50 - ق - Qaaf

Juz : 26

The letter Qaaf
Meccan

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ 16

(16) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

(16) 

Allah Swt. menceritakan tentang kekuasaan-Nya atas manusia, bahwa Dialah yang menciptakannya, dan pengetahuan-Nya meliputi semua urusannya. Hingga Allah Swt. mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati manusia kebaikan dan keburukannya. Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَقُلْ أَوْ تَعْمَلْ"

Sesungguhnya Allah Swt. memaafkan terhadap umatku apa yang dibisikkan oleh hatinya selama dia tidak mengucapkannya atau mengerjakannya.

Firman Allah Swt.:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)

Yakni malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu Allah, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan adanya bertempat atau ke­manunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal yang mustahil bagi Allah Swt. menurut kesepakatan semua ulama, Mahasuci Allah dari keduanya. Akan tetapi bila ditinjau dari segi teks, ayat tidak menunjukkan ke arah pengertian pengetahuan Allah, karena Allah Swt. tidak mengatakan, "Aku lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." Dan yang Dia katakan hanyalah: dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam ayat lain sehubungan dengan orang yang sedang meregang nyawanya:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi'ah: 85)

Yaitu malaikat-malaikat-Nya. Dan sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Para malaikatlah yang turun membawa wahyu Al-Qur'an dengan seizin Allah Swt. Demikian pula para malaikatlah yang lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya berkat kekuasaan Allah Swt. yang diberikan kepada mereka untuk hal tersebut. Maka malaikat itu mempunyai jalan masuk ke dalam manusia sebagaimana setan pun mempunyai jalan masuk ke dalam manusia melalui aliran darahnya, seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Saw. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ 17

(17) (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.

(17) 


إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ

(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya (Qaf: 17)

Yakni dua malaikat yang ditugaskan oleh Allah Swt. untuk mencatat amal perbuatan manusia.

عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (Qaf: 17)

Artinya, keduanya selalu mengawasi.


مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ 18

(18) Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

(18) 


مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)

Yaitu tiada suatu kalimat pun yang dikatakannya, melainkan ada malaikat yang selalu mengawasinya dan mencatatnya; tiada suatu kalimat pun yang tertinggal, dan tiada suatu gerakan pun yang tidak tercatat olehnya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Infithar: 1-12)

Para ulama berselisih pendapat mengenai masalah pekerjaan malaikat ini, apakah ia mencatat semua kalimat yang diucapkan.

Al-Hasan dan Qatadah mengiakan. Atau yang dicatatnya hanyalah hal-hal yang ada kaitannya dengan pahala dan siksaan, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas; ada dua pendapat mengenai masalah ini. Tetapi makna lahiriah ayat berpihak kepada pendapat yang pertama, mengingat keumuman makna yang terkandung di dalam firman-Nya: Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَلْقَمَةَ اللَّيْثِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَلْقَمَةَ، عَنْ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ الْمُزَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا (سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ".قَالَ: فَكَانَ عَلْقَمَةُ يَقُولُ: كَمْ مِنْ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah Al-Lais'i, dari ayahnya, dari kakeknya Alqamah, dari Bilal ibnul Haris Al-Muzani r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang diridai oleh Allah Swt. tanpa diduganya dapat menghantarkan kepada kedudukan yang diraihnya hingga Allah mencatatkan baginya keridaan dari-Nya untuk dia, berkat kalimat itu hingga hari ia menghadap kepada-Nya. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang membuat Allah Swt. murka tanpa diduganya dapat menjerumuskan dirinya ke dalam kemurkaan-Nya, hingga Allah Swt. mencatatkan kemurkaan-Nya terhadap dia disebabkan kalimat itu hingga hari ia menghadap kepada-Nya.

Tersebutlah pula bahwa Alqamah pernah mengatakan berapa banyak kata-kata yang hendak diungkapkannya, tetapi ia tahan karena adanya hadis Bilal ibnul Haris tersebut.

Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, dan mempunyai syahid dalam kitab sahih.

Al-Ahnaf ibnu Qais mengatakan bahwa malaikat sebelah kanan tugasnya mencatat kebaikan, dan dia adalah kepercayaan malaikat yang sebelah kiri. Apabila hamba yang bersangkutan melakukan suatu dosa, malaikat yang di sebelah kanan berkata, "Tahan dulu," jika dia memohon ampun kepada Allah, maka malaikat sebelah kanan melarangnya mencatat. Tetapi jika hamba yang bersangkutan tidak memohon ampun, maka malaikat sebelah kiri mencatatnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (Qaf: 17) Lalu ia mengatakan, "Hai anak Adam, lembaran catatan telah dibuka untukmu dan telah ditugaskan kepadamu dua malaikat yang mulia; salah satunya berada di sebelah kananmu dan yang lain berada di sebelah kirimu. Malaikat yang ada di sebelah kananmu bertugas mencatat semua amal baikmu, dan yang di sebelah kirimu bertugas mencatat dosa-dosamu. Maka beramallah menurut kehendakmu, sedikit atau banyak; apabila kamu telah mati, lembaran itu ditutup, lalu dibebankan di lehermu bersama­ sama denganmu di dalam kubur, hingga kamu keluar dari kubur dengan membawanya di hari kiamat nanti." Hal inilah yang dimaksud oleh firman-Nya:

وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Isra: 13-14)

Kemudian Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, benar-benar adil, orang yang menyerahkan perhitungan kepada diri yang bersangkutan."

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan firman Allah Swt.: Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18) Bahwa semua yang diucapkan oleh hamba Allah berupa kebaikan atau keburukan dicatat, hingga benar-benar dicatat ucapannya yang mengatakan, "Aku telah makan dan minum, aku telah pergi dan aku baru datang, dan aku telah melihat anu," dan lain sebagainya. Apabila hari Kamis, maka ucapan dan amal perbuatannya itu ditampilkan di hadapannya, lalu ia mengakuinya, apakah itu yang baik ataupun yang buruk, sedangkan selain dari itu tidak dianggap. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:

يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Manfuz). (Ar-Ra'd: 39)

Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa ia merintih di saat sakitnya, lalu disampaikan kepadanya berita dari Tawus yang mengatakan bahwa malaikat pencatat amal perbuatan menulis segala sesuatu hingga rintihan. Maka sejak saat itu Imam Ahmad tidak merintih lagi sampai ia meninggal dunia, rahimahullah.

*******************



وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ 19

(19) Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.

(19) 

Firman Allah Swt.:

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)

Allah Swt. berfirman, "Hai manusia, datanglah sakaratul maut dengan sebenarnya." Yakni Aku tampakkan kepadamu dengan meyakinkan apa yang selama ini kamu meragukannya.

ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)

Maksudnya, inilah kematian yang selama ini kamu lari darinya. Ia datang menjemputmu, maka tiada jalan lari dan tiada jalan selamat bagimu untuk menghindarinya. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai lawan bicara yang dimaksud oleh ayat ini, yaitu firman-Nya:

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)

Menurut pendapat yang sahih, orang yang diajak bicara oleh ayat ini adalah manusia itu sendiri. Menurut pendapat yang lain, dia adalah orang kafir, dan pendapat yang lainnya mengatakan selain itu.

Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ziad Sablan, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah, dari ayahnya, dari kakeknya Alqamah ibnu Waqqas yang menceritakan bahwa Aisyah r.a. pernah mengatakan bahwa ia menjenguk ayahnya yang sedang menghadapi kematiannya, saat itu ia duduk di dekat kepala ayahnya. Dan suatu ketika Abu Bakar pingsan, maka Aisyah r.a. mengucapkan suatu bait syair: Hai orang yang air matanya selalu ditahan-tahan, sesungguhnya sesekali pasti ia akan tercurahkan (tanpa bisa ditahan). Maka Abu Bakar r.a. sadar dari pingsannya dan mengangkat kepalanya seraya mengatakan, "Hai putriku, bukan demikian, melainkan ucapkanlah firman Allah Swt.: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.' (Qaf: 19).”

Telah menceritakan pula kepada kami Khalaf ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Abu Syihab Al-Khayyat, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Al-Bahi yang mengatakan bahwa ketika Abu Bakar r.a. sakit keras, Aisyah r.a. datang menjenguknya, lalu mengutip bait syair berikut: Demi usiamu, tiadalah kekayaan dapat memberi manfaat kepada seseorang bila di suatu hari sakaratul maut datang menjemputnya dan membuat dadanya sesak. Maka Abu Bakar r.a. membuka penutup wajahnya dan mengatakan, "Bukan demikian, tetapi ucapkanlah firman Allah Swt.: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.' (Qaf: 19).”

Asar ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak dalam sirah Abu Bakar As-Siddiq r.a. pada kisah menjelang kewafatannya.

Di dalam hadis sahih dari Nabi Saw. disebutkan bahwa ketika beliau Saw. mengalami sakaratul maut, maka beliau mengusap keringat dari wajahnya, kemudian bersabda:

"سُبْحَانَ اللَّهِ! إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ".

Mahasuci Allah, sesungguhnya kematian itu benar-benar mempunyai sakarat.

*******************

Firman Allah Swt.:

ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)

Ada dua pendapat mengenai takwilnya. Pertama mengatakan bahwa huruf ma dalam ayat ini adalah mausulah, yang artinya ialah yang kamu selalu lari darinya dan menjauh darinya, kini telah datang menjemput dirimu. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa huruf ma di sini adalah nafiyah, yakni inilah hal yang kamu tidak dapat melarikan diri darinya dan tidak dapat pula mengelak darinya.

Imam Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu’jamui Kabir-nya,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّائِغُ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْحُدَيُّ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُحَمَّدٍ الهُذَلي، عَنْ يُونُسَ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ سَمُرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ الَّذِي يَفِرُّ مِنَ الْمَوْتِ مَثَلُ الثَّعْلَبِ، تَطْلُبُهُ الْأَرْضُ بدَيْن، فَجَاءَ يَسْعَى حَتَّى إِذَا أَعْيَى وَأَسْهَرَ دَخَلَ جُحْرَهُ، فَقَالَتْ لَهُ الْأَرْضُ: يَا ثَعْلَبُ، دَيْنِي. فَخَرَجَ وَلَهُ حِصَاصٌ، فَلَمْ يَزَلْ كَذَلِكَ حَتَّى تَقَطَّعَتْ عُنُقُهُ وَمَاتَ"

telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ali As-Sa'ig Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Hafs, dari Ibnu Umar Al-Haddi, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Muhammad Al-Huzali, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Samurah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang dituntut oleh bumi untuk membayar utang, maka musang itu keluar berusaha; dan manakala telah lelah dan kecapaian, ia masuk ke dalam liangnya. Lalu bumi berkata kepadanya, "hai musang, bayarlah piutangku!" Maka musang keluar dengan nafas yang terengah-engah, ia terus berusaha dalam keadaan demikian hingga urat lehernya terputus dan matilah ia.

*******************



وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمُ ٱلْوَعِيدِ 20

(20) Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman.

(20) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ

Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. (Qaf: 20)

Dalam pembahasan yang lalu telah diterangkan hadis mengenai tiupan sangkakala, kegemparan, kematian, dan berbangkit, yang semuanya itu terjadi pada hari kiamat. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ، وَانْتَظَرَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ". فَقَالَ الْقَوْمُ: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الوكيل.

Bagaimana aku merasa senang, sedangkan pemegang sangkakala telah menempelkan sangkakalanya di mulutnya. Keningnya berkerut menunggu diperintahkan untuk meniupnya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Ucapkanlah oleh kalian, "Hasbunallahu wani'mal wakil" (Cukuplah Allah Penolong kami, Dia adalah sebaik-baik pelindung). Maka para sahabat pun mengucapkan, "Hasbunallahu wani'mal wakil.”

*******************


وَجَآءَتْ كُلُّ نَفْسٍۢ مَّعَهَا سَآئِقٌۭ وَشَهِيدٌۭ 21

(21) Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi.

(21) 

وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ

Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (Qaf: 21)

Yakni malaikat yang menggiringnya ke padang mahsyar dan malaikat yang menjadi saksi terhadap semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Demikianlah makna lahiriah ayat dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Ismail ibnu Abu Khalid, dari Yahya ibnu Rafi' maula Saqif yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan r.a. berkhotbah, lalu membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (Qaf: 21) Lalu Usman r.a. mengatakan bahwa malaikat penggiring yang menggiringnya menghadap kepada Allah dan malaikat penyaksi yang menyaksikan semua amal perbuatannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid.

Mutarrif telah meriwayatkan dari Abu Ja'far maula Asyja',dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa yang menggiringnya adalah malaikat, sedangkan yang menjadi saksinya adalah amal perbuatannya. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan As-Saddi.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang menggiring adalah malaikat, sedangkan yang menjadi saksi adalah dirinya sendiri; ia bersaksi terhadap dirinya sendiri. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan tiga pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud oleh firman Allah Swt.:


لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍۢ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌۭ 22

(22) Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.

(22) 

لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaf: 22)

Siapakah lawan bicara yang dimaksud dalam ayat ini. Salah satunya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang kafir, ini menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama dikatakan oleh Ad- Dahhak ibnu Muzahim dan Saleh ibnu Kaisan.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa lawan bicara yang dimaksud adalah semua orang, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; karena sesungguhnya negeri akhirat itu bila dibandingkan dengan dunia sama dengan melek (bangun), sedangkan negeri dunia sama dengan tidur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, dia menukilnya dari Husain ibnu Abdullah ibnu Ubaidillah, dari Abdullah ibnu Abbas r.a.

Pendapat yang ketiga menyebutkan bahwa lawan bicaranya adalah Nabi Saw. Pendapat ini dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam dan anaknya. Makna ayat menurut pendapat keduanya adalah seperti berikut: Sesungguhnya sebelumnya kami dalam keadaan lalai dari Al-Qur'an ini, yaitu sebelum ia diturunkan kepadamu, lalu Kami bukakan darimu penutup yang menutupi dirimu dengan menurunkan Al-Qur'an kepadamu, maka sekarang penglihatanmu menjadi sangat tajam.

Akan tetapi, makna lahiriah ayat yang tersimpulkan dari konteksnya berbeda dengan pengertian tersebut, bahkan lawan bicara yang dimaksud adalah manusia itu sendiri. Makna yang dimaksud oleh firman-Nya:

لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini. (Qaf: 22)

Yakni dari hari ini alias hari kiamat.

فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

maka Kami singkapkan terhadapmu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari ini amat tajam. (Qaf: 22)

Yaitu amat kuat karena tiap-tiap orang di hari kiamat mempunyai penglihatan yangtajam; sehingga orang-orang kafir ketika di dunia, maka di hari kiamat mereka berada pada jalan yang lurus, tetapi hal itu tidak dapat memberi manfaat sedikit pun bagi diri mereka (karena alam akhirat adalah bukan alam ujian, melainkan alam pembalasan). Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا

Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38)

Dan firman Allah Swt.:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajdah: 12)


وَقَالَ قَرِينُهُۥ هَٰذَا مَا لَدَىَّ عَتِيدٌ 23

(23) Dan yang menyertai dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku".

(23) 

Allah Swt. menceritakan tentang malaikat yang ditugaskan-Nya untuk mencatat amal perbuatannya, bahwa malaikat itu kelak di hari kiamat akan menjadi saksi atas segala perbuatannya.

هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ

Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku. (Qaf: 23)

Yakni telah tersedia dan tercatat tanpa tambahan dan tanpa pula pengurangan. Mujahid mengatakan bahwa ini merupakan perkataan malaikat yang menggiring manusia, ia mengatakan, "Inilah anak Adam yang Engkau tugaskan aku untuk mengawasinya, kini kuhadapkan kepada Engkau."

Tetapi Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa kalimat ini diucapkan oleh malaikat penggiring dan juga malaikat penyaksi. Pendapat Ibnu Jarir cukup beralasan dan kuat. Maka pada saat itulah Allah Swt. memutuskan hukum terhadap makhluk-Nya dengan adil, maka Allah Swt. berfirman:


أَلْقِيَا فِى جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍۢ 24

(24) Allah berfirman: "Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala,

(24) 


أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ

Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala. (Qaf: 24)

Ulama Nahwu berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman Allah Swt., uAlqiya." Sebagian dari mereka mengatakan bahwa kalimat ini menurut dialek sebagian orang Arab yang biasa ber-khitab dengan memakai tasniyah, sedangkan yang dituju adalah mufrad (tunggal), seperti yang diriwayatkan dari Al-Hajjaj, bahwa ia pernah mengatakan, "Hai algojoku, penggallah lehernya!" Dan di antara dalil yang digunakan oleh Ibnu Jarir dalam memperkuat pendapatnya ialah perkataan seorang penyair yang mengatakan:

فإن تزجراني -يا ابن عَفَّانَ-أَنْزَجِرْ ... وَإِنْ تَتْرُكَانِي أَحْمِ عِرْضًا مُمَنَّعًا

Jika engkau melarangku, hai Ibnu Affan, maka aku menahan diri. Tetapi jika engkau membiarkanku, maka aku akan membela kehormatanku dengan kekuatan yang dapat mempertahankan diri.

Menurut pendapat yang lain, huruf alifnya merupakan pergantian dari nun taukid, tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, karena sesungguhnya hal seperti ini hanya digunakan saat waqaf.

Makna lahiriah lafaz ini ditujukan kepada malaikat penggiring dan malaikat penyaksi. Malaikat penggiringlah yang menghadirkannya ke tempat penghisaban; dan setelah malaikat penyaksi mengemukakan persaksian terhadapnya, lalu Allah Swt. memerintahkan kepada keduanya agar mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam, dan Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ

Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala. (Qaf: 24)

Yakni sangat kafir dan mendustakan kebenaran, sedangkan 'anid artinya mengingkari kebenaran dan menentangnya dengan kebatilan, padahal dia mengetahui.


مَّنَّاعٍۢ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍۢ مُّرِيبٍ 25

(25) yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,

(25) 


مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ

yang sangat enggan melakukan kebajikan. (Qaf: 25)

Maksudnya, tidak mau menunaikan kewajiban4^ewajiban yang ada padanya, tidak berbakti, tidak mau bersilahturahmi dan tidak mau pula bersedekah.

Mu'tadin, yakni melanggar batas dalam membelanjakannya dan juga dalam mempergunakannya hingga melampaui garis yang ditentukan.

Qatadah mengatakan bahwa makna mu'tadin ialah orang yang melampaui batas dalam perjalanan dan urusannya.

مُرِيبٍ

lagi ragu-ragu. (Qaf : 25)

Yakni ragu dalam urusannya dan mencurigakan orang yang melihat urusannya.


ٱلَّذِى جَعَلَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلشَّدِيدِ 26

(26) yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat".

(26) 


الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ

yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah. (Qaf: 26)

Yaitu mempersekutukan Allah dan menyembah selain Allah di samping Dia.

فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ

maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat. (Qaf: 26)

Dalam hadis terdahulu telah disebutkan bahwa leher neraka muncul di hadapan semua makhluk, lalu berseru dengan suara yang dapat didengar oleh semua makhluk, "Sesungguhnya aku diperintahkan untuk membakar tiga macam orang, yaitu setiap orang yang sewenang-wenang lagi keras kepala, orang yang menyembah tuhan lain beserta Allah, dan para pembuat patung (berhala)," lalu neraka Jahanam membelit mereka.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ -هُوَ ابْنُ هِشَامٍ-حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ فِراس عَنْ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "يَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَتَكَلَّمُ، يَقُولُ: وُكِّلْتُ الْيَوْمَ بِثَلَاثَةٍ: بِكُلِّ جَبَّارٍ، وَمَنْ جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ. فَتَنْطَوِي عَلَيْهِمْ، فَتَقْذِفُهُمْ فِي غَمَرَاتِ جَهَنَّمَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Firas, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Kelak akan muncul leher dari neraka yang dapat berbicara, lalu mengatakan, "Pada hari ini akau diperintahkan untuk menangkap tiga macam orang, yaitu tiap-tiap orang yang belaku sewenang-wenang lagi keras kepala, orang yang menjadikan tuhan lain beserta Allah, dan orang yang membunuh seseorang bukan karena dia telah membunuh seseorang.” Maka leher neraka itu membelit mereka dan mencampakkan mereka ke dalam luapan api neraka Jahanam.

*******************




قَالَ قَرِينُهُۥ رَبَّنَا مَآ أَطْغَيْتُهُۥ وَلَٰكِن كَانَ فِى ضَلَٰلٍۭ بَعِيدٍۢ 27

(27) Yang menyertai dia berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh".

(27) 

Firman Allah Swt.:

قَالَ قَرِينُهُ

Yang menyertai dia berkata (pula). (Qaf: 27)

Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qarin ialah setan yang ditugaskan menemaninya.

رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ

Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya. (Qaf: 27)

Yakni Allah menceritakan tentang manusia yang berada di hari kiamat dalam keadaan kafir. Setan yang selalu menemaninya mengatakan:

رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ

Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh. (Qaf: 27)

Yaitu bahkan dia sendirilah yang sesat dan menerima yang batil serta menentang kebenaran. Hal yang semisal telah disebutkan melalui ayat lain, yaitu:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu, lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim: 22)

*******************


قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا۟ لَدَىَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُم بِٱلْوَعِيدِ 28

(28) Allah berfirman: "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu".

(28) 

Adapun firman Allah Swt.:

قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ

Allah berfirman, "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku " (Qaf: 28)

Allah Swt. berfirman demikian kepada manusia dan teman jinnya, karena keduanya bertengkar di hadapan-Nya. Manusia itu berkata, "Ya Tuhanku, orang ini telah menyesatkan aku dari peringatan-Mu sesudah ia datang kepadaku." Dan setan atau qarin-nya berkata:

رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ

Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh. (Qaf: 27)

Yakni sesat dari jalan yang hak, maka Tuhan berfirman kepada keduanya:

لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ

Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu. (Qaf: 28)

Artinya, Aku telah memberikan kesempatan kepada kalian melalui lisan rasul-rasul-Ku, dan Aku telah menurunkan kitab-kitab serta menegakkan terhadap kalian semua alasan, keterangan, dan bukti-bukti.


مَا يُبَدَّلُ ٱلْقَوْلُ لَدَىَّ وَمَآ أَنَا۠ بِظَلَّٰمٍۢ لِّلْعَبِيدِ 29

(29) Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku

(29) 

مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ

Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah. (Qaf: 29)

Mujahid mengatakan, makna yang dimaksud ialah Aku telah memutuskan apa yang Kukehendaki.

وَمَا أَنَا بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ

dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Qaf: 29)

Yakni Aku tidak mengazab seseorang karena dosa orang lain, melainkan tidaklah Aku mengazab seseorang kecuali karena dosanya sendiri sesudah tegaknya hujah terhadapnya, yakni sesudah tegaknya alasan Allah Swt. terhadapnya.


يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ ٱمْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍۢ 30

(30) (Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab: "Masih ada tambahan?"

(30) 

Allah Swt. berfirman kepada neraka Jahanam (kelak di hari kiamat), "Apakah engkau telah penuh?" Demikian itu karena Allah Swt. telah berjanji kepadanya bahwa Dia akan memenuhinya dengan jin dan manusia.

Dia memerintahkan (para malaikat-Nya) untuk mencampakkan ke dalam neraka orang-orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan neraka itu mengatakan, "Masih adakah tambahannya?" Demikianlah menurut makna lahiriah dan konteks ayat ini dan juga seperti apa yang ditunjukkan oleh banyak hadis.

قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنَا حَرَمي بْنُ عُمَارة حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُلقَى فِي النَّارِ، وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ، حَتَّى يَضَعَ قدمه فيها، فتقول قط قط"

Imam Bukhari pada tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kam, Abdullah ibnu Abul Aswad, telah menceritakan kepada kami Haram, ,bnu [marah, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Qatadah, dari Anas ibnu Malik r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Neraka diisi, sedangkan neraka mengatakan, "Apakah masih ada tambahan?" Hingga akhirnya Tuhan Yang Maha Mulia meletakkan telapak kaki-Nya ke dalam neraka maka barulah neraka mengatakan, "Cukup, cukup.”

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لا تَزَالُ جَهَنَّمُ يَلْقَى فِيهَا وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ، فَيَنْزَوِي بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ، وَتَقُولُ: قَطُّ قَطُّ، وَعِزَّتِكَ وكَرَمِك وَلَا يَزَالُ فِي الْجَنَّةِ فَضْلٌ حَتَّى يُنْشِئَ اللَّهُ لَهَا خَلْقًا آخَرَ فَيُسْكِنُهُمْ فِي فُضُولِ الْجَنَّةِ"

Imam Ahmad mengatakan' telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab dan Sa'id, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Neraka Jahanam masih terus diisi, sedangkan ia mengatakan Masih adakah tambahannya?" Hingga Tuhan Yang Maha Mulia meletakkan telapak kaki-Nya ke dalamnya, maka sebagian dari neraka Jahanam terpisah dari sebagian lainnya seraya mengatakan, "Cukup, cukup, demi Keagungan dan Kemuliaan-Mu.” Dan di dalam surga masih terus menerus diadakan tambahan, hingga Allah menciptakan baginya ciptaan yang lain, maka Dia menempatkan mereka (ciptaan yang lain itu) di tempat-tempat yang ditambahkan di dalam surga.

Kemudian Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Qatadah dengan lafaz yang semisal. Aban Al-Attardan Sulaiman At-Taimi meriwayatkan hadis ini dari Qatadah dengan lafaz yang semisal.

Hadis lain.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو سُفْيَانَ الْحِمْيَرِيُّ سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا عَوْف، عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَفَعَهُ، وَأَكْثَرُ مَا كَانَ يُوقِفُهُ أَبُو سُفْيَانَ-: "يُقَالُ لِجَهَنَّمَ: هَلِ امْتَلَأْتِ، وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ، فَيَضَعُ الرَّبُّ، عَزَّ وَجَلَّ، قَدَمَهُ عَلَيْهَا، فَتَقُولُ: قَطُّ قَطُّ"

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Abu Sufyan Al-Himyari alias Sa'id ibnu Yahya ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Muhammad, dari Abu Hurairah r.a. yang me-rafa'-kan hadis ini (sampai kepada Rasulullah Saw.), tetapi menurut kebanyakannya di-mauquf-kan oleh Abu Sufyan. Bunyi hadisnya adalah seperti berikut: Dikatakan kepada neraka Jahanam, "Apakah engkau telah penuh?" Jahanam balik bertanya, "Masih adakah tambahannya (bagiku)?" Maka Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi meletakkan telapak kaki-Nya ke dalamnya, akhirnya neraka mengatakan, "Cukup, cukup.” (yakni berdetak-detak karena kepenuhan).

Abu Ayyub dan Hisyam ibnu Hassan telah meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Sirin dengan sanad yang sama.

Jalur lain.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَحَاجَّتِ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَقَالَتِ النَّارُ: أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ. وَقَالَتِ الْجَنَّةُ: مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقْطُهُمْ. قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِلْجَنَّةِ: أَنْتِ رَحْمَتِي، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَقَالَ لِلنَّارِ: إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي، أُعَذِّبُ بك من أشاء من عبادي، ولكل واحدة مِنْكُمَا مِلْؤُهَا، فَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ، فَتَقُولَ: قَطٍ قَطٍ، فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيَزْوِي بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَلَا يَظْلِمُ اللَّهُ مِنْ خَلْقِهِ أَحَدًا، وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَإِنَّ اللَّهَ يُنْشِئُ لَهَا خَلْقًا آخَرَ"

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Surga dan neraka berdebat. Neraka mengatakan, "Aku dipilih untuk menjadi tempat bagi orang-orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” Surga berkata, "Mengapa tiada yang memasukiku kecuali hanya orang-orang yang lemah dan yang tidak terpandang?” Maka Allah Swt. berfirman kepada surga, "Engkau adalah rahmat-Ku, dengan melalui engkau Aku rnerahmati siapa yang Kukehendaki di antara hamba-hamba-Ku.” Dan berfirman kepada neraka, "Sesungguhnya engkau hanyalah azab-Ku yang dengan melaluimu Aku mengazab siapa yang Kukehendaki di antara hamba-hamba-Ku, dan bagi masing-masing dari kamu berdua Akulah yang akan memenuhinya.” Adapun neraka, maka ia masih belum merasa penuh hingga akhirnya Allah Swt. meletakkan telapak kaki-Nya ke dalamnya, maka barulah neraka mengatakan, "Cukup, cukup.” Dan saat itulah neraka merasa penuh dan sebagian darinya terpisah dengan sebagian yang lain. Allah Swt. tidak akan berbuat aniaya terhadap seorang pun dari makhluk-Nya. Dan adapun mengenai surga, maka Allah Swt. senantiasa menciptakan makhluk yang lain baginya.

Hadis lain.

قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "احْتَجَّتِ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَقَالَتِ النَّارُ: فيَّ الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ. وَقَالَتِ الْجَنَّةُ: فيَّ ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ. فَقَضَى بَيْنَهُمَا، فَقَالَ لِلْجَنَّةِ: إِنَّمَا أَنْتِ رَحْمَتِي، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَقَالَ لِلنَّارِ: إِنَّمَا أنت عذابي، أعذب بك من أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا"

Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Surga dan neraka berdebat. Neraka berkata, "Di dalamku terdapat orang-orang yang sewenang-wenang dan orang-orang yang sombong.” Surga mengatakan, "Di dalamku terdapat orang-orang yang lemah dan orang-orang yang miskin.” Maka Allah Swt memutuskan di antara keduanya, untuk itu Dia berfirman kepada surga, "Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku, dengan melaluimu Aku rnerahmati siapa yang Kukehendaki di antara hamba-hamba-Ku.” Dan berfirman kepada neraka, "Sesungguhnya Engkau adalah azab-Ku yang dengan melaluimu Aku mengazab siapa yang Kukehendaki di antara hamba-hamba-Ku, dan bagi masing­ masing dari kamu berdua Akulah yang akan memenuhinya.”

Imam Muslim meriwayatkan hadis secara tunggal tanpa Imam Bukhari melalui jalur ini; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Imam Ahmad meriwayatkannya melalui jalur lain dari Abu Sa'id r.a. dengan konteks yang lebih panjang daripada ini. Dia mengatakan:

حَدَّثَنَا حَسَنٌ وَرَوْحٌ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "افْتَخَرَتِ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَقَالَتِ النَّارُ: يَا رَبِّ، يَدْخُلُنِي الْجَبَابِرَةُ وَالْمُتَكَبِّرُونَ وَالْمُلُوكُ وَالْأَشْرَافُ. وَقَالَتِ الْجَنَّةُ: أَيْ رَبِّ، يَدْخُلُنِي الضُّعَفَاءُ وَالْفُقَرَاءُ وَالْمَسَاكِينُ. فَيَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِلنَّارِ: أَنْتِ عَذَابِي، أُصِيبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ. وَقَالَ لِلْجَنَّةِ: أَنْتِ رَحْمَتِي، وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا، فَيُلْقَى فِي النَّارِ أَهْلُهَا فَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ قَالَ: وَيُلْقَى فِيهَا وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ وَيُلْقَى فِيهَا وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ حَتَّى يَأْتِيَهَا عَزَّ وَجَلَّ، فَيَضَعَ قَدَمَهُ عَلَيْهَا، فَتُزْوَى وَتَقُولُ: قَدِنِي، قَدِنِي. وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَيَبْقَى فِيهَا مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَبْقَى، فَيُنْشِئُ اللَّهُ لَهَا خَلْقًا مَا يَشَاءُ"

telah menceritakan kepada kami Rauh dan Hasan, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Ubaidillah ibnu Atabah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Surga dan neraka saling membanggakan diri. Neraka berkata, "Ya Tuhanku, dimasukkan kepadaku orang-orang yang berlaku sewenang-wenang, orang-orang yang sombong, para raja, dan orang-orang yang terhormat.” Surga mengatakan, "Ya Tuhanku, dimasukkan kepadaku orang-orang yang lemah, orang-orang fakir, dan orang-orang miskin.” Maka Allah Swt. berfirman kepada neraka, "Engkau adalah azab-Ku, dengan melaluimu Aku menimpakannya kepada siapa yang Kukehendaki.” Dan berfirman kepada surga, "Engkau adalah rahmat-Ku yang memuat segala sesuatu,dan bagi masing-masing darimu berdua Akulah yang akan memenuhinya.” Lalu dilemparkan ke dalam neraka para penghuninya, dan neraka bertanya, "Masih adakah tambahannya?” Lalu dilemparkan lagi ke dalamnya (penghuni-penghuninya), dan neraka mengatakan, "Masih adakah tambahannya?” Lalu dilemparkan lagi ke dalamnya dan neraka masih bertanya, "Masih adakah tambahannya?” Pada akhirnya Allah Swt. mendatanginya dan meletakkan telapak kaki-Nya, maka menyurutlah neraka dan mengatakan, "Cukup, cukup.” Adapun surga, maka ditetapkan di dalamnya segala sesuatu yang dikehendaki oleh­Nya untuk ditetapkan, dan Allah Swt. menciptakan baginya makhluk-makhluk (lain) menurut apa yang dikehendaki-Nya.

Hadis lain.

وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَم، حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْغَفَّارِ بْنُ الْقَاسِمِ، عَنْ عُدي بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْش، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُعَرِّفُنِي اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، نَفْسَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَأَسْجُدُ سَجْدَةً يَرْضَى بِهَا عَنِّي، ثُمَّ أَمْدَحُهُ مِدْحَةً يَرْضَى بِهَا عَنِّي، ثُمَّ يُؤْذَنُ لِي فِي الْكَلَامِ، ثُمَّ تَمُرُّ أُمَّتِي عَلَى الصِّرَاطِ -مَضْرُوبٍ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ جَهَنَّمَ-فَيَمُرُّونَ أَسْرَعَ مِنَ الطَّرْفِ وَالسَّهْمِ، وَأَسْرَعَ مِنْ أَجْوَدِ الْخَيْلِ، حَتَّى يَخْرُجَ الرَّجُلُ مِنْهَا يَحْبُو، وَهِيَ الْأَعْمَالُ. وَجَهَنَّمُ تَسْأَلُ الْمَزِيدَ، حَتَّى يَضَعَ فِيهَا قَدَمَهُ، فَيَنْزَوِي بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَتَقُولُ: قَطُّ قَطُّ! وَأَنَا عَلَى الْحَوْضِ". قِيلَ: وَمَا الْحَوْضُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ شَرَابَهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، وَأَبْرَدُ مِنَ الثَّلْجِ، وَأَطْيَبُ رِيحًا مِنَ الْمِسْكِ. وَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ، لَا يَشْرَبُ مِنْهُ إِنْسَانٌ فَيَظْمَأُ أَبَدًا، وَلَا يُصْرَفُ فَيَرْوَى أَبَدًا"

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Abdul Gaffar ibnul Qasim, dari Addi ibnu Sabit, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya kepadaku pada hari kiamat, maka aku bersujud kepada-Nya dengan sujud yang membuat-Nya rida kepadaku, kemudian aku memuji-Nya dengan pujian yang menyebabkan Dia rida kepadaku. Kemudian diizinkan bagiku untuk berbicara. Lalu umatku melewati sirat (jembatan) yang dipasang di antara ke dua sisi neraka Jahanam. Maka mereka melaluinya (ada yang cepatnya) melebihi kedipan mata, ada yang cepatnya seperti anak panah, dan ada yang cepatnya seperti kuda balap yang terbaik, hingga keluarlah darinya seseorang dengan merangkak; hal itu menurut amal perbuatan (masing-masing). Dan Jahanam meminta tambahan (isi), hingga akhirnya Allah Swt. meletakkan telapak kaki -Nya di dalamnya, maka menyisihlah sebagian darinya dengan sebagian yang lain seraya berkata, "Cukup, cukup.” Sedangkan saat itu aku berada di haud (telaga)ku. Maka ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah haud itu?" Beliau Saw. menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya air telaga itu lebih putih daripada susu warnanya, rasanya lebih manis daripada madu dan lebih sejuk daripada air es serta baunya lebih harum daripada minyak kesturi. Sedangkan wadah-wadabnya lebih banyak daripada bilangan bintang-bintang. Seseorang yang telah minum darinya tidak akan merasa haus untuk selama-lamanya, dan tidaklah ia selesai dari meminumnya melainkan merasa segar selama-lamanya.

Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Al-Hammami, dari Nasr Al-Jazzar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahanam, "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab, "Masih adakah tambahan?” (Qaf: 30) Ibnu Abbas mengatakan bahwa neraka Jahanam masih belum merasa penuh. Ia mengatakan, "Masih adakah tempat yang akan ditambahkan kepadaku?"

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, Dia menjawab, "Masih adakah tambahan?" (Qaf: 30) Yakni masih adakah padaku suatu tempat yang kini semuanya telah penuh?

Al-Walid ibnu Muslim telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abu Maryam, ia pernah mendengar Mujahid mengatakan bahwa masih terus-menerus dimasukkan ke dalam neraka (para penghuninya), hingga neraka neagatakan, "Aku telah penuh," dan mengatakan, "Masih adakah tempat tambahan bagiku?"

Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Menurut mereka, makna firman Allah Swt.: Apakah kamu sudah penuh? (Qaf: 3) hanyalah dikatakan kepadanya sesudah Allah Swt. meletakkan telapak kaki-Nya di dalamnya, maka menjadi surutlah neraka dan saat itu ia mengatakan, "Masih adakah bagiku suatu tempat untuk ditambahkan kepadaku?"

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang demikian itu dikatakan manakala tiada suatu tempat pun di dalam neraka yang dapat memuat sebatang jarum (karena semuanya telah penuh terisi), hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

*******************



وَأُزْلِفَتِ ٱلْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ 31

(31) Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).

(31) 

Firman Allah Swt.:

وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ

Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). (Qaf: 31)

Qatadah dan Abu Malik serta As-Saddi mengatakan bahwa uzlifat artinya didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa.

غَيْرَ بَعِيدٍ

pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). (Qaf: 31)

Demikian itu terjadi pada hari kiamat. Dan dikatakan, "gaira ba'id," yang artinya 'tidak jauh' karena sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, dan setiap yang akan terjadi pengertiannya adalah dekat masanya.


هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍۢ 32

(32) Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya)

(32) 


هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ

Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali. (Qaf: 32)

Yakni kembali bertobat dan tidak mengulangi dosanya lagi.

حَفِيظٍ

lagi memelihara. (Qaf: 32)

memelihara janji, tidak pernah merusaknya dan tidak pula menyalahinya.

Ubaid ibnu Umair mengatakan Al Awwabul Hafiz orang yang bila duduk di majelis tidak pernah meninggalkannya sebelum membaca istigfar.


مَّنْ خَشِىَ ٱلرَّحْمَٰنَ بِٱلْغَيْبِ وَجَآءَ بِقَلْبٍۢ مُّنِيبٍ 33

(33) (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,

(33) 


مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ

(yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan (olehnya). (Qaf: 33)

Yakni orang yang takut kepada Allah Swt. dalam kesendiriannya, meskipun tiada orang yang melihatnya selain Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam sabda Nabi Saw. yang mengatakan:

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dan seorang lelaki yang berzikir kepada Allah sendirian, lalu menangis mengeluarkan air matanya.

*******************

وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

dan dia datang dengan hati yang bertobat. (Qaf: 33)

Yaitu bersua dengan Allah Swt. di hari kiamat nanti dengan hati yang bertobat, berserah diri, dan tunduk patuh di hadapan-Nya.


ٱدْخُلُوهَا بِسَلَٰمٍۢ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ ٱلْخُلُودِ 34

(34) masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.

(34) 


ادْخُلُوهَا بِسَلامٍ

masukilah surga itu dengan aman. (Qaf: 34)

Qatadah mengatakan, artinya yaitu selamatlah kalian dari azab Allah Swt. dan para malaikat memberi salam kepada mereka.

Firman Allah Swt.:

ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ

itulah hari kekekalan. (Qaf: 34)

Yakni mereka kekal di dalam surga, dan tidak akan mati selama-lamanya, tidak akan pergi darinya serta tidak mau pindah darinya..

Firman Allah Swt.:

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا

Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki. (Qaf: 35)

Maksudnya, apa pun yang mereka minta, maka mereka langsung mendapatkannya. Yaitu berbagai macam kesenangan dan kenikmatan, manakala mereka memintanya langsung disuguhkan kepada mereka.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Kasir ibnu Murrah yang mengatakan bahwa termasuk di antara tambahan nikmat surgawi ialah sekumpulan awan melewati ahli surga, maka awan itu bertanya, "Apakah yang kalian inginkan agar aku menurunkannya bagi kalian?" Maka tiada sesuatu pun yang mereka minta, melainkan hujan menurunkannya kepada mereka. Kasir mengatakan bahwa sesungguhnya jika Allah Swt. menjadikan diriku menyaksikan hal tersebut, aku benar-benar akan mengatakan, "Hujanilah kami dengan bidadari-bidadari yang cantik-cantik."

Di dalam sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّكَ لَتَشْتَهِي الطَّيْرِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَخِرُّ بَيْنَ يَدَيْكَ مَشْوِيًّا"

Sesungguhnya engkau benar-benar menginginkan burung di dalam surga, maka dengan serta merta burung itu terjatuh di hadapanmu dalam keadaan telah dipanggang.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ عَامِرٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا اشْتَهَى الْمُؤْمِنُ الْوَلَدَ فِي الْجَنَّةِ، كَانَ حَمْلُهُ وَوَضْعُهُ وسِنّه فِي سَاعَةٍ وَاحِدَةٍ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Amir Al-Ahwal, dari Abu Bakar As-Siddiq r.a., dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila orang mukmin menginginkan anak di dalam surga, maka masa mengandung dan masa melahirkan dan usia (yang diinginkannya) terjadi dalam saat yang sama.

Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari Bandar, dari Mu'az ibnu Hisyam dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan ditambahkan dalam riwayat ini, "sesuai dengan apa yang diinginkannya."

*******************



لَهُم مَّا يَشَآءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌۭ 35

(35) Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.

(35) 

Firman Allah Swt.:

وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

dan pada sisi Kami ada tambahannya. (Qaf: 35)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)

Dalam hadis terdahulu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Suhaib ibnu Sinan Ar-Rumi telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan nikmat tambahan ialah memandang kepada Allah Swt., yakni Zat Allah Swt.

Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Syarik Al-Qadi, dari Usman ibnu Umair Abul Yaqzan, dari Anas ibnu Malik r.a. sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan pada sisi Kami ada tambahannya. (Qaf: 35) Bahwa Tuhan Yang Mahaagung lagi Maha Mulia menampakkan diri-Nya kepada mereka tiap hari Jumat.

Imam Abu Abdullah Asy-Syafii telah meriwayatkannya secara marfu’ maka ia mengatakan dalam kitab musnadnya, bahwa:

أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ عُبَيْدَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو الْأَزْهَرِ مُعَاوِيَةُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: أَتَى جِبْرَائِيلُ بِمِرْآةٍ بَيْضَاءَ فِيهَا نُكْتَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا هَذِهِ؟ " فَقَالَ: هَذِهِ الْجُمُعَةُ، فُضّلتَ بِهَا أَنْتَ وَأُمَّتُكَ، فَالنَّاسُ لَكُمْ فِيهَا تَبَعٌ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى، وَلَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ، وَلَكُمْ فِيهَا سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا مُؤْمِنٌ يَدْعُو اللَّهَ بِخَيْرٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ، وَهُوَ عِنْدَنَا يَوْمُ الْمَزِيدِ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ، وَمَا يَوْمُ الْمَزِيدِ؟ " قَالَ: إِنْ رَبَّكَ اتَّخَذَ فِي الْفِرْدَوْسِ وَادِيًا أَفْيَحَ فِيهِ كُثُبُ الْمِسْكِ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ أَنْزَلَ اللَّهُ مَا شَاءَ مِنْ مَلَائِكَتِهِ، وَحَوْلَهُ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ، عَلَيْهَا مَقَاعِدُ النَّبِيِّينَ، وَحَفَّ تِلْكَ الْمَنَابِرَ بِمَنَابِرَ مِنْ ذَهَبٍ، مُكَلَّلَةٍ بِالْيَاقُوتِ وَالزَّبَرْجَدِ، عَلَيْهَا الشُّهَدَاءُ وَالصِّدِّيقُونَ فَجَلَسُوا مِنْ وَرَائِهِمْ عَلَى تِلْكَ الْكُثُبِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا رَبُّكُمْ، قَدْ صَدَقْتُكُمْ وَعْدِي، فَسَلُونِي أُعْطِكُمْ. فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا، نَسْأَلُكَ رِضْوَانَكَ، فَيَقُولُ: قَدْ رَضِيتُ عَنْكُمْ، وَلَكُمْ عَلَيَّ مَا تَمَنَّيْتُمْ، وَلَدَيَّ مَزِيدٌ. فَهُمْ يُحِبُّونَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِمَا يُعْطِيهِمْ فِيهِ رَبُّهُمْ مِنَ الْخَيْرِ، وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي اسْتَوَى فِيهِ رَبُّكُمْ عَلَى الْعَرْشِ، وفيه خلق آدم، وفيه تقوم الساعة"

telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Abul Azar alias Mu'awiyah ibnu Ishaq ibnu Talhah, dari Ubaidillah ibnu Umair, bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik r.a. mengatakan bahwa Malaikat Jibril a.s. datang dengan membawa sebuah cermin putih yang padanya terdapat tahi lalat kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Noktah apakah ini?" Jibril a.s. menjawab, "Ini adalah hari Jumat, yang melaluinya engkau dan umatmu diutamakan. Orang-orang lain mengikut kepada kalian seusainya, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Dan bagi kalian terdapat kebaikan padanya, dan bagi kalian terdapat suatu saat padanya yang tidak sekali-kali seorang mukmin melaluinya, sedangkan ia dalam keadaan berdoa memohon kebaikan padanya, melainkan diperkenankan baginya. Dan menurut kami (para malaikat) hari itu adalah hari tambahan." Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Jibril, apakah yang dimaksud dengan hari tambahan itu?" Jibril a.s. menjawab, "Sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan di dalam surga Firdaus sebuah lembah yang luas, padanya terdapat bukit-bukit minyak kesturi. Apabila hari Jumat tiba, Allah menurunkan sejumlah malaikat menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan di sekitar bukit kesturi itu terdapat mimbar-mimbar dari cahaya untuk tempat duduk para nabi. Kemudian terdapat pula mimbar-mimbar lain terbuat dari emas yang dihiasi dengan yaqut dan zabarjad untuk tempat duduk para syuhada dan orang-orang yang siddiq, mereka duduk di belakang para nabi di atas bukit-bukit kesturi tersebut. Maka Allah Swt. berfirman, "Akulah Tuhan kalian, Aku telah menunaikan janji-Ku kepada kalian. Maka sekarang mintalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kupenuhi." Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, kami memohon rida-Mu." Allah Swt. berfirman, "Aku telah rida kepada kalian, dan untuk kalian Kuberikan semua yang kalian angan-angankan, dan Kuberikan pula sebagai tambahannya dari sisi-Ku." Mereka menyukai hari Jumat, mengingat kebaikan yang diberikan kepada mereka dari Tuhan mereka di hari itu. Hari Jumat merupakan hari yang padanya Allah Swt. bersemayam (berkuasa) di atas 'Arasy, pada hari Jumat Adam diciptakan, dan pada hari Jumat pula hari kiamat terjadi.

Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Syafii rahimahullah di dalam Kitabul Jumu'ah, bagian dari kitab Al-Umm-nya, dan hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Anas ibnu Malik r.a.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui Usman ibnu Umair, dari Anas r.a. dengan lafaz yang lebih panjang daripada ini. Telah disebutkan pula sehubungan dengan hal ini oleh atsar yang cukup panjang bersumber dari Anas ibnu Malik r.a. secara mauquf tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang garib (aneh-aneh).

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَراج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إِنَّ الرَّجُلَ فِي الْجَنَّةِ لَيَتَّكِئُ فِي الْجَنَّةِ سَبْعِينَ سَنَةً قَبْلَ أَنْ يَتَحَوَّلَ ثُمَّ تَأْتِيهِ امْرَأَةٌ فَتَضْرِبُ عَلَى مَنْكِبِهِ فَيَنْظُرُ وَجْهَهُ فِي خَدِّهَا أَصْفَى مِنَ الْمِرْآةِ، وَإِنَّ أَدْنَى لُؤْلُؤَةٍ عَلَيْهَا تُضِيءُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ. فَتُسَلِّمُ عَلَيْهِ، فَيَرُدُّ السَّلَامَ، فَيَسْأَلُهَا: مَنْ أَنْتِ؟ فَتَقُولُ: أَنَا مِنَ الْمَزِيدِ. وَإِنَّهُ لَيَكُونُ عَلَيْهَا سَبْعُونَ حُلَّةً، أَدْنَاهَا مِثْلُ النُّعْمَانِ، مِنْ طُوبَى، فَيَنْفُذُهَا بَصَرُهُ حَتَّى يَرَى مُخَّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ ذَلِكَ، وَإِنَّ عَلَيْهَا مِنَ التِّيجَانِ، إِنَّ أَدْنَى لُؤْلُؤَةٍ مِنْهَا لَتُضِيءُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya seseorang di dalam surga benar-benar duduk bersandar di dalamnya selama tujuh puluh tahun sebelum beranjak, kemudian datanglah kepadanya seorang wanita yang tingginya sama dengannya, maka ia memandang ke arah wajahnya dan pipinya lebih jernih daripada cermin, dan sesungguhnya mutiara yang terkecil yang dikenakannya dapat menerangi antara timur dan barat. Lalu wanita itu mengucapkan salam kepadanya, dan ia menjawab salamnya, lalu lelaki itu menanyainya, "Siapakah engkau?" Wanita itu menjawab, "Aku adalah termasuk tambahan (nikmat surga) itu.” Dan sesungguhnya wanita itu memakai tujuh macam perhiasan, yang paling rendahnya semisal dengan nu'man yang dari Tuba, maka pandangan matanya dapat menembusnya hingga ia dapat melihat sumsum betisnya di balik perhiasan (pakaian) yang dikenakannya itu. Dan sesungguhnya mahkota yang dikenakan oleh wanita itu, mutiara yang paling rendah daripadanya, benar-benar dapat menerangi antara timur dan barat.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Darij dengan sanad yang sama.