28 - القصص - Al-Qasas
The Stories
Meccan
وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ ٱلْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 51
(51) Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.
(51)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka. (Al-Qashash: 51)
Mujahid mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah Kami terangkan perkataan ini kepada mereka.
As-Saddi mengatakan, Kami jelaskan perkataan ini kepada mereka.
Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. menceritakan kepada mereka apa yang telah diperbuat-Nya terhadap umat terdahulu dan apa yang Dia lakukan sekarang.
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). (Al-Qashash: 51)
tanpa dalil dan tanpa alasan.
agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Qashash: 51)
Mujahid dan lain-lainnya telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: telah Kami turunkan berturut-turut kepada mereka. (Al-Qashash: 51) bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Quraisy, dan memang pengertian inilah yang tersimpulkan dari makna lahiriah ayat.
Tetapi Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Amr ibnu Dinar, dari Yahya ibnu Ja'dah, dari Rifa'ah ibnu Qarzah Al-Qurazi, yang menurut Ibnu Mandah disebut Rifa'ah ibnu Syamuel, paman dari pihak ibunya Siti Safiyyah binti Huyayyin, yang menceraikan istrinya Tamimah binti Wahb, lalu dikawini oleh Abdur Rahman ibnuz Zubair ibnu Bata sesudahnya. Demikianlah menurut Ibnul Asir.
Rifa'ah mengatakan bahwa firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya telah Kami jelaskan perkataan ini kepada mereka. (Al-Qashash: 51) diturunkan berkenaan dengan sepuluh (orang Yahudi), saya adalah salah seorang dari mereka.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan keterangan bahwa hadis tersebut merupakan perkataan Rifa'ah.
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِهِۦ هُم بِهِۦ يُؤْمِنُونَ 52
(52) Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu.
(52)
Allah Swt. menceritakan para ulama lagi para wali dari kalangan Ahli Kitab, bahwa mereka beriman kepada Al-Qur’an, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. (Al-Baqarah:121)
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Ali Imran:199)
إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا * وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, Mahasuci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” (Al-Isra:17-18)
Dan firman Allah Swt.:
وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani. yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa ayat di atas diturunkan berkenaan dengan tujuh puluh orang pendeta yang diutus oleh Raja Najasy setelah mereka datang kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw. membacakan kepada mereka surat Yasin, yaitu:
يس. وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
Ya Sin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah. (Yasin:1-2), hingga akhir surat.
Lalu mereka menangis dan masuk Islam. Maka turunlah firman Allah Swt. berkenaan dengan mereka, yaitu:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur’an itu. (Al-Qashash:52)
Maksudnya, sebelum Al-Qur'an kami adalah orang-orang muslim; yakni orang-orang yang mengesakan Allah, ikhlas kepada-Nya, dan memenuhi seruan-Nya.
وَإِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِهِۦٓ إِنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّنَآ إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِۦ مُسْلِمِينَ 53
(53) Dan apabila dibacakan (Al Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).
(53)
وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ
Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata, Kami beriman kepadanya; sesungguhnya Al-Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkannya.” (Al-Qashash: 53)
Maksudnya, sebelum Al-Qur'an kami adalah orang-orang muslim; yakni orang-orang yang mengesakan Allah, ikhlas kepada-Nya, dan memenuhi seruan-Nya.
أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيَدْرَءُونَ بِٱلْحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ 54
(54) Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.
(54)
Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:
أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا
Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka. (Al-Qashash:54)
Yakni mereka yang menyandang sifat-sifat tersebut adalah orang-orang yang beriman kepada kitab terdahulu dan kitab yang kemudian (Al-Qur'an). Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: disebabkan kesabaran mereka. (Al-Qashash:54) dalam mengikuti perkara yang hak, sekalipun mengakui hal seperti itu merupakan suatu perbuatan yang sangat berat dirasakan oleh mereka.
Di dalam sebuah hadis sahih melalui riwayat Amir Asy-Sya'bi, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al-Asy'ari r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
ثَلَاثَةٌ يُؤتَونَ أجْرهم مَرّتَين: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ ثُمَّ آمَنَ بِي، وَعَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ، ورَجُل كَانَتْ لَهُ أمَة فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فتزوَّجها
Ada tiga macam orang yang pahalanya diberi dua kali, yaitu seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, kemudian beriman kepadaku; seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah dan hak majikannya; dan seorang lelaki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu ia mendidiknya dengan baik, kemudian memerdekakannya dan mengawininya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ السَّيلَحيني، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ سُلَيْمَانَ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنِّي لتحتَ رَاحِلَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ، فَقَالَ قَوْلًا حَسَنًا جَمِيلًا وَقَالَ فِيمَا قَالَ: مَنْ أَسْلَمَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ فَلَهُ أَجْرُهُ مَرَّتَيْنِ، وَلَهُ مَا لَنَا وَعَلَيْهِ مَا عَلَيْنَا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq As-Sulaihini, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Sulaiman ibnu Abdur Rahman, dari Al-Qasim ibnu Abu Umamah yang menceritakan bahwa sesungguhnya ketika ia benar-benar berada di bawah unta kendaraan Rasulullah Saw. pada hari jatuhnya kota Mekah, beliau mengucapkan perkataan yang baik lagi indah; antara lain beliau Saw. bersabda: Barang siapa yang masuk Islam dari kalangan Ahli Kitab, maka ia memperoleh pahala dua kali; ia memperoleh pahala seperti yang kita peroleh, dan ia menanggung apa yang ditanggung oleh kita.
Firman Allah Swt.:
وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ
dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan. (Al-Qashash:54)
Mereka tidak membalas kejahatan dengan hal yang semisal, tetapi memaaf dan melupakannya.
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (Al-Qashash:54)
Yaitu mereka membelanjakan sebagian dari rezeki halal yang mereka peroleh kepada makhluk Allah, yaitu nafkah yang wajib, buat keluarga mereka dan kaum kerabat mereka. Mereka pun membayar zakat yang fardu dan yang sunat, juga amal taqarrub dan sedekah nafilah.
وَإِذَا سَمِعُوا۟ ٱللَّغْوَ أَعْرَضُوا۟ عَنْهُ وَقَالُوا۟ لَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِى ٱلْجَٰهِلِينَ 55
(55) Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil".
(55)
Firman Allah Swt.:
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya. (Al-Qashash:55)
Yakni mereka tidak bergaul dengan para pelakunya dan tidak mau berteman dengan mereka, bahkan sikap mereka adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
Adapun firman Allah Swt.:
وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
dan mereka berkata, Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash:55)
Yakni apabila mereka dibodoh-bodohi dan dikata-katai dengan ucapan yang tidak layak bagi diri mereka, maka jawaban mereka adalah berpaling darinya, dan mereka tidak membalasnya dengan perlakuan yang semisal dari kata-kata yang buruk, dan tiada yang dikeluarkan oleh lisan mereka kecuali kata-kata yang baik. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan sikap mereka melalui firman-Nya, menyitir ucapan mereka:
لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. (Al-Qashash:55)
Maksudnya, kami tidak ingin menempuh jalannya orang-orang yang jahil dan kami tidak menyukainya.
Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan di dalam kitab As-Sirah, bahwa telah datang kepada Rasulullah Saw., ketika beliau berada di Mekah, kurang lebih dua puluh orang Nasrani. Mereka telah mendengar perihal Nabi Saw. saat mereka di negeri Abesinia; mereka menjumpai Rasulullah Saw. berada di masjid, lalu mereka duduk dengannya, berbicara dengannya, serta bertanya kepadanya. Saat itu terdapat banyak kaum laki-laki dari kalangan Quraisy berada di tempat perkumpulan mereka di sekeliling Ka'bah. Setelah mereka selesai dari menanyai Rasulullah Saw. tentang berbagai hal yang ingin mereka tanyakan kepadanya, maka Rasulullah Saw. menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka.
Setelah mereka mendengar bacaan Al-Qur'an itu, maka berlinanganlah air mata mereka. Lalu mereka memenuhi seruan Allah, beriman kepadaNya, dan membenarkan Nabi-Nya serta mengetahui dari Nabi Saw. segala apa yang telah disifatkan di dalam kitab mereka mengenai dirinya.
Ketika mereka bangkit meninggalkan Nabi Saw., maka Abu Jahal ibnu Hisyam bersama sejumlah orang Quraisy menyapa mereka seraya mengatakan, Semoga Allah membuat kalian kecewa sebagai iringan kafilah; orang-orang di belakang kalian dari kalangan pemeluk agama kalian mengutus kalian untuk mendatangkan kepada mereka berita tentang lelaki ini. Tetapi setelah kalian duduk bersamanya, tiada lain kalian langsung meninggalkan agama kalian, lalu kalian membenarkan ucapannya. Kami tidak pernah mengetahui ada delegasi yang lebih dungu daripada kalian, atau ucapan lainnya yang semisal.
Maka mereka menjawab, Kesejahteraan atas kalian. Kami tidak mau bersikap jahil seperti kalian, bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian; kami tidak merasa puas dengan kebaikan.
Menurut pendapat yang lain, rombongan tersebut adalah dari kalangan penduduk Nasrani Najran. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui siapakah mereka di antaranya yang sebenarnya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, sesungguhnya berkenaan dengan merekalah ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur'an itu. (Al-Qashash: 52) sampai dengan firman-Nya: kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. (Al-Qashash: 55)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa ia bertanya kepada Az-Zuhri tentang ayat-ayat ini, yakni berkenaan dengan siapakah penurunannya. Maka Az-Zuhri menjawab bahwa masih terngiang-ngiang di telinganya perkataan para ulama kita yang mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Raja Negus dan sahabat-sahabatnya, juga ayat-ayat yang ada di dalam surat Al-Maidah, yaitu firman-Nya:
ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا
إِلَى قَوْلِهِ:فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib. (Al-Maidah:82) sampai dengan firman-Nya: maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad Saw.). (Al-Maidah:83)
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ 56
(56) Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(56)
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa sesungguhnya kamu, hai Muhammad:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash:56)
Yakni masalah petunjuk bukanlah merupakan urusan kamu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bagi-Nya hikmah yang tak terperikan dan hujah yang mengalahkan, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah:272)
Dan firman Allah Swt.:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf:13)
Tetapi ayat dalam surat Al-Qashash ini lebih khusus daripada ayat lainnya yang semakna, karena sesungguhnya disebutkan di dalamnya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash:56)
Artinya, Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan.
Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, paman Rasulullah Saw. Padahal Abu Talib adalah orang yang melindunginya, membantunya dan berdiri di pihaknya, serta mencintainya dengan kecintaan yang sangat secara naluri, bukan secara syar'i. Tatkala ajal menjelang dan sudah tiba saat ajalnya, Rasulullah Saw. menyerunya untuk beriman dan masuk Islam. Tetapi takdir telah mendahuluinya dan nyawanya telah meregang, sedangkan ia masih tetap berada di dalam kekafirannya. Hanya bagi Allah-lah hikmah yang sempurna.
قَالَ الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ المسَيَّب، عَنْ أَبِيهِ -وَهُوَ الْمُسَيَّبُ بْنُ حَزْن الْمَخْزُومِيُّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَلِمَةٌ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ. فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيَعُودَانِ لَهُ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ آخَرَ مَا قَالَ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى [التوبة: 113] ، بوأنزل فِي أَبِي طَالِبٍ:>إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Az-Zuhri mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnul Musayyab, dari ayahnya Al-Musayyab ibnu Hazn Al-Makhzumi r.a. yang menceritakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang. Beliau Saw. menjumpai Abu Jahal ibnu Hisyam dan Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ada di sisi Abu Talib. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, Tidak ada Tuhan selain Allah, yaitu suatu kalimat yang dengannya kelak aku akan membelamu di hadapan Allah! Maka Abu Jahal dan Abdullah ibnu Abu Umayyah berkata, Hai Abu Talib, apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muttalib? Rasulullah Saw. terus-menerus menawarkan hal itu kepada Abu Talib, tetapi keduanya selalu menentangnya dengan kalimat itu terhadap Abu Talib. Sehingga di akhir kalimat yang diucapkan Abu Talib menyatakan bahwa dirinya tetap berada pada agama Abdul Muttalib, dan menolak untuk mengucapkan kalimat Tidak ada Tuhan selain Allah. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun buatmu (kepada Allah) selama aku tidak dilarang memohonkannya buatmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya). (At-Taubah:
113) Dan sehubungan dengan Abu Talib itu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash:56)
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Az-Zuhri.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Turmuzi:
مِنْ حَدِيثِ يَزِيدُ بْنُ كَيْسَان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ وفاةُ أَبِي طَالِبٍ أَتَاهُ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا عَمَّاهُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَقَالَ: لَوْلَا أَنْ تُعَيّرني بِهَا قُرَيْشٌ، يَقُولُونَ: مَا حَمَلَهُ عَلَيْهِ إِلَّا جَزَع الْمَوْتِ، لأقرَرْتُ بِهَا عينَك، لَا أَقُولُهَا إِلَّا لأقرَّ بِهَا عَيْنَكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ: إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
melalui hadis Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang kepadanya, lalu bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, Tidak ada Tuhan selain Allah, maka aku akan membelamu dengannya kelak di hari kiamat. Abu Talib menjawab (dengan bahasa diplomasi), Seandainya aku tidak merasa khawatir nanti akan dicela oleh orang-orang Quraisy karena kalimat tersebut, yang akan ditanggapi oleh mereka, bahwa tiada yang mendorongku mengatakannya melainkan karena takut mati, tentulah aku akan membuat hatimu senang, padahal aku tidak mengatakannya melainkan hanyalah untuk membuat hatimu senang. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash:56)
Imam Turmuzi menilai hadis ini hasan garib, bahwa ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Yazid ibnu Kaisan. Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yazid ibnu Kaisan, bahwa telah menceritakan kepadanya Abu Hazim, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadis yang semisal.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Mujahid, Asy-Sya'bi, dan Qatadah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib ketika Rasulullah Saw. menawarkan kepadanya untuk mengucapkan kalimah Tidak ada Tuhan selain Allah. Abu Talib menolaknya dan mengatakan, Wahai keponakanku, saya tetap berada pada agama orang-orang tua, dan perkataan terakhir yang diucapkan Abu Talib ialah bahwa dirinya berada pada agama Abdul Muttalib.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم ، عن سعيد بن أَبِي رَاشِدٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ قَيْصَرَ جَاءَ إليَّ قَالَ: كَتَبَ مَعِي قَيْصَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِتَابًا، فَأَتَيْتُهُ فَدَفَعْتُ الْكِتَابَ، فَوَضَعَهُ فِي حِجْرِهِ، ثُمَّ قَالَ:مِمَّنْ الرَّجُلُ؟ قُلْتُ: مِنْ تَنُوخَ. قَالَ: هَلْ لَكَ فِي دِينِ أَبِيكَ إِبْرَاهِيمَ الْحَنِيفِيَّةِ؟ قُلْتُ: إِنِّي رَسُولُ قَوْمٍ، وَعَلَى دِينِهِمْ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْهِمْ. فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَظَرَ إِلَى أَصْحَابِهِ وَقَالَ: إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Sa'id ibnu Abu Rasyid yang mengatakan, Utusan Kaisar Romawi datang kepadaku, lalu mengatakan, 'Kaisar telah menulis sepucuk surat untuk Rasulullah Saw. melaluiku.' Maka aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan kuserahkan surat itu kepadanya, lalu beliau meletakkannya di pangkuannya. Kemudian beliau bertanya, 'Dari manakah lelaki itu?' Aku menjawab, 'Dari kabilah Tanukh (kabilah Arab yang berpihak kepada Romawi).' Beliau bertanya, 'Apakah kamu memeluk agama bapak moyangmu Nabi Ibrahim yang hanif?' Aku menjawab, 'Sesungguhnya aku adalah utusan suatu kaum dan aku memeluk agama mereka, hingga aku kembali kepada mereka.' Maka Rasulullah Saw. berseri dan memandang kepada para sahabatnya seraya bersabda: 'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.' (Al-Qashash:56).
وَقَالُوٓا۟ إِن نَّتَّبِعِ ٱلْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا ءَامِنًۭا يُجْبَىٰٓ إِلَيْهِ ثَمَرَٰتُ كُلِّ شَىْءٍۢ رِّزْقًۭا مِّن لَّدُنَّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ 57
(57) Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(57)
Firman Allah Swt.:
وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا
Dan mereka berkata, Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami. (Al-Qashash:57)
Allah Swt. menceritakan alasan sebagian orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti jalan petunjuk. Mereka berkata kepada Rasulullah Saw, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami diusir dari negeri kami. (Al-Qashash:57) Yakni kami takut jika mengikuti petunjuk yang kamu sampaikan dan menentang orang-orang Arab musyrik yang ada di sekitar kami, maka mereka akan mengganggu kami, memerangi kami, dan mengusir kami dari tempat kami berada.
Allah Swt. menjawab ucapan mereka melalui firman-Nya:
أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman. (Al-Qashash:57)
Dengan kata lain, apa yang mereka kemukakan sebagai alasannya adalah dusta dan tidak benar sama sekali; karena sesungguhnya Allah menempatkan mereka di negeri yang aman dan tanah suci yang besar, yang sejak pertama kali telah aman. Maka bagaimanakah tanah suci ini menjadi tanah yang aman bagi mereka, padahal mereka kafir dan syirik, sedangkan bagi kaum yang beriman dan mengikuti jalan yang benar menjadi kota yang tidak aman bagi mereka?
Firman Allah Swt.:
يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan). (Al-Qashash:57)
Yaitu semua buah-buahan yang beraneka ragam dari daerah sekitarnya, seperti dari Taif, juga dari tempat-tempat lainnya, begitu pula barang dagangan dan keperluan lainnya.
وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Qashash:57)
Karena itulah mereka mengatakan perkataan tersebut.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, dari Ibnu Juraij, bahwa telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa Amr ibnu Syu'aib pernah meriwayatkan dari Ibnu Abbas —tetapi ia tidak mendengarnya langsung dari Ibnu Abbas— bahwa Al-Haris ibnu Amir ibnu Naufal adalah orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami. (Al-Qashash: 57)
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍۭ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا ۖ فَتِلْكَ مَسَٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَن مِّنۢ بَعْدِهِمْ إِلَّا قَلِيلًۭا ۖ وَكُنَّا نَحْنُ ٱلْوَٰرِثِينَ 58
(58) Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. Dan Kami adalah Pewaris(nya).
(58)
Allah Swt. membantah ucapan penduduk Mekah (yang kafir) melalui firman-Nya:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya. (Al-Qashash: 58)
Maksudnya, penduduk kota yang kelewat batas, jahat, lagi ingkar kepada nikmat-nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepada mereka berupa rezeki yang berlimpah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. (An-Nahl: 112)
sampai dengan firman-Nya:
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (An-Nahl: 113)
Karena itulah disebutkan dalam ayat ini melalui firman-Nya:
فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلا قَلِيلا
maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. (Al-Qashash: 58)
Yakni tempat tinggal mereka telah menjadi puing-puing, sehingga tiada lagi kelihatan rumah-rumah bekas mereka itu.
Firman Allah Swt.:
وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ
Dan Kami adalah pewarisnya. (Al-Qashash: 58)
Artinya, dijadikan sebagai puing-puing yang tiada lagi penduduknya.
Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan suatu riwayat dalam hal ini melalui Ibnu Mas'ud yang pernah mendengar Ka'b berkata kepada Umar r.a. bahwa sesungguhnya Nabi Sulaiman pernah berkata kepada burung hantu, "Mengapa kamu tidak memakan tanam-tanaman?" Burung hantu menjawab, "Karena tumbuh-tumbuhan itulah yang menyebabkan Adam diusir dari surga." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak meminum air?" Burung hantu menjawab, "Karena Allah telah menenggelamkan kaum Nuh dengan air itu." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak bersarang di puing-puing?" Burung hantu menjawab, "Karena tempat yang telah menjadi puing-puing itu adalah warisan Allah." Kemudian burung hantu itu membacakan firman-Nya: Dan Kami adalah pewarisnya. (Al-Qashash: 58)
Kemudian Allah Swt. berfirman menceritakan tentang keadilan-Nya, bahwa Dia tidak akan membinasakan seseorang yang berbuat aniaya kepada-Nya, melainkan hanya membinasakan orang-orang yang telah ditegakkan hujah Allah atas mereka.
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِىٓ أُمِّهَا رَسُولًۭا يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى ٱلْقُرَىٰٓ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَٰلِمُونَ 59
(59) Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.
(59)
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا
Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qashash: 59)
Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa nabi yang ummi yaitu Muhammad Saw. yang diutus dari Ummul Qura (Mekah) adalah utusan bagi semua penduduk kota, baik dari kalangan bangsa Arab maupun non-Arab. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A'raf: 158)
لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
Dan firman Allah Swt.:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
Lengkapnya dalil adalah firman Allah Swt.:
وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا
Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. (Al-Isra: 58), hingga akhir ayat.
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia akan membinasakan setiap kota sebelum hari kiamat, padahal Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)
Maka Allah menjadikan terutusnya Nabi yang ummi mencakup semua kota, karena dia telah diutus oleh Dia kepada ibu kotanya yang merupakan kota yang paling dahulu; semua kota menginduk kepadanya.
Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku diutus untuk bangsa yang berkulit merah dan yang berkulit hitam.
Karena itulah maka kenabian dan kerasulan ditutup olehnya, tiada nabi dan tiada rasul lagi sesudahnya, bahkan syariatnya tetap berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat.
Menurut pendapat yang lain, firman Allah Swt.:
حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا
sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul. (Al-Qashash-59)
Bahwa yang dimaksud dengan ummiha ialah ibu kota dan kota-kota yang terbesarnya. Demikianlah menurut pendapat Zamakhsyari, dan Ibnul Jauzi serta selain keduanya, pendapat ini tidak terlalu menyimpang dari kebenaran.