا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ

kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Al-Qasas: 59)

(Asy-Syu'ara": 208-209)


ذِكْرَىٰ وَمَا كُنَّا ظَٰلِمِينَ 209

(209) untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.

(209) 

 ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ

Untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Asy-Syu'ara": 209)

Sama seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا

Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Al-Isra': 15)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا

Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qasas: 59)

sampai dengan firman-Nya:

إِلا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ

kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Al-Qasas: 59)

(Asy-Syu'ara": 208-209)


وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ ٱلشَّيَٰطِينُ 210

(210) Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan.

(210) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang Kitab-Nya yang mulia, yang tidak datang kebatilan kepadanya —baik dari depan maupun dari belakangnya—, diturunkan dari sisi Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji, dan bahwa Al-Qur'an itu diturunkan melalui Ar-Ruhul Amin yang diberi izin oleh Allah.

وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ

Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. (Asy-Syu'ara': 210)

Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa setan-setan tersebut tidak dapat melakukan hal tersebut karena tiga alasan, salah satunya ialah bahwa tidaklah layak bagi mereka. Dengan kata lain, tugas itu bukanlah merupakan tujuan mereka, bukan pula yang menjadi sasaran mereka, karena tabiat mereka adalah suka kepada kerusakan dan menyesatkan hamba-hamba Allah. Padahal di dalam Al-Qur'an terkandung perintah kepada kebaikan dan larangan terhadap perbuatan yang mungkar; juga mengandung cahaya, petunjuk, dan bukti yang besar. Kesimpulannya antara kandungan Al-Qur'an dan tujuan setan-setan itu sangat bertentangan. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


وَمَا يَنۢبَغِى لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ 211

(211) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa.

(211) 

وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ

Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu. (Asy-Syu'ara': 211)

Makna firman Allah Swt.:

وَمَا يَسْتَطِيعُونَ

dan mereka pun tidak akan kuasa. (Asy-Syu'ara': 211)

Yakni seandainya tugas itu layak bagi mereka, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Allah Swt. telah berfirman:

لَوْ أَنزلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ

Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21)

Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa seandainya layak bagi mereka dan mereka mampu membawanya, tentulah tidak akan sampai ke arah itu, karena mereka terjauhkan dari mendengar Al-Qur'an saat Al-Qur'an diturunkan, sebab langit dipenuhi oleh penjaga yang keras dan bintang-bintang yang menyala-nyala saat Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah Saw. Maka tiada satu setan pun yang selamat dan sempat mendengarkannya walau barang sehuruf pun, agar perkaranya tidak bercampur baur. Hal ini merupakan rahmat dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan terhadap syariat-Nya serta dukungan-Nya kepada Kitab dan Rasul-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:



إِنَّهُمْ عَنِ ٱلسَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ 212

(212) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu.

(212) 

إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ

Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara': 212)

Sama seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam menceritakan perihal jin, melalui firman-Nya:

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita­ beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (Al-Jin: 8-9)

sampai dengan firman-Nya:

أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا

ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 1)


فَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَتَكُونَ مِنَ ٱلْمُعَذَّبِينَ 213

(213) Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab.

(213) 

فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ

Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab. (Asy-Syu'ara': 213)

Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; juga memberitahu­ kan bahwa barang siapa yang menyekutukan-Nya, Dia pasti akan mengazabnya


وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ 214

(214) Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

(214) 

Demikian itu terbukti melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِين

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214)

Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya agar memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali imannya kepada Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung.


وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ 215

(215) dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.

(215) 

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 215)

Lalu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang mengikutinya dari kalangan hamba-hamba Allah yang mukmin.


فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّى بَرِىٓءٌۭ مِّمَّا تَعْمَلُونَ 216

(216) Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";

(216) 

Dan barang siapa di antara makhluk Allah durhaka kepada-Nya, hendaklah ia berlepas diri dari apa yang dilakukannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ara': 216)

Peringatan yang khusus ini tidak bertentangan dengan peringatan yang umum, bahkan ia merupakan bagian darinya, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ

agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang leluhurnya belum pernah mendapat peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin: 6)

Dan firman Allah Swt.:

لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا

agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92 dan Asy Syura: 7)

وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51)

لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)

Dan firman Allah Swt.:

لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ

supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19)

Dan dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ

Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan Rasulullah Saw. bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أحدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ النَّارَ".

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali ada seseorang dari kalangan umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula yang beragama Nasrani mendengar tentang diriku, lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan pasti masuk neraka.

Banyak hadis yang menceritakan tentang turunnya ayat ini. Berikut ini kami sebutkan hadis-hadis tersebut.

Hadis pertama.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ ، أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا فَصَعِدَ عَلَيْهِ، ثُمَّ نَادَى: "يَا صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَ النَّاسُ إِلَيْهِ بَيْنَ رَجُلٍ يَجِيءُ إِلَيْهِ، وَبَيْنَ رَجُلٍ يَبْعَثُ رَسُولِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي فِهْرٍ، يَا بَنِي لُؤَيٍّ، أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ، تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، صَدَّقْتُمُونِي؟ ". قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَمَا دَعَوْتَنَا إِلَّا لِهَذَا؟ وَأَنْزَلَ اللَّهُ: تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, dari Al-A'masy ibnu Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi Saw. datang ke Bukit Safa, lalu menaikinya dan berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini!" Maka orang-orang berkumpul di hadapannya, ada yang datang langsung dan ada yang hanya mengirimkan orang suruhannya. Lalu Rasulullah Saw. berseru: "Hai Bani Abdul Muttalib, hai Bani Fihr, hai Bani Lu-ay, bagaimanakah menurut kalian seandainya kuberitakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda musuh di lereng bukit ini hendak menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?" Mereka menjawab, "Ya, kami percaya." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang keras.” Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu sepanjang hari ini, apakah engkau memanggil kami untuk tujuan ini?” Lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa" (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat.

Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.

Hadis kedua.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا نَزَلَتْ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ ، قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "يَا فَاطِمَةُ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ، يَا صَفِيَّةُ ابْنَةَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، سَلُونِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمْ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai Fatimah binti Muhammad, hai Safiyyah binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan apapun bagi kalian terhadap Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka kalian.

Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara tunggal.

Hadis ketiga.

قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَير، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ ، دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [قُرَيْشًا]، فعمَّ وخصَّ، فَقَالَ: "يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي كَعْبٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي هَاشِمٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. [يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ] ، فَإِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا أَنَّ لَكُمْ رَحمًا سأبُلها بِبلالها".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah Abdul Malik ibnu Umair, dari Musa Ibnu Talhah, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. menyeru orang-orang Quraisy secara umum dan khusus, lalu beliau bersabda: Hai golongan orang-orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Ka'b, selamat­kanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Abdul Muttalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka, Hai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka. Karena sesungguhnya aku demi Allah, tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi kalian terhadap Allah melainkan hanya kalian mempunyai tali persaudaraan denganku yang mengikatku dengan kalian.

Imam Muslim dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa bila ditinjau dari jalurnya hadis ini berpredikat garib, Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnuTalhah secara mursal tanpa menyebutkan nama Abu Hurairah di dalamnya. Predikat mausul hadis ini adalah pendapat yang benar. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنَ إِسْحَاقَ -عَنْ أَبِي الزنَاد، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللَّهِ. يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ، اشْتَرِيَا أَنْفُسَكُمَا مِنَ اللَّهِ، لَا أُغني عَنْكُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، سَلَانِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمَا".

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hai Bani Abdul Muttalib, tebuslah diri kalian dari (azab) Allah. Hai Safiyyah bibi Rasulullah, hai Fatimah binti Rasulullah, tebuslah diri kamu berdua dari (azab) Allah, karena sesungguh­nya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun terhadap Allah, mintalah olehmu berdua dari hartaku sesukamu.

Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini.

Ia pun meriwayatkannya secara tunggal dari Mu'awiyah, dari Zaidah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya pula dari Hasan yang telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah secara marfu'.

وَقَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سُوَيد بْنُ سَعيد، حَدَّثَنَا ضِمَام بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي قُصَي، يَا بَنِي هَاشم، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ. أَنَا النَّذِيرُ وَالْمَوْتُ الْمُغِيرُ. وَالسَّاعَةُ الْمَوْعِدُ"

Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Damam ibni Israil, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Hai Bani Qusay, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdu Manaf, akulah pemberi peringatan, maut pasti datang menyerang, dan kiamat adalah hari yang telah dijanjikan.

Hadis keempat.

قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ قَبِيصة بْنِ مُخَارق وزُهَير بْنِ عَمْرٍو قَالَا لَمَّا نَزَلَتْ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ صَعد رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضْمَةً مِنْ جَبَلٍ عَلَى أَعْلَاهَا حَجَرٌ، فَجَعَلَ يُنَادِي: "يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، إِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ، إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَرَجُلٍ رَأَى الْعَدُوَّ، فَذَهَبَ يَرْبَأُ أَهْلَهُ، يَخْشَى أَنْ يَسْبِقُوهُ، فَجَعَلَ يُنَادِي وَيَهْتِفُ: يَا صَبَاحَاهُ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami At-Taimi, dari Abu Us'man, dari Qubaisah ibnu Mukhariq dan Zuhair ibnu Amr, keduanya mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. menaiki sebuah tumpukan batu besar yang ada di puncak sebuah bukit, lalu berseru: Hai Bani Abdu Manaf, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, dan sesungguhnya perumpamaan diriku dan diri kalian adalah bagaikan seorang lelaki yang melihat kedatangan musuh, lalu ia memberikan peringatan dini kepada kaumnya agar jangan kedahuluan oleh musuh. Untuk itu ia berseru dengan sekuat suaranya, "Awas serangan musuh!"

Imam Muslim meriwayatkannya—demikian pula Imam Nasai—melalui hadis Sulaiman ibnuTarkhan At-Taimi, dari Abu Us'man alias Abdur Rahman ibnu Sahi An-Nahdi, dari Qubaisas dan Zuhair ibnu Amr Al-Hilali dengan sanad yang sama.

Hadis kelima.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا شَرِيك عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ المْنهَال، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَسَدِيِّ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ جَمَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، فَاجْتَمَعَ ثَلَاثُونَ، فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا قَالَ: وَقَالَ لَهُمْ: "مَنْ يَضْمَنُ عَني دَيْنِي وَمَوَاعِيدِي، وَيَكُونُ مَعِي فِي الْجَنَّةِ، وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ". فَقَالَ رَجُلٌ -لَمْ يُسَمِّهِ شَرِيكٌ -يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْتَ كُنْتَ بَحْرًا مَنْ يَقُومُ بِهَذَا؟ قَالَ: ثُمَّ قَالَ الْآخَرُ، قَالَ: فَعَرَضَ ذَلِكَ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، فَقَالَ عَليٌ: أَنَا

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal, dari Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi Saw. mengumpulkan semua ahli baitnya, sehingga terkumpullah sebanyak tiga puluh orang, lalu mereka diberi jamuan makan dan minum. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda kepada mereka, ''Siapakah (di antara kalian) yang sanggup untuk menjamin keselamatan agama dan janji-janjiku? Maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga dan menjadi penggantiku di kalangan keluargaku." Maka ada seorang lelaki —yang tidak disebutkan namanya oleh Syarik— berkata, "Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang lebih mengerti siapa yang dapat mengemban tugas ini." Lalu ada lelaki lain yang menjawab hal yang sama sebanyak tiga kali. Akhirnya Rasulullah Saw. menawarkan hal tersebut kepada ahli baitnya, lalu Ali berkata, "Saya."

Jalur lain yang meriwayatkannya lebih rinci disebutkan oleh Imam Ahmad,

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ، عَنْ أَبِي صَادِقٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ نَاجِذٍ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَوْ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَهُمْ رَهْطٌ، كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الْجَذَعَةَ وَيَشْرَبُ الفّرَق -قَالَ: وَصَنَعَ لَهُمْ مُدًّا مِنْ طَعَامٍ فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا -قَالَ: وَبَقِيَ الطَّعَامُ كَمَا هُوَ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ. ثُمَّ دَعَا بغُمَرٍ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا، وَبَقِيَ الشَّرَابُ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ -أولم يُشْرَبْ -وَقَالَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي بُعِثْتُ إِلَيْكُمْ خَاصَّةً وَإِلَى النَّاسِ عَامَّةً، وَقَدْ رَأَيْتُمْ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ مَا رَأَيْتُمْ، فَأَيُّكُمْ يُبَايِعُنِي عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي وَصَاحِبِي؟ ". قَالَ: فَلَمْ يَقُمْ إِلَيْهِ أَحَدٌ. قَالَ: فقمتُ إِلَيْهِ -وَكُنْتُ أَصْغَرَ الْقَوْمِ -قَالَ: فَقَالَ: "اجْلِسْ". ثُمَّ قَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، كُلُّ ذَلِكَ أَقْوَمُ إِلَيْهِ فَيَقُولُ لِيَ: "اجْلِسْ". حَتَّى كَانَ فِي الثَّالِثَةِ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى يَدِي

telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwanah, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnul Mugirah, dari Abu Sadiq, dari Rabi'ah ibnu Majid, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah mengumpulkan atau mengundang Bani Abdul Muttalib yang terdiri dari sejumlah banyak orang, yang untuk menjamu mereka diperlukan seekor unta jaza'ah dan satu farq air minum. Tetapi Rasulullah Saw. hanya membuat satu mud makanan untuk mereka, dan ternyata mereka semua kenyang, sedangkan makanan yang dijamu­kan masih tetap utuh seperti sediakala seakan-akan masih belum disantap. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar didatangkan satu kendi air minum, dan mereka minum darinya hingga kenyang, sedangkan air minum itu masih utuh seperti sediakala sebelum diminum. Lalu beliau Saw. bersabda: "Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku diutus kepada kalian secara khusus dan juga kepada seluruh manusia secara umum. Kalian telah menyaksikan sendiri mukjizat ini sebagai­mana yang telah kalian lihat, maka siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (berjanji setia) kepadaku untuk menjadi saudara dan temanku?” Ali mengatakan bahwa tiada seorang pun yang berdiri menyambut seruannya, "Maka aku bangkit menuju ke arahnya, 'saat itu aku adalah orang yang termuda' di antara yang hadir. Nabi Saw. bersabda, 'Duduklah kamu!' sebanyak tiga kali, yang pada masing-masingnya aku berusaha bangkit menuju ke arahnya, dan beliau selalu bersabda, 'Duduklah kamu!' Setelah ketiga kalinya, barulah beliau menjabatkan tangannya ke tanganku (pertanda setuju).”

Jalur lain lebih garib, tetapi lebih rinci daripada teks yang sebelumnya dengan ada beberapa tambahan.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ فِي "دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ": أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا يُونُس بْنُ بُكَيْر، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: فَحَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ -وَاسْتَكْتَمَنِي اسْمَهُ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بادأتُ بِهَا قومِي، رَأَيْتُ مِنْهُمْ ما أكره، فَصَمَتُّ. فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لَمْ تَفْعَلْ مَا أَمَرَكَ بِهِ رَبُّكَ عَذَّبَكَ رَبُّكَ". قَالَ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَدَعَانِي فَقَالَ: "يَا عَلِيُّ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَمَرَنِي [أَنْ] أُنْذِرَ عَشِيرَتِي الْأَقْرَبِينَ، فَعَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بَادَأْتُهُمْ بِذَلِكَ رَأَيْتُ مِنْهُمْ مَا أَكْرَهُ، فَصَمت عَنْ ذَلِكَ، ثُمَّ جَاءَنِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَا أُمِرْتَ بِهِ عَذَّبَكَ رَبُّكَ. فَاصْنَعْ لَنَا يَا عَلِيُّ شَاةً عَلَى صَاعٍ مِنْ طَعَامٍ، وَأَعِدَّ لَنَا عُسَّ لَبَنٍ، ثُمَّ اجْمَعْ لِيَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ". ففعلتُ فَاجْتَمَعُوا لَهُ، وَهُمْ يَوْمئِذٍ أَرْبَعُونَ رَجُلًا يَزِيدُونَ رَجُلًا أَوْ يَنْقُصُونَ رَجُلًا. فِيهِمْ أَعْمَامُهُ: أَبُو طَالِبٍ، وَحَمْزَةُ، وَالْعَبَّاسُ، وَأَبُو لَهَبٍ الْكَافِرُ الْخَبِيثُ. فَقَدَّمْتُ إِلَيْهِمْ تِلْكَ الجَفْنَةَ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا حِذْيَة فَشَقَّهَا بِأَسْنَانِهِ ثُمَّ رَمَى بِهَا فِي نَوَاحِيهَا، وَقَالَ: "كُلُوا بِسْمِ اللَّهِ". فَأَكَلَ القومُ حَتَّى نَهلوا عَنْهُ مَا يُرَى إِلَّا آثَارُ أَصَابِعِهِمْ، وَاللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُكَلِّمَهُمْ، بَدَره أَبُو لَهَبٍ إِلَى الْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ. فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ الغدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صَنَعْتَ بِالْأَمْسِ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني إِلَى مَا سمعتَ قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ جَمَعْتُهُمْ لَهُ، فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا صَنَعَ بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا. وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إن يُكَلِّمَهُمْ بَدَره أَبُو لَهَبٍ بِالْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدَّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ. فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صنعتَ لَنَا بِالْأَمْسِ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني إِلَى مَا سمعتَ قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ جَمَعْتُهُمْ لَهُ فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [كَمَا صَنَعَ] بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، ثُمَّ سَقَيْتُهُمْ مِنْ ذَلِكَ الْقَعْبِ حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا وَيَشْرَبُ مِثْلَهَا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَعْلَمُ شَابًّا مِنَ الْعَرَبِ جَاءَ قَوْمَهُ بِأَفْضَلَ مِمَّا جِئْتُكُمْ بِهِ، إِنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ".

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seseorang yang mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal tanpa menyebutkan namanya, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan kepada Rasulullah Saw., yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 214-215) Maka Rasulullah Saw. berkata, "Aku mengetahui bahwa jika aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan melihat jawaban mereka yang tidak kusukai. Karena itu, terpaksa aku hanya diam." Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah di­perintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu." Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. memanggilku dan berkata, "Hai Ali sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai. Karena itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu.' Hai Ali buatkanlah makanan untuk kami dengan menyembelih seekor kambing dan satu sa' makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib." Maka saya lakukan perintahnya dan berkumpullah di rumah Nabi Saw. semua Banil Muttalib yang saat itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman beliau seperti Al-Abbas, Hamzah, Abu Talib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor itu. Lalu saya suguhkan hidangan itu kepada mereka. Rasulullah Saw. mengambil sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh hidangan tersebut seraya bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Maka semua yang hadir makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan hidangan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Berilah mereka minum, hai Ali." Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut, dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah, sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dan mengatakan, "Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini (maksudnya Nabi Saw. yang menyuguhkan makanan dan minuman sedikit, tetapi cukup untuk mereka semua)." Mereka bubar dan Rasulullah Saw. tidak sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin, yaitu jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku ber­bicara seperti yang telah kamu dengar sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya, kemudian saya undang mereka untuk datang kepada Nabi Saw. Dan Rasulullah Saw. melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kemarin, lalu mereka semuanya makan hingga kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat meng­habiskan jamuan itu sendirian. Seusai mereka makan, Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali, berilah mereka minum!" Maka saya datangkan qirbah (wadah minum) itu dan mereka minum darinya hingga semuanya kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, "Sungguh teman kalian ini telah menyihir kalian." Akhirnya mereka bubar, sedangkan Rasulullah Saw. belum sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali buatlah jamuan makan dan minum buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahului bicaraku seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya. Saya kumpulkan mereka di rumah beliau Saw., dan beliau Saw. melakukan seperti apa yang telah dilakukan­nya kemarin (mengambil sepotong daging, lalu menyobek-nyobeknya dan menyebarkannya ke seluruh hidangan). Mereka semua makan hingga kenyang, dan saya beri mereka minum dari wadah minuman tersebut hingga semuanya merasa kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan jamuan makan dan minum itu sendirian. Kali ini Rasulullah Saw. langsung berbicara: Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang pemuda Arab yang menyam­paikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini. Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat.

Ahmad ibnu Abdul Jabbar mengatakan bahwa Ibnu Ishaq hanya mendengarnya dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris.

وَقَدْ رَوَاهُ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ، عَنِ ابْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ الْغَفَّارِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، فَذَكَرَ مِثْلَهُ، وَزَادَ بَعْدَ قَوْلِهِ: "إِنِّي جِئْتُكُمْ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ". "وَقَدْ أَمَرَنِي اللَّهُ أَنْ أَدْعُوَكُمْ إِلَيْهِ، فَأَيُّكُمْ يُؤَازِرُنِي عَلَى هَذَا الْأَمْرِ عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي، وَكَذَا وكذا"؟ قال: فأحجم الْقَوْمُ عَنْهَا جَمِيعًا، وَقُلْتُ -وَإِنِّي لَأَحْدَثُهُمْ سِنًّا، وأرمصُهم عَيْنًا، وَأَعْظَمُهُمْ بَطْنًا، وَأَحْمَشُهُمْ سَاقًا. أَنَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَكُونُ وَزِيرَكَ عَلَيْهِ، فَأَخَذَ يَرْقُبُني ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ هَذَا أَخِي، وَكَذَا وَكَذَا، فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا". قَالَ: فَقَامَ الْقَوْمُ يَضْحَكُونَ وَيَقُولُونَ لِأَبِي طَالِبٍ: قَدْ أَمَرَكَ أَنْ تَسْمَعَ لِابْنِكَ وَتُطِيعَ

Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Hanya ditambahkan dalam riwayat ini hal berikut: Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya Allah telah memerintah­kan kepadaku untuk mengajak kalian agar menyembah-Nya. Maka siapakah di antara kalian yang menjadi wakilku dalam menyampaikan perkara ini, dia kelak akan menjadi saudaraku dan beroleh anu dan anu. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa semua kaum yang hadir diam, dan ia saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, paling kurang awas matanya, paling besar perutnya dan paling kecil betisnya, lalu ia berkata, "Saya sanggup, wahai Nabi Allah, untuk menjadi pendukungmu dalam menyampaikannya." Maka Rasulullah Saw. memegang pundakku dan bersabda, "Sesungguhnya orang ini adalah saudaraku dan anu dan anu, maka tunduk patuhlah kalian kepadanya." Kemudian kaum yang hadir tertawa dan berkata kepada Abu Talib, "Dia telah memerintahkan kepadamu agar tunduk patuh kepada anakmu itu."

Teks ini diriwayatkan secara tunggal oleh Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dia orangnya berpredikat matruk (tidak terpakai hadisnya) lagi pendusta, dan seorang syi'ah militan. Ali ibnul Madini dan lain-lainnya menuduhnya sebagai orang yang suka membuat-buat hadis, sedangkan para imam menilainya Daif (lemah).

Jalur lain,

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عِيسَى بْنِ مَيْسَرة الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوسِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اصْنَعْ لِي رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ وَإِنَاءً لَبَنًا". قَالَ: فَفَعَلْتُ، ثُمَّ قَالَ: "ادْعُ بَنِي هَاشِمٍ". قَالَ: فَدَعَوْتُهُمْ وَإِنَّهُمْ يَوْمئِذٍ لَأَرْبَعُونَ غَيْرَ رَجُلٍ -أَوْ: أَرْبَعُونَ وَرَجُلٌ -قَالَ: وَفِيهِمْ عَشَرَةٌ كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الجذَعَة بِإِدَامِهَا. قَالَ: فَلَمَّا أَتَوْا بِالْقَصْعَةِ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذرْوَتها ثُمَّ قَالَ: "كُلُوا"، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا، وَهِيَ على هيئتها لم يرزؤوا مِنْهَا إِلَّا يَسِيرًا، قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ بِالْإِنَاءِ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا. قَالَ: وفَضَل فَضْلٌ، فَلَمَّا فَرَغُوا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَكَلَّمَ، فبدرُوه الْكَلَامَ، فَقَالُوا: مَا رَأَيْنَا كَالْيَوْمِ فِي السَّحْرِ. فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: "اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ". فَصَنَعْتُ، قَالَ: فَدَعَاهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا، قَالَ: فَبَدَرُوهُ فَقَالُوا مِثْلَ مَقَالَتِهِمُ الْأُولَى، فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ لِيَ: "اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ. فَصَنَعْتُ، قَالَ: فَجَمَعْتُهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا بَدَرهم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَلَامَ فَقَالَ: "أَيُّكُمْ يَقْضِي عَنِّي دَيني وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ". قَالَ: فَسَكَتُوا وَسَكَتَ الْعَبَّاسُ خَشْيَةَ أَنْ يُحِيطَ ذَلِكَ بِمَالِهِ، قَالَ: وسكتُّ أَنَا لسِنّ الْعَبَّاسِ. ثُمَّ قَالَهَا مَرَّةً أُخْرَى فَسَكَتَ الْعَبَّاسُ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. [فَقَالَ: "أَنْتَ"] قَالَ: وَإِنِّي يَوْمَئِذٍ لَأَسْوَأُهُمْ هَيْئَةً، وَإِنِّي لَأَعْمَشُ الْعَيْنَيْنِ، ضَخْمُ الْبَطْنِ، حَمْش السَّاقَيْنِ.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Isa ibnu Maisarah Al-Harisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris yang telah menceritakan bahwa Ali r.a. pernah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Rasulullah Saw. bersabda kepada saya, "Buatlah makanan untukku berupa kaki kambing satu sa makanan dan semangkuk susu." Maka saya kerjakan perintahnya, dan setelah itu beliau bersabda, "Undanglah Bani Hasyim!" Maka saya mengundang mereka yang saat itu jumlah mereka kurang lebih empat puluh orang. Di antara mereka terdapat sepuluh orang (jago makan) yaitu dapat menghabiskan seekor unta jaza'ah berikut kulit-kulitnya. Ketika mangkuk yang berisikan makanan itu dihidangkan, Rasulullah Saw. mengambil (memotong) bagian puncaknya, lalu bersabda, "Silakan makan." Maka mereka semua makan hingga kenyang, padahal makanan itu masih tetap utuh tidak menyusut kecuali hanya sedikit saja. Kemudian saya sajikan minuman itu kepada mereka, dan mereka semua minum hingga kenyang, sedangkan minuman itu masih tersisa banyak. Setelah mereka selesai dari jamuan itu Rasulullah Saw. hendak berbicara, tetapi tiba-tiba didahului oleh mereka, "Kami belum pernah melihat sihir seperti hari ini." Rasulullah Saw. diam. Pada hari berikutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Buatkanlah untukku masakan kaki kambing dengan satu sa" makanan." Maka saya membuat­nya, dan Nabi Saw. mengundang mereka lagi. Setelah mereka makan dan minum, mereka mendahului perkataan Nabi Saw. dengan mengucapkan kalimat yang sama seperti kemarin. Akhirnya Rasulullah Saw. hanya diam. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali buatkanlah makanan kaki kambing dengan satu sa 'makanan untukku." Maka kulakukan perintahnya, lalu aku mengundang mereka. Setelah mereka makan dan minum, Rasulullah Saw. mendahului mereka berbicara. ”Siapakah dari kalian yang sanggup melunasi utangku dan akan menjadi penggantiku untuk mengurus keluargaku?" Mereka semua diam, dan Al-Abbas paman beliau pun diam karena khawatir utang Nabi Saw. dapat meludeskan semua hartanya. Rasulullah Saw. kembali mengucapkan sabdanya itu dan Al-Abbas tetap diam. Setelah kulihat semuanya diam, maka aku berkata, "Sayalah, wahai Rasulullah." Pada saat itu saya adalah orang yang paling sederhana penampilannya, dan kedua mata saya mengalami kerabunan, perut saya besar, dan kedua betis saya kecil.

Semua riwayat yang bermacam-macam ini bersumber dari Ali r.a. Makna permintaan Nabi Saw. kepada paman-pamannya dan semua saudara sepupunya agar melunasi utangnya dan menjadi penggantinya untuk mengurus keluarganya ialah jika beliau tewas dalam jihad fi sabilillah. Seakan-akan beliau merasa khawatir bila mulai mengerjakan tugas memberi peringatan, kelak ia akan tewas. Tetapi setelah Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu. tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Maka barulah beliau merasa tenang, pada mulanya beliau selalu dikawal hingga turun firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Pada saat itu tiada seorang pun dari kalangan Bani Hasyim yang lebih kuat imannya, lebih teguh keyakinannya, serta lebih membenarkan Rasulullah Saw. selain dari Ali r.a. Karena itulah maka Ali segera menyambut permintaan Rasulullah Saw. mendahului mereka semua saat beliau mengajukannya kepada mereka.

Seusai peristiwa tersebut —hanya Allah yang lebih mengetahui— beliau Saw. menyeru manusia dengan terang-terangan di atas Bukit Safa. Dan beliau memberikan peringatan kepada semua puak kabilah Qurai'sy secara umum dan khusus, sehingga beliau menyebut nama tiap-tiap orang dari kalangan paman-paman dan bibi-bibinya serta tidak ketinggalan pula putri-putri beliau sendiri, agar dipandang tidak pandang bulu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, sedangkan Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

وَقَدْ رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ عَبْدِ الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ -غَيْرِ مَنْسُوبٍ -مِنْ طَرِيقِ عَمْرِو بْنِ سَمُرَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُحَدِّثُ النَّاسَ وَيُفْتِيهِمْ، وَوَلَدُهُ إِلَى جَنْبِهِ، وَأَهْلُ بَيْتِهِ جُلُوسٌ فِي جَانِبِ الْمَسْجِدِ يَتَحَدَّثُونَ، فَقِيلَ لَهُ: مَا بَالُ النَّاسِ يَرْغَبُونَ فِيمَا عِنْدَكَ مِنَ الْعِلْمِ، وَأَهْلُ بَيْتِكَ جُلُوسٌ لَاهِينَ؟ فَقَالَ: لِأَنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَزْهَدُ النَّاسِ فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ، وَأَشَدُّهُمْ عَلَيْهِمُ الْأَقْرَبُونَ".

Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Abdul Wahid Ad-Dimasyqi telah meriwayatkan melalui jalur Amr ibnu Samurah, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Abdul Wahid Ad-Dimasyqi yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia melihat Abu Darda r.a. sedang memberi ceramah dan fatwanya kepada orang banyak, sedangkan anaknya berada di sebelahnya dan ahli baitnya sedang duduk-duduk mengobrol di serambi masjid. Maka dikatakan kepadanya, "Mengapa orang-orang begitu suka menimba ilmu darimu, padahal ahli bait (keluarga)mu sedang enak-enak duduk mengobrol?" Maka Abu Darda menjawab, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling berzuhud di dunia ini adalah para nabi, dan yang paling memusuhi mereka adalah kaum kerabat(nya).

Demikian itu terbukti melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِين

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214)

sampai dengan firman-Nya:

فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Asy-Syu'ara': 216)


وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ 217

(217) Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,

(217) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ

Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 217)

Maksudnya, bertawakallah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan mendukungmu, memeliharamu, menolongmu, memenangkanmu, dan meninggikan kalimatmu.


ٱلَّذِى يَرَىٰكَ حِينَ تَقُومُ 218

(218) Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),

(218) 

Firman Allah Swt.:

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ

Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (salat). (Asy-Syu'ara': 218)

Yakni Dia selalu memperhatikanmu, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (At-Tur: 48)

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat). (Asy-Syu'ara': 218) Artinya, melihatmu berdiri untuk salatmu.

Ikrimah mengatakan bahwa Allah melihat berdiri, rukuk, dan sujudnya.

Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri. (Asy-Syu'ara': 218) Yakni manakala kamu salat sendirian.

Menurut Ad-Dahhak, Allah melihat­mu ketika kamu bangun dari tempat tidurmu atau dari majelismu.

Qatadah mengatakan bahwa Allah melihatmu berdiri, duduk dan semua keadaanmu.


وَتَقَلُّبَكَ فِى ٱلسَّٰجِدِينَ 219

(219) dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

(219) 

Firman Allah Swt.:

وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 219)

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 218-219) Maksudnya, dalam salatmu yang sendirian Allah melihatmu, begitu pula dalam salatmu bersama jamaah (salat berjamaah). Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, dan Al-Hasan Al-Basri.

Mujahid mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dapat melihat belakangnya sama dengan beliau melihat depannya. Hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:

"سَوّوا صُفُوفَكُمْ؛ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي"

Luruskanlah saf kalian, karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakangku.

Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui dua jalur dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengemukakan takwilnya sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah perpindahan sulbi Nabi Saw. dari sulbi nabi ke sulbi nabi lainnya hingga Allah mewujudkannya ke dunia ini sebagai seorang nabi.


إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 220

(220) Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

(220) 

Firman Allah Swt.:

إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu'ara': 220)

Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus: 61), hingga akhir ayat.


هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ ٱلشَّيَٰطِينُ 221

(221) Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun?

(221) 

Allah Swt. melalui ayat-ayat ini ber-khitab kepada orang-orang musyrik yang menduga bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. bukanlah perkara yang hak, dengan dalih bahwa itu hanyalah buat-buatan beliau sendiri, atau disampaikan oleh jin kepadanya. Maka Allah mem­bersihkan diri Rasulullah Saw. dari tuduhan mereka, seraya menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang disampaikan olehnya hanyalah dari sisi Allah. Dan bahwa itu adalah wahyu-Nya yang diturunkan kepadanya melalui malaikat yang mulia lagi dipercaya dan mempunyai kedudukan yang besar. Dan bahwa Al-Qur'an itu sama sekali bukan dari setan, karena sesungguhnya setan tidak mempunyai keinginan terhadap hal-hal yang seperti Al-Qur'an. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya membisikkan kedustaannya kepada orang-orang yang sealiran dan sependapat dengan mereka dari kalangan tukang-tukang tenung (ramal) yang pendusta. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ

Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun?. (Asy-Syu'ara': 221)


تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍۢ 222

(222) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa,

(222) 

 تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ

Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. (Asy-Syu'ara': 222)

Maksudnya, pendusta dalam ucapannya lagi banyak dosanya, yakni durhaka dalam semua perbuatannya. Orang-orang seperti mereka itulah yang selalu didatangi oleh setan, yaitu para tukang tenung dan orang-orang yang semisal dengan mereka, tukang dusta lagi pendurhaka. Mereka sealiran dengan setan, karena setan juga tukang dusta lagi pendurhaka.


يُلْقُونَ ٱلسَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَٰذِبُونَ 223

(223) mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.

(223) 

يُلْقُونَ السَّمْعَ

mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu. (Asy-Syu'ara': 223)

Yakni setan-setan itu mencuri-curi dengar dari berita langit, dan satu kalimat yang mereka dengar tentang ilmu gaib, lalu mereka mem­bubuhinya dengan seratus kedustaan. Setelah itu mereka sampaikan kepada pendukung-pendukung mereka dari kalangan manusia. Selanjut­nya manusia yang kedatangan mereka menceritakan berita tersebut kepada orang lain, dan banyak orang yang percaya kepada berita yang dicuri dari langit ini mengingat sesuai dengan kenyataannya.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

مِنْ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ: أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عُروَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ: قَالَتْ عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: سَأَلَ نَاسٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ، فَقَالَ: "إِنَّهُمْ لَيْسُوا بِشَيْءٍ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطِفُهَا الْجِنِّيُّ، فَيُقَرقرِها فِي أُذُنِ وَلَيِّهِ كقَرْقَرة الدَّجَاجَةِ، فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا أَكْثَرَ مِنْ مَائِةِ كَذِبَةٍ"

melalui Az-Zuhri disebutkan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Urwah ibnuz Zubair; ia pernah mendengar Urwah ibnuz Zubair menceritakan hadis berikut, bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan bahwa ada segolongan orang bertanya kepada Nabi Saw. tentang ahli tenung, maka beliau Saw. menjawab, "Sesungguhnya para tukang tenung itu tidak benar sama sekali." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu yang sesuai dengan kejadiannya yang terkemudian." Nabi Saw. menjawab: Itu berasal dari berita yang benar yang dicuri oleh jin, lalu ia bisikkan ke telinga kekasihnya bagaikan suara kokokan ayam jantan, dan ia mencampuradukkannya dengan seratus kali dusta lebih.

قَالَ الْبُخَارِيُّ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو قَالَ: سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهَا سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوان، حَتَّى إِذَا فُزع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقُّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ، هَكَذَا بَعْضُهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ". وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ فَحَرفها، وبَدّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ "فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ -أَوِ الْكَاهِنِ -فَرُبَّمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يدركه، فيكذب معها مائة كذبة. فيقال: أليس قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا؟ فَيَصْدُقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ (7) مِنَ السماء".

Imam Bukhari telah meriwayatkan pula, bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr; ia pernah mendengar Ikrimah berkata bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, "Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya karena takut kepada titah Allah Swt., bunyinya seakan-akan seperti rantai yang terjatuh di atas batu yang licin permukaannya. Apabila mereka telah sadar dari rasa takutnya, bertanyalah (sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain), "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Kebenaran belaka, Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." Pembicaraan itu terdengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar dari pembicaraan mereka. Setan-setan yang mencuri-curi dengar itu —kata Sufyan seraya mengisyaratkan dengan jari jemari tangannya yang ia susun— seperti ini. Maka setan yang paling puncak mendengarnya, lalu menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada setan yang di bawahnya hingga akhirnya sampailah ke telinga penyihir atau tukang tenung, selanjutnya diucapkan oleh mereka. Adakalanya setan itu terkena oleh lemparan bintang yang menyala (membakar) sebelum ia sempat menyampaikannya, dan adakalanya ia sempat menyampaikannya sebelum terkena bintang yang menyala itu, lalu ia mencampurinya dengan seratus kali dusta (dari sisinya). Kemudian dikatakan, "Bukankah telah dititahkan kepada kita pada hari anu dan anu akan terjadi peristiwa anu dan anu?" Dan ternyata peristiwanya itu sesuai dengan kalimat yang mereka dengar dari langit.

Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui jalur ini secara tunggal.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas, dari sejumlah sahabat Ansar dengan teks yang hampir sama dengan hadis ini. Dan hal ini akan diterangkan nanti dalam surat Saba' dalam tafsir firman-Nya:

حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ

sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba':23)

قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَقَالَ اللَّيْثُ: حَدَّثَنِي خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هلال: أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ أَخْبَرَهُ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَحَدّث فِي العَنَان -والعَنَان: الغَمَام -بِالْأَمْرِ [يَكُونُ] فِي الْأَرْضِ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ الْكَلِمَةَ، فتقرُّها فِي أُذُنِ الْكَاهِنِ كَمَا تُقَرّ الْقَارُورَةُ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ"

Imam Bukhari mengatakan bahwa Lais pernah berkata, telah menceritakan kepadaku Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, bahwa Abul Aswad pernah menceritakan hadis berikut dari Urwah, dari Aisyah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya para malaikat berbincang-bincang di awan mengenai suatu perkara (yang akan terjadi) di bumi, lalu setan-setan mencuri dengar pembicaraan itu, maka mereka membisikkannya ke telinga tukang tenung seperti suara botol-botol beradu, dan mereka menambah-nambahinya dengan seratus kali dusta.

Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal di tempat yang lain dari kitab "Permulaan Kejadian" melalui Sa'id ibnu Abu Zaid, dari Al-Lais, dari Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari Urwah, dari Aisyah r.a.


وَٱلشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ ٱلْغَاوُۥنَ 224

(224) Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.

(224) 

Firman Allah Swt.:

وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa orang-orang kafir itu diikuti oleh manusia dan jin yang sesat-sesat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan selain keduanya.

Ikrimah mengatakan bahwa ada dua orang penyair yang saling menghina, lalu salah satu pihak didukung oleh sejumlah orang dan pihak yang lainnya didukung oleh sejumlah orang pula. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara' : 224)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا لَيث، عَنِ ابْنِ الْهَادِ، عَنْ يُحَنَّس -مَوْلَى مُصْعَبِ بْنِ الزُّبَيْرِ -عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ نَسِيرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بالعَرْج، إِذْ عَرَض شَاعِرٌ يُنشد، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُذُوا الشَّيْطَانَ -أَوْ أَمْسِكُوا الشَّيْطَانَ -لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Ibnul Had, dari Yahnus maula Mus'ab ibnuz Zubair, dari Abu Sa'id yang menceritakan, bahwa ketika kami sedang berjalan bersama Rasulullah Saw. di Al-Arj, tiba-tiba muncullah seorang penyair. Maka Nabi Saw. bersabda: Tangkaplah setan ini —peganglah setan ini— Sesungguhnya bila seseorang dari kalian memenuhi perutnya dengan muntahan, itu lebih baik baginya daripada memenuhi dirinya dengan syair.


أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِى كُلِّ وَادٍۢ يَهِيمُونَ 225

(225) Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah,

(225) 

Firman Allah Swt.:

أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ

Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah. (Asy-Syu'ara': 225)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka larut di setiap perbuatan yang tidak ada gunanya. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka menguasai setiap seni bicara. Mujahid dan lain-lainnya —demikian pula Al-Hasan Al-Basri—mengatakan, "Demi Allah, sungguh kami melihat di lembah-lembah tempat mereka mengembara yang biasa dipakai oleh mereka untuk bersyair, adakalanya mereka mencaci si Fulan dan adakalanya mereka memuji si Fulan yang lain. Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud ialah penyair yang memuji suatu kaum dengan cara yang batil dan mencaci kaum yang lain dengan cara yang batil pula.


وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ 226

(226) dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

(226) 

Firman Allah Swt.:

وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ

dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 226)

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ada dua orang di masa Rasulullah Saw. yang salah seorangnya dari kalangan Ansar, sedangkan yang lain dari kaum lainnya. Keduanya terlibat dalam adu syair saling menghina, dan masing-masing pihak mempunyai pendukungnya sendiri dari kalangan kaumnya, yaitu terdiri dari orang-orang yang lemah akalnya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 224-226)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kebanyakan ucapan mereka adalah dusta.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini memang suatu kenyataan, karena para penyair biasa membangga-banggakan ucapan dan perbuatan yang sama sekali tidak dilakukan oleh seorang pun dari mereka dan tidak pula diriwayatkan dari mereka, hal ini membuat mereka pandai membual. Untuk itulah para ulama berselisih pendapat sehubungan dengan masalah seorang penyair yang dalam bait-bait syairnya mengakui melakukan sesuatu perbuatan yang mengharuskan hukuman had atas dirinya, apakah si penyair yang bersangkutan dikenai hukuman had atas pengakuannya itu ataukah tidak? Tetapi perlu diingat bahwa mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan.

Ada dua pendapat di kalangan para ulama sehubungan dengan masalah ini. Muhammad ibnu Ishaq dan Muhammad ibnu Sa'd di dalam kitab Tabaqat-nya dan Az-Zubair ibnu Bakkar di dalam kitab Al-Fakahah menyebutkan bahwa Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengangkat An-Nu'man ibnu Adi ibnu Nadlah untuk menjadi gubernur di Misan, suatu kota yang terletak di Basrah. Dia adalah seorang penyair yang gemar menggubah bait-bait syair. Antara lain ia mengatakan dalam syairnya.

أَلَا هَل أتَى الحَسْنَاءَ أَنَّ حَليِلَها ... بِمَيْسَانَ، يُسقَى في زُجاج وَحَنْتَم ...

إذَا شئْتُ غَنَّتْني دَهاقينُ قَرْيَة ... وَرَقَّاصَةٌ تَجذُو عَلَى كُلِّ مَنْسم

فإنْ كُنتَ نَدْمانِي فَبالأكْبر اسْقني ... وَلا تَسْقني بالأصْغَر المُتَثَلم

لَعَل أميرَ المؤمنينَ يَسُوءه ... تَنادُمُنا بالجَوْسَق المُتَهَدَم ...

"Mengapa tidak datang berita kepada wanita yang cantik itu, bahwa kekasihnya diberi minum khamar dalam gelas dan kendi di Misan. Jika aku suka, tentu dia mau. menyanyi dan menari sambil minum-minum, dengan lenggang-lenggok yang menyambut semua senyuman yang ditujukan kepadanya. Jika engkau menemaniku minum, maka berilah aku minuman dari wadah yang besar, dan janganlah engkau beri aku minuman dari wadah yang kecil. Barangkali Amirul Mu-minin akan marah karena si wanita cantik itu menemaniku minum di Al-Jausaq yang telah runtuh."

Ketika berita tersebut sampai kepada Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a., ia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya hal itu benar-benar membuatku marah. Barang siapa yang bersua dengannya beritahukanlah kepadanya bahwa aku memecatnya dari jabatan gubernur." Dan Umar berkirim surat kepadanya yang dimulai dengan firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang Mempunyai karunia. Tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu-min: 1-3).

Amm'a ba'du, sesungguhnya telah sampai kepadaku ucapanmu yang mengatakan, "Agar Amirul Mu-minin tidak enak melihat kami minum-minum khamr di Al-Jausaq yang telah hancur." Demi Allah, sesungguhnya hal itu benar-benar membuatku tidak enak, sekarang aku memecatmu.

Setelah An-Nu'man ibnu Adi datang menghadap kepada Umar, maka Umar memakinya karena dia telah mengucapkan syair tersebut. Lalu ia beralasan, "Demi Allah, wahai Amirul Mu-minin, saya sama sekali tidak meminumnya. Syair tersebut tiada lain merupakan sesuatu yang biasa diucapkan oleh lisanku tanpa sengaja." Umar menjawab, "Saya pun menduga demikian. Tetapi demi Allah, sekarang engkau tidak boleh lagi bekerja untukku selamanya karena ucapan yang telah kamu katakan itu."

Tidak disebutkan bahwa Umar r.a. menjatuhkan hukuman had atas syair yang telah diucapkannya itu yang di dalamnya disebutkan meminum khamr karena para penya'ir mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan. Hanya saja Khalifah Umar r.a. mencela dan memakinya karena hal itu dan memecatnya dari jabatannya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:

"لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا، يَرِيه خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا"

Sesungguhnya bila seseorang di antara kalian memenuhi rongganya dengan muntahan yang dilihatnya adalah lebih baik baginya daripada memenuhi dirinya dengan syair.

Makna yang dimaksud ayat ini ialah bahwa Rasul yang diturunkan Al-Qur'an kepadanya bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang penyair, karena sepak terjang beliau bertentangan dengan mereka dari berbagai seginya secara jelas dan nyata. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya; Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. (Yasin: 69)

Dan firman Allah Swt.:

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ. وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلا مَا تُؤْمِنُونَ. وَلا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ. تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: .4-43)

Hal yang sama dikatakan dalam surat Asy-Syu'ara' ini melalui firman-Nya:

وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan-bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara': 192-195)

وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ. وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ. إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ

Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara': 21-212)

Dan firman-Nya:

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ. تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ. يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ. وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ

Apakah akan Aku beritakan kepada kalian kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah? dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (Asy-Syu'ara': 221-226)



إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا وَٱنتَصَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ ۗ وَسَيَعْلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَىَّ مُنقَلَبٍۢ يَنقَلِبُونَ 227

(227) kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

(227) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227)

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْط، عَنْ أَبِي الْحَسَنِ سَالِمٍ البَرّاد -مَوْلَى تَمِيمٍ الدَّارِيِّ -قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ ، جَاءَ حسان بن ثابت، وعبد الله بن رَوَاحة، وَكَعْبُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُمْ يَبْكُونَ فَقَالُوا: قَدْ عَلِمَ اللَّهُ حِينَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ أَنَّا شُعَرَاءُ. فَتَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قَالَ: "أَنْتُمْ"، وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا قَالَ: "أَنْتُمْ"، وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا قَالَ: "أَنْتُمْ".

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abul Hasan Salim Al-Barrad ibnu Abdullah maula Tamim Ad-Dari yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) datanglah Hassan ibnu Sabit, Abdullah ibnu Rawwahah dan Ka'b ibnu Malik kepada Rasulullah Saw. seraya menangis, lalu mereka berkata, "Allah telah mengetahui ketika menurunkan ayat ini, bahwa kami adalah para penyair." Maka Nabi Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini."

Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Abu Usamah, dari Al-Walid ibnu Abu Kasir, dari Yazid ibnu Abdullah, dari Abul Hasan maula Bani Naufal, bahwa Hassan ibnu Sabit dan Abdullah ibnu Rawwahah datang kepada Rasulullah Saw. setelah ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (Asy-Syu'ara': 224) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." Keduanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Saw. membacakan kepada keduanya ayat berikut: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) sampai dengan firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini."

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari Urwah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) sampai dengan firman-Nya: dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (Asy-Syu'ara': 226) Abdullah ibnu Rawwahah berkata, "Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui bahwa saya termasuk salah seorang dari para penyair itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Qatadah, dan Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, semuanya mengatakan bahwa ayat yang terakhir ini merupakan pengecualian dari ayat-ayat yang sebelumnya.

Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan pengecualian, tetapi surat ini Makkiyyah, maka bagaimana bisa terjadi bahwa penyebab turunnya ayat ini adalah para penyair dari kalangan Ansar? Dipandang dari segi ini pendapat di atas masih perlu dipertimbangkan, dan lagi semua riwayat yang disajikan hanyalah berpredikat mursal, yang tidak dapat dijadikan pegangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Sebenarnya pengecualian ini termasuk pula ke dalam pengertiannya semua penyair Ansar dan penyair-penyair lainnya. Termasuk pula ke dalam pengertiannya orang-orang (penyair-penyair) serupa dengan mereka dari kalangan para penyair Jahiliah yang mencela Islam dan para penganutnya, kemudian bertobat dan kembali kepada Allah serta meninggalkan kebiasaan buruknya itu dan beramal saleh serta banyak menyebut nama Allah untuk melebur semua syair buruk yang pernah diucapkannya di masa Jahiliah. Karena sesungguhnya amal-amal kebaikan itu dapat menghapuskan keburukan-keburukan. Lalu mereka memuji Islam dan para pemeluknya untuk menghapus apa yang dahulu pernah mereka katakan, yaitu mencela Islam dan para pemeluknya, seperti penyesalan yang dikatakan oleh Abdullah ibnuz Zaba'ri setelah ia masuk Islam:

يَا رَسُولَ المَليك، إِنَّ لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ أَنَا بُورُ ...

إذْ أجَاري الشَّيْطانَ فِي سَنن الغَيْ ... يِ وَمَن مَالَ مَيْلَه مَثْبُورٌ ...

Wahai utusan Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku sekarang menghapuskan apa yang pernah diucapkannya pada saat aku dalam kebinasaan (kekufuran), yaitu di saat aku ber­teman dengan setan yang tenggelam ke dalam tuntunan yang sesat. Barang siapa yang cenderung kepada kesenangan setan, pastilah binasa.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul Muttalib, dahulu dia orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi Saw., padahal dia adalah saudara sepupunya. Dia termasuk orang yang paling banyak menghina Nabi Saw. Tetapi setelah dia masuk Islam, tiada seorang pun yang lebih dicintainya selain dari Rasulullah Saw. Dia selalu memuji Rasulullah Saw. yang sebelumnya dia banyak mengejeknya, dan selalu membelanya yang pada sebelumnya dia sangat memusuhinya.

Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas, bahwa Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb ketika masuk Islam berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya engkau memberikan tiga hal kepadaku." Rasulullah Saw. menjawab.”Ya." Mu'awiyah berkata, " Engkau jadikan aku sebagai sekretaris pribadimu." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Abu Sufyan berkata, "Engkau angkat diriku menjadi komandan pasukan agar aku dapat memerangi orang-orang kafir, sebagaimana dahulu aku memerangi kaum muslim." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Dan Abu Sufyan menyebutkan permintaan yang ketiganya;

karena itulah Allah Swt. berfirman:

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara': 227)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah banyak menyebut nama Allah dalam pembicaraan mereka. Menurut pendapat yang lainnya lagi, menyebut nama Allah dalam syair mereka; kedua pendapat benar, karena semuanya dapat menghapuskan dosa-dosa mereka yang telah lalu.

Firman Allah Swt.:

وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا

dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara' : 227)

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina kaum muslim dengan syair mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Hassan ibnu Sabit:

"اهْجُهُمْ -أَوْ قَالَ: هَاجِهِمْ -وَجِبْرِيلُ مَعَكَ"

Balaslah mereka —atau— seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا أَنْزَلَ، فَقَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَكَأَنَّ مَا تَرْمُونَهُمْ بِهِ نَضْح النبْل"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya yang telah mencerita­kan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat Asy-Syu'ara' ayat-ayat yang menyangkut mereka (mengecam mereka)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh apa yang kamu lontarkan melalui syairmu kepada mereka seakan-akan seperti lemparan anak panah.

Firman Alah Swt.:

وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ

Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ

(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu-min: 52), hingga akhir ayat.

Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"

Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan zalim, karena sesungguhnya perbuatan zalim itu kelak akan menjadi kegelapan di hari kiamat.

Qatadah ibnu Da'amah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Yakni para penyair dan lain-lainnya.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Iyas ibnu Abu Tamimah yang men­ceritakan bahwa ia menghadiri majelis Al-Hasan, lalu lewatlah iringan jenazah seorang Nasrani. Maka Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)

Abdullah ibnu Abu Rabah telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Muharriz, bahwa dia apabila membaca ayat ini, maka menangislah ia sehingga aku (perawi) mengatakan bahwa tangisannya itu membuatnya sesak. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)

Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Sirraij Al-Iskandarani, dari sebagian guru-gurunya, bahwa ketika mereka berada di negeri Romawi di suatu malam saat mereka sedang berdiang di api, tiba-tiba datanglah suatu kafilah mendekati mereka, lalu berhenti di hadapan mereka. Ternyata di antara mereka terdapat Fudalah ibnu Ubaid. Maka mereka mempersilakannya bergabung bersama mereka. Saat itu salah seorang teman mereka sedang salat dan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Fudalah ibnu Ubaid berkata, "Mereka adalah orang-orang yang merusak rumah-rumah mereka (membinasakan diri mereka sendiri)." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan mereka adalah penduduk Mekah. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah orang-orang yang zalim dari kaum musyrik.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Wasiti, bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Haisam ibnu Mahfuz Abu Sa'd An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Al-Muhabbir, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ayahnya menulis dua baris kalimat dalam surat wasiatnya, yang isinya:

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, berikut ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Abu Bakar ibnu Abu Quhafah sebelum tutup usia setelah orang yang kafir beriman dan kezaliman telah terhenti serta orang yang tadinya tidak percaya menjadi percaya, bahwa sesungguhnya aku mengangkat Umar ibnul Khattab sebagai penggantiku untuk memerintah kalian. Jika dia berlaku adil, maka itulah yang sesuai dengan pengetahuanku tentang dirinya dan sesuai dengan harapanku. Dan jika dia berbuat zalim, dan bersikap berubah, maka saya tidak mengetahui hal yang gaib. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.