43 - الزخرف - Az-Zukhruf

Juz : 25

Ornaments of gold
Meccan

وَٱلَّذِى نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۢ بِقَدَرٍۢ فَأَنشَرْنَا بِهِۦ بَلْدَةًۭ مَّيْتًۭا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ 11

(11) Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).

(11) 

وَالَّذِي نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ

Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar. (Az-Zukhruf:11)

yang diperlukan buat tanam-tanamanmu, pohon-pohon berbuahmu, dan untuk minummu dan minum ternakmu.

Firman Allah Swt.:

فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا

lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. (Az-Zukhruf:11)

Yakni bumi yang mati. Maka ketika hujan diturunkan padanya, menjadi suburlah tanahnya dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur. Kemudian Allah Swt. melalui penghidupan tanah yang mati ini mengingatkan akan penghidupan jasad yang telah mati kelak di hari kiamat saat semuanya dikembalikan kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ

seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (Az-Zukhruf:11)

Kemudian Allah Swt. berfirman:



وَٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَزْوَٰجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلْفُلْكِ وَٱلْأَنْعَٰمِ مَا تَرْكَبُونَ 12

(12) Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.

(12) 

وَالَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا

Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan. (Az-Zukhruf:12)

dari apa yang ditumbuhkan dari bumi berupa berbagai macam tanaman, tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon yang berbuah, dan beraneka ragam bunga dan lain sebagainya, juga berupa berbagai macam hewan yang beraneka ragam jenis dan macamnya.

وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ

أَيِ: السُّفُنِ

وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ

dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (Az-Zukhruf:12)

Yakni Allah telah menjinakkan, menundukkan, serta memudahkannya agar kamu dapat memakan dagingnya dan meminum air susunya serta dapat kamu tunggangi punggungnya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:



لِتَسْتَوُۥا۟ عَلَىٰ ظُهُورِهِۦ ثُمَّ تَذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا ٱسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا۟ سُبْحَٰنَ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقْرِنِينَ 13

(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

(13) 

لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ

Supaya kamu duduk di atas punggungnya. (Az-Zukhruf:13)

Yaitu agar kamu dapat duduk dengan nyaman di atas punggungnya, yakni punggung hewan-hewan yang dijadikan tunggangan olehmu.

ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ

kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu. (Az-Zukhruf:13)

yang telah menundukkannya untuk kalian.

إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan.”Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak menguasainya.” (Az-Zukhruf:13)

Yakni tidak dapat mengendalikannya, seandainya Allah tidak menunduk­kan ini untuk kita, niscaya kita tidak akan mampu menguasainya.

Ibnu Abbas r.a, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa muqrinin artinya tidak kuat menguasainya.



وَإِنَّآ إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ 14

(14) dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami".

(14) 

وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf:14)

Yaitu akan dikembalikan kepada-Nya sesudah kita mati dan hanya kepada-Nyalah perjalanan kita yang terbesar; bahwa ungkapan ini termasuk ke dalam Bab Mengingatkan Perjalanan Akhirat dengan Perjalanan Dunia, sebagaimana diserupakan bekal akhirat dengan bekal di dunia di dalam firman Allah Swt.:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa. (Al-Baqarah:197)

Dan pakaian akhirat dengan pakaian di dunia di dalam firman-Nya:

وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (Al-A'raf:26)

Hadis Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أُتِيَ بِدَابَّةٍ، فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الرِّكاب قَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ. فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَيْهَا قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ ثُمَّ حَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا، وَكَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي. ثُمَّ ضَحِكَ فَقُلْتُ لَهُ: مِنْ أَيْ شَيْءٍ ضَحِكْتَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ فَقَالَ: رأيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَنَعَ كَمَا صَنَعْتُ ، ثُمَّ ضَحِكَ. فَقُلْتُ: مِمَّ ضَحِكْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: "يَعْجَبُ الرَّبُّ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا قَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي. وَيَقُولُ: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرِي".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Abdullah, dari Abu Ishaq, dari Ali ibnu Rabi'ah yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Ali r.a. sedang menaiki unta kendaraan yang telah dipersiapkan untuknya. Ketika kakinya telah menginjak-injakkan kakinya, ia mengucapkan Basmalah. Dan setelah duduk tegak di atas punggung kendaraannya, ia mengucapkan doa berikut, "Segala puji bagi Allah." Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 13-14) Kemudian Ali r.a. mengucapkan hamdalah tiga kali dan takbir tiga kali. Lalu mengucapkan, "Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan yang wajib di sembah selain Engkau, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah daku." Sesudah itu ia tertawa, maka ditanyakan kepadanya, "Mengapa engkau tertawa, hai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. melakukan seperti apa yang dilakukannya, setelah itu beliau tertawa. Lalu ia bertanya, "Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?" Maka beliau Saw. menjawab: Allah Swt. merasa kagum kepada hamba-Nya saat ia mengucapkan, "Ya Tuhanku, ampunilah daku.” lalu Dia berfirman, "Hamba-Ku telah mengetahui bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Aku."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui hadis Abul Ahwas. Imam Nasai menambahkan Mansur, dari Abu Ishaq As-Subai'i, dari Ali ibnu Rabi'ah Al-Asadi Al-Walibi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Abdur Rahman ibnu Mahdi telah meriwayatkan dari Syu'bah, bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Ishaq As-Subai'i, "Dari siapakah engkau mendengar hadis ini?" Abu Ishaq menjawab, "Dari Yunus ibnu Khabbab." Lalu ia menjumpai Yunus ibnu Khabbab dan menanyakan kepadanya, "Dari siapakah engkau mendengar hadis ini?" Yunus menjawab, "Dari seorang lelaki yang telah mendengarnya dari Ali ibnu Rabi'ah." Sebagian dari mereka meriwayatkannya dari Yunus ibnu Khabbab, dari Syaqiq ibnu Uqbah Al-Asadi, dari Ali ibnu Rabi'ah Al-Walibi dengan sanad yang sama.

Hadis Abdullah ibnu Abbas.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْدَفَهُ عَلَى دَابَّتِهِ، فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَيْهَا كَبَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثًا، وَحَمِدَ ثَلَاثًا، وَهَلَّلَ اللَّهَ وَاحِدَةً. ثُمَّ اسْتَلْقَى عَلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: "مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَرْكَبُ دَابَّةً فَيَصْنَعُ كَمَا صَنَعْتُ، إِلَّا أَقْبَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِ، فَضَحِكَ إِلَيْهِ كَمَا ضَحِكْتُ إِلَيْكَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abdullah, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Abdullah ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah membonceng dia di atas unta kendaraannya. Ketika Rasulullah Saw. telah duduk di atas kendaraannya, maka beliau bertakbir sebanyak tiga kali, membaca hamdalah tiga kali dan tahlil sekali. Setelah itu beliau menyandarkan punggungnya dan tertawa serta menoleh ke arahnya (Ibnu Abbas) seraya bersabda: Tidak sekali-kali seorang muslim mengendarai kendaraannya, lalu melakukan seperti apa yang telah kulakukan, melainkan Allah Swt. memandang ke arahnya dengan tertawa (penuh rida) sebagaimana aku tertawa kepadamu.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad munfarid.

Hadis Abdullah ibnu Umar r.a.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَارِقِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عنهما؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَكِبَ رَاحِلَتَهُ كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ. ثُمَّ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي سَفَرِي هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى. اللَّهُمَّ، هَوِّنْ عَلَيْنَا السَّفَرَ وَاطْوِ لَنَا الْبَعِيدَ. اللَّهُمَّ، أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ. اللَّهُمَّ، اصْحَبْنَا فِي سَفَرِنَا، وَاخْلُفْنَا فِي أَهْلِنَا". وَكَانَ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ قَالَ: "آيِبُونَ تَائِبُونَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Ali ibnu Abdullah Al-Bariqi, dari Abdullah ibnu Umar r.a. mengatakan, bahwa Nabi Saw. apabila mengendarai unta kendaraannya bertakbir tiga kali, kemudian membaca: Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 13-14) Kemudian membaca doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari perjalananku ini kebaktian dan ketakwaan, dan (aku memohon kepada-Mu) amal perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan ini dan perpendeklah jarak tempuhnya yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah Teman dalam perjalanan ini dan Yang memelihara keluarga (ku). Ya Allah, temanilah kami dalam perjalanan kami ini dan jagalah bagi kami keluarga kami. Dan Nabi Saw; apabila kembali kepada keluarganya (dari suatu perjalanan) mengucapkan doa berikut: Kami semua pulang dalam keadaan bertobat, insya allah, lagi dalam keadaan beribadah,hanya kepada Tuhan kami sajalah kami memuji.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai melalui hadis Ibnu Juraij dan Imam Turmuzi meriwayat­kannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, keduanya (Ibnu Juraij dan Hammad ibnu Salamah) dari Abuz zubair dengan sanad yang sama.

Hadis lain.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إبراهيم، عن عَمْرِو بْنِ الْحَكَمِ بْنِ ثَوْبَانَ ، عَنْ أَبِي لَاسٍ الْخُزَاعِيِّ قَالَ: حَمَلَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِبِلٍ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ إِلَى الْحَجِّ. فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا نَرَى أَنْ تَحَمِلَنَا هَذِهِ! فَقَالَ: "مَا مِنْ بَعِيرٍ إِلَّا فِي ذُرْوَتِهِ شَيْطَانٌ، فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِذَا رَكِبْتُمُوهَا كَمَا آمُرُكُمْ ، ثُمَّ امْتَهِنُوهَا لِأَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّمَا يَحْمِلُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Amr ibnul Hakam ibnu Sauban, dari Abu Las Al-Khuza'i yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menaikkan kami di atas unta zakat menuju ke perjalanan haji. Maka kami berkata, "Wahai Rasulullah, sebelumnya kami tidak mengira bahwa engkau memberikan kendaraan ini kepada kami." Rasulullah Saw. bersabda: Tiada seekor unta kendaraan pun melainkan di atas punuknya terdapat setan, maka sebutlah nama Allah padanya bila kamu menaikinya sebagaimana yang telah diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian biasakanlah unta itu untukmu, karena sesungguhnya yang mengangkutmu hanyalah Allah Swt.

Abu Las adalah Muhammad ibnul Aswad ibnu Khalaf.

Hadis lain yang semakna diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

حَدَّثَنَا عَتَّاب، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ (ح) وَعَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ الْمُبَارَكِ-أَخْبَرَنَا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَمْزَةَ؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "عَلَى ظَهْرِ كُلِّ بَعِيرٍ شَيْطَانٌ، فَإِنْ رَكِبْتُمُوهَا فَسَمُّوا اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ لَا تُقَصِّرُوا عَنْ حَاجَاتِكُمْ".

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Attab, telah menceritakan kepada kami Abdullah; dan Ali ibnu Ishaq mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah (yakni Ibnul Mubarak), telah menceritakan kepada kami Usamah ibnu Zaid, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Hamzah; ia pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Di atas punggung setiap unta kendaraan terdapat setan. Maka apabila kamu mengendarainya, sebutlah nama Allah Swt., kemudian janganlah kamu surut dari keperluanmu.


وَجَعَلُوا۟ لَهُۥ مِنْ عِبَادِهِۦ جُزْءًا ۚ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَكَفُورٌۭ مُّبِينٌ 15

(15) Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).

(15) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang telah mengada-adakan kedustaan dan kebohongan terhadap-Nya karena mereka telah menjadikan sebagian dari binatang ternak untuk berhala-berhala mereka dan sebagian lainnya dikorbankan untuk Allah Swt. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-An'am melalui firman-Nya:

وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَائِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَائِهِمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka, "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami.” Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah; maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (Al-An'am: 136)

Demikian pula mereka memperuntukkan bagi Allah di antara kedua bagian perempuan dan laki-laki bagian yang paling terendah dan paling buruk dari keduanya, yaitu anak-anak perempuan. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى

Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah pembagian yang tidak adil. (An-Najm:21-22)

Dan firman Allah Swt. dalam surat ini:

وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ الإنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ

Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Az-Zukhruf: 15)


أَمِ ٱتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍۢ وَأَصْفَىٰكُم بِٱلْبَنِينَ 16

(16) Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki.

(16) 

Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:

أَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍ وَأَصْفَاكُمْ بِالْبَنِينَ

Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki. (Az-Zukhruf: 16)

Di dalam makna ayat ini terkandung pengertian ingkar terhadap perbuatan mereka dengan pengingkaran yang sangat keras. Kemudian disebutkan kelanjutannya dalam firman berikutnya, yaitu:


وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًۭا ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّۭا وَهُوَ كَظِيمٌ 17

(17) Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.

(17) 

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat, sedangkan dia amat menahan sedih. (Az-Zukhruf: 17)

Artinya, apabila seseorang dari mereka (orang-orang musyrik) diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuan yang mereka peruntukkan buat Allah Swt, maka ia merasa tidak suka dengan hal tersebut sehingga mukanya seakan-akan ditutupi awan hitam karena berita buruk yang diterimanya, dan ia bersembunyi dari kaumnya karena malu mendapat hal tersebut. Maka Allah Swt. berfirman, "Bagaimana kamu sendiri menolak hal itu, lalu kamu nisbatkan hal itu (anak perempuan) kepada Allah Swt.? Disebutkan dalam firman berikutnya:


أَوَمَن يُنَشَّؤُا۟ فِى ٱلْحِلْيَةِ وَهُوَ فِى ٱلْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍۢ 18

(18) Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran.

(18) 

أَوَمَنْ يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ

Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan, sedangkan dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran? (Az-Zuhruf: 18)

Yakni perempuan itu mempunyai kekurangan yang untuk menutupi kekurangannya itu diberilah ia perhiasan sejak masih kecil. Dan apabila bertengkar, maka ucapannya tidak dianggap, bahkan ia lemah dan tidak mampu berbuat. Maka apakah orang yang demikian keadaanya pantas dinisbatkan kepada Allah Swt. Perempuan itu mempunyai kekurangan secara lahir dan batinnya, begitu pula dalam penampilan dan karakternya. Maka untuk menambal kekurangan lahiriah dan penampilannya diberilah ia perhiasan dan lain sebagainya yang diperlukan untuk menambal kekurangannya. Hal yang semakna diucapkan oleh seorang penyair Arab:

وَمَا الحَلْي إِلَّا زينَةٌ مِنْ نقيصةٍ ... يتمّمُ مِنْ حُسْن إِذَا الحُسْن قَصَّرا ...

وأمَّا إذَا كَانَ الجمالُ موفَّرا ... كحُسْنك، لَمْ يَحْتَجْ إِلَى أَنْ يزَوَّرا ...

Tiadalah perhiasan itu melainkan hanyalah untuk menghiasi kekurangan dan menyempurnakan keindahan penampilan bila keindahannya berkurang.

Adapun jika keindahan itu telah terpenuhi seperti penampilan yang ada pada dirimu, maka tidak diperlukan lagi adanya kamuflase penampilan.

Adapun yang berkaitan dengan kekurangan karakternya ialah sesungguh­nya perempuan itu lemah dan tidak mampu membela diri di saat diperlukan ia harus membela diri, tidak termasuk ke dalam perhitungan dan tidak mempunyai peran, seperti yang dikatakan oleh sebagian orang Arab (tentunya di masa Jahiliah) pada saat ia diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuannya, "Anak perempuan itu bukanlah anak yang baik, pertolongannya adalah menangis, dan baktinya adalah mencuri."


وَجَعَلُوا۟ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ ٱلَّذِينَ هُمْ عِبَٰدُ ٱلرَّحْمَٰنِ إِنَٰثًا ۚ أَشَهِدُوا۟ خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَٰدَتُهُمْ وَيُسْـَٔلُونَ 19

(19) Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.

(19) 


Firman Allah Swt.:

وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan. (Az-Zukhruf: 19)

Mereka (orang-orang musyrik Jahiliah) berkeyakinan bahwa para malaikat itu jenis perempuan. Maka Allah mengingkari ucapan mereka itu melalui firman-Nya:

أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ

Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? (Az-Zukhruf: 19)

Yakni apakah mereka menyaksikan para malaikat saat diciptakan oleh Allah Swt. sebagai makhluk dari jenis perempuan?

سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19)

tentang hal tersebut kelak di hari kiamat. Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras dan janji yang pasti akan terjadi.


وَقَالُوا۟ لَوْ شَآءَ ٱلرَّحْمَٰنُ مَا عَبَدْنَٰهُم ۗ مَّا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ 20

(20) Dan mereka berkata: "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)". Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka.

(20) 

وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ

Dan mereka berkata, "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” (Az-Zukhruf: 20)

Yaitu seandainya Allah berkehendak, tentulah Dia menghalang-halangi antara kami dan penyembahan kami terhadap berhala-berhala ini yang dibentuk dalam rupa para malaikat yang merupakan anak-anak perempuan Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui hal tersebut, dan hal ini berarti Dia menyetujui kami melakukan hal tersebut.

Dengan demikian, mereka (orang-orang musyrik) itu melakukan berbagai macam kekeliruan, yang dapat disimpulkan seperti berikut:

Pertama, mereka telah menganggap Allah beranak, padahal Mahasuci lagi Mahatinggi Allah Swt. dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

kedua, anggapan mereka yang menyatakan bahwa Allah memilih anak-anak perempuan daripada anak laki-laki, maka mereka menganggap para malaikat yang merupakan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan.

ketiga, selain itu mereka menyembah para malaikat itu tanpa dalil, tanpa keterangan, serta tanpa izin dari Allah Swt. Bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu serta mengikuti jejak nenek moyang pendahulu mereka yang tersesat di lembah kejahiliahan.

keempat, alasan mereka yang mengatakan bahwa penyembahan mereka kepada berhala-berhala itu merupakan suatu hal yang disahkan oleh takdir, padahal kenyataannya mereka tidak beralasan, bahkan tejerumus ke dalam kebodohan yang parah. Karena sesungguhnya Allah Swt. mengingkari perbuatan tersebut dengan pengingkaran yang keras, sebab sejak Allah Swt. mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab­Nya, selalu memerintahkan kepada manusia untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya. Allah Swt. telah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu.” Maka di antara umat itu ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan. (An-Nahl: 36)

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)

Dan firman Allah Swt. dalam ayat ini sesudah menyebutkan alasan mereka (orang-orang musyrik):

مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ

Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu. (Az-Zukhruf: 20)

yang membenarkan pendapat mereka dan apa yang dijadikan alasan oleh mereka.

إِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ

mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20)

Yakni berdusta dan membuat-buat kedustaan.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka tidak-mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20) Maksudnya, mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah Swt. atas hal tersebut.


أَمْ ءَاتَيْنَٰهُمْ كِتَٰبًۭا مِّن قَبْلِهِۦ فَهُم بِهِۦ مُسْتَمْسِكُونَ 21

(21) Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Quran, lalu mereka berpegang dengan kitab itu?

(21) 

Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah tanpa keterangan, tanpa dalil, tanpa alasan.

أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ

Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelumnya. (Az-Zukhruf:21)

Yaitu sebelum mereka mempersekutukan Allah.

فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ

lalu mereka berpegang dengan kitab itu? (Az-Zukhruf:21)

Yakni untuk menjadi dasar dari perbuatan yang mereka lakukan itu. sebagai jawabannya ialah tentu saja duduk perkaranya tidaklah seperti itu. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

أَمْ أَنزلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا فَهُوَ يَتَكَلَّمُ بِمَا كَانُوا بِهِ يُشْرِكُونَ

Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu mempersekutukan dengan Tuhan? (Ar-Rum:35)

Maksudnya, duduk perkaranya tidaklah demikian. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


بَلْ قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍۢ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّهْتَدُونَ 22

(22) Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

(22) 

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

Bahkan mereka berkata, Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (Az-Zukhruf:22)

Sebenarnya mereka dalam kemusyrikannya itu tidak mempunyai dasar selain dari mengikuti jejak bapak-bapak dan nenek moyang pendahulu mereka. Bahwa mereka berada pada suatu agama yang dianuti oleh mereka. Lafaz ummah dalam ayat ini —juga dalam ayat berikut— berarti agama, yaitu firman-Nya:

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu. (Al Anbiya:92 , Al-Mu’minun:52)

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ

أَيْ: وَرَائِهِمْ

مُهْتَدُونَ

dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Az-Zukhruf:22)

Ini merupakan pengakuan dari mereka tanpa dalil (bukti). Kemudian Allah Swt. menjelaskan melalui ayat yang lainnya, bahwa ucapan mereka yang demikian itu telah didahului oleh orang-orang yang serupa dan setara dengan mereka dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-rasul Allah. Hati mereka semua sama, maka perkataan mereka pun sama.

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ

Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan orang-orang itu mengatakan, Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.” Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Adz-Dzariyat:52-53)

Hal yang sama disebutkan pula dalam surat ini melalui firman-Nya: