27 - النمل - An-Naml

Juz : 19

The Ant
Meccan

فَلَمَّا جَآءَ سُلَيْمَٰنَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍۢ فَمَآ ءَاتَىٰنِۦَ ٱللَّهُ خَيْرٌۭ مِّمَّآ ءَاتَىٰكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ 36

(36) Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

(36) 

Ulama tafsir Salaf dan lain-lainnya telah menceritakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah yang sangat besar jumlahnya kepada Nabi Sulaiman, berupa sejumlah emas, permata, mutiara, dan lain-lainnya. Sebagian dari ulama tafsir mengatakan bahwa ia mengirimkan hadiah berupa emas-emas batangan. Pendapat yang benar mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah berupa wadah-wadah yang semuanya terbuat dari emas.

Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya mengatakan bahwa Balqis mengirimkan pelayan-pelayan wanita yang berpakaian pelayan-pelayan pria, serta pelayan-pelayan pria yang berpakaian wanita. Lalu Ratu Balqis berkata, "Jika Sulaiman mengetahui bahwa yang berpakaian pria adalah pelayan wanita, dan yang berpakaian wanita adalah pelayan pria, berarti dia adalah seorang nabi."

Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada mereka untuk melakukan wudu. Maka pelayan yang wanita menuangkan air ke tangannya, sedangkan pelayan yang pria mencedokkan tangannya ke air. Melalui hal inilah Nabi Sulaiman dapat membedakan mereka.

Menurut pendapat lain, bahkan pelayan yang asalnya wanita terlebih dahulu mencuci bagian dalam tangannya sebelum bagian luarnya, dan dengan pelayan yang asalnya pria sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, pelayan yang wanita mencuci tangannya dari telapak tangan sampai ke sikunya, sedangkan pelayan yang pria mencuci tangannya dari siku ke telapak tangannya. Pada kesimpulannya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Sebagian ulama menceritakan bahwa Balqis mengirimkan kepada Nabi Sulaiman sebuah wadah air agar dipenuhi oleh Nabi Sulaiman dengan air yang bukan berasal dari langit, bukan pula dari bumi. Maka Nabi Sulaiman melarikan kudanya; dan manakala kuda itu berkeringat, lalu dia menampungnya dan memenuhi wadah tersebut dengan keringat kudanya. Balqis pun mengirimkan mutiara serta talinya agar mutiara-mutiara itu diuntaikan dengan tali tersebut, dan semua permintaannya itu dipenuhi oleh Nabi Sulaiman a.s. Hanya Allah-lah yang mengetahui, apakah hal itu benar ataukah tidak, yang jelas kisah-kisah seperti ini bersumber dari kisah Israiliyat.

Pada kesimpulannya Nabi Sulaiman a.s. tidak melirik sedikit pun terhadap hadiah yang mereka bawa dan tidak memperhatikannya, bahkan berpaling darinya. Lalu Nabi Sulaiman a.s. berkata dengan nada yang menyanggah:

أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ

Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? (An-Naml: 36)

Yakni apakah kamu membujuk diriku dengan harta ini agar aku membiarkan kalian tetap dalam kemusyrikan kalian dan agar kerajaan kalian tetap lestari?

فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ

maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian bawa. (An-Naml: 36)

Yaitu kerajaan, harta, dan bala tentara yang diberikan oleh Allah kepadaku jauh lebih baik daripada apa yang ada pada kalian.

بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ

tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. (An-Naml: 36)

Maksudnya, kalianlah orang-orang yang memburu hadiah dan cindera mata, tetapi aku tidak mau menerima kecuali kamu masuk Islam atau perang.

Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan untuk menyulap seribu istananya menjadi istana emas dan perak. Ketika utusan-utusan Ratu Balqis tiba dan melihat hal tersebut, mereka berkata, "Apakah artinya hadiah kita ini baginya?" Dalam hal ini terkandung dalil yang menunjukkan boleh menghias istana dan kerajaan untuk menyambut kedatangan para delegasi dan para pengunjung.


ٱرْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍۢ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم مِّنْهَآ أَذِلَّةًۭ وَهُمْ صَٰغِرُونَ 37

(37) Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".

(37) 

ارْجِعْ إِلَيْهِمْ

Kembalilah kepada mereka. (An-Naml: 37)

dengan membawa kembali hadiah kalian ini.

فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا

sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya. (An-Nam 1:37)

Artinya, mereka tidak mempunyai kekuatan yang seimbang untuk melawannya.

وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا

dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina. (An-Naml: 37)

Yakni Kami akan mengeluarkan mereka sebenar-benarnya dari negeri mereka dalam keadaan hina.

أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ

dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina. (An-Naml: 37)

Yaitu dalam keadaan hina dan terkalahkan.

Setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratu mereka dengan membawa kembali hadiahnya dan pesan-pesan dari Nabi Sulaiman, maka ratu mereka —juga kaumnya— tunduk dan patuh. Lalu ia berangkat bersama bala tentaranya menuju ke negeri Nabi Sulaiman dengan rasa tunduk, menyerah dan menghormati Nabi Sulaiman serta berniat akan mengikuti agama Islam. Ketika Nabi Sulaiman mengetahui kedatangan mereka, gembiralah ia dan sangat senang.


قَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَؤُا۟ أَيُّكُمْ يَأْتِينِى بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِى مُسْلِمِينَ 38

(38) Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

(38) 

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratunya dengan membawa pesan Nabi Sulaiman, maka ratu mereka berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, aku mengetahui bahwa dia bukanlah seorang raja, dan kita tidak akan mampu melawannya, tiada pula artinya kebesaran kita di hadapannya." Kemudian Ratu Balqis mengirimkan kurirnya untuk memberitahukan kepada Nabi Sulaiman bahwa ia akan datang bersama semua pembesar kaumnya untuk menyaksikan sendiri keadaan Nabi Sulaiman dan agama yang diserukannya. Kemudian Ratu Balqis memerintahkan agar singgasana yang biasa dipakai duduk olehnya diamankan. Singgasananya terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, dan mutiara, lalu disimpan di bagian yang terdalam dari tujuh ruangan yang berlapis-lapis; masing-masing ruangan dikunci pintunya. Dan Balqis berkata kepada petugas yang diserahi tugas untuk menggantikan kedudukannya selama ia pergi, "Jagalah singgasana kerajaanku ini dengan segenap kekuatan dan fasilitas yang ada pada kamu, jangan biarkan seorang manusia pun masuk ke dalamnya dan jangan sekali-kali kamu memperlihatkannya kepada seorang pun sebelum aku datang."

Kemudian berangkatlah Balqis menuju negara Nabi Sulaiman bersama dua belas ribu iring-iringan yang terdiri dari semua raja negeri Yaman; masing-masing iringan terdiri dari ribuan prajurit. Nabi Sulaiman Menugaskan jin-jin untuk memantau perjalanan Ratu Balqis dan melaporkan kepadanya setiap hari dan malamnya. Manakala Ratu Balqis beserta iringannya telah dekat, maka Nabi Sulaiman mengumpulkan semua jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya, lalu ia berkata kepada mereka: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)

Qatadah mengatakan bahwa ketika sampai kepada Nabi Sulaiman bahwa Balqis akan tiba dan telah diceritakan kepadanya perihal singgasana Balqis, maka ia merasa kagum dengan kisahnya. Disebutkan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, kaki-kakinya terbuat dari mutiara dan batu permata, sedangkan penutupnya terbuat dari kain sutra tebal dan kain sutra tipis; dan singgasana itu diletakkan di balik pintu sembilan lapis. Maka Nabi Sulaiman tertarik ingin merampas singgasana itu, tetapi ia tidak suka bila merampasnya, sedangkan pemiliknya telah masuk Islam. Nabi Sulaiman a.s. telah mengetahui bahwa bilamana mereka telah masuk Islam, maka haramlah harta benda dan darah mereka baginya. Untuk itu ia berkata: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, dan Zuhair ibnu Muhammad.

قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)

Bila telah demikian, berarti haram bagiku harta benda mereka karena mereka telah masuk Islam.


قَالَ عِفْرِيتٌۭ مِّنَ ٱلْجِنِّ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّى عَلَيْهِ لَقَوِىٌّ أَمِينٌۭ 39

(39) Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".

(39) 

قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ

Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata. (An-Naml: 39)

Menurut Mujahid, 'Ifrit artinya jin yang jahat. Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa nama 'Ifrit itu adalah Kauzan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman; dan hal yang sama dikatakan pula oleh Wahb ibnu Munabbih dan Abu Saleh, disebutkan bahwa besarnya 'Ifrit tersebut sama dengan sebuah bukit.

أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ

Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepada­mu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39)

Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebelum Nabi Sulaiman bangkit meninggalkan majelisnya. Mujahid mengatakan, dari tempat duduknya. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Sulaiman a.s. biasa duduk di majelisnya untuk melakukan peradilan dan keputusan hukum di antara orang-orang, juga untuk memberi makan mulai dari permulaan siang hari hingga matahari tergelincir.

وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. (An-Naml: 39)

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa 'Ifrit itu kuat membawanya lagi dapat dipercaya untuk menjaga semua permata yang ada di dalam singgasana itu. Maka Nabi Sulaiman berkata, "Aku menginginkan lebih cepat dari itu."

Dapat disimpulkan bahwa Nabi Sulaiman bermaksud mendatangkan singgasana itu untuk menampakkan kebesaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, yaitu kerajaan dan bala tentara yang ditundukkan untuknya; belum pernah ada seorang pun yang dianugerahi pemberian seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Agar hal tersebut dijadikan sebagai bukti kenabiannya di hadapan Ratu Balqis dan kaumnya. Karena suatu hal yang luar biasa bila singgasananya didatangkan seperti apa adanya (utuh) sebelum mereka datang ke hadapan Sulaiman a.s. Padahal singgasana itu ditaruh di tempat yang terkunci berlapis-lapis dan di bawah pengawalan dan penjagaan yang sangat ketat. Ketika Sulaiman a.s. mengatakan bahwa ia menginginkan yang lebih cepat dari itu,


قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌۭ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّۭ كَرِيمٌۭ 40

(40) Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

(40) 

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. (An-Naml: 40)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama orang itu adalah Asif, sekretaris Nabi Sulaiman. Hal yang sama diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif ibnu Barkhia, dia adalah seorang yang jujur lagi mengetahui Ismul A'zam.

Qatadah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif, seorang yang beriman dari kalangan manusia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa dia adalah seorang manusia. Qatadah menyebutkan keterangan yang lebih lengkap, bahwa orang itu berasal dari Bani Israil. Mujahid mengatakan bahwa nama orang itu adalah Astum. Menurut Qatadah dalam riwayat lain yang bersumber darinya, menyebutkan bahwa nama orang itu adalah Balikha.

Zuhair ibnu Muhammad mengatakan, dia adalah seorang lelaki yang dikenal dengan nama Zun Nur. Abdullah ibnu Lahi'ah menduga bahwa lelaki tersebut adalah Khidir, tetapi pendapatnya ini aneh sekali.

Firman Allah Swt.:

أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ

Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (An-Naml: 40)

Orang itu berkata kepada Sulaiman a.s., "Angkatlah pandangan matamu ke atas dan lihatlah sejauh matamu memandang, maka sesungguhnya bila matamu merasa lelah dan berkedip, singgasana itu telah berada di hadapanmu."

Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Layangkanlah pandangan matamu sejauh mataku memandang, maka sebelum pandangan matamu mencapai pemandangan yang terjauh, aku telah dapat mendatangkan singgasana itu." Para ulama menyebutkan bahwa Asif meminta kepada Sulaiman a.s. agar memandang ke arah negeri Yaman tempat singgasana itu terdapat, lalu Asif berwudu dan berdoa kepada Allah. Mujahid mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Zal Jalali Wal Ikram," yang artinya "Ya Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan".

Az-Zuhri mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, datangkanlah 'Arasynya kepadaku." Maka seketika itu juga singgasana ('Arasy)nya berada di hadapannya. ,

Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ishaq, Zuhair ibnu Muhammad, dan lain-lainnya mengatakan bahwa setelah berdoa memohon kepada Allah Swt. agar singgasana Balqis didatangkan di hadapannya, saat itu singgasana berada di negeri Yaman, sedangkan Nabi Sulaiman berada di Baitul Maqdis, maka singgasana Balqis hilang dan masuk ke dalam tanah kemudian muncul di hadapan Sulaiman a.s.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, Sulaiman tidak menyadari bahwa singgasana Balqis dalam sekejap mata telah berada di hadapannya. Dan yang membawa ke hadapannya adalah salah seorang dari hamba Allah yang ada di laut. Setelah singgasana Balqis berada di hadapannya dan para pembesar kerajaannya menyaksikan hal itu,

قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي

ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku.” (An-Naml: 40)

Yaitu ini adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku.

أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguh­nya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. (An-Naml: 40)

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fussilat: 46)

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلأنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ

dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar-Rum: 44)

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Maha Mulia. (An-Naml: 40)

Artinya Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya dan juga penyembahan mereka,

كَرِيمٌ

lagi Maha Mulia. (An-Naml: 40)

Zat Allah Maha Mulia, sekalipun tidak ada seseorang yang menyembah-Nya, kebesaran Allah tidak memerlukan kepada seseorang pun dari makhluk-Nya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Musa:

إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ

Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam hadis Qudsi-Nya:

"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مِلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ [ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا] فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمِنْ وَجَدَ غَيْرَ ذلك فلا يلومن إلا نفسه"

Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terkemudian dari kalian; baik manusia maupun jin semuanya bertakwa seperti seseorang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak menambah apa pun di dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terkemudian baik manusia maupun jin semuanya durhaka seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu hanyalah amal perbuatan kalian, Akulah yang menghitung­ hitungnya bagi kalian, kemudian Aku tunaikan bagi kalian pembalasannya. Barang siapa yang menjumpai kebaikan (dalam balasannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali dirinya sendiri.


قَالَ نَكِّرُوا۟ لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِىٓ أَمْ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ 41

(41) Dia berkata: "Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)".

(41) 

Setelah singgasana Balqis didatangkan kepada Nabi Sulaiman sebelum Balqis tiba di hadapannya, maka ia memerintahkan agar singgasana itu dirubah sebagian spesifikasinya (sebagian ciri khasnya) untuk menguji pengetahuan dan kekuatan daya ingatnya saat melihat singgasananya yang telah diubah itu. Apakah dia dapat menebak bahwa itu adalah singgasananya ataukah tidak dapat menebaknya? Untuk itu Nabi Sulaiman berkata:

 قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ

Dia berkata, "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalinya).”(An-Naml: 41)

Ibnu Abbas mengatakan, Sebagian aksesori singgasana itu dilepas.

Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman a.s. memerintahkan agar apa yang tadinya berwarna merah diubah dengan warna kuning, yang tadinya berwarna kuning diubah menjadi merah, dan yang tadinya berwarna hijau diubah menjadi merah, semua warna diubah dari keadaan semula.

Ikrimah mengatakan bahwa mereka melakukan penambahan dan pengurangan pada singgasana tersebut.

Qatadah mengatakan bahwa yang tadinya diletakkan di bagian atas ditaruh di bawah, dan yang tadinya ditaruh di belakang diletakkan di muka, lalu mereka melakukan sedikit modifikasi penambahan dan pengurangan padanya.



فَلَمَّا جَآءَتْ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ قَالَتْ كَأَنَّهُۥ هُوَ ۚ وَأُوتِينَا ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ 42

(42) Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri".

(42) 

فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, “Serupa inikah singgasanamu?” (An-Naml: 42)

Ditampilkan ke hadapan Balqis singgasananya yang telah diubah dan yang telah dimodifikasi dengan sedikit penambahan dan pengurangan. Namun Ratu Balqis berakal cerdik dan teliti. Selain itu orangnya pandai, berwibawa dan tegas. Maka ia tidak berani tergesa-gesa memutuskan bahwa itu adalah singgasananya, mengingat jarak perjalanan yang sangat jauh (antara Yaman dan Baitul Maqdis). Ia tidak berani pula mengatakan bahwa singgasana itu adalah yang lain, mengingat padanya masih banyak terdapat ciri-ciri khas singgasana miliknya yang masih utuh, hanya telah mengalami modifikasi dan perubahan. Maka ia mengatakan:

كَأَنَّهُ هُوَ

Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. (An-Naml: 42)

Yakni mirip dengannya dan sangat mendekatinya, Ungkapan ini menunjukkan kecerdikan dan kecermatannya.

Firman Allah Swt.:

وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ

kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42)

Menurut Mujahid, yang mengatakan ini adalah Nabi Sulaiman.



وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍۢ كَٰفِرِينَ 43

(43) Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

(43) 

Firman Allah Swt.:

وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)

Ini pun merupakan kelanjutan dari perkataan Nabi Sulaiman a.s. menurut pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, serta selain keduanya. Yakni Nabi Sulaiman mengatakan: kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42) Sedangkan Balqis dihalang-halangi untuk menyembah Allah semata oleh: apa yang disembahnya selama ini selain Allah, karena sesungguh­nya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)

Ini menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Sa'id, dan Hasan; Ibnu Jarir pun mengatakan hal yang sama.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa damir yang terkandung di dalam firman-Nya, "Wasaddaha," kembali (merujuk) kepada Sulaiman atau kepada Allah Swt. Yakni Allah atau Nabi Sulaiman mencegahnya untuk menyembah selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)

Menurut hemat kami, pendapat Mujahid diperkuat oleh firman selanjutnya yang membuktikan bahwa sesungguhnya Balqis baru menampakkan keislamannya hanyalah setelah ia memasuki istana kaca.


قِيلَ لَهَا ٱدْخُلِى ٱلصَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةًۭ وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُۥ صَرْحٌۭ مُّمَرَّدٌۭ مِّن قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 44

(44) Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".

(44) 

Firman Allah Swt.:

قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا

Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.t (An-Naml: 44)

Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.

Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya, mengingat Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus, betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan (berteracak). Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak, maka sengaja ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut.

Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya.

Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan kainnya dari betisnya, maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami, maka Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.

Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan kepada jin, "Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu." Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana ini," dengan maksud untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya, dan kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya.

Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa ia akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana licin yang terbuat dari kaca.

Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam penyembahan dia terhadap matahari selain dari Allah.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu, ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada istananya.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca yang warnanya putih bersih seperti air (yakni sangat jernih), lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya, sedangkan burung-burung, jin, dan manusia berada di dalam istana itu mengelilingi­nya.

Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana ini," untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah daripada istananya. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. (An-Naml: 44) Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. (An-Naml: 44)

Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis, dan semua orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan mengulangi pertanyaannya, "Celakalah apa yang tadi kamu katakan?" Balqis menjawab, "Saya lupa apa yang tadi saya katakan," lalu Balqis berkata meralat ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An-Naml: 44)

Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.

Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib (aneh).

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari Zaidah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd; ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di atas singgasananya, kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian berangkatlah mereka selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara; turun istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi ternyata ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (An-Naml: 2-21). Azab yang diancamkan oleh Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia akan mencabuti seluruh bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang semisal dengan hadis yang diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) sampai dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini. (An-Naml: 27-28). Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31). Setelah hud-hud melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya, kemudian ia berkata (kepada para pembesar kerajaannya), "Sesungguhnya ini adalah surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya mengatakan, 'Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'.' Para pembesar kerajaannya mengatakan, "Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan." Balqis menjawab, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakan­nya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka (Sulaiman dan para pembesar kerajaannya) suatu hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." Ketika hadiah itu sampai kepada Sulaiman, ia mengatakan, "Apakah kalian layak menolong aku dengan harta? Kembalilah kepada rajamu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami, bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah. Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd. Nabi Sulaiman berkata, "Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan singgasana Balqis ke hadapanku ?" Disebutkan bahwa jarak antara letak singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” (An-Naml: 39) Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai, ia baru bangkit meninggalkannya. Maka jin 'Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Sulaiman menjawab, "Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu." Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka Nabi Sulaiman memandang ke arahnya. Setelah pembicaraan­nya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku. (An-Naml: 4), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman berkata: Ubahlah baginya singgasananya! (An-Naml: 41) Setelah Balqis datang, dikatakan kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.” (An-Naml: 42) Setelah datang di hadapan Sulaiman a.s., maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, "Aku mengingin­kan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit." Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai sesuatu terlebih dahulu meminta saran kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, "Itu mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam sebuah wadah." Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang warna Allah Swt. Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur bersujud seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu" Maka Allah berfirman, "Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Aku­lah yang memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka." Maka Sulaiman a.s. kembali duduk di atas singgasananya dan bertanya, "Apakah yang engkau katakan tadi?” Balqis menjawab, "Saya tidak meminta kepadamu selain dari air." Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang telah dimintanya. Mereka menjawab, "Balqis tidak meminta kepadamu selain air." Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya; dan jika ia menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita terus-menerus diperbudak olehnya." Kemudian setan-setan itu membuat istana yang licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana." Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya kolam yang besar. Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, "Ini amat buruk, lalu apakah yang dapat melenyapkan bulu-bulu itu?" Mereka menjawab, "Pakai saja pisau cukur." Sulaiman berkata, "Bekas pisau cukur jelek." Maka setan-setan membuat bahan ramuan khusus yang disebut mirah (untuk melenyapkan rambut). Bahan ini mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman.

Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, "Alangkah menariknya kisah ini."

Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali, barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka'b ibnu Malik dan Wahb ibnu Munabbih, semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari berita-berita Bani Israil kepada umat ini; kisah-kisahnya penuh dengan keanehan dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang tidak terjadi karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh.

Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala puji bagi Allah Swt. yang telah mengaruniakannya kepada kita.

Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua bangunan yang tinggi (tower). Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang Fir'aun, la'natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman, pembantunya:

ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ

Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (Al-Mu-min: 36), hingga ayat-ayat berikutnya.

As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman. Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin (halus).

مِنْ قَوَارِيرَ

terbuat dari kaca. (An-Naml: 44)

Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin, dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal.

Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar yang terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman berupa kebesaran yang dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar. Dan Balqis berserah diri kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. (An-Naml: 44)

Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain Allah.

وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 44)

Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.