45 - الجاثية - Al-Jaathiya

Juz : 25

Crouching
Meccan

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةًۭ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ 23

(23) Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

(23) 

Kemudian Allah Swt. berfirman.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Jatsiyah:23)

Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka. Menurut apa yang diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya.

Firman Allah Swt.:

وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ

dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (Al-Jatsiyah:23)

Makna ayat ini mengandung dua takwil. Pertama ialah Allah menyesatkan orang tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia berhak untuk memperoleh kesesatan. Kedua ialah Allah menjadikannya sesat sesudah sampai kepadanya pengetahuan dan sesudah hujah ditegakkan terhadapnya. Pendapat yang kedua mengharuskan adanya pendapat yang pertama, tetapi tidak kebalikannya.

وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً

dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan pada penglihatannya? (Al-Jatsiyah:23)

karenanya dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak memahami sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai petunjuk, dan tidak dapat melihat bukti yang jelas yang dapat dijadikan sebagai penerang hatinya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:

فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jatsiyah:23)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf:186)


وَقَالُوا۟ مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ 24

(24) Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

(24) 

Allah Swt. menceritakan tentang perkataan aliran Dahriyyah dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari kemudian.

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا

Dan mereka berkata, kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup.” (Al-Jatsiyah:24)

Yakni tiada kehidupan kecuali kehidupan di dunia ini; suatu kaum mati, sedangkan yang lainnya hidup; dan tiada hari kemudian serta tiada pula yang namanya hari kiamat. Hal ini dikatakan oleh orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari berbangkit, dan dikatakan pula oleh sebagian para filosuf ateis; mereka mengingkari adanya permulaan kejadian dan hari kembali. Dan dikatakan pula oleh para filosuf aliran Dahriyyah yang ingkar kepada adanya pencipta, yang meyakini bahwa setiap tiga puluh enam ribu tahun segala sesuatu akan kembali seperti semula. Dan mereka menduga bahwa hal ini telah terjadi berulang-ulang tanpa batas. Mereka membesarkan akal dan mendustakan dalil manqul, karena itulah mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:

وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ

dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. (Al-Jatsiyah:24)

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ

dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah:24)

Mereka mengatakan demikian hanya semata-mata berdasarkan dugaan dan ilusi mereka sendiri.

Adapun mengenai sebuah hadis yang diketengahkan oleh pemilik kedua kitab sahih (Imam Bukhari dan Imam Muslim) serta Abu Daud dan Imam Nasai melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ؛ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الْأَمْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ

Allah Swt. telah berfirman, Anak Adam menyakiti-Ku, dia mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa; di tangan kekuasaan-Ku urusan itu, Akulah Yang menggilirkan malam dan siang harinya.”

Yang menurut riwayat lain disebutkan pula:

لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ، فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ

Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu.

Ibnu Jarir telah mengetengahkan hadis ini dengan konteks yang sangat gharib (aneh). Dia mengatakan:

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ: إِنَّمَا يُهْلِكُنَا اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَهُوَ الَّذِي يُهْلِكُنَا، يُمِيتُنَا وَيُحْيِينَا، فَقَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ قَالَ: وَيَسُبُّونَ الدَّهْرَ، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw. yang bersabda: bahwa dahulu orang-orang Jahiliah mengatakan, Sesungguhnya yang membinasakan kami adalah malam dan siang hari, masalah yang membinasakan, mematikan, dan menghidupkan kami. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Al-Jatsiyah:24) Mereka mencaci maki masa (zaman), maka Allah Swt. berfirman, Anak Adam menyakiti-Ku; dia mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa. Di tangan kekuasaan-Kulah urusan itu, Akulah yang menggilirkan malam dan siang hari.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ahmad ibnu Mansur, dari Syuraih An-Nu'man, dari Ibnu Uyaynah.

Selanjutnya Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَسُبُّ ابْنُ آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.

Allah Swt. berfirman.”Anak Adam mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa, di (tangan kekuasaan)-Kulah (perputaran) malam dan siang hari.”

Pemilik kitab Sahihain dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini melalui Yunus ibnu Yazid dengan sanad yang sama.

Muhammad ibnu lshaq telah meriwayatkan dari Al-A'la ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a, bahwa rasulullah Saw. pernah bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ: اسْتَقْرَضْتُ عَبْدِي فَلَمْ يُعْطِنِي، وسَبّنِي عَبْدِي، يَقُولُ: وَادَهْرَاهُ. وَأَنَا الدَّهْرُ

Allah Swt. berfirman, Aku meminjam kepada hamba-Ku, tetapi dia tidak memberi-Ku; dan hamba-Ku mencaci-Ku seraya mengatakan, Celakalah masa ini Padahal Akulah (yang menciptakan) masa.

Imam Syafii dan Abu Ubaidah serta selain keduanya dari kalangan para imam mengatakan sehubungan dengan makna sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:

لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ؛ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ

Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu.

Bahwa dahulu orang-orang Arab di masa Jahiliahnya apabila tertimpa paceklik atau malapetaka atau musibah, mereka selalu mengatakan, Celakalah masa ini. Mereka menyandarkan kejadian tersebut kepada masa dan mencaci makinya. Padahal sesungguhnya yang melakukan hal tersebut hanyalah Allah Swt. Seakan-akan secara tidak langsung mereka mencaci maki Allah Swt. Seakan-akan secara tidak langsung mereka mencaci maki Allah Swt. karena sesungguhnya Dialah yang melakukannya secara hakiki. Oleh karena itulah maka Nabi Saw. melarang masa dicaci berdasarkan pertimbangan ini. Sebab pada hakikatnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu yang mereka caci maki dan mereka sandarkan kepadanya kejadian-kejadian tersebut.

Ini merupakan pendapat yang terbaik dari apa yang dikemukakan sehubungan dengan tafsir pengertian ini, dan pendapat inilah yang paling mirip dengan makna yang dimaksud, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ibnu Hazm dan orang-orang yang mengikuti metodenya dari kalangan aliran Zahiriyah telah keliru karena mereka menganggap Ad-Dahr adalah salah satu dari Asma’ul Husna, karena berdasarkan hadis ini.


وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا بَيِّنَٰتٍۢ مَّا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ ٱئْتُوا۟ بِـَٔابَآئِنَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 25

(25) Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan: "Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar".

(25) 

Firman Allah Swt.:

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas. (Al-Jatsiyah:25)

Yaitu apabila dibuktikan terhadap mereka dan dijelaskan kepada mereka bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan kembali tubuh-tubuh yang telah mati sesudah mereka tiada dan bertebaran di mana-mana.

مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

tidak ada bantahan mereka selain mengatakan, Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Jatsiyah:25)

Yakni hidupkanlah mereka kembali jika apa yang kamu katakan itu benar. Maka dijawab oleh firman-Nya:


قُلِ ٱللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 26

(26) Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

(26) 

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ

Katakanlah, Allah-lah yang menghidupkan kemudian mematikanmu. (Al-Jatsiyah:26)

sebagaimana yang kamu saksikan sendiri, Dia telah mengeluarkan kamu dari tiada menjadi ada di alam wujud ini.

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya. (Al-Baqarah:28)

Yakni Tuhan Yang mampu menciptakan dari semula mampu pula untuk mengembalikan penciptaan itu dikesempatan yang lain dalam penciptaan yang baru, dan penciptaan yang kedua kalinya itu jauh lebih mudah bagi-Nya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ

Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum:27)

Adapun firman Allah Swt.:

ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ

setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. (Al-Jatsiyah:26)

Artinya sesungguhnya Dia hanya menghimpunkan kalian kelak di hari kiamat dan tidak akan menghidupkan kalian di dunia ini. Maka tidaklah pantas bila kalian mengatakan:

ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar. (Al-Jatsiyah:25)

Allah Swt. telah berfirman:

يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ

(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab). (At-Taghabun:9)

لأيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ. لِيَوْمِ الْفَصْلِ

(Niscaya dikatakan kepada mereka), Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?” Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat:12-13)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ

Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai -waktu yang tertentu. (Hud:14)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ

setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. (Al-Jatsiyah:26)

Yakni tidak diragukan lagi kejadiannya.

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Jatsiyah:26)

Karena itulah maka mereka mengingkari adanya hari kemudian dan menganggap mustahil tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali. Allah Swt. telah berfirman:

إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا

Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu (hari kiamat) jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi). (Al-Ma'arij: 6-7)

Mereka menganggap mustahil hal itu terjadi, sedangkan orang-orang mukmin menganggap bahwa hal itu mudah (bagi Allah) dan (hari kiamat itu) sudah dekat masanya.


وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍۢ يَخْسَرُ ٱلْمُبْطِلُونَ 27

(27) Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan.

(27) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang memiliki bumi dan langit dan Yang menguasai keduanya di dunia dan akhirat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ

Dan pada hari terjadinya kebangkitan. (Al-Jatsiyah:27)

Yakni hari kiamat.

يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ

akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Al-Jatsiyah:27)

Mereka adalah orang-orang yang kafir kepada Allah, dan ingkar kepada Al-Kitab yang diturunkan kepada rasul-rasuI-Nya, yang mengandung ayat-ayat yang menerangkan dan bukti-bukti yang jelas.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Sufyan As-Sauri datang ke Madinah, lalu ia mendengar Al-Mu'afiri berbicara yang mengundang tertawa banyak orang. Maka Sufyan As-Sauri berkata kepadanya, Hai orang tua, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah Swt. mempunyai suatu hari yang di hari itu akan rugilah orang-orang yang mengerjakan kebatilan? Akan tetapi, Al-Mu'afiri tetap mengerjakan hal itu hingga meninggal dunia. Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim.


وَتَرَىٰ كُلَّ أُمَّةٍۢ جَاثِيَةًۭ ۚ كُلُّ أُمَّةٍۢ تُدْعَىٰٓ إِلَىٰ كِتَٰبِهَا ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 28

(28) Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.

(28) 

Ismail ibnu Abu Rafi' Al-Madani telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b, dari Abu Hurairah r.a. secara marfu' dalam hadis mengenai sangkakala, bahwa lalu manusia terpisah-pisah, dan-umat-umat berlutut. Hal inilah yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا

Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat belutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah:28)

Pendapat ini menghimpunkan di antara kedua pendapat yang telah disebutkan di atas, dan hal ini tidaklah bertentangan dengan pendapat yang sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا

Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah:28)

Yang dimaksud dengan kitab ialah buku catatan amal perbuatan, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ

dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar:69)

Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini pada firman berikutnya:

الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah:28)

Yakni kalian akan mendapat balasan amal perbuatan kalian, yang baiknya dan yang buruknya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ. بَلِ الإنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ. وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ

Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Al-Qiyamah:13-15)


هَٰذَا كِتَٰبُنَا يَنطِقُ عَلَيْكُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنسِخُ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 29

(29) (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan".

(29) 

Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ

(Allah berfirman), Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar.” (Al-Jatsiyah:29)

Yaitu mencatat semua amal perbuatan kalian tanpa ditambahi dan tanpa dikurangi. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلا كَبِيرَةً إِلا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, Aduhai, celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (Al-Kahfi:49)

Firman Allah Swt.:

إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah:29)

Yakni sesungguhnya kami telah memerintahkan kepada para malaikat pencatat amal perbuatan untuk mencatat semua amal perbuatan kalian.

Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa para malaikat mencatat amal perbuatan hamba-hamba Allah, kemudian para malaikat itu membawa naik ke langit catatan-catatan tersebut. Maka mereka bertemu dengan para malaikat lainnya yang berada di Diwanul A'mal, lalu mereka mencocokkan dengan apa yang telah di tampakkan bagi para malaikat Diwanul A'mal dari lauh Mahfuz di setiap malam Lailatul Qadar, yang mana hal tersebut termasuk di antara yang telah di tetapkan oleh Allah Swt. di zaman azali terhadap hamba-hamba-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Maka tidak ada penambahan dan pengurangan padanya barang satu huruf pun. Kemudian Ibnu Abbas r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah:29)


فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِى رَحْمَتِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْمُبِينُ 30

(30) Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.

(30) 

Allah Swt. menceritakan tentang hukum-Nya terhadap makhluk-Nya kelak di hari kiamat. Untuk itu Dia berfirman:

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh (Al-Jatsiyah: 30)

Yakni beriman hatinya dan semua anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh, yaitu amal perbuatan yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat.

فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ

maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. (Al-Jatsiyah: 30)

Maksudnya, ke dalam surga. Seperti yang telah di sebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Allah Swt. berfirman kepada surga:

"أَنْتِ رَحْمَتِي، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ"

Engkau adalah rahmat-Ku, Aku merahmati siapa yang Kukehendaki melalui engkau."

ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ

Itulah keberuntungan yang nyata. (Al-Jatsiyah: 30)

Yakni yang jelas dan gamblang. Kemudian di sebutkan dalam firman berikutnya:



وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَفَلَمْ تَكُنْ ءَايَٰتِى تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فَٱسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنتُمْ قَوْمًۭا مُّجْرِمِينَ 31

(31) Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?"

(31) 

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ

Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan), "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu, lalu kamu menyombongkan diri? (Al-Jatsiyah: 31)

Yakni dikatakan hal tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa bukankah telah dibacakan kepada kalian ayat-ayat Allah Swt, tetapi kalian bersikap sombong dan tidak mau mengikutinya, kalian berpaling dari mendengar­kannya, dan kalian adalah orang-orang yang berdosa dalam semua perbuatan kalian di samping itu hati kalian dipenuhi dengan kedustaan?


وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ وَٱلسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُم مَّا نَدْرِى مَا ٱلسَّاعَةُ إِن نَّظُنُّ إِلَّا ظَنًّۭا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ 32

(32) Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu menjawab: "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)".

(32) 

وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا

Dan apabila dikatakan (kepadamu), "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya.” (Al-Jatsiyah: 32)

Yaitu apabila orang-orang mukmin mengatakan hal tersebut kepada kalian.

قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ

niscaya kalian menjawab, "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu.”(Al-Jatsiyah: 32)

Maksudnya, kami tidak mengerti apakah hari kiamat itu.

إِنْ نَظُنُّ إِلا ظَنًّا

kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah: 32)

Yakni kami tidak mengira akan kejadiannya selain hanya menduga-duga saja. Dengan kata lain, kejadian hari kiamat itu menurut pandangan kami hanyalah suatu hal yang bersumber dari dugaan saja. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:

وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ

dan kami sekali-kali tidak meyakini (nya). (Al-Jatsiyah: 32)

Yaitu tidak dapat memastikan kejadiannya. Dalam firman berikutnya disebutkan pula: