27 - النمل - An-Naml

Juz : 19

The Ant
Meccan

وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًۭا وَعُلُوًّۭا ۚ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُفْسِدِينَ 14

(14) Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.

(14) 

وَجَحَدُوا بِهَا

Dan mereka mengingkarinya. (An-Naml:14)

Yakni pada lahiriah urusan mereka.

وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ

padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml:14)

Dalam diri mereka mengetahui bahwa apa yang ditampilkan oleh Musa adalah perkara yang hak dari sisi Allah, tetapi mereka mengingkarinya dan bersikap angkuh terhadapnya.

ظُلْمًا وَعُلُوًّا

Karena kezaliman dan kesombongan (mereka). (An-Naml:14)

Maksudnya, dalam diri mereka telah tertanam watak zalim dan sombong, tidak mau mengikuti kebenaran. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (An-Naml:14)

Yakni perhatikanlah, Muhammad, bagaimanakah akibat dari nasib mereka itu karena Allah telah membinasakan mereka dengan menenggelamkan mereka semuanya hanya dalam waktu yang singkat.

Secara tidak langsung ayat ini mengatakan bahwa waspadalah, hai orang-orang yang mendustakan Muhammad dan mengingkari Al-Qur,'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, bahwa kalian pasti akan tertimpa azab seperti yang telah menimpa mereka. Terlebih lagi kalian, karena sesungguhnya Nabi Muhammad adalah nabi yang lebih mulia lagi lebih besar daripada Musa, dan bukti yang dikemukakannya lebih jelas dan lebih kuat daripada apa yang disampaikan oleh Musa. Hal tersebut dapat disaksikan melalui apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, berupa pembuktian-pembuktian yang dibarengi dengan kemuliaan akhlaknya serta berita gembira yang disampaikan oleh para nabi terdahulu dan janji serta ikrar yang diambil oleh Tuhannya darinya.


وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ وَسُلَيْمَٰنَ عِلْمًۭا ۖ وَقَالَا ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍۢ مِّنْ عِبَادِهِ ٱلْمُؤْمِنِينَ 15

(15) Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".

(15) 

Allah Swt. menceritakan tentang nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua orang hamba-Nya yang telah diangkat-Nya menjadi nabi, yaitu Nabi Daud dan putranya (Nabi Sulaiman a.s.) Yakni nikmat-nikmat yang berlimpah, bakat-bakat yang luar biasa, sifat-sifat yang indah, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, kerajaan, pengaruh yang kuat di dunia, dan kenabian serta risalah agama. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman. (An-Naml:15)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Ibrahim ibnu Yahya ibnu Hisyam, bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang telah menceritakan bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat yang isinya sebagai berikut: Sesungguhnya Allah tidak memberikan suatu nikmat kepada seseorang hamba, lalu hamba yang bersangkutan memuji kepada Allah atas nikmat itu, melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya. Seandainya engkau tidak mengetahui hal ini kecuali melalui apa yang disebutkan di dalam Kitabullah. Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (An-Naml:15) Maka nikmat manakah yang lebih utama daripada apa yang telah diberikan kepada Daud dan Sulaiman a.s.?


وَوَرِثَ سُلَيْمَٰنُ دَاوُۥدَ ۖ وَقَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ ٱلطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَىْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْمُبِينُ 16

(16) Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".

(16) 

Firman Allah Swt.:

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An-Naml:16)

Yakni mewarisi kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya. Karena seandainya Sulaiman mewarisi hartanya, tentulah tidak hanya khusus Sulaiman saja yang mewarisinya, melainkan anak-anak Nabi Daud yang lainnya pun ikut mewarisinya, karena sesungguhnya Nabi Daud mempunyai seratus orang istri. Hal ini menguatkan bahwa yang diwarisinya hanyalah kerajaan dan kenabiannya saja, karena sesungguhnya para nabi itu tidak diwarisi hartanya, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah Saw. melalui salah satu sabdanya yang mengatakan:

نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ لَا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ

Kami para nabi, tidak diwarisi; semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.

Firman Allah Swt.:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (An-Naml:16)

Yakni Sulaiman memberitahukan kepada orang-orang bahwa Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang besar, sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung. Selain dari itu Sulaiman telah dianugerahi ilmu bahasa burung, ini merupakan suatu pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang manusia pun, menurut pengetahuan kami, berdasarkan apa yang telah diberitakan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya. Adapun mengenai pendapat orang-orang bodoh dan para penggembala yang menduga bahwa semua hewan dapat berbicara seperti manusia sebelum masa Sulaiman dan Daud, seperti yang telah dikatakan oleh sejumlah orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa pengetahuan. Karena seandainya memang seperti apa yang dikatakan oleh mereka, tentulah anugerah ini secara khusus kepada Sulaiman tidak mengandung makna apa pun. Sebab semua manusia mengerti bahasa burung dan hewan serta memahami apa yang dikatakan mereka, padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan itu. Bahkan sejak diciptakan, hewan-hewan dan burung-burung serta makhluk lainnya (selain manusia) sampai masa kita sekarang ini tidak ada yang dapat berbicara.

Akan tetapi, memang Allah telah memberikan pengertian kepada Sulaiman bahasa burung yang sedang terbang di udara, juga bahasa hewan-hewan dengan berbagai jenis dan macamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu, (Ah-Naml:16)

yang diperlukan bagi seorang raja.

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. (An-Naml:16)

Yakni karunia yang jelas dari Allah kepada kami.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَانَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِيهِ غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، فَكَانَ إِذَا خَرَجَ أُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَلَمْ يَدْخُلْ عَلَى أَهْلِهِ أَحَدٌ حَتَّى يَرْجِعَ. قَالَ: فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ وَأُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ تَطَّلِعُ إِلَى الدَّارِ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَتْ لِمَنْ فِي الْبَيْتِ: مِنْ أَيْنَ دَخَلَ هَذَا الرَّجُلُ، وَالدَّارُ مُغْلَقَةٌ؟ وَاللَّهِ لَنَفْتَضِحَنَّ بِدَاوُدَ، فَجَاءَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَإِذَا الرَّجُلُ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَ لَهُ دَاوُدُ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَهَابُ الْمُلُوكَ، وَلَا يَمْتَنِعُ مِنَ الْحُجَّابِ. فَقَالَ دَاوُدُ: أَنْتَ وَاللَّهِ إذًا مَلَكُ الْمَوْتِ. مَرْحَبًا بِأَمْرِ اللَّهِ، فَتَزَمَّلَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، مَكَانَهُ حَتَّى قُبِضَتْ نَفْسُهُ، حَتَّى فُرِغَ مِنْ شَأْنِهِ وَطَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ، فَقَالَ سُلَيْمَانُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لِلطَّيْرِ: أَظِلِّي عَلَى دَاوُدَ، فَأَظَلَّتْ عَلَيْهِ الطَّيْرُ حتى أظلمت عليهما الأرض، فَقَالَ لَهَا سُلَيْمَانُ: اقْبِضِي جَنَاحًا جَنَاحًا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ فَعَلَتِ الطَّيْرُ؟ فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، وَغَلَبَتْ عَلَيْهِ يَوْمئِذٍ المضرَحية

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, Daud a.s. adalah seorang lelaki yang besar cemburunya. Apabila dia bepergian, maka semua pintu rumahnya ditutup dan tidak boleh ada seorang lelaki pun masuk ke dalam rumahnya menemui istri-istrinya sebelum ia pulang. Pada suatu hari ia pergi, sebelumnya ia menutup semua pintu istananya, lalu ada seorang wanita mengintip rumah Nabi Daud, dan ternyata ia melihat ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah istananya. Lalu wanita itu berkata kepada wanita-wanita yang ada di dalamnya, Dari manakah lelaki ini masuk ke dalam istana Daud, padahal semua pintunya telah dikunci? Demi Allah, kalian benar-benar akan dilaporkan kepada Daud. Ketika Daud datang, ia menjumpai ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah rumahnya. Daud bertanya, Siapakah kamu? Lelaki itu menjawab, Orang yang tidak takut kepada para raja dan tidak terhalang oleh penghalang apa pun. Daud berkata, Kalau begitu, demi Allah, engkau adalah malaikat maut, selamat datang dengan perintah Allah. Lalu Daud menyelimuti dirinya di tempat peraduannya, dan malaikat itu mencabut rohnya, dan setelah malaikat itu menjalankan tugasnya, bertepatan dengan terbitnya matahari, maka Sulaiman a.s. berkata kepada burung-burung, Naungilah jasad Daud! Maka semua burung menaunginya hingga bumi ini ternaungi oleh burung-burung itu. Kemudian Sulaiman berkata kepada semua burung, Katupkanlah sebelah sayapmu (yakni pakailah sebelah sayap saja). Abu Hurairah bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah burung dapat melakukan hal itu? Beliau Saw. mengatupkan tangannya, dan bahwa yang menaunginya hanyalah elang merah saja, karena dapat mendesak burung lainnya.



وَحُشِرَ لِسُلَيْمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ وَٱلطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ 17

(17) Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).

(17) 

Firman Allah Swt.:

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (An-Naml:17)

Yakni Sulaiman mengumpulkan semua bala tentaranya yang terdiri dari makhluk jin, manusia dan burung-burung. Nabi Sulaiman diiringi oleh mereka dengan segala kebesaran dan kemegahannya di tengah-tengah bala tentara manusia, karena merekalah yang mengiringinya. Setelah mereka terdapat bala tentara dari makhluk jin, sedangkan bala tentara burung kedudukan mereka berada di atas (di udara); apabila matahari panas, maka burung-burung itu menaunginya dengan sayap-sayapnya.

Firman Allah Swt.:

فَهُمْ يُوزَعُونَ

lalu mereka diatur dengan tertib. (An-Naml:17)

Yaitu dia menyusun secara rapi barisan masing-masing mulai dari pertama sampai yang terakhir, agar tiada seorang pun yang melangkahi posisi yang telah ditetapkan baginya. Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman menjadikan pada tiap barisan komandannya sendiri yang mengatur barisan tersebut agar rapi dan berjalan dengan tertib, tidak semrawut, sebagaimana yang dilakukan oleh raja-raja di masa sekarang. Firman Allah Swt.:



حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌۭ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ 18

(18) Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";

(18) 

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut. (An-Naml:18)

Yakni manakala Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya yang mengiringinya sampai di lembah semut.

قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

berkatalah seekor semut, Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An-Naml:18)

Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq Ibnu Bisyr, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa nama semut yang berbicara itu adalah Haras. Ia berasal dari kelompok semut yang dikenal dengan nama Bani Syisan. Disebutkan bahwa besar semut itu sama dengan seekor serigala, sedangkan semut yang berbicara itu pincang kakinya. Ia merasa khawatir makhluk jenisnya akan binasa karena terinjak-injak oleh teracak kuda-kuda pasukan Nabi Sulaiman, maka ia menyerukan kepada makhluk jenisnya agar memasuki sarang-sarang mereka. Sulaiman a.s. mengerti pembicaraan itu.


فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًۭا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ 19

(19) maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".

(19) 

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ

Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai.” (An-Naml:19)

Yakni berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.

وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ

dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An-Naml:19)

Yaitu amal yang Engkau sukai dan Engkau ridai.

وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (An-Naml:19)

Artinya, apabila Engkau mewafatkan diriku, maka himpunkanlah daku bersama dengan hamba-hamba-Mu yang saleh, dan rafiqul a'la dari kekasih-kekasih-Mu.

Sementara ada sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa lembah tersebut terletak di negeri Syam atau negeri lainnya, dan bahwa semut tersebut mempunyai dua buah sayap seperti lalat atau hal lainnya hanyalah merupakan dongengan-dongengan yang tidak ada kenyataannya.

Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa semut Nabi Sulaiman besarnya seperti serigala. Penukil mengatakan bahwa memang demikianlah saya jumpai dalam kitab salinannya memakai huruf ya, padahal sebenarnya memakai ba. Hal ini merupakan kekeliruan dari penyalinnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Kalau memakai ya artinya serigala, sedangkan kalau memakai ba artinya lalat). Yang tersimpulkan dari kisah ini ialah bahwa Sulaiman memahami ucapan semut itu, karenanya ia tertawa; hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menakjubkan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Zaid Al-Ama, dari Abus Siddiq An-Naji yang telah menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Daud a.s. keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami. Maka Sulaiman berkata, Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa.

Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan sebuah hadis melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

قَرَصَت نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ نَمْلَةٌ، فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، أَفِي أَنْ قَرْصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الْأُمَمِ تُسَبِّح؟ فَهَلَّا نَمْلَةً وَاحِدَةً!

Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).”Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih ? Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?”


وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَآ أَرَى ٱلْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ ٱلْغَآئِبِينَ 20

(20) Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.

(20) 

Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa burung hud-hud adalah ahli dalam mencari air, ia secara khusus ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk mencari sumber air bila berada di Padang Sahara. Dengan kemampuan yang dimilikinya secara alami burung hud-hud dapat melihat cadangan air yang terdapat di dalam tanah; ia dapat melihatnya sebagaimana seseorang melihat sesuatu yang ada di permukaan tanah. Dan ia dapat mengetahui berapa jauh letak kedalaman sumber mata air itu dari permukaan tanah. Apabila burung hud-hud telah menunjukkan adanya sumber air, maka Nabi Sulaiman a.s. memerintahkan kepada jin untuk menggali tempat itu hingga keluarlah air dari perut bumi.

Pada suatu hari Nabi Sulaiman a.s. beristirahat di suatu padang pasir, lalu ia memeriksa barisan burung untuk mencari burung hud-hud, tetapi ia tidak melihatnya. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20)

Pada suatu hari Ibnu Abbas pernah menceritakan kisah ini di hadapan suatu kaum, yang di antara mereka terdapat seorang Khawarij yang dikenal dengan nama Nafi' ibnul Azraq; dia dikenal sebagai orang yang banyak menentang Ibnu Abbas. Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Hai Ibnu Abbas, hentikanlah kisahmu itu, hari ini kamu kalah." Ibnu Abbas bertanya, "Mengapa saya kalah?"

Nafi' ibnul Azraq menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengatakan dalam kisahmu tentang burung hud-hud, bahwa ia dapat melihat sumber air yang ada di perut bumi. Dan sesungguhnya bisa saja seorang anak meletakkan biji di dalam perangkap, lalu menimbunnya dengan pasir. Kemudian burung hud-hud itu datang untuk mengambil biji makanannya itu, maka masuklah ia ke dalam perangkap yang dipasang oleh anak kecil itu, sehingga ia dapat ditangkap olehnya."

Ibnu Abbas berkata, "Mengapa orang ini tidak saja mengatakan bahwa dia telah menyangkal Ibnu Abbas dan membuatnya tidak dapat menjawab?" Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Celakalah kamu, sesungguhnya apabila takdir telah memastikannya (tertangkap), penglihatan menjadi tidak berfungsi dan rasa waspada pun hilang." Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Demi Allah, aku tidak akan membantahmu mengenai sesuatu dari Al-Qur'an selamanya."

Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Abu Abdullah Al-Barazi dari kampung Barazah yang terletak di pinggiran kota Dimasyq —dia adalah seorang yang saleh dan selalu puasa Senin Kamis, dan matanya buta sebelah, umurnya mencapai delapan puluh tahun— menyebutkan kisah berikut. Ibnu Asakir meriwayatkan kisah ini berikut sanadnya sampai pada Abu Sulaiman ibnu Yazid. Bahwa Abu Sulaiman pernah bertanya kepada Abu Abdullah Al-Barazi tentang kebutaan sebelah matanya, tetapi Abu Abdullah tidak mau menyebutkan penyebab kebutaannya. Abu Sulaiman tidak putus asa, ia mendesaknya selama berbulan-bulan, dan akhirnya Abu Abdullah mau menceritakan hal tersebut kepadanya, seperti berikut:

Bahwa pernah ada dua orang lelaki dari kalangan penduduk Khurrasan singgah di rumahku selama seminggu di kampung Barazah. Lalu keduanya menanyakan kepadaku tentang tempat suatu lembah, maka kuantarkan keduanya ke lembah tersebut. Setelah sampai di lembah itu keduanya mengeluarkan pedupaan dan menyalakan dupa yang cukup banyak sehingga asap dupa itu memenuhi lembah tersebut.

Kemudian keduanya komat-kamit membaca jampi-jampi, maka berdatanganlah ular dari segala penjuru kepada keduanya, tetapi kedua orang itu tidak memperhatikan salah seekor pun darinya. Hingga datanglah seekor ular sebesar lengan dengan kedua mata yang bersinar berkilauan seperti mata uang dinar. Keduanya sangat gembira melihat ular tersebut dan berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan perjalanan kami semenjak satu tahun yang silam." Lalu keduanya memecahkan pedupaan itu dan menangkap ular tersebut, kemudian keduanya memasukkan jarum untuk mencetak mata ke dalam mata ular tersebut, sesudah itu keduanya mencelaki mata mereka dengan jarum celak itu. Aku meminta kepada keduanya agar mencelaki mataku dengan jarum tersebut, tetapi keduanya menolak. Aku terus mendesaknya, dan kukatakan kepadanya, "Kamu berdua harus mencelaki mataku," dan aku mengancam akan melaporkan keduanya kepada penguasa. Akhirnya keduanya mau mencelaki mataku dengan jarum pencelak mereka.

Mereka berdua mencelaki mata kananku saja. Setelah jarum pencelak mata itu menyentuh mataku dan aku memandang ke tanah yang ada di bawahku, ternyata semua yang ada di bawah tanah terlihat olehku bagaikan melihat sesuatu di balik kaca. Kemudian keduanya berkata kepadaku, "Marilah kita berjalan sebentar," lalu aku berjalan bersama keduanya, sedangkan keduanya asyik mengobrol. Hingga manakala kami telah berada jauh dari perkampungan, keduanya menangkapku dan mengikatku. Salah seorang di antara keduanya memasukkan tangannya ke mata kananku dan mencongkelnya, lalu membuang mataku, dan keduanya berlalu meninggalkan diriku. Aku masih tetap dalam keadaan terikat, hingga lewatlah seseorang di tempat aku berada dan ia melepaskan ikatanku. Demikianlah kisah yang di alami oleh mata kananku ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Amr Al-Gassani, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Maisarah Al-Minqari, dari Al-Hasan yang telah mengatakan bahwa nama burung hud-hud Nabi Sulaiman adalah 'Anbar.

Muhammad ibnu lshaq mengatakan bahwa apabila Nabi Sulaiman berangkat menuju ke tempat majelisnya dan telah sampai di tempat majelisnya, maka ia memeriksa semua burung. Menurut empunya kisah, setiap harinya Nabi Sulaiman selalu didatangi oleh semua jenis burung (yang memberikan penghormatan kepadanya). Pada suatu hari saat ia memeriksa semua burung, semuanya ada kecuali burung hud-hud. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20) Yakni apakah penglihatanku yang keliru, ataukah memang burung hud-hud absen dan tidak hadir?


لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابًۭا شَدِيدًا أَوْ لَأَا۟ذْبَحَنَّهُۥٓ أَوْ لَيَأْتِيَنِّى بِسُلْطَٰنٍۢ مُّبِينٍۢ 21

(21) Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang".

(21) 

Firman Allah Swt.:

لأعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا

Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras. (An-Naml: 21)

Menurut Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah mencabuti bulunya. Menurut Abdullah ibnu Syaddad, Nabi Sulaiman akan menghukumnya dengan mencabuti bulunya, lalu menjemurnya di terik matahari. Hal yang sama telah dikatakan oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, bahwa Sulaiman a.s. akan mencabuti bulunya, lalu membiarkannya tergeletak hingga dimakan oleh semut kecil dan semut besar.

Firman Allah Swt.:

أَوْ لأذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ

atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21)

Yaitu dengan mengemukakan alasan yang dapat diterima.

Sufyan ibnu Uyaynah dan Abdullah ibnu Syaddad mengatakan bahwa ketika hud-hud datang burung lainnya bertanya, "Mengapa kamu terlambat, padahal Sulaiman telah bernazar akan mengalirkan darahmu." Hud-hud bertanya, "Apakah dia menyebutkan pengecualian?" Burung-burung semuanya menjawab, "Ya," seraya menceritakan kepadanya sabda Sulaiman yang disitir oleh firman-Nya: Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21) Hud-hud berkata, "Kalau begitu, selamatlah aku."

Mujahid mengatakan bahwa sesungguhnya yang menyebabkan hud-hud diselamatkan oleh Allah dari siksaan Sulaiman adalah berkat bakti hud-hud kepada induknya.


فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍۢ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍۭ بِنَبَإٍۢ يَقِينٍ 22

(22) Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

(22) 

Firman Allah Swt.:

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ

Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22)

Yakni setelah menghilang dalam waktu yang tidak lama, lalu datanglah hud-hud seraya berkata kepada Sulaiman:

أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ

Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya. (An-Naml: 22)

Artinya, aku telah menyaksikan apa yang tidak disaksikan olehmu dan juga oleh semua tentaramu.

وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ

dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (An-Naml: 22)

Yakni berita yang benar dan yakin. Saba adalah negeri orang-orang Himyar, mereka adalah raja-raja negeri Yaman di masa silam. Kemudian hud-hud berkata: