39 - الزمر - Az-Zumar
The Groups
Meccan
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍۢ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌۭ لِّلْقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍ 22
(22) Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
(22)
Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya umtuk mengingat Allah. (Az-Zumar: 22)
Yakni hati mereka tidak lunak saat menyebut nama Allah, tidak khusyuk, tidak sadar dan tidak memahami.
أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)
ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًۭا مُّتَشَٰبِهًۭا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ 23
(23) Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
(23)
Ini merupakan pujian dari Allah Swt. yang ditujukan kepada kitab-Nya, yaitu Al-Qur'an yang Dia turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Allah Swt. berfirman:
اللَّهُ نزلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar:23)
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kitab Al-Qur'an, semuanya serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang.
Qatadah mengatakan suatu ayat serupa dengan ayat lain, dan suatu huruf sama dengan huruf lainnya.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masani ialah mengulang-ulang bacaannya agar mereka memahami apa yang diturunkan dari Tuhannya.
Ikrimah dan Al-Hasan mengatakan bahwa Allah menyebut qada secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an. Al-Hasan menambahkan bahwa di dalam surat terdapat suatu ayat, dan di surat yang lain terdapat ayat yang semisal dengan ayat tersebut.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa masani ialah diulang-ulang; kisah mengenai Musa, Saleh, Hud, dan para nabi lainnya disebutkan secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat yang cukup banyak.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa masani ialah sebagian dari Al-Qur'an serupa dengan sebagian yang lainnya dan satu sama lainnya saling memperkuat.
Sebagian ulama mengatakan, juga menurut apa yang diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah disebutkan bahwa makna firman-Nya: yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar:23) Sesungguhnya konteks-konteks Al-Qur'an itu adakalanya berkaitan dengan satu pengertian, maka yang ini dinamakan ayat-ayat yang mutasyabih. Adakalanya disebutkan sesuatu dan lawan katanya, seperti penyebutan tentang orang-orang mukmin dan disusul dengan sebutan tentang orang-orang kafir, sebutan tentang gambaran surga dan gambaran neraka, dan subjek-subjek lainnya, maka yang ini dinamakan masani, seperti yang terdapat pada firman-Nya:
إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (Al-Infitar:13-14)
Dan firman Allah Swt.:
كَلا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ
Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. (Al-Mutaffifin:7)
sampai dengan firman-Nya:
كَلا إِنَّ كِتَابَ الأبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ
sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam Illiyyin. (Al-Mutaffifin:18)
Juga firman Allah Swt.:
هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ
Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. (Shad:49)
sampai dengan firman-Nya:
هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ
Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk. (Shad:55)
Dan konteks-konteks semacam ini termasuk ke dalam pengertian masani yakni mengandung dua makna.
Adapun jika konteksnya mengandung pengertian yang sama, sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, maka disebut dengan istilah mutasyabih, tetapi bukan mutasyabih yang disebutkan di dalam firmanNya:
مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ
Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (Ali Imran:7)
Yang ini mengandung pengertian yang lain.
************
Firman Allah Swt.:
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar:23)
Yakni demikianlah sifat orang-orang yang banyak berbakti di saat mendengar Kalamullah Yang Mahakuasa, Mahaperkasa lagi Maha Pengampun, disebabkan apa yang mereka pahami darinya menyangkut janji, kecaman, dan ancaman yang membuat gemetar kulit tubuh mereka (merinding) karena takut kepada Allah Swt.
ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar:23)
karena hati mereka penuh harap terhadap limpahan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya; sikap mereka berbeda jauh dengan orang lain yang pendurhaka ditinjau dari berbagai seginya.
Pertama. Bila mereka mendengarkan bacaan Al-Quran, maka mereka mendengarkannya sebagai Al-Qur’an yang dibacakan, sedangkan selain mereka mendengarnya bagaikan mendengar nyanyian dan kemerduan suaranya saja.
Kedua. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur bersujud seraya menangis dengan penuh etika dan rasa takut, rasa harap dan rasa cinta, serta penuh dengan pemahaman dan pengertian. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal:2-4)
Dan firman-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan:73)
Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah dibacakan, maka mereka tidak sibuk dengan yang lainnya, bahkan mnedengarkannya dengan penuh ketaatan dan memahami semua makna yang terkandung di dalamnya, lalu meresapkannya ke dalam kalbu mereka. Karena itulah maka mereka mengamalkannya dan bersujud padanya dengan penuh pengetahuan dan pengertian, bukan karena tidak mengerti atau membebek kepada orang lain.
Ketiga. Mereka selalu menjaga etika dan sopan santun saat mendengarkannya, sebagaimana yangtelah dilakukan oleh para sahabat saat mereka mendengar Kalamullah yang dibacakan oleh Rasulullah Saw. Kulit tubuh mereka bergetar, kemudian hati mereka menjadi lunak di waktu mengingat Allah. Mereka tidak ribut dan tidak pula memaksakan diri dengan apa yang bukan pembawaan diri mereka, bahkan mereka memiliki keteguhan, ketenangan, etika, dan rasa takut kepada Allah yang tidak ada seorang pun setara dengan mereka dalam hal ini. Karena itulah mereka beruntung mendapat pujian dari Tuhan Yang Mahatinggi di dunia ini dan di akhirat nanti.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar yang mengatakan bahwa Qatadah rahimahullah membaca firman-Nya: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar:23) Qatadah mengatakan bahwa inilah sifat kekasih-kekasih Allah. Allah menyifati mereka bahwa kulit mereka bergetar, mata mereka menangis, serta hati mereka lunak di waktu mengingat Allah. Allah tidak menyifati mereka hilang akal dan pingsan, karena sesungguhnya hal ini merupakan ciri khas ahli bid'ah, dan perbuatan ini berasal dari setan.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar:23) Yakni ingat akan janji Allah Swt.
**********
Firman Allah Swt.:
ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar:23)
Yaitu demikianlah sifat orang yang diberi petunjuk oleh Allah; dan orang yang mempunyai sifat yang berbeda dengan itu, maka dia termasuk orang yang disesatkan oleh Allah Swt.:
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (Az-Zumar:23)
أَفَمَن يَتَّقِى بِوَجْهِهِۦ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ وَقِيلَ لِلظَّٰلِمِينَ ذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْسِبُونَ 24
(24) Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan".
(24)
Firman Allah Swt.:
أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghidari azab yang buruk pada hari kiamat. (Az-Zumar: 24)
Ini merupakan perbandingan yang ditujukan pada orang yang bernasib demikian dan orang lain yang semisal dengannya dari kalangan orang-orang yang zalim (musyrik):
ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ
Rasakanlah olehmu balasan apa yang lelah kamu kerjakan. (Az-Zumar: 24)
Apakah orang yang demikian keadaannya sama dengan orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan aman (dari azab Allah)? Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal dengan muka di bawah itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22)
يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka dengan muka di bawah. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” (Al-Qamar: 48)
Dan firman Allah Swt.:
أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Maka apakah orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? (Fussilat: 4)
Dalam ayat ini tidak disebutkan pembandingnya mengingat sudah dapat dimengerti dengan menyebut salah satunya, seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:
فَمَا أدْري إذَا يَمَّمْتُ أرْضًا ... أريدُ الخيرَ: أَيُّهُمَا يَليني ...
Aku tidak mengetahui bila menuju ke suatu negeri, apakah ditakdirkan mendapatkan kebaikan (ataukah sebaliknya), yang manakah dari keduanya yang akan menyertaiku?
***********
كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَأَتَىٰهُمُ ٱلْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ 25
(25) Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka.
(25)
Adapun firman Allah Swt.:
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ
Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. (Az-Zumar: 25)
Yakni umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul telah dibinasakan oleh Allah karena dosa-dosa mereka, dan tidaklah mereka dapat perlindungan dari azab Allah.
فَأَذَاقَهُمُ ٱللَّهُ ٱلْخِزْىَ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ 26
(26) Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.
(26)
Firman Allah Swt.:
فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. (Az-Zumar: 26)
Yaitu melalui azab dan pembalasan Allah yang ditimpakan kepada mereka, sehingga orang-orang mukmin merasa lega dan puas terhadap mereka. Karena itu, waspadalah orang-orang yang diancam dengan peringatan ini. Karena sesungguhnya mereka telah mendustakan rasul yang paling mulia penutup para nabi, maka azab yang disediakan oleh Allah Swt. bagi mereka di negeri akhirat akan jauh lebih keras daripada azab yang menimpa mereka dalam kehidupan di dunia ini. Untuk itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui. (Az-Zumar: 26)
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٍۢ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 27
(27) Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
(27)
Allah Swt. telah berfirman:
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan. (Az-Zumar: 27)
Yakni Kami telah jelaskan bagi manusia di dalamnya melalui banyak perumpamaan.
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
supaya mereka dapat pelajaran. (Az-Zumar: 27)
Karena sesungguhnya perumpamaan itu lebih mendekatkan pengertian ke dalam hati dan lebih meresap di dalamnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُرْءَانًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِى عِوَجٍۢ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ 28
(28) (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.
(28)
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلا مِنْ أَنْفُسِكُمْ
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. (Ar-Rum: 28)
Yaitu yang kamu ketahui dan pahami dari diri kalian sendiri. Dan firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
**********
Adapun firman Allah Swt.:
قُرْءَانًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ
(Ialah) Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (padanya). (Az-Zumar: 28)
Yakni ialah Al-Qur'an dengan bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan, tidak ada penyimpangan dan tidak ada kekeliruan di dalamnya; bahkan Al-Qur'an itu bahasanya jelas, gamblang, dan terbukti kebenarannya. Dan sesungguhnya Allah menjadikan Al-Qur'an demikian, lalu menurunkannya.
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
supaya mereka bertakwa. (Az-Zumar: 28)
Maksudnya, merasa takut dengan peringatan yang terkandung di dalamnya dan tergerak untuk mengamalkan apa yang dijanjikan di dalamnya.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا رَّجُلًۭا فِيهِ شُرَكَآءُ مُتَشَٰكِسُونَ وَرَجُلًۭا سَلَمًۭا لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ 29
(29) Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(29)
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا رَجُلا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan. (Az-Zumar: 29)
Yaitu para pemiliknya bersengketa mengenai budak tersebut yang dimiliki oleh mereka secara perseroan di antara sesama mereka.
وَرَجُلا سَلَمًا لِرَجُلٍ
dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). (Az-Zumar: 29)
Artinya, tiada seorang pun yang memilikinya selain pemiliknya.
هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا
Adakah kedua budak itu sama halnya? (Az-Zumar: 29)
Sebagai jawabannya tentu tidak sama antara budak ini dan budak yang sebelumnya. Sebagaimana tidak sama antara orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan lain beserta Allah, dan antara seorang mukmin yang ikhlas yang tidak menyembah selain hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka mana mungkin bisa sama antara yang ini dan yang itu.
Ibnu Abbas r.a. Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini mengandung perumpamaan perbandingan antara orang musyrik dan orang ahli tauhid.
Setelah perumpamaan ini diutarakan dengan jelas dan gamblang, maka disebutkan dalam firman berikutnya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ
Segala puji bagi Allah. (Az-Zumar: 29)
Yang telah menegakkan hujah (alasan) terhadap mereka (orang-orang musyrik).
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Az-Zumar: 29)
karena itulah mereka mempersekutukan Allah.
**********
إِنَّكَ مَيِّتٌۭ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ 30
(30) Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).
(30)
Firman Allah Swt.:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akam mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (Az-Zumar: 30)
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang dijadikan pegangan dalil oleh Abu Bakar As-Siddiq r.a. di saat Rasulullah Saw. wafat, hingga manusia sadar bahwa beliau Saw. benar-benar telah wafat. Ayat lainnya ialah firman Allah Swt.:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali-Imran: 144)
Makna ayat ini (Az-Zumar, ayat 3) ialah kelak kalian akan pindah dari dunia ini sebagai suatu kepastian yang tidak dapat dihindari, lalu kalian dihimpunkan di hadapan Allah di negeri akhirat. Kemudian kalian akan berbantah-bantah sehubungan dengan apa yang telah kalian kerjakan selama di dunia menyangkut masalah tauhid dan syirik di hadapan Allah Swt. nanti. Lalu Allah akan memutuskan perkara di antara kalian, dan memenangkan perkara yang hak, Dia adalah Yang Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.
Selanjutnya Allah akan menyelamatkan orang-orang mukmin yang mukhlis lagi selalu mengesakan Allah, dan mengazab orang-orang kafir yang ingkar, musyrik, lagi mendustakan kebenaran.
Kemudian perlu diketahui bahwa sekalipun konteks ayat ini mengenai orang-orang mukmin dan orang-orang kafir serta perihal perdebatan di antara mereka di negeri akhirat, sesungguhnya makna ayat ini pun mencakup setiap dua belah pihak yang bersengketa di dunia. Maka sesungguhnya persengketaan ini akan diulangi lagi di negeri akhirat nanti, lalu dilakukan peradilan oleh Allah Swt. Yang Maha Pemberi Keputusan.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ ابْنِ حَاطِبٍ -يَعْنِي يَحْيَى بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ-عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ قَالَ الزُّبَيْرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتُكَرَّرُ عَلَيْنَا الْخُصُومَةُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: إِنَّ الْأَمْرَ إذًا لَشَدِيدٌ.
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kebenaran kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Hatib alias Yahya ibnu Abdur Rahman, dari Ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Az-Zubair r.a. (ayah perawi) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah perdebatan akan diulangi lagi bagi kita nanti?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Az-Zubair berkata, "Kalau begitu, perkaranya sangatlah keras."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sufyan, yang dalam riwayat ini ada tambahannya. Yaitu ketika ayat berikut diturunkan: kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia). (At-Takasur: 8) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, nikmat apakah yang akan dipertanyakan kepada kita tentangnya, padahal sesungguhnya makanan kita hanyalah buah kurma dan air (zam-zam)." Rasulullah Saw. menjawab:
"أَمَا إِنَّ ذَلِكَ سَيَكُونُ".
Ingatlah, sesungguhnya pertanyaan itu pasti akan terjadi.
Tambahan ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui hadis Sufyan dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa ayat ini hasan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو-عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَاطِبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ قَالَ الزُّبَيْرُ: أَيْ رَسُولَ اللَّهِ، أَيُكَرَّرُ عَلَيْنَا مَا كَانَ بَيْنَنَا فِي الدُّنْيَا مَعَ خَوَاصِّ الذُّنُوبِ؟ قَالَ: "نَعَمْ لَيُكَرَّرَنَ عَلَيْكُمْ، حَتَّى يُؤدَّى إِلَى كُلِّ ذِي حَقِّ حَقُّهُ". قَالَ الزُّبَيْرُ: وَاللَّهِ إِنَّ الْأَمْرَ لَشَدِيدٌ
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Yahya ibnu Abdur Rahman ibnu Akhtab, dari Abdullah ibnuz Zubair, dari Az Zubair ibnul Awwam r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. ayat berikut yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 3-31) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah akan diulang terhadap kita apa yang terjadi di antara sesama kita ketika di dunia disertai dengan dosa-dosa yang khususnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Benar, sungguh akan diulang terhadap kalian (persengketaan itu) hingga Allah menunaikan kepada orang yang berhak akan haknya. Az-Zubair r.a. berkata, "Demi Allah, sesungguhnya urusannya benar-benar sangat keras."
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui hadis Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Dan ia mengatakan bahwa hadis ini sahih.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ أَبِي عُشَّانة، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أَوَّلُ الْخَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abu Iyasy. dari Uqbah ibnu Amir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mula-mula orang yang berbantah-bantahan kelak di hari kiamat adalah dua orang yang bertetangga.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا دَرَّاجٍ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَخْتَصِمُ ، حَتَّى الشَّاتَانِ فِيمَا انْتَطَحَتَا"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasan-Nya, sesungguhnya benar-benar akan terjadi bantah-bantahan sehingga dua ekor domba yang pernah saling menanduk.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Di dalam kitab musnad (Imam Ahmad) disebutkan melalui Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. melihat dua ekor domba yang saling menanduk, lalu beliau Saw. bersabda:
ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ عِندَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ 31
(31) Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu.
(31)
"أَتُدْرِي فِيمَ يَنْتَطِحَانِ يَا أَبَا ذَرٍّ؟ " قُلْتُ: لَا. قَالَ: "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي وَسَيَحْكُمُ بَيْنَهُمَا"
"Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling beradu tanduk?" Aku menjawab, "Tidak.” Rasulullah Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui dan kelak Dia akan memutuskan perkara di antara keduanya."
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ أَغْلَبَ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِالْإِمَامِ الْخَائِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتُخَاصِمُهُ الرَّعِيَّةُ فَيَفْلُجُونَ عَلَيْهِ، فَيُقَالُ لَهُ: سُدَّ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِ جَهَنَّمَ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hayyan ibnu Aglab, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Didatangkan seorang pemimpin yang melampaui batas lagi curang di hari kiamat nanti, lalu rakyatnya mengadukan perkaranya (kehadapan Allah), dan akhirnya mereka menang atasnya. Lalu dikatakan kepada pemimpin itu, “Ambillah salah satu tempat di antara tempat-tempat yang ada di neraka Jahanam!"
Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Al-Aglab ibnu Tamim orangnya tidak hafiz.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang berkata jujur menuntut orang yang berkata dusta, orang yang teraniaya menuntut orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya, orang yang mendapat petunjuk menuntut orang yang sesat, dan orang yang lemah menuntut orang yang kuat.
Ibnu Mundah di dalam Kitabur Ruh telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa kelak di hari kiamat semua manusia berbantah-bantahan, sehingga roh berbantahan dengan jasadnya. Roh berkata kepada jasad, "Engkaulah pelakunya." Dan jasad berkata kepadanya, "Engkaulah yang memerintahkan dan engkau pulalah yang mendorongku untuk melakukannya." Kemudian Allah mengirimkan malaikat untuk memutuskan perkara di antara keduanya.
Malaikat berkata kepada keduanya, "Sesungguhnya perumpamaan kamu berdua sama dengan seorang yang lumpuh, tetapi melihat; dan seorang lagi yang tuna netra, tetapi berjalan. Keduanya memasuki sebuah kebun, maka si lumpuh berkata kepada si buta, 'Sesungguhnya di sini aku melihat banyak buah-buahan, tetapi aku tidak dapat mencapainya.' Lalu si buta berkata kepada si lumpuh, 'Marilah kugendong dan ambillah buah itu.' Kemudian si lumpuh digendong oleh si buta dan memetik buah tersebut. Maka manakah di antara keduanya yang melanggar? Roh dan jasad menjawab, "Keduanya melakukan pelanggaran." Maka malaikat itu berkata kepada keduanya, "Dengan demikian, berarti kamu berdua telah memutuskan perkara terhadap diri kalian sendiri." Yakni jasad bagi roh seperti tunggangan, sedangkan penunggangnya adalah roh.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Ahmad ibnu Ausajah, telah menceritakan kepada kami Darrar, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Al-Qummi (yakni Ya'qub ibnu Abdullah), dari Ja'far ibnul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa ayat berikut telah diturunkan, tetapi kami tidak mengetahui latar belakangnya, yaitu firman-Nya: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Kami bertanya-tanya, "Dengan siapakah kami berbantah-bantahan, sedangkan di antara kami dan Ahli Kitab tidak ada bantah-bantahan, lalu siapakah lawannya?" Hingga meletuslah fitnah (perang saudara), maka berkatalah Umar r.a, "Inilah yang telah dijanjikan oleh Tuhan kita dan bantah-bantahan yang akan kita alami nanti karenanya."
Imam Nasai meriwayatkan asar ini melalui Muhammad ibnu Amir, dari Mansur ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Abu Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Abul Aliyah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah di antara sesama ahli kiblat.
Ibnu Zaid mengatakan antara ahli Islam dan ahli kafir, yakni orang-orang muslim dan orang-orang kafir.
Dalam keterangan di atas telah kami sebutkan bahwa makna yang benar sehubungan dengan makna ayat ini ialah yang mengandung pengertian umum; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.