47 - محمد - Muhammad

Juz : 26

Muhammad
Medinan

وَلَوْ نَشَآءُ لَأَرَيْنَٰكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُم بِسِيمَٰهُمْ ۚ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِى لَحْنِ ٱلْقَوْلِ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَٰلَكُمْ 30

(30) Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.

(30) 

Firman Allah Swt.:

وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ

Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. (Muhammad: 30)

Allah Swt. berfirman bahwa seandainya Kami menghendaki, hai Muhammad, tentulah Kami tampakkan kepadamu pribadi-pribadi mereka sehingga kamu mengenal mereka dengan terang. Akan tetapi, Allah Swt. tidak melakukan hal tersebut terhadap semua orang munafik, sebagai kebijaksanaan dari-Nya dan agar semua urusan pada lahiriahnya tampak berjalan dengan lancar, sedangkan mengenai rahasianya dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahuinya.

وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ

Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. (Muhammad: 30)

Yakni melalui pembicaraan mereka yang menunjukkan tujuan mereka dan dapat dimengerti oleh lawan bicaranya, dari golongan manakah ia termasuk. Yaitu ke arah manakah maksud dari perkataannya, hal inilah yang dimaksud dengan istilah lahnul qaul dalam ayat ini. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan r.a., "Tidaklah seseorang merahasiakan sesuatu dalam hatinya, melainkan Allah akan menampakkannya melalui roman mukanya dan lisannya yang terpeleset." Di dalam sebuah hadis disebutkan:

"مَا أسر أحد سريرة إلا كساه الله جِلْبَابَهَا، إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ"

Tidaklah seseorang menyembunyikan suatu rahasia, melainkan Allah akan memakaikan kepadanya kain jilbab (yang menunjuk­kan ke arah) nya. Jika hal itu baik, maka baik pula pakaiannya; dan jika hal itu buruk, maka buruk pula pakaiannya.

Kami telah menyebutkan keterangan yang menunjukkan kemunafikan seseorang, juga telah membicarakan perihal kemunafikan dalam perbuatan dan akidah. Semuanya itu dapat dijumpai dalam Syarah Imam Bukhari, sehingga tidak perlu dikemukakan di sini.

Di dalam hadis telah disebutkan segolongan orang munafik dengan sebutan yang jelas dan tertentu.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ عِيَاضٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةً فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ مِنْكُمْ مُنَافِقِينَ، فَمَنْ سَمَّيْتُ فَلْيَقُمْ". ثُمَّ قَالَ: "قُمْ يَا فُلَانُ، قُمْ يَا فُلَانُ، قُمْ يَا فُلَانُ". حَتَّى سَمَّى سِتَّةً وَثَلَاثِينَ رَجُلًا ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ فِيكُمْ -أَوْ: مِنْكُمْ -فَاتَّقُوا اللَّهَ". قَالَ: فَمَرَّ عُمَرُ بِرَجُلٍ مِمَّنْ سَمَّى مُقَنَّعٌ قَدْ كَانَ يَعْرِفُهُ، فَقَالَ: مَا لَكَ؟ فَحَدَّثَهُ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: بُعْدًا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah meiiceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah ibnu Iyad, dari ayahnya, dari Abu Mas'ud alias Uqbah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami. Beliau memulainya dengan membaca hamdalah dan pujian kepada Allah Swt., kemudian bersabda: Sesungguhnya di antara kalian terdapat orang-orang munafik. Maka barang siapa yang aku sebutkan namanya, hendaklah ia berdiri. Kemudian beliau Saw. berkata, ' Hai Fulan, berdirilah!, Hai Fulan, berdirilah!, Hai Fulan, berdirilah!" hingga beliau menyebutkan sebanyak tiga puluh enam orang laki-laki. Kemudian beliau Saw. bersabda, "Sesungguhnya di antara kalian -atau sebagian dari kalian- terdapat orang-orang munafik, maka bertakwalah kalian kepada Allah.” Maka Umar r.a. bersua dengan seseorang yang telah disebutkan namanya itu dalam keadaan mengenakan penutup pada wajahnya, yang sebelumnya Umar telah mengenalnya. Malik melanjutkan, bahwa lalu diceritakan kepada Umar apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Maka Umar berkata, "Semoga engkau dijauhkan dari rahmat Allah selama sisa usiamu."


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ ٱلْمُجَٰهِدِينَ مِنكُمْ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبْلُوَا۟ أَخْبَارَكُمْ 31

(31) Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.

(31) 

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (Muhammad: 31)

Hal ini bukan berarti ada keraguan pada pengetahuan Allah terhadap apa yang akan terjadi. Makna yang dimaksud ialah agar Kami menyatakan kejadiannya. Karena itulah Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan hal yang seperti ini, bahwa makna na'lamu ialah nara, yakni agar Kami melihat dengan kenyataan tentang kejadiannya, walaupun pada hakikatnya Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi masih belum terlahirkan atau ternyatakan.


إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَشَآقُّوا۟ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْهُدَىٰ لَن يَضُرُّوا۟ ٱللَّهَ شَيْـًۭٔا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَٰلَهُمْ 32

(32) Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.

(32) 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَىٰ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ

Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. (Muhammad: 32) 

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, menentang rasul dan memusuhinya, serta murtad dari iman sesudah jelas baginyajalan petunjuk, bahkan sikap mereka itu sama sekali tidak merugikan Allah barang sedikit pun. Dan bahwa sesungguhnya kerugian yang diakibatkannya adalah menimpa pelakunya sendiri dan dia akan merasa sangat kecewa kelak di hari kemudian. Dan Allah akan menghapuskan pahala amal-amalnya, karena itu Allah tidak memberinya pahala barang sedikit pun dari amal yang telah dilakukannya karena sesudahnya ia murtad. Tiada suatu amal kebaikannya pun yang dibalasi-Nya, bahkan Dia menggugurkan dan menghapuskannya sama sekali. Kebalikannya ialah sama dengan amal-amal kebaikan, ia dapat menghapuskan amal-amal keburukan.

Imam Ahmad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus Salah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Qudamah, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah yang menceritakan bahwa dahulu sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu dosa pun yang membahayakan selama pelakunya meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sebagaimana tiada amal kebaikan pun yang bermanfaat bila pelakunya mempersekutukan Allah. Hingga turun ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33) Akhirnya mereka merasa takut bila perbuatan dosa menghapuskan amal kebaikan mereka (yakni mereka tidak beranggapan seperti semula lagi).

Kemudian diriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnul Mubarak, bahwa telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Ma'ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang telah mengatakan, "Kami sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu pun dari amal kebaikan melainkan diterima," hingga turunlah firman-Nya: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33) Maka kami (para sahabat) bertanya, "Apa sajakah yang dapat menghapuskan amal kebaikan kami?" Dan kami beranggapan bahwa yang menghapuskan amal kebaikan itu adalah dosa-dosa besar yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka dan perbuatan-perbuatan fahisyah (yang keji), hingga turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48), hingga akhir ayat. Setelah ayat ini diturunkan, maka kami tidak mempunyai dugaan seperti itu lagi dan kami merasa khawatir terhadap orang yang mengerjakan dosa-dosa besar dan mengerjakan perbuatan fahisyah; dan kami berharap semoga yang lainnya tidak terjerumus ke dalamnya.



يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوٓا۟ أَعْمَٰلَكُمْ 33

(33) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.

(33) 

Setelah itu Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar taat kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya, karena hal ini akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan Allah melarang mereka melakukan perbuatan yang menyebabkan murtad, karena murtad dapat menghapuskan semua amal kebaikan yang telah dikerjakan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33)

Yakni dengan melakukan perbuatan murtad. Karena itulah pada firman berikutnya disebutkan:


إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا۟ وَهُمْ كُفَّارٌۭ فَلَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَهُمْ 34

(34) Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.

(34) 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang, (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. (Muhammad: 34)

Sama dengan firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

الْآيَةَ.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48)

Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan Khitab Allah Swt. Kepada hamba-hamba-Nya yang beriman:


فَلَا تَهِنُوا۟ وَتَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلسَّلْمِ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ وَٱللَّهُ مَعَكُمْ وَلَن يَتِرَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ 35

(35) Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.

(35) 

فَلا تَهِنُوا

Janganlah kamu lemah. (Muhammad: 35)

Yaitu bersikap lemah dalam menghadapi musuh-musuhmu.

وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ

dan minta damai. (Muhammad: 35)

Yakni memilih gencatan senjata, perdamaian, di antara kamu dan orang-orang kafir yang memusuhimu, padahal kalian kuat, bilangan personel kalian banyak dan senjata kalian lebih lengkap. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman-Nya:

فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ

Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah yang di atas. (Muhammad: 35)

Yaitu di saat posisi kalian menang di atas musuh kalian. Adapun jika keadaan orang-orang kafir memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih banyak ketimbang kekuatan dan pasukan kaum muslim, sedangkan iman kaum muslim memandang bahwa mengadakan gencatan senjata sangat bermanfaat bagi pihak kaum muslim, maka ia boleh mengadakan gencatan senjata dengan musuh dan menghentikan perang. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah Saw. ketika orang-orang kafir Quraisy melarangnya memasuki Mekah. Dan mereka mengajak Rasulullah Saw. untuk berdamai dan menghentikan peperangan di antara mereka dengan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun. Maka Rasulullah Saw. menyetujuinya.

Firman Allah Swt.:

وَاللَّهُ مَعَكُمْ

dan Allah (pun) beserta kamu. (Muhammad: 35)

Ini mengandung berita gembira yang besar, bahwa pasukan kaum muslim akan beroleh pertolongan dari Allah dan mendapat kemenangan atas musuh-musuhnya.

وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ

dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 35)

Yakni tidak akan menghapuskan dan tidak akan menggugurkan amal kebaikan kalian, bahkan Dia akan memenuhi pahalanya tanpa menguranginya barang sedikit pun.


إِنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ أَمْوَٰلَكُمْ 36

(36) Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.

(36) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya perkara duniawi dan ketiada hargaannya. Untuk itu Dia berfirman:

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, (Muhammad: 36)

Yakni hasilnya hanyalah itu terkecuali sebagian darinya yang digunakan karena Allah Swt. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Muhammad: 36)

Dia Mahakaya daripada kalian, Dia tidak akan meminta sesuatu apa pun dari kalian. Dan sesungguhnya Dia memfardukan zakat harta benda hanyalah untuk menyantuni dan membantu saudara-saudara kalian, yang justru manfaatnya akan kembali kepada kalian sendiri, juga pahalanya diraih oleh kalian sendiri.


إِن يَسْـَٔلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا۟ وَيُخْرِجْ أَضْغَٰنَكُمْ 37

(37) Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu.

(37) 

Firman Allah Swt.:

إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا

Jika Dia meminta harta kepadamu, lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya), niscaya kamu akan kikir. (Muhammad-37)

Yaitu jika Dia mendesak kalian untuk mengeluarkan harta, niscaya kalian kikir, tidak mau mengeluarkannya.

وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ

dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. (Muhammad: 37)

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. telah mengetahui bahwa dengan mengeluarkan harta, maka terbacalah apa yang tersimpan di dalam dada. Benarlah apa yang dikatakan oleh Qatadah karena sesungguhnya harta itu adalah sesuatu yang dicintai, dan tidaklah dibelanjakan melainkan untuk keperluan yang lebih disukai oleh pemiliknya dari harta itu.



هَٰٓأَنتُمْ هَٰٓؤُلَآءِ تُدْعَوْنَ لِتُنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَمِنكُم مَّن يَبْخَلُ ۖ وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ وَٱللَّهُ ٱلْغَنِىُّ وَأَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ ۚ وَإِن تَتَوَلَّوْا۟ يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓا۟ أَمْثَٰلَكُم 38

(38) Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.

(38) 

Firman Allah Swt.:

هَاأَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ

Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir. (Muhammad: 38)

Maksudnya, tidak mau memenuhi ajakan tersebut.

وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ

dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. (Muhammad: 38)

Yakni sesungguhnya akibat dari kekikirannya itu akan menimpa dirinya sendiri, dan sesungguhnya yang dikurangi itu hanyalah pahalanya sendiri.

وَاللَّهُ الْغَنِيُّ

Dan Allah-lah Yang Mahakaya. (Muhammad: 38)

Yaitu tidak membutuhkan selain-Nya, sedangkan segala sesuatu berhajat kepada-Nya selama-lamanya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:

وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ

sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(nya). (Muhammad: 38)

Maksudnya, secara fitrah membutuhkan-Nya; sifat Mahakaya bagi Allah Swt. adalah sifat yang lazim bagi-Nya, dan sifat fakir bagi makhluk adalah sifat yang lazim bagi mereka yang tidak dapat terpisahkan darinya.

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ تَتَوَلَّوْا

dan jika kamu berpaling. (Muhammad: 38)

Yakni dari ketaatan kepada-Nya dan mengikuti syariat-Nya.

يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38)

Bahkan mereka adalah orang-orang yang tunduk patuh kepada-Nya dan taat kepada perintah-perintah-Nya.

Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38) Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan mereka yang jika kami berpaling maka akan menjadi pengganti kami dan mereka tidak akan seperti kami sikapnya?" Abu Hurairah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. menepukkan tangannya ke pundak Salman Al-Farisi r.a. seraya bersabda:

"هَذَا وَقَوْمُهُ، وَلَوْ كَانَ الدِّينُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنَ الْفُرْسِ"

Orang ini dan kaumnya. Seandainya agama berada di bintang surayya, niscaya akan diraih oleh orang-orang dari Persia.

Muslim ibnu Khalid Az-Zunji meriwayatkan hadis ini secara munfarid, tetapi banyak perawi lain yang meriwayatkan hadis ini darinya. Dan ada sebagian imam ahli hadis yang mempermasalahkan dia; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.