27 - النمل - An-Naml
The Ant
Meccan
أَمَّن يَبْدَؤُا۟ ٱلْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَمَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۗ أَءِلَٰهٌۭ مَّعَ ٱللَّهِ ۚ قُلْ هَاتُوا۟ بُرْهَٰنَكُمْ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 64
(64) Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
(64)
Dialah Allah yang dengan kekuasaan dan kemampuan-Nya memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya lagi, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang Menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 12-13)
Dan firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27)
Adapun Firman Allah Swt.:
وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi. (An-Naml: 64)
Yakni melalui hujan yang Dia turunkan dari langit, lalu menumbuhkan keberkatan yang terkandung di dalam bumi. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ. وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ
Dan langit yang mengandung hujan dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (At-Tariq: 11-12).
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. (Al-Hadid: 4)
Allah Swt. menurunkan hujan dari langit yang mengandung berkah, lalu air hujan itu meresap ke dalam tanah, kemudian dari dalam tanah keluarlah berbagai macam tanaman dan pepohonan serta bunga-bungaan dan lain-lainnya yang mempunyai warna beraneka ragam.
كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى
Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. (Taha: 54)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 64)
Yakni yang melakukan itu semua. Menurut pendapat lain, yang wajib disembah sesudah semuanya itu?
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ
Katakanlah, "Unjukkanlah bukti kebenaranmu.” (An-Naml: 64)
untuk membenarkan keabsahan dari apa yang kalian dakwakan itu,bahwa ada tuhan lain yang disembah selain Dia?
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
"Jika kamu memang orang-orang yang benar.” (An-Naml: 64)
dalam pengakuanmu itu, dan telah diketahui bahwa mereka tidak mempunyai alasan ataupun bukti yang membenarkan perbuatan mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al-Mu-minun: 117)
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ 65
(65) Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.
(65)
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk memberitahukan kepada semua makhluk, bahwa sesungguhnya tiada seorang pun —baik yang di langit maupun yang di bumi— mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt.
Kalimat Illallah (kecuali hanya Allah) merupakan istisna munqati', yang maksudnya ialah bahwa tiada seorang pun yang mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34), hingga akhir surat.
Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini cukup banyak.
Firman Allah Swt.:
وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65)
Artinya, tiada seorang pun yang ada di langit maupun yang ada di bumi mengetahui waktunya hari kiamat. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
ثَقُلَتْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)
Yakni amat berat pengetahuan hari kiamat itu bagi penduduk langit dan bumi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa barang siapa yang menduga bahwa dia (Nabi Saw.) mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka sesungguhnya dia telah berdusta besar terhadap Allah, karena Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
Qatadah telah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menjadikan bintang-bintang ini untuk tiga kegunaan; Allah menjadikannya sebagai perhiasan langit, dan menjadikannya sebagai tanda yang bisa dipakai untuk penunjuk arah, dan menjadikannya sebagai alat perajam setan-setan. Maka barang siapa yang menganggap selain dari itu, berarti dia mengatakan sesuatu yang tidak ada sandarannya melainkan hanya pendapat sendiri; dia keliru besar dan menyia-nyiakan waktunya serta memaksakan diri terhadap apa yang tidak ada pengetahuan baginya tentang hal itu. Dan sesungguhnya ada sebagian orang yang bodoh tentang urusan Allah, mereka membuat-buat ilmu tenung melalui bintang-bintang ini dengan mengatakan bahwa barang siapa yang turun istirahat di malam hari dengan bintang anu, maka akibatnya akan anu; barang siapa yang bepergian dengan bintang anu, maka akan anu; dan barang siapa yang dilahirkan dengan bintang anu, maka anu. Demi usiaku, tiada suatu bintang pun melainkan ada yang lahir di waktunya orang yang berkulit merah, hitam, berperawakan pendek, berperawakan jangkung; dan ada yang tampan rupa, ada pula yang buruk rupa. Lalu apakah kaitannya perbintangan ini dan hewan serta burung tersebut dengan sesuatu dari ilmu gaib? Allah telah memutuskan bahwa tiada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Dia, dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan?
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah secara harfiyah. Pendapat ini merupakan pendapat yang benar, kuat, lagi berbobot.
بَلِ ٱدَّٰرَكَ عِلْمُهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ ۚ بَلْ هُمْ فِى شَكٍّۢ مِّنْهَا ۖ بَلْ هُم مِّنْهَا عَمُونَ 66
(66) Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.
(66)
Firman Allah Swt.:
بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا
Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (Al-Naml: 66)
Artinya, pengetahuan mereka tidak mampu dan lemah untuk mengetahui waktu terjadinya hari kiamat.
Sebagian ulama ada yang membacanya
"بَلْ أَدْرَكَ عِلْمُهُمْ"
yang artinya "pengetahuan mereka sama tidak tahunya mengenai hal tersebut".
Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, bahwa Rasulullah Saw. dalam jawabannya terhadap Malaikat Jibril yang menanyakan kepadanya tentang waktu hari kiamat mengatakan:
مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Tiadalah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.
Yakni keduanya sama-sama tidak mengetahui kapan hari kiamat terjadi, baik orang yang ditanya maupun si penanyanya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yaitu tidak dapat menjangkau, karena perkara terjadinya hari kiamat adalah hal yang gaib.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Karena ketidaktahuan mereka terhadap Tuhannya, maka pengetahuan mereka tidak dapat menembus tentang hari akhirat (kiamat); ini merupakan pendapat yang lain.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yakni di saat pengetahuan tidak ada manfaatnya lagi.
Hal yang sama dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dan As-Saddi, bahwa pengetahuan mereka baru dapat terbuka kelak pada hari kiamat di saat tidak ada manfaatnya lagi bagi mereka hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38 )
Sufyan telah meriwayatkan dari Amr ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, bahwa ia pernah membaca firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Lalu ia mengatakan bahwa pengetahuan mereka di dunia pudar ketika mereka menyaksikan hari akhirat (kiamat).
Firman Allah Swt.:
بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا
malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66)
Damir ini kembali kepada isim jenis, yang dimaksud ialah orang-orang kafir, sama seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian. (Al-Kahfi: 48)
Yaitu orang-orang yang kafir dari kalangan kalian. Hal yang sama disebutkan pula dalam ayat ini: malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66) Mereka meragukan keberadaan dan kejadiannya.
بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ
lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya. (An-Naml: 66)
Yakni dalam kebutaan dan ketidaktahuan yang parah tentang hari kiamat dan keadaannya.
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَءِذَا كُنَّا تُرَٰبًۭا وَءَابَآؤُنَآ أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ 67
(67) Berkatalah orang-orang yang kafir: "Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?
(67)
Allah Swt. menceritakan tentang orang-orang musyrik yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, bahwa mereka menganggap mustahil tubuh-tubuh ini dibangkitkan kembali sesudah menjadi tulang belulang yang telah hancur. Kemudian mereka mengatakan:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَإِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ
Berkatalah orang-orang kafir: " apakah setelah menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan di keluarkan (dari kubur). (An-Naml: 67)
لَقَدْ وُعِدْنَا هَٰذَا نَحْنُ وَءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ إِنْ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ 68
(68) Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala".
(68)
لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ
Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu. (An-Naml: 68)
Yakni kami masih mendengar ancaman ini dan juga bapak-bapak kami, tetapi kami tidak pernah melihat kenyataannya dan tidak pula kejadiannya. Ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:
إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala. (An-Naml: 68)
Yaitu peringatan dan ancaman yang mengatakan bahwa tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali sesudah matinya, tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala, yang diambil oleh suatu kaum dari orang-orang yang sebelum mereka melalui kitab-kitab mereka; sebagian dari mereka menerimanya dari sebagian yang lain, padahal tidak ada kenyataannya.
Allah Swt. menjawab dugaan mereka yang kafir dan tidak percaya kepada hari berbangkit:
قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُجْرِمِينَ 69
(69) Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.
(69)
قُلْ
Katakanlah. (An-Naml: 69)
hai Muhammad, kepada mereka itu.
سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ
Berjalanlah kalian (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. (An-Naml: 69)
Yang mendustakan para rasul dan mendustakan berita adanya hari berbangkit yang disampaikan oleh para rasul dan berita-berita lainnya. Maka perhatikanlah apa yang telah menimpa mereka dari azab Allah dan pembalasan-Nya, dan Allah menyelamatkan di antara mereka utusan-utusan-Nya serta para pengikut mereka yang beriman. Hal tersebut menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh para rasul itu. Kemudian Allah Swt. berfirman menghibur hati Nabi-Nya:
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُن فِى ضَيْقٍۢ مِّمَّا يَمْكُرُونَ 70
(70) Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan".
(70)
وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ
Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka. (An-Naml: 70)
Yakni terhadap orang-orang yang mendustakan apa yang engkau sampaikan, dan janganlah kamu menyesali perbuatan mereka, serta jangan biarkan dirimu kecewa karena sikap mereka.
وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (An-Naml: 70)
Untuk menjerumuskanmu dan menyanggah apa yang engkau sampaikan kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mendukungmu, menolongmu, dan memenangkanmu atas orang-orang yang menentang apa yang kamu bawa, baik di timur maupun di barat.
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 71
(71) Dan mereka (orang-orang kafir) berkata: "Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar".
(71)
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik yang meminta agar kiamat disegerakan, padahal mereka menganggap mustahil terjadinya hari kiamat itu.
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar.” (An-Naml: 71)
Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:
قُلْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ رَدِفَ لَكُم بَعْضُ ٱلَّذِى تَسْتَعْجِلُونَ 72
(72) Katakanlah: "Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu.
(72)
قُلْ
Katakanlah. (An-Naml: 72)
hai Muhammad, kepada mereka.
عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ
Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu. (An-Naml: 72)
Menurut Ibnu Abbas, makna radifa ialah sudah dekat, atau dekat bagi kalian azab yang kalian minta supaya disegerakan itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan As-Saddi.
Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا
dan mereka berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (Al-Isra: 51)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54)
Dan sesungguhnya huruf lam masuk ke dalam lafaz radifa lakum, karena mengandung makna 'ajila lakum, yakni disegerakan kepada kalian. Seperti yang dikatakan oleh suatu riwayat yang bersumber dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mungkin telah hampir datang kepadamu. (An-Naml: 72) Yakni disegerakan terhadap kalian.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ 73
(73) Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).
(73)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia. (An-Naml: 73)
Allah tetap melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka, sekalipun mereka berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri; dan selain dari itu mereka tidak bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat tersebut, terkecuali hanya sedikit orang dari kalangan mereka.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ 74
(74) Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.
(74)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. (An-Naml: 74)
Sama dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu. (Ar-Ra'd: 1)
يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى
Dia mengetahui rahasia dan yang tersembunyi. (Taha: 7)
Dan firman Allah Swt.:
أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. (Hud: 5)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi, dan bahwa sesungguhnya Dia mengetahui alam gaib dan alam nyata; Yang dimaksud dengan alam gaib ialah yang tidak tampak oleh hamba-hamba Allah dan mereka tidak dapat menyaksikannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَا مِنْ غَآئِبَةٍۢ فِى ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ إِلَّا فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍ 75
(75) Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).
(75)
وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ
Tidak ada sesuatu pun yang gaib. (An-Naml: 75)
Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah tiada sesuatu pun.
فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (An-Naml: 75)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al-Hajj: 7)
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَقُصُّ عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَكْثَرَ ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ 76
(76) Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.
(76)
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kitab-Nya yang mulia, dan hidayah, penjelasan serta pembeda antara hak dan batil yang terkandung di dalamnya, bahwasanya Al-Qur'an menceritakan kepada kaum Bani Israil (yaitu pemegang kitab Taurat dan kitab Injil):
أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. (An-Naml: 76)
Seperti pertentangan mereka tentang Isa dan perselisihan mereka mengenai dirinya; orang-orang Yahudi membuat-buat berita bohong terhadapnya, sedangkan orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam menilainya. Maka datanglah Al-Qur'an dengan membawa pendapat yang pertengahan, hak, lagi adil, bahwa Isa adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah, dan merupakan salah seorang dari rasul dan nabi-Nya yang mulia, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: