34 - سبإ - Saba
Sheba
Meccan
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍۢ فِى مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌۭ ۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍۢ وَشِمَالٍۢ ۖ كُلُوا۟ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥ ۚ بَلْدَةٌۭ طَيِّبَةٌۭ وَرَبٌّ غَفُورٌۭ 15
(15) Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".
(15)
Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan Tababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang dari raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka; kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya.
Kemudian Allah Swt. mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara mengesakan dan menyembah-Nya; mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Tetapi mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri, sebagaimana yang akan diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut ini, insya Allah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرة، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَعْلة قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ رَجُلٌ أَمِ امْرَأَةٌ أَمْ أَرْضٌ؟ قَالَ: "بَلْ هُوَ رَجُلٌ، وَلَدَ عَشَرة ، فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَبِالشَّامِ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الْيَمَانِيُّونَ: فَمَذْحِجُ، وكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارٌ، وَحِمْيَرُ. وَأَمَّا الشَّامِيَّةُ فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَعَامِلَةُ، وَغَسَّانُ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Wa'lah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Saba, apakah itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak; enam di antara mereka tinggal di negeri Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun yang tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd, orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama; sanad riwayat ini hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam kitabnya yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima 'rifati Usul Ansabil 'Arab wal 'Ajam, melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Alqamah ibnu Wa'lah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan lafaz yang semisal.
قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة الْكَلْبِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ هَانِئِ بْنِ عُرْوَة، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ مُسيَك قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَلَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُقَاتِلُ بِمُقْبِلِ قَوْمِي مُدْبِرَهُمْ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فَقَاتِلْ بِمُقْبِلِ قَوْمِكَ مُدْبِرَهُمْ". فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ: "لَا تُقَاتِلْهُمْ حَتَّى تَدْعُوَهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ". فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ سَبَأً؛ أَوَادٍ هُوَ، أَوْ رَجُلٌ ، أَوْ مَا هُوَ؟ قَالَ: " [لَا] ، بَلْ رَجُلٌ مِنَ الْعَرَبِ، وُلِدَ لَهُ عَشْرَةٌ فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، تَيَامَنَ الْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَحِمْيَرُ، وَكِنْدَةُ، وَمَذْحِجُ، وَأَنْمَارُ الَّذِينَ يُقَالُ لَهُمْ: بَجِيلَةُ وَخَثْعَمُ. وَتَشَاءَمَ لَخْمٌ، وَجُذَامٌ، وَعَامِلَةُ، وغسَّان".
Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah Al-Kalabi, dari Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, saya akan berperang di depan kaum saya dan di belakang mereka." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, berperanglah di depan kaummu dan di belakang mereka". Setelah aku berpaling, beliau memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi mereka sebelum kamu seru mereka masuk Islam. Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah ataukah sebuah gunung ataukah nama apa?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, bahkan Saba adalah dari keturunan bangsa Arab, dia mempunyai sepuluh orang anak; enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah Al-Azd, Asy'ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj, dan Anmar yang dikenal dengan sebutan Bajilah dan Khas'am. Sedangkan yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab Al-Kalbi yang dinilai daif oleh ulama hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari, dari Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani' Al-Muradi, dari pamannya atau dari ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan bahwa Farwah ibnu Masik r.a. datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu disebutkan hadis yang semisal.
Jalur lain dari hadis ini.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عبد الأعلى، حدثنا ابن وَهْبٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ تَوْبَةَ بْنِ نَمر، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ يَحْيَى أَنَّهُ أخبره قال: كنا عند عبيدة بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بِأَفْرِيقِيَّةَ فَقَالَ يَوْمًا: مَا أَظُنُّ قَوْمًا بِأَرْضٍ إِلَّا وَهُمْ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ عَلِيُّ بْنُ رَبَاحٍ: كَلَّا قَدْ حَدَّثَنِي فُلَانٌ أَنَّ فَرْوَةَ بْنَ مُسَيك الغُطَيفي قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ سَبَأً قَوْمٌ كَانَ لَهُمْ عِزٌّ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَرْتَدُّوا عَنِ الْإِسْلَامِ، أَفَأُقَاتِلُهُمْ؟ فَقَالَ: "مَا أُمِرْتُ فِيهِمْ بِشَيْءٍ بَعْدُ". فَأُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ الْآيَاتِ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا سَبَأٌ؟ فَذَكَرَ مِثْلَ هَذَا الْحَدِيثِ الَّذِي قَبْلَهُ: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئل عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَبْلَدٌ، أَمْ رَجُلٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "بَلْ رَجُلٌ، وَلَد لَهُ عَشَرَة فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَالشَّامَ أَرْبَعَةٌ، أَمَّا الْيَمَانِيُّونَ: فَمُذْحِجُ، وَكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارُ، وَحِمْيَرُ غَيْرُ مَا حَلَّهَا. وَأَمَّا الشَّامُ: فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَغَسَّانُ، وَعَامِلَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu Yahya yang menceritakan kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika, maka pada suatu hari Ubaidah mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa tiada suatu kaum pun yang tinggal di bumi ini melainkan berasal dari Saba." Maka Ali ibnu Abu Rabah membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Saba adalah suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa Jahiliah, dan sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari Islam, bolehkan saya memerangi mereka?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Aku belum diperintahkan untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap mereka." Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba: 15), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya, "Apakah Saba itu, ya Rasulullah?" -Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang sebelumnya yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu nama negeri atau nama lelaki ataukah nama perempuan. - Maka beliau Saw. menjawab: Tidak, bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang putra; enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman adalah Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy'ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak menetap padanya. Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah Lakham, Juzam, Gassan dan Amilah.
Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat tersebut di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا أَبُو سَبْرَة النَّخَعِي، عَنْ فَرْوَة بْنِ مُسَيْك الغُطَيْفي قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَرْضٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا امْرَأَةٍ، وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ تَشَاءَمُوا: فَلَخْمٌ وَجُذَامٌ وَعَامِلَةُ وَغَسَّانُ، وَأَمَّا الَّذِينَ تَيَامَنُوا: فَكِنْدَةُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَالْأَزْدُ، وَمُذْحِجُ، وَحِمْيَرُ، وَأَنْمَارُ". فَقَالَ رَجُلٌ: مَا أَنْمَارُ؟ قَالَ: "الَّذِينَ مِنْهُمْ خَثْعَمُ وَبَجِيلَةُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah An-Nakha'i alias Farwah ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama negeri ataukah nama wanita?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan nama negeri, bukan pula nama wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak: maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lamya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri Yaman ialah Kindah, Asy 'ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar. Lelaki itu bertanya lagi, "Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Khas'am dan Bajilah berasal dari mereka.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami '-nya melalui Abu Kuraib dan Abdu ibnu Humaid. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis di atas, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu Asbag, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Ibnu Kasir alias Usman ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis ini menjadi kuat dan hasan.
Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan bahwa nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya'rib ibnu Qahtan. Ia diberi julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula ber-saba di kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan Ar-Ra-isy karena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan perang seusai peperangan, lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya. Orang-orang Arab menamakan harta dengan istilah risyan atau riyasy. Mereka menyebutkan bahwa Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah memberitakan kabar gembira akan kedatangan Rasulullah Saw., lalu ia mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang abadi, yaitu:
سَيَمْلِكُ بَعْدَنَا مُلْكًا عَظيمًا ... نَبيّ لَا يُرَخِّصُ في الحَرَام ...
وَيَملك بَعْدَه منْهُم مُلُوك ... يدينوه العبادَ بغَير ذَامٍ ...
ويَملك بَعدهم مِنَّا مُلُوك ... يَصير المُلك فينَا باقْتسَام ...
وَيَمْلك بَعْد قَحْطَان نَبي ... تَقي خَبْتَة خُيْرُ الْأَنَامِ ...
وسُميَ أحْمَدًا يَا لَيْتَ أَنِّي ... أُعَمَّرُ بَعْد مَبْعَثه بِعَامٍ ...
فأعضُده وأَحْبوه بنَصْري ... بكُل مُدَجّج وبكُل رَامٍ ...
مَتَى يَظْهَرْ فَكُونُوا نَاصريه ... وَمَنْ يَلْقَاهُ يُبْلغه سَلامي ...
Kelak akan berkuasa sesudah kami seorang raja yang besar, yaitu seorang nabi, yang tidak mau kompromi dengan perkara yang haram. Dan sesudahnya akan berkuasa raja-raja dari kalangan mereka yang menegakkan hukuman had (mati) bagi setiap pembunuh. Sesudah mereka akan muncul raja-raja dari kalangan kami, sehingga kerajaan mencapai keemasannya. Dan sesudahnya Qahtan akan dikuasai oleh seorang nabi yang bertakwa lagi ahli ibadah, sebaik-baik makhluk, bernama Ahmad. Aduhai, seandainya aku diberi usia panjang setahun saja sesudah dia diangkat menjadi rasul. Maka aku akan mendukungnya dan kucurahkan segenap kekuatanku untuk menolongnya, dengan semua senjata dan semua anak panah. Manakala dia muncul, maka jadilah kalian sebagai para penolongnya; dan barang siapa yang bersua dengannya (dari kalian), sampaikanlah salamku kepadanya.
Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka berselisih pendapat tentang Qahtan; ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam ibnu Nuh. Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan Iram, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni Nabi Hud a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu Ibrahim Al-Khalil a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilahnya sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya
Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Bar An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah 'Ala Zikri Usulil Qabdilir Ruwwah.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"كَانَ رَجُلًا مِنَ الْعَرَبِ"
Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab.
Yang dimaksud dengan 'Arabul 'Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang ketiga yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s., pendapat ini tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba memanah, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
"ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا"
Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang kalian adalah seorang pemanah.
Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar —baik Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan keturunan Arab negeri Yaman dari Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh akibat banjir besar yang menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari mereka tinggal di negeri Syam. Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di dekat sebuah mata air yang dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air Gassan ini berada di dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
إمَّا سَألت فَإنَّا مَعْشَرٌ نُجُبٌ ... الأزْدُ نِسْبَتُنَا، وَالْمَاءُ غَسَّانُ
Jika engkau bertanya (tentang kami), maka kami adalah golongan keturunan kabilah Azd, yang kakek moyang kami bertempat di dekat mata air Gassan
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْعَرَبِ"
Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab.
Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti bahwa dia melahirkan sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada yang antara mereka dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang kurang dari itu, dan ada yang lebih banyak, seperti yang telah dijelaskan di kitab-kitab nasab yang membahasnya.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"فَتَيَامَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَتَشَاءَمَ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ"
Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya tinggal di negeri Syam.
Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya, dan ada yang hijrah ke negeri lain.
Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib, yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air hujan yang turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka membangun sebuah dam yang besar lagi kokoh guna membendung air tersebut. Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit tersebut. Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan buah-buahan yang sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Qatadah.
Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
Bendungan tersebut terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tiga marhalah dari kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma 'rib (bendungan Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka tidak terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu sedang dan berkat pertolongan dari Allah Swt. agar mereka mengesakan dan menyembah-Nya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba: 15)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:
جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba: 15)
Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal mereka di tengah-tengahnya.
كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Saba: 15)
Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya.
فَأَعْرَضُوا۟ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ ٱلْعَرِمِ وَبَدَّلْنَٰهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَىْ أُكُلٍ خَمْطٍۢ وَأَثْلٍۢ وَشَىْءٍۢ مِّن سِدْرٍۢ قَلِيلٍۢ 16
(16) Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.
(16)
Firman Allah Swt.:
فَأَعْرَضُوا
Tetapi mereka berpaling. (Saba: 16)
Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah. Sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal ini menceritakan oleh firman-Nya:
وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ. وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk (An-Naml: 22-24)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai utusan-utusan Allah.
As-Saddi mengatakan Allah Swt. Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu orang nabi; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba: 16)
Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan Sailul 'Arim ini termasuk ke dalam Bab "Idafatul Ismi Ila Sifatihi" (Menyandarkan Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami' dan Sa'id Kurz. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh As-Suhaili.
Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah Swt. hendak menghukum mereka dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu menggerogotinya.
Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah karena ulah tikus. Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba) menjaga bendungannya dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir tiba tikus-tikus itu dapat mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan tersebut. Akhirnya tikus-tikus itu masuk ke daerah bendungan dan melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan banjir menimpa mereka.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut, hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba: 16)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri.
Firman Allah Swt., " أَثْل", menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui
Firman Allah Swt.:
وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ
dan sedikit dari pohon sidr. (Saba: 16)
Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata, rimbun, dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
ذَٰلِكَ جَزَيْنَٰهُم بِمَا كَفَرُوا۟ ۖ وَهَلْ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلْكَفُورَ 17
(17) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
(17)
ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba: 17)
Yakni Kami hukum mereka disebabkan kekafiran mereka. Mujahid mengatakan bahwa tidaklah disiksa melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar, tidaklah Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah orang-orang yang sangat kafir. Tawus mengatakan, tidaklah diberi pelajaran kecuali hanya orang-orang yang sangat kafir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Umar ibnun Nahas Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abul Baida, dari Hisyam ibnu Saleh At-Taglabi, dari Ibnu Khairah (salah seorang pengikut sahabat Ali r.a.) yang mengatakan bahwa balasan bagi pendurhaka ialah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan. Ketika ditanyakan kepadanya tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan', Ibnu Khairah menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan datang orang lain yang merebutnya dari tangannya."
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا قُرًۭى ظَٰهِرَةًۭ وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ ۖ سِيرُوا۟ فِيهَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ 18
(18) Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.
(18)
Allah Swt. menceritakan apa yang diperoleh mereka berupa kenikmatan, kemewahan hidup, kesenangan, negeri yang makmur, tempat-tempat yang aman, dan kota-kota yang saling berdekatan satu sama lainnya yang dipenuhi oleh pepohonan, tanam-tanaman, dan hasil buah-buahan yang melimpah ruah. Sehingga orang yang mengadakan perjalanan di antara mereka tidak perlu membawa bekal makanan dan air minum, bahkan di mana pun ia turun istirahat pasti ia menjumpai air dan buah-buahan. Ia dapat pula beristirahat siang hari di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya menurut kondisi dan keadaan yang diperlukan dalam perjalanan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا
Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya. (Saba: 18)
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud adalah kampung-kampung yang ada di San'a; hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Malik. Mujahid, Al-Hasan, Sa'id ibnu Jubair, Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, dari Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya, bahwa yang dimaksud adalah kota-kota yang ada di negeri Syam. Dengan kata lain, mereka berjalan dari Yaman menuju ke negeri Syam melalui banyak kota yang satu sama lainnya berdekatan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa negeri-negeri yang Kami berkati adalah Baitul Maqdis. Al-Aufi mengatakan pula bahwa makna yang dimaksud adalah kota-kota Arab yang ada di antara Madinah dan negeri Syam.
قُرًى ظَاهِرَةً
beberapa negeri yang berdekatan (Saba: 18)
Yakni jelas dan gamblang dikenal oleh semua musafir; mereka dapat beristirahat siang di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ
dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. (Saba: 18)
Artinya, Kami menjadikan letak kota-kota tersebut sesuai dengan jarak tempuh yang diperlukan oleh orang-orang musafir, antara yang satu dengan yang lainnya.
سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ
Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. (Saba: 18)
Yakni dalam waktu kapan pun, baik siang maupun malam, perjalanan mereka akan aman.
فَقَالُوا۟ رَبَّنَا بَٰعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ فَجَعَلْنَٰهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَٰهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّكُلِّ صَبَّارٍۢ شَكُورٍۢ 19
(19) Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.
(19)
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami.” dan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Saba: 19)
Sedangkan ulama lain membaca ayat ini dengan bacaan baid baina asfarina; demikian itu karena mereka menjadi congkak karena nikmat tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa justru mereka lebih menyukai menempuh jalan padang sahara dan daerah-daerah yang tidak berpenghuni, yang untuk menempuhnya diperlukan membawa bekal dan unta kendaraan, serta berjalan di terik matahari dan tempat-tempat yang menakutkan. Perihal mereka sama dengan apa yang diminta oleh kaum Bani Israil dari Musa a.s., yaitu hendaknya Musa memohon kepada Allah agar menumbuhkan tumbuhan bumi buat mereka yang hasilnya berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya. Padahal mereka saat itu berada dalam kehidupan yang makmur berkat Manna dan Salwa yang diturunkan buat mereka. Kehidupan mereka juga mewah, baik makanan, minuman, maupun pakaiannya. Karena itulah maka Musa berkata kepada mereka, yang disitir oleh firman-Nya:
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ
Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.” Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. (Al-Baqarah: 61)
Juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya. (Al-Qasas: 58)
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (An-Nahl: 112).
Dan firman Allah Swt. menceritakan tentang mereka, yang kisahnya disebutkan dalam surat ini, yaitu: Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami, " dan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Saba: 19) dikarenakan kekafiran mereka.
فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ
maka Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19)
Artinya, Kami jadikan mereka sebagai buah tutur manusia yang menceritakan kisah-kisah mereka, bagaimana Allah menimpakan azabNya kepada mereka dan mencerai-beraikan persatuan mereka sesudah bersatu dalam naungan kehidupan yang makmur; mereka menyebar kemana-mana, tidak lagi tinggal di negerinya. Karena itulah ada pepatah Arab yang berbunyi, "Bercerai-berai seperti tercerai-berainya kaum Saba, dan hancur berantakan seperti hancurnya hasil karya kaum Saba, dan menyebar sebagaimana menyebarnya kaum Saba."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Habib ibnusy Syahid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ikrimah menceritakan suatu kisah tentang penduduk Saba dengan mengutip firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Saba: 15) sampai dengan firman-Nya: maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. (Saba: 16). Tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat banyak tukang tenung, dan setan-setan mencuri-curi dengar dari berita di langit, lalu tukang-tukang tenung itu menceritakan sebagian dari berita langit (yang mereka terima dari setan-setan pencuri berita itu). Dan tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat seorang lelaki tukang tenung yang terpandang lagi banyak harta, Ia memberitakan bahwa runtuhnya masa kejayaan mereka sudah dekat, dan azab akan menimpa mereka, sedangkan ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya karena dia adalah seorang yang banyak memiliki harta dari tanah-tanah yang dimilikinya. Lalu ia berkata kepada salah seorang anak lelakinya yang mempunyai paman-paman yang terhormat dari pihak ibunya, "Hai anakku, apabila besok hari tiba dan aku perintahkan kepadamu untuk melakukan sesuatu, maka janganlah kamu lakukan. Dan apabila aku menghardikmu, maka balas hardiklah diriku. Dan apabila aku menempelengmu, maka balas tempelenglah aku." Anak itu berkata; "Ayah, jangan engkau lakukan hal itu. Sesungguhnya perbuatan itu dosa besar dan berat dilakukan". Lelaki itu berkata, "Hai anakku, telah terjadi suatu perkara yang tidak dapat dielakkan lagi," dan lelaki itu terus-menerus mendesaknya. Akhirnya si anak terpaksa menyetujuinya. Pada pagi harinya ketika orang-orang telah berkumpul, lelaki itu berkata, "Hai anakku, lakukanlah anu dan anu," maka si anak tidak menurut, lalu si ayah menghardiknya dan si anak itu balas menghardiknya. Keduanya terus-menerus bersengketa hingga pada akhirnya si ayah menempeleng anaknya, maka si anak balas menempeleng ayahnya. Lalu si ayah berkata, "Anakku berani menempelengku, kemarikanlah pisauku." Mereka bertanya, "Untuk apa kamu meminta pisau?" Ia menjawab, "Aku akan menyembelihnya". Mereka bertanya, "Apakah kamu akan menyembelih anakmu sendiri?" Tempelenglah lagi dia atau lakukanlah hal lainnya yang kamu ingini terhadapnya." Si ayah menolak dan bersikeras akan menyembelih anak lelakinya itu. Maka mereka mengirimkan utusan untuk memanggil paman-paman anak itu dan menyampaikan kepada mereka berita tersebut. Akhirnya mereka datang dan mengatakan kepada ayah si anak, "Ambillah dari kami apa yang kamu sukai," tetapi si lelaki itu menolak dan bersikeras untuk menyembelih anaknya. Mereka berkata, "Sebelum kamu menyebelihnya, maka kamu dahulu yang akan mati." Lelaki itu berkata, "Kalau memang demikian, maka sesungguhnya aku tidak ingin lagi tinggal di negeri yang penduduknya menghalang-halangi antara aku dan anakku. Sekarang belilah oleh kalian semua rumahku dan semua tanahku." Lelaki itu kemudian menjual rumah, lahan dan tanahnya. Setelah semua uang hasil penjualan berada di tangannya, ia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya azab akan menimpa kalian dan kejayaan kalian akan sirna, hal ini sudah dekat. Maka barang siapa di antara kalian yang menginginkan rumah baru, tempat perlindungan yang kuat, serta perjalanan yang jauh, hendaklah pergi ke kota Amman. Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan khamr, ragi, dan perasan buah, dan lain-lainnya —Ibrahim perawi lupa— hendaklah pergi ke negeri Basra. Dan barang siapa yang menginginkan berlepotan dengan lumpur, mendapat makanan di negeri sendiri, dan sibuk dengan pertanian, hendaklah ia pergi ke kota Yasrib yang banyak pohon kurmanya. Maka kaumnya menaati ucapannya itu, lalu orang-orang yang ingin tinggal di Amman pergi ke Amman, dan orang-orang Gassan pergi ke Basra, sedangkan Aus dan Khazraj serta Bani Usman pergi ke negeri Yasrib yang banyak pohon kurmanya. Disebutkan bahwa dalam perjalanannya mereka sampai di Lembah Mur, lalu Bani Usman berkata, "Inilah tempat yang kami dambakan dan kami tidak mau menggantinya dengan tempat yang lain." Lalu mereka tinggal di Lembah Mur itu. Maka tempat itu dinamakan Khuza'ah karena mereka memisahkan diri dari teman-temannya. Kabilah Aus dan Khazraj meneruskan perjalanannya sampai tiba di Madinah, lalu tinggal di Madinah. Sedangkan orang-orang yang ingin tinggal di Amman (Yordan) meneruskan perjalanannya sampai di Amman, dan orang-orang Gassan pergi menuju ke Basrah. Asar ini garib lagi aneh. Nama tukang tenung tersebut adalah Amr ibnu Amir, salah seorang pemimpin negeri Yaman dan pembesar Saba serta ahli tenung mereka.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan di permulaan kitab Sirah-nya kisah tentang Amr ibnu Amir ini, bahwa dialah orang yang mula-mula keluar dari negeri Yaman karena ia mendapat berita yang mengatakan bahwa banjir besar akan menimpa mereka. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar melanjutkan, bahwa penyebab yang mendorong Amr ibnu Amir keluar dari negeri Yaman menurut kisah yang dikemukakan oleh Abu Zaid Al-Ansari kepadanya, Amr ibnu Amir bermimpi melihat tempat yang dipakai untuk menampung air di bendungan Ma'rib digali (yakni tanggulnya), lalu airnya dialirkan oleh para penggalinya keluar dari bendungan menurut apa yang mereka sukai. Maka Amr ibnu Amir mengerti bahwa bendungan Ma'rib tidak akan lama lagi usianya, lalu ia bertekad untuk pindah dari negeri Yaman. Untuk melaksanakan niatnya ini terlebih dahulu ia membuat tipu muslihat terhadap kaumnya. Kemudian ia memerintahkan kepada anaknya yang paling muda, bahwa apabila ia ditempeleng dan dikerasi olehnya, hendaklah ia membalasnya. Lalu si anak melakukan apa yang diperintahkan oleh ayahya; ketika ayahnya memaki-maki dia dan menempelengnya, maka ia membalasnya. Akhirnya Amr ibnu Amir berkata, "Aku tidak akan tinggal lagi di negeri yang menjadi peneyebab anakku yang termuda berani menempeleng wajahku." Lalu ia menawarkan hartanya (untuk dijual). Maka orang-orang yang terpandang dari penduduk Yaman mengatakan, "Ambillah kesempatan yang baik ini untuk membeli harta Amr," lalu mereka membelinya. Amr menjual semua harta miliknya, kemudian dia dan semua anak cucunya pindah meninggalkan negeri Yaman. Kabilah Asad berkata,"Kami tidak akan membiarkan Amr pergi sendirian," lalu mereka pun menjual semua hartanya dan ikut keluar bersama-sama rombongan Amr. Mereka melakukan perjalanan yang cukup jauh. Akhirnya mereka turun beristirahat di negeri Ak, lalu berkeliling di sekitar negeri Ak. Tetapi orang-orang Ak memeranginya, maka terjadilah pertempuran di antara mereka. Adakalanya Amr menang, dan adakalanya orang-orang Ak beroleh kemenangan. Sehubungan dengan peristiwa ini Abbas ibnu Muradis As-Sulami r.a. telah mengatakan dalam bait syairnya mengenang peristiwa tersebut:
Ak ibnu Adnan yang menyalakan api peperangan di Gassan sehingga mereka terusir sejauh-jauhnya
Bait syair ini merupakan petikan dari kasidahnya. Kemudian Amr ibnu Amir dan kawan-kawannya pergi meninggalkan tanah orang-orang Ak dan menyebar ke seluruh negeri. Keluarga Jafnah ibnu Amr ibnu Amir tinggal di negeri Syam. Aus dan khazraj tinggal di Yasrib; Khuza'ah tinggal di Mur; Azdus Surah tinggal di As-Surah, dan Azd Amman tinggal di Amman. Kemudian Allah Swt. mengirimkan banjir besar yang melanda bendungan Ma'rib hingga bobol dan hancur. Peristiwa inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui ayat-ayatnya di atas.
As-Saddi telah menyebutkan kisah Amr ibnu Amir dengan kisah yang semisal dengan apa yang telah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq. Hanya dalam riwayat As-Saddi disebutkan bahwa lalu Amr ibnu Amir memerintahkan kepada keponakannya, bukan anaknya. Akhirnya ia menjual seluruh hartanya, lalu pergi bersama keluarganya meninggalkan Saba, dan selanjutnya mereka bercerai-berai. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Ibnu Ishaq yang menceritakan bahwa mereka mengira Amr ibnu Amir adalah paman dari kaumnya; dia adalah seorang tukang ramal, lalu dalam peramalannya ia melihat bahwa kaumnya kelak akan dicerai-beraikan dan perjalanan mereka akan dijauhkan. Lalu ia berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya aku telah diberi tahu bahwa kelak kalian akan dicerai-beraikan. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu melakukan perjalanan jauh, penuh dengan penderitaan yang keras dan kesabaran yang tinggi, hendaklah ia pergi ke Ka's atau Kurud." Maka yang melakukannya adalah Wada'ah ibnu Amr. Kemudian Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menyukai daerah perkotaan dan urusan yang mudah, hendaklah ia pergi ke Syam." Yang melakukannya adalah Auf ibnu Amr, dan merekalah yang dikenal dengan nama Bariq. Amr ibnu Amir berkata lagi, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan penghidupan yang tenang dan tanah haram yang aman, hendaklah ia pergi ke Arzin." dan yang melakukannya adalah Khuza'ah. Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan hidup berlepotan dengan lumpur dan pertanian, hendaklah ia pergi ke Yasrib yang banyak pohon kurmanya," maka yang melakukannya adalah Aus dan Khazraj; kedua kabilah inilah yang akan menjadi orang-orang Ansar. Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan khamr, ragi, emas, kain sutra serta kerajaan dan kekuasaan, hendaklah ia pergi ke Kausa dan Basra." Maka yang melakukannya adalah Gassan alias Bani Jafnah yang kelak menjadi raja-raja di negeri Syam dan sebagian dari kalangan mereka yang tinggal di Irak.
Ibnu Ishaq mengatakan, ia pernah mendengar salah seorang ahlul 'ilmi mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengucapkan kata-kata tersebut adalah Tarifah istri Amr ibnu Amir, dia adalah seorang tukang ramal perempuan. Dalam peramalannya ia melihat hal tersebut; maka hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui yang benar di antara kedua pendapat itu.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Asy-Sya'bi, bahwa Gassan pergi ke negeri Amman, lalu Allah mencerai-beraikan mereka dengan separah-parahnya di negeri Syam. Dan orang-orang Ansar pergi ke negeri Yasrib, Khuza'ah pergi ke Tihamah, dan Azd pergi ke negeri Amman, lalu Allah mencerai-beraikan mereka dengan sebenar-benarnya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Selanjutnya Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Ubaidah, bahwa Al-Asya alias A'syanya Bani Qais ibnu Sa'labah yang nama aslinya Maimun ibnu Qais telah mengatakan:
Dalam hal tersebut terdapat suri teladan bagi orang yang merenungkannya, yaitu Ma-rib setelah terlanda oleh banjir besar. Ma-rib adalah bendungan yang dibangunkan bagi mereka oleh Himyar, untuk menampung air yang datang kepada mereka, sehingga mereka dapat mengairi lahan-lahan dan kebun anggur mereka dengan suburnya. Kemudian mereka menjadi bercerai-berai, tidak mampu lagi untuk memberi minum anak kecil yang baru disapih.
**********
Firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19)
Yakni sesungguhnya pada peristiwa yang telah menimpa mereka —berupa pembalasan Allah dan azab-Nya, diubah-Nya nikmat, dan dilenyapkanNya kemakmuran sebagai siksaan akibat kekufuran dan dosa-dosa yang dilakukan mereka— benar-benar terdapat pelajaran dan petunjuk bagi setiap orang yang bersabar dalam menghadapi musibah, lagi bersyukur atas nikmat-nikmat yang diperolehnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ الْمَعْنِيُّ، قَالَا أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ العَيْزَار بْنِ حُرَيث عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ -هُوَ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَجِبْتُ مِنْ قَضَاءِ اللَّهِ تَعَالَى لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمدَ رَبَّه وَشَكَرَ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِد رَبَّهُ وصَبَر، يُؤْجَرُ الْمُؤْمِنُ فِي كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman dan Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Al-Aizar ibnu Hurayyis, dari Umar ibnu Sa'd, dari ayahnya (yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Saya kagum dengan orang mukmin dalam menghadapi takdir Allah Swt. Jika Allah memberikan kebaikan kepadanya, maka ia memuji Tuhannya dan bersyukur. Dan jika ia tertimpa musibah, ia tetap memuji Tuhannya dan bersabar. Orang mukmin diberi pahala dalam segala sesuatu, sehingga suapan yang ia masukkan ke dalam mulut istrinya.
Imam Nasai telah meriwayatkan di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui hadis Abu Ishaq As-Subai'i dengan sanad yang sama. Hadis ini merupakan hadis yang sanadnya jarang ada karena melalui riwayat Umar ibnu Sa'd dari ayahnya. Akan tetapi, hadis ini mempunyai saksi yang menguatkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah menyebutkan:
"عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ".
Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin itu, tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu takdir baginya melainkan hal itu baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya. Dan jika tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Sikap seperti ini tidak terdapat pada seorang pun kecuali pada diri orang mukmin.
Abdu mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Sufyan, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19) Mutarrif mengatakan bahwa sebaik-baik hamba adalah orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur, yaitu apabila diberi bersyukur dan apabila diuji bersabar.
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُۥ فَٱتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًۭا مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ 20
(20) Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.
(20)
Setelah menceritakan perihal negeri Saba dan akibat yang diterima mereka karena mengikuti hawa nafsu dan setan, lalu Allah menceritakan perihal orang-orang yang semisal dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mengikuti iblis, hawa nafsu, dan menentang kebenaran serta jalan petunjuk. Untuk itu Allah Swt.menyebutkan dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ
Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka. (Saba:20)
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainya mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna ayat ini sama dengan kisah Allah tentang iblis ketika membangkang tidak mau sujud kepada Adam a.s., padahal Dia telah memerintahkan kepadanya untuk melakukan hal itu. Kemudian iblis berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا
Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil (Al-Isra:62)
Dan firman-Nya:
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
kemudian saya akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau-tidak akan mendapatkan sebagian besar dari mereka bersyukur (taat). (Al-A'raf:17)
Ayat-ayat yang menceritakan hal ini cukup banyak.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa ketika Allah menurunkan Adam a.s. dari surga disertai dengan Hawa, iblis merasa gembira dengan musibah yang menimpa keduanya. Lalu iblis berkata, jika kedua orang tua itu dapat saya goda, maka terlebih lagi keturunannya, pasti lebih lemah. Hal ini adalah dugaan sepihak dari iblis. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. (Saba:20). Saat itu juga iblis berkata, Aku tidak akan berpisah dari anak Adam selama di dalam tubuhnya masih terdapat roh. Aku akan mengumbar janji dan memberikan angan-angan kepadanya dan akan kutipu dia. Maka Allah Swt. menjawab, Demi Keagungan dan Kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menutup pintu tobat-Ku darinya selama nyawanya masih belum meregang, dan tidak sekali-kali dia berdoa kepada-Ku melainkan Aku mencintainya, dan tidak sekali-kali dia meminta kepada-Ku melainkan Aku memberinya, dan tidak sekali-kali dia meminta ampun kepada-Ku melainkan Kuberikan ampunan baginya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
وَمَا كَانَ لَهُۥ عَلَيْهِم مِّن سُلْطَٰنٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يُؤْمِنُ بِٱلْءَاخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِى شَكٍّۢ ۗ وَرَبُّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَفِيظٌۭ 21
(21) Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.
(21)
Firman Allah Swt.:
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka. (Saba:21)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna sultan ialah hujah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, Demi Allah, iblis tidak memukul mereka dengan tongkat dan tidak pula memaksa mereka untuk mengerjakan sesuatu, tiada yang dilakukan oleh iblis kecuali tipuan, dan melalui angan-angan yang diembuskannya kepada mereka untuk mengerjakannya, lalu mereka mengikutinya.
Firman Allah Swt.:
إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ
melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu. (Saba:21)
Sesungguhnya Kami membiarkan iblis menggoda mereka tiada lain agar tampak nyata perkara mereka, siapakah yang beriman kepada hari kemudian, adanya hari kiamat, dan hisab serta pembalasan. Yang karena itu ia menyembah Tuhannya dengan baik di dunia, dan siapakah yang meragukan hal tersebut di antara mereka.
Firman Allah Swt.:
وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Saba:21)
Yakni sekalipun Dia telah memelihara, tetapi masih ada juga yang sesat, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak iblis. Dan berkat pemeliharaanNya, maka selamatlah orang-orang mukmin yang ditakdirkan selamat, yaitu mereka yang mengikuti jejak rasul-rasul-Nya.
قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍۢ وَمَا لَهُۥ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍۢ 22
(22) Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
(22)
Allah Swt. menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia mengatur sendirian tanpa ada yang menyekutui-Nya dan tanpa ada yang menentang atau yang menyaingi-Nya dalam urusan-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah.” (Saba: 22)
Yakni semua tuhan yang disembah selain Allah.
لا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi. (Saba: 22)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. (Fathir: 13)
Adapun firman Allah Swt.:
وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ
dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi. (Saba: 22)
Maksudnya, mereka tidak memiliki sesuatu apa pun secara menyendiri dan tidak pula secara persekutuan.
وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22)
Allah tidak memerlukan bantuan dan andil apa pun dari sekutu-sekutu itu dalam semua urusan-Nya, bahkan semua makhluk berhajat kepada-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22) Yakni penolong yang membantu-Nya dalam sesuatu urusan.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: