27 - النمل - An-Naml

Juz : 19

The Ant
Meccan

إِنِّى وَجَدتُّ ٱمْرَأَةًۭ تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَىْءٍۢ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌۭ 23

(23) Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

(23) 

إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa ibu Ratu Balqis adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis seperti teracak kuda. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan, ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus ribu personel pasukan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi seratus ribu orang pasukan.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan ia mempunyai dewan senat yang terdiri dari tiga ratus dua belas orang lelaki, masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan. Kerajaan mereka berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari kota San'a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

dan dia dianugerahi segala sesuatu. (An-Naml: 23)

Yakni semua perbendaharaan dunia yang diperlukan oleh seorang raja yang berkuasa lagi kuat.

وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

serta mempunyai singgasana yang besar. (An-Naml: 23)

Maksudnya, singgasana tempat duduknya sangat besar dihiasi dengan emas dan berbagai macam batu permata dan mutiara. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, sedangkan bagian permukaannya dihiasi dengan batu yaqut dan zabarjad, panjangnya delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, singgasana Balqis terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, serta mutiara; dan sesungguh­nya yang melayaninya hanyalah wanita, semuanya berjumlah enam ratus orang yang khusus melayaninya.

Ahli sejarah mengatakan bahwa singgasana Ratu Balqis itu berada di dalam sebuah istana yang sangat besar, kokoh bangunannya lagi tinggi dan megah. Di dalam istana itu terdapat tiga ratus enam puluh jendela di sebelah timurnya, dan di sebelah baratnya terdapat pula jumlah jendela yang sama. Bangunan istananya dibangun sedemikian rupa agar sinar matahari setiap harinya masuk dari jendelanya, begitu pula disaat hendak terbenam, lalu mereka bersujud kepada matahari di setiap pagi dan petangnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ 24

(24) Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

(24) 

وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah). (An-Naml: 24)

Yaitu dari jalan yang benar.

فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ

sehingga mereka tidak dapat petunjuk. (An-Naml: 24)

Yakni agar tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu mengikhlaskan bersujud hanya kepada Allah semata, bukan kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya, baik yang berupa bintang maupun yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh firman Allah:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fussilat: 37)


أَلَّا يَسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى يُخْرِجُ ٱلْخَبْءَ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ 25

(25) agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

(25) 

Firman Allah Swt.:

أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ

Agar mereka tidak menyembah Allah. (An-Naml: 25)

Sebagian ahli qiraat membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

أَلَا يَا اسْجُدُوا لِلَّهِ

Ingatlah, hai kaum, bersujudlah kalian kepada Allah. (An-Naml: 25)

Dengan memakai ala istiftahiyyah dan ya nida, sedangkan munada-nya. dibuang yang bentuk lengkapnya ialah: Ya qaum (hai kaum), bersujudlah kalian kepada Allah.

الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ

Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An-Naml: 25)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Allah mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah serta lain-lainnya.

Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa al-khab-u artinya air. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang dimaksud ialah apa yang tersembunyi di langit dan di bumi yang ada kaitannya dengan rezeki makhluk; hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi.

Kalimat ayat ini sesuai dengan perkataan hud-hud yang telah di bekali oleh Allah Swt. naluri yang tajam. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa hud-hud dapat melihat air mengalir di perut bumi.

Firman Allah Swt.:

وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. (An-Naml: 25)

Yakni mengetahui semua ucapan dan perbuatan yang disembunyikan dan yang dinyatakan oleh semua hamba-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui friman-Nya:

سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ

Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus, terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 1)


ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ ۩ 26

(26) Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar".

(26) 

Adapun firman Allah Swt.:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Allah, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar. (An-Naml: 26)

Yakni Dialah Allah yang berhak diseru, Yang tiada Tuhan selain Dia yang memiliki 'Arasy yang besar, yang tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya lebih besar daripada 'Arasy-Nya.

Mengingat burung hud-hud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata serta bersujud kepada-Nya, maka burung hud-hud dilarang dibunuh, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan:

نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ والصُّرَد

Nabi Saw. melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung Surad.

Sanad hadis berpredikat sahih.


قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ ٱلْكَٰذِبِينَ 27

(27) Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

(27) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perkataan Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud setelah hud-hud menceritakan kepadanya perihal penduduk negeri Saba dan raja mereka.

قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (An-Naml: 27)

Yakni apakah berita darimu ini benar.

أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 27)

dalam ucapanmu itu yang sengaja kamu kemukakan untuk menyelamat­kan dirimu dari siksaan yang telah kuancamkan terhadap dirimu.


ٱذْهَب بِّكِتَٰبِى هَٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَٱنظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ 28

(28) Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan"

(28) 

اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِه إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ

"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (An-Naml: 28)

Sulaiman a.s. menulis surat, ditujukan kepada Ratu Balqis dan kaumnya, lalu menyerahkannya kepada hud-hud untuk membawanya. Menurut suatu pendapat, surat itu dibawa hud-hud di dalam sayapnya sebagaimana biasanya burung pengantar surat, menurut pendapat yang lain mengatakan dengan paruhnya, hud-hud terbang menuju ke negeri mereka, dan ia hinggap di istana Ratu Balqis, di tempat yang sepi yang biasa dipakai oleh Ratu Balqis kala menyendiri. Lalu hud-hud melemparkan surat itu melalui celah yang ada di istananya, tepat berada di hadapan Ratu Balqis, setelah itu hud-hud menjauh sebagai sikap etika dan sekaligus berjaga-jaga. Ratu Balqis kebingungan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu sehingga membuatnya terpana sejenak. Kemudian ia menuju ke tempat surat itu dijatuhkan, lalu mengambilnya dan membuka laknya serta membacanya. Ternyata yang tertulis di dalamnya adalah seperti berikut:

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31)

Maka Ratu Balqis mengumpulkan semua menteri dan pembesar kerajaannya, lalu berkatalah ia kepada mereka.


قَالَتْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَؤُا۟ إِنِّىٓ أُلْقِىَ إِلَىَّ كِتَٰبٌۭ كَرِيمٌ 29

(29) Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

(29) 

يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ

Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (An-Naml: 29)

Yakni mulia karena ia telah melihat keajaiban perkara surat itu, sebab burunglah yang mengantarkan surat itu kepadanya, lalu burung tersebut surut mundur darinya sebagai etika terhadap raja. Hal seperti itu tidak akan mampu dilakukan oleh sembarang raja. Kemudian Balqis membacakan surat itu kepada mereka.


إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَٰنَ وَإِنَّهُۥ 30

(30) Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(30) 

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (An-Naml: 30)

Maka mereka mengetahui bahwa surat tersebut berasal dari Nabi Allah Sulaiman a.s. Dan bahwa mereka belum pernah menerima surat seperti itu, memakai gaya bahasa yang berpacamasastra tinggi, ringkas, dan padat, tetapi fasih; karena pengertiannya telah dapat ditangkap hanya dengan sedikit kalimat, tetapi indah.

Para ulama mengatakan bahwa tiada seorang pun yang menulis Bismillahir Rahmanir Rahim sebelum Sulaiman a.s. dalam suratnya.

Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis di dalam kitab tafsirnya:

قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ الْفَضْلِ أَبُو يَعْلَى الْحَنَّاطُ، حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ صَالِحٍ، [عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ] أَبِي أُمَيَّةَ، عَنِ ابْنِ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنِّي أَعْلَمُ آية لم تَنْزِلْ عَلَى نَبِيٍّ قَبْلِي بَعْدَ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ آيَةٍ؟ قَالَ: "سَأُعلِمُكَهَا قَبْلَ أَنْ أَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ". قَالَ: فَانْتَهَى إِلَى الْبَابِ، فَأَخْرَجَ إِحْدَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: نَسِيَ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ وَقَالَ إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harun ibnul Fadl Abu Ya'la Al-Khayyat, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf, dari Salamah ibnu Saleh, dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sedang berjalan bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang nabi pun sebelumku setelah Sulaiman ibnu Daud." Saya bertanya, "Wahai Nabi Allah, ayat apakah itu?" Nabi Saw. menjawab, "Aku akan memberitahukannya kepadamu sebelum aku keluar dari masjid." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi Saw. langsung menuju ke pintu masjid dan melangkahkan sebelah kakinya ke luar masjid, sehingga perawi menduganya lupa. Ternyata Nabi Saw. berpaling ke arahnya, lalu membaca firman-Nya: Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (An-Naml: 30)

Hadis berpredikat garib dan sanadnya daif (lemah).

Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. dalam suratnya selalu mengawalinya dengan kalimat, "Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah", sebelum ayat ini diturunkan. Setelah ayat ini diturunkan, beliau mengawalinya dengan kalimat "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ".



أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ 31

(31) Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

(31) 

Firman Allah Swt.:

أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31)

Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, disebutkan bahwa janganlah kamu sekalian membangkang dan bersikap sombong terhadap­ku, tetapi datanglah kalian kepadaku dengan berserah diri. Menurut Ibnu Abbas dalam keadaan menauhidkan Allah, sedangkan menurut lainnya dalam keadaan ikhlas. Sufyan Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan taat (tunduk).


قَالَتْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَؤُا۟ أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ 32

(32) Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".

(32) 

Setelah Balqis membacakan surat Nabi Sulaiman kepada para pembesar kerajaannyavmaka ia meminta saran dari mereka tentang apa yang harus ia lakukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ

Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). (An-Naml: 32)

Yakni sebelum kalian hadir dan mengemukakan saran dan pendapat kalian kepadaku.


قَالُوا۟ نَحْنُ أُو۟لُوا۟ قُوَّةٍۢ وَأُو۟لُوا۟ بَأْسٍۢ شَدِيدٍۢ وَٱلْأَمْرُ إِلَيْكِ فَٱنظُرِى مَاذَا تَأْمُرِينَ 33

(33) Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

(33) 

قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ

Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan)." (An-Naml: 33)

Mereka menyebutkan kepada ratunya tentang bilangan pasukan mereka dan peralatan senjatanya serta kekuatan mereka, kemudian menyerahkan keputusan mereka kepadanya setelah menjelaskan hal tersebut, seraya mengatakan:

وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ

dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan. (An-Naml: 33)

Yaitu tidak ada hambatan bagi kami dan tidak ada keberatan bila engkau berniat akan memeranginya. Sesudah itu segala sesuatunya kami serahkan kepada pendapatmu, kami akan mengerjakan dan menaatinya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka menyerahkan keputusan mereka kepada ratu mereka. Setelah mereka mengemukakan pendapatnya, ratu mereka lebih luas wawasannya daripada mereka dan lebih mengetahui perihal Sulaiman daripada mereka. Bahwa Sulaiman adalah seorang raja yang mempunyai bala tentara yang sangat banyak. Selain itu makhluk jin, manusia, dan semua burung tunduk kepadanya. Ia sendiri telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri melalui surat yang diantarkan oleh burung hud-hud perkara yang sangat menakjubkan dan sangat aneh. Karena itu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku merasa khawatir akan mengalami kekalahan bila memeranginya, lalu ia balik membalas serangan kita dengan bala tentaranya untuk membinasakan kita dan menghancurkan negeri kita." Karena itulah ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:


قَالَتْ إِنَّ ٱلْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا۟ قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوٓا۟ أَعِزَّةَ أَهْلِهَآ أَذِلَّةًۭ ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ 34

(34) Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

(34) 

إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا

Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya. (An-Naml: 34)

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa makna yang dimaksud ialah apabila raja-raja memasuki suatu negeri dengan paksa, niscaya mereka akan merusaknya.

وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً

dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34)

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Balqis berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34) kemudian Allah Swt. berfirman: dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (An-Naml: 34)

Kemudian Balqis mengambil keputusan cenderung kepada perdamaian, gencatan senjata, dan diplomasi. Untuk itu ia mengatakan:


وَإِنِّى مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍۢ فَنَاظِرَةٌۢ بِمَ يَرْجِعُ ٱلْمُرْسَلُونَ 35

(35) Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu".

(35) 

وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. (An-Nami: 35)

Yakni aku akan mengirimkan hadiah yang layak untuk raja seperti dia. Dan aku akan menunggu jawabannya sesudah itu, barangkali saja dia menerima hadiahku itu dan membiarkan kita, atau dia akan menetapkan Upeti atas kita yang kita serahkan kepadanya setiap tahunnya, sebagai pegangan buat kita terhadapnya dan dia membiarkan kita serta tidak memerangi kita.

Qatadah mengatakan bahwa alangkah cerdiknya Ratu Balqis di masa ia telah masuk Islam dan juga sewaktu masih musyriknya. Ia mengetahui bahwa hadiah itu dapat melunakkan hati orang. Ibnu Abbas mengatakan, demikian pula yang lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa Balqis mengatakan kepada kaumnya, "Jika Sulaiman mau menerima hadiah kita, berarti dia adalah seorang raja, kalian boleh memeranginya. Dan jika dia menolaknya, berarti dia seorang nabi, maka ikutilah dia oleh kalian."