55 - الرحمن - Ar-Rahmaan
The Beneficent
Medinan & Meccan
يُعْرَفُ ٱلْمُجْرِمُونَ بِسِيمَٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِٱلنَّوَٰصِى وَٱلْأَقْدَامِ 41
(41) Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
(41)
يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya. (Ar-Rahman: 41)
Yakni melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa para malaikat mengenal mereka melalui rupa mereka yang hitam dan mata mereka yang biru.
Ini kebalikan dari apa yang ada pada diri orang-orang mukmin; mereka dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, yaitu mencorong (kemilauan) dan bercahaya akibat dari bekas wudu mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ
lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Ar-Rahman: 41)
Para malaikat zabaniyah (juru siksa) memegang ubun-ubun dan kedua kaki mereka, lalu mencampakkan mereka ke dalam neraka.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ubun-ubun seseorang dari mereka dipegang bersama kedua kakinya hingga patah sebagaimana kayu bakar dipatahkan di dalam pembakaran roti.
Ad-Dahhak mengatakan, ubun-ubun dan kedua kakinya disatukan dengan rantai dari arah belakang punggungnya. As-Saddi mengatakan bahwa ubun-ubun orang kafir dan kedua telapak kakinya dijadikan menjadi satu dan punggungnya dililitkan.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ -يَعْنِي جَدَّهُ-أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ كِنْدَةَ قَالَ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا، وَبَيْنِي وَبَيْنَهَا حِجَابٌ، فَقُلْتُ: حَدَّثَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَأْتِي عَلَيْهِ سَاعَةٌ لَا يَمْلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً؟ قَالَتْ: نَعَمْ، لَقَدْ سَأَلْتُهُ عَنْ هَذَا وَأَنَا وَهُوَ فِي شِعَار وَاحِدٍ، قَالَ: "نَعَمْ حِينَ يُوضَعُ الصِّرَاطُ، وَلَا أَمَلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً، حَتَّى أَعْلَمَ أَيْنَ يُسْلَكُ بِي؟ وَيَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ، حَتَّى أَنْظُرَ مَاذَا يُفْعَلُ بِي -أَوْ قَالَ: يُوحَى-وَعِنْدَ الْجِسْرِ حِينَ يَسْتَحِدُّ وَيَسْتَحِرُّ" فَقَالَتْ: وَمَا يَسْتَحِدُّ وَمَا يَسْتَحِرُّ؟ قَالَ: "يَسْتَحِدُّ حَتَّى يَكُونَ مثل شفرة السيف، ويستحر حتى يكون مِثْلَ الْجَمْرَةِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُجِيزُهُ لَا يَضُرُّهُ، وَأَمَّا الْمُنَافِقُ فَيَتَعَلَّقُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَوْسَطَهُ خَرَّ مِنْ قَدِمِهِ فَيَهْوِي بِيَدِهِ إِلَى قَدَمَيْهِ، فَتَضْرِبُهُ الزَّبَانِيَةُ بِخُطَّافٍ فِي نَاصِيَتِهِ وَقَدَمِهِ، فَتَقْذِفُهُ فِي جَهَنَّمَ، فَيَهْوِي فِيهَا مِقْدَارَ خَمْسِينَ عَامًا". قُلْتُ: مَا ثِقَلُ الرَّجُلِ؟ قَالَتْ: ثِقَلُ عَشْرِ خَلِفَاتٍ سِمَانٍ، فَيَوْمَئِذٍ يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi" ibnu Nafi', telah menceritakan kepada karni Mu'awiyah ibnu Salam, dari saudaranya Zaid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam (yakni kakeknya) mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku seseorang dari Kindah yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Siti Aisyah, lalu diizinkan masuk menemuinya, sedangkan antara dia dan Aisyah terdapat hijab. Lalu ia bertanya, "Apakah Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadamu bahwa akan datang suatu saat yang di saat itu tiada seorang pun yang memiliki syafaat?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Benar, aku telah menanyakan tentang masalah itu kepada beliau, sedangkan aku dan beliau berada di dalam satu selimut. Lalu beliau Saw. menjawab bahwa hal itu benar, yaitu ketika sirat telah dipasang, aku tidak memiliki suatu syafaat pun bagi seseorang saat itu sebelum aku mengetahui ke manakah sirat membawaku. Dan pada hari itu ada wajah-wajah yang kelihatan putih bersinar dan ada pula wajah-wajah yang tampak hitam legam, hingga aku mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadapku —atau apa yang akan diwahyukan kepadaku— dan jembatan itu semakin tajam dan semakin panas. Aku bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian makin tajam dan makin panas?" Nabi Saw. menjawab, "Makin bertambah tajam hingga seperti tajamnya mata pedang, dan makin panas hingga seperti panasnya bara api. Orang mukmin akan dapat melaluinya tanpa membahayakan dirinya. Adapun orang munafik, maka ia dapat bergantung kepadanya; dan apabila sampai di pertengahannya, maka terjungkallah ia dan kedua tangannya bergantungan sama dengan kedua kakinya." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa tidakkah kamu pernah melihat seseorang yang berjalan tanpa terompah, lalu kakinya tertusuk duri hingga hampir menembus kedua telapak kakinya. Maka seperti itulah keadaan orang munafik, tangan dan kepalanya terjatuh ke tempat kedua telapak kakinya, lalu malaikat zabaniyah (juru siksa) memukulinya dengan pengait-pengait pada ubun-ubun dan telapak kakinya. Kemudian malaikat zabaniyah mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam dan ia terjatuh ke dalamnya selama kurang lebih lima puluh tahun. Aku (Aisyah) bertanya, "Bagaimakah dengan berat seorang lelaki?" Nabi Saw. menjawab, "Sama beratnya dengan sepuluh ekor unta yang gemuk-gemuk, dan pada hari itu orang-orang yang berdosa dapat dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, lalu ditangkaplah ubun-ubun dan kedua telapak kaki mereka (dan dilemparkan ke dalam Jahanam)."
Hadis ini garib sekali dan di dalamnya terdapat banyak lafaz yang tidak dapat dikatakan berpredikat marfu', sedangkan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya. Hadis semisal ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
*******************
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 42
(42) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(42)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 42)
هَٰذِهِۦ جَهَنَّمُ ٱلَّتِى يُكَذِّبُ بِهَا ٱلْمُجْرِمُونَ 43
(43) Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
(43)
Firman Allah Swt.:
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ
Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (Ar-Rahman: 43)
Maksudnya, inilah neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya, kini berada di hadapan kalian yang kalian saksikan sendiri dengan mata kalian sendiri. Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai kecaman, cemoohan, dan penghinaan terhadap mereka.
يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ ءَانٍۢ 44
(44) Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.
(44)
Firman Allah Swt.:
يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44)
Yakni adakalanya mereka disiksa di dalam neraka Jahanam, dan adakalanya mereka diberi minum hamim, yaitu minuman yang panasnya sama dengan tembaga yang dilebur hingga semua usus dan isi perut mereka hancur karenanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِذِ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ يُسْحَبُونَ. فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalamapi. (Al-Mu’min: 71-72)
Firman Allah Swt. yang menyebutkan an artinya sangat panas hingga tidak tertahankan lagi karenanya.
Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Titik didihnya telah mencapai puncaknya hingga panasnya tak terperikan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair. Ad-Dahhak, Al-Hasan, As-Sauri, dan As-Saddi.
Qatadah mengatakan bahwa telah mendidih sejak Allah menciptakan bumi dan langit. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa seorang hamba ditangkap, lalu diputar pada ubun-ubunnya di dalam air yang telah memuncak panasnya itu, hingga semua dagingnya lebur dan yang tertinggal adalah tulang-tulangnya serta kedua matanya yang ada di kepala. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 72)
Al-hamim sama artinya dengan al-har, yakni air yang sangat panas. Di riwayatkan dari Al-Qurazi dalam riwayat yang lain bahwa hamimin an artinya air yang sangat panas yang disediakan saat itu juga; hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Zaid. Pengertian ini tidaklah bertentangan dengan apa yang diriwayatkan dari Al-Qurazi di atas, yang mengatakan air yang sangat panas, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ
diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5)
Yakni yang disuguhkan dalam keadaan sangat panas lagi tak terperikan panasnya. Sama juga dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ
dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya). (Al-Ahzab: 53)
Yaitu kemasakan dan kematangannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
حَمِيمٍ آنٍ
air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44)
Maksudnya, air yang titik didihnya telah mencapai puncak yang tertinggi dan sangat panas.
Mengingat hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka lagi berdosa dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang bertakwa merupakan karunia, rahmat, keadilan, dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan adalah peringatan Allah terhadap mereka tentang azab dan pembalasan-Nya untuk mencegah mereka dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan lain sebagainya, maka dalam ayat berikut Allah Swt. berfirman menyebutkan perihal karunia-Nya itu kepada makhluk-Nya:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 45
(45) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(45)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 45)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ 46
(46) Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(46)
Ibnu Syauzab dan Ata Al-Khurrasani telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar r.a.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Atiyyah ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang mengatakan, "Bakarlah diriku, agar Allah tidak dapat menemukan diriku!" Kemudian orang itu tobat selama sehari semalam (menyesali perbuatannya), sesudah mengucapkan kata-kata tersebut. Maka Allah menerima tobatnya dan memasukkannya ke dalam surga.
Tetapi menurut pendapat yang sahih, makna ayat ini bersifat umum, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
Dan bagi orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya. (Ar-Rahman: 46)
Yakni menghadap di hadapan Allah Swt. kelak di hari kiamat.
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (An-Nazi'at: 4)
Dia tidak memperturutkan hawa nafsunya dan tidak pula memilih kehidupan dunia, dan dia mengetahui bahwa kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Karena itu, dia menunaikan semua yang difardukan Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan baginya, maka baginya kelak di hari kiamat di sisi Tuhannya ada dua surga.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari rahimahullah,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ العَمّي، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْران الجَوْني، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ، آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا رداءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ"
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abul Aswad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdus Samad Al-Ama (yang tuna netra), telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Qais, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dua surga yang semua wadah-wadahan dan segala sesuatunya dari perak, dan dua surga yang semua wadah-wadahan dan segala sesuatunya dari emas. Dan tiada sesuatu yang menghalang-halangi antara kaum itu (penghuni surga) dan melihat kepada Tuhan mereka Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung selain dari selendang Keagungan-Nyayang menghijab Zat-Nya di surga 'Adn.
Jamaah lainnya telah mengetengahkan hadis ini melalui Abdul Aziz kecuali Imam Abu Daud dengan sanad yang sama. Hammad ibnu Samalah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Abu Bakar ibnu Abu Musa, dari ayahnya;
Hammad mengatakan bahwa dia merasa yakin bahwa ayah Abu Musalah yang me-rafa '-kan hadis ini sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Juga makna firman-Nya: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga dari emas bagi kaum Muqarrabin, dan dua surga dari perak bagi Ashabul Yamin.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya ibnu Aban Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, dari Muhammad ibnu Harmalah, dari Ata ibnu Yasar, telah menceritakan kepadaku Abu Darda, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku bertanya, "Sekalipun dia telah zina dan mencuri?" Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Aku kembali bertanya, "Sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Dan aku kembali bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Nabi Saw. akhirnya bersabda:
"وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي الدَّرْدَاءِ"
Sekalipun hidung Abu Darda terpotong (yakni 'ya').
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Muhammad ibnu Abu Harmalah dengan sanad yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula dari Mu-ammal ibnu Hisyam, dari Ismail, dari Al-Jariri, dari Musa, dari Muhammad ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari Abu Darda dengan lafaz yang sama. Tetapi ada pula yang meriwayatkannya secara mauquf hanya sampai pada Abu Darda. Dan telah diriwayatkan dari Abu Darda bahwa dia pernah mengatakan, "Sesungguhnya orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, tidak mau berzina dan tidak mau pula mencuri."
Ayat ini bermakna umum mencakup manusia dan jin, dan ayat ini merupakan dalil yang paling konkret yang menunjukkan bahwa jin dapat masuk surga jika mereka beriman dan bertakwa. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua makhluk ini dengan memberinya balasan tersebut, maka berfirmanlah Allah Swt.:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 47
(47) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
(47)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu.yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 46-47)
Kemudian Allah Swt. menggambarkan sifat kedua surga itu melalui firman berikutnya:
ذَوَاتَآ أَفْنَانٍۢ 48
(48) kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.
(48)
ذَوَاتَا أَفْنَانٍ
kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48)
Yakni dahan-dahan yang hijau lagi indah memuat banyak buah-buahan yang masak lagi segar dan siap dikonsumsi.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 49
(49) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(49)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 49)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan afnan ialah dahan-dahan pohon, yang satu sama lainnya bersentuhan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnun Nu'man, bahwa ia pernah mendengar Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Bahwa makna yang dimaksud ialah naungan ranting-ranting dan dahan-dahan yang berada di atas tembok kebun, tidakkah engkau pernah mendengar ucapan seorang penyair yang mengatakan,
مَا هاجَ شَوقَكَ مِنْ هَديل حَمَامَةٍ ... تَدْعُو عَلَى فَنَن الغُصُون حَمَاما ...
تَدْعُو أَبَا فَرْخَين صَادَفَ طَاوِيًا ... ذَا مِخْلَبَيْنِ مِنَ الصُّقُورِ قَطاما
"Kerinduanmu kepada Hudail tidak dapat tergugah dengan adanya suara merpati betina yang berada di atas ranting dahan yang menyeru merpati jantan, yang merupakan bapak dari anak-anaknya, karena ia melihat burung elang yang sedang kelaparan akan mengancam keselamatannya."
Telah diriwayatkan oleh Al-Bagawi, dari Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Al-Kalbi, bahwa yang dimaksud dengan afnan ialah dahan-dahan yang lurus.
Telah menceritakan pula kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Yakni mempunyai berbagai macam warna-warni.
Al-Bagawi mengatakan pula bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, As-Saddi. Khasif, An-Nadr ibnu Arabi, dan Ibnu Sinan. Makna yang dimaksud dari pendapat ini ialah bahwa di dalam kedua surga itu terdapat beraneka macam kelezatan. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ata mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tiap-tiap dahan yang menghimpun berbagai macam jenis buah-buahan.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Maksudnya, mempunyai naungan yang luas.
Semua pendapat di atas benar dan tidak bertentangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Yakni berkat keluasannya, keutamaan, dan keistimewaan yang dimilikinya yang melebihi yang lainnya.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَذَكَرَ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى-فَقَالَ: "يَسِيرُ فِي ظِلِّ الفَنَن مِنْهَا الرَّاكِبُ مِائَةَ سَنَةٍ-أَوْ قَالَ: يَسْتَظِلُّ فِي ظِلِّ الفَنَن مِنْهَا مِائَةُ رَاكِبٍ-فِيهَا فِرَاشُ الذَّهَبِ، كَأَنَّ ثَمَرَهَا القِلال"
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Asma binti Abu Bakar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang Sidratil Muntaha. Antara lain beliau Saw. bersabda: Seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu dari dahannya memerlukan waktu seratus tahun. Atau beliau Saw. bersabda, "Naungan salah satu dari dahannya dapat dijadikan tempat berteduh bagi seratus orang pengendara, padanya terdapat kupu-kupu emas dan buah-buahannya sebesar gentong-gentong.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Yunus ibnu Bakar dengan sanad yang sama. Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Abu Bakar ibnu Abu Musa, dari ayahnya; Hammad mengatakan bahwa ia merasa ayah Abu Musalah yang me-rafa'-kan hadis ini sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Dan firman Allah Swt.: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga dari emas untuk kaum Muqarrabin, dan dua surga dari perak untuk Ashabul Yamin.
*******************
فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ 50
(50) Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir
(50)
Firman Allah Swt.:
فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. (Ar-Rahman: 50)
Yaitu yang mengalir untuk mengairi pohon-pohon dan dahan-dahan tersebut hingga dapat membuahkan berbagai macam buah-buahan yang beraneka ragam.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 51
(51) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(51)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 51)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa salah satu dari kedua mata air itu disebut tasnim dan yang lainnya disebut salsabila.
Atiyyah mengatakan bahwa salah satunya adalah sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sedangkan yang lain adalah sungai khamr yang lezat rasanya bagi orang-orang yang meminumnya. Karena itulah disebutkan sesudahnya oleh firman-Nya:
فِيهِمَا مِن كُلِّ فَٰكِهَةٍۢ زَوْجَانِ 52
(52) Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.
(52)
فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ
Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. (Ar-Rahman: 52)
Yakni dari segala macam buah-buahan yang telah mereka ketahui dan yang terbaik dari apa yang pernah mereka ketahui, serta kenikmatan lainnya yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 53
(53) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(53)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 53)
Ibrahim ibnul Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa tiada suatu buah pun di dunia ini -baik yang berasa manis maupun yang berasa pahit- melainkan buah itu terdapat pula di dalam surga hingga buah hanzal (bertawali) yang sangat pahit rasanya.
Ibnu Abbas telah mengatakan pula bahwa tiada sesuatu pun yang ada di dalam surga dari apa yang ada di akhirat, melainkan hanya nama-namanya saja. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa di antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat besar dan perbandingan yang amat jauh dalam hal keutamaannya.
مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ فُرُشٍۭ بَطَآئِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍۢ ۚ وَجَنَى ٱلْجَنَّتَيْنِ دَانٍۢ 54
(54) Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
(54)
Firman Allah Swt.:
مُتَّكِئِينَ
Mereka bertelekan. (Ar-Rahman: 54)
Yakni penghuni surga. Yang dimaksud dengan ittika' ialah duduk bersandar, pendapat yang lain menyebutkan duduk bersila.
عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ
di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54)
Istabraq adalah kain sutra yang tebal, menurut Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Qatadah. Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa istabraq adalah kain sutra yang dihias dengan benang emas, di sini ditonjolkan kemuliaan bagian luarnya dengan menyebutkan kemuliaan bagian dalamnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa bagian dalamnya saja sudah sedemikian mewah dan indahnya, terlebih lagi bagian luarnya.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Hubairah ibnu Maryam, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa yang disebutkan adalah bagian dalamnya, maka terlebih lagi jika kalian melihat bagian luarnya.
Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa bagian dalamnya terbuat dari kain sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya adalah dari cahaya.
Sufyan As-Sauri atau Syarik mengatakan bahwa bagian dalamnya dari kain sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari cahaya yang dibekukan.
Al-Qasim ibnu Muhammad telah mengatakan bahwa bagian dalamnya dari sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari rahmat.
Ibnu Syauzab telah meriwayatkan dari Abu Abdullah Asy-Syami, bahwa Allah Swt. menyebutkan bagian dalam permadani itu saja, tidak menyebutkan sifat bagian luarnya, karena bagian luarnya tertutup oleh penutup dan tidak ada yang mengetahuinya selain dari Allah Swt. Semua pendapat di atas diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim.
وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ
Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54)
Yakni buah-buahannya dekat kepada mereka (ahli surga), kapan pun dan dalam keadaan bagaimanapun bila mereka menghendakinya dapat memetiknya dengan mudah. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ
Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)
Dan firman Allah Swt.:
وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا
Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknyasemudah-mudahnya. (Al-Insan: 14)
Yaitu tidak menolak dari orang yang mau memetiknya, bahkan dengan sendirinya buah itu turun sendiri kepadanya dengan tangkainya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 55
(55) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(55)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 55)
Setelah menyebutkan tentang hamparan permadani ahli surga yang sangat besar itu, lalu disebutkan dalam firman selanjutnya:
فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌۭ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّۭ 56
(56) Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
(56)
فِيهِنَّ
Di dalam surga itu. (Ar-Rahman: 56)
Yakni di atas hamparan permadani itu.
قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ
ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. (Ar-Rahman: 56)
Yaitu selalu menundukkan pandangannya kepada selain suami mereka dan tidak ada sesuatu pun yang mereka lihat di dalam surga itu yang lebih menawan bagi mereka selain dari suami-suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, dan Ibnu Zaid.
Menurut suatu riwayat, seseorang dari bidadari-bidadari itu berkata kepada suaminya, "Demi Allah, aku belum pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah dan lebih tampan selain dari engkau, dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih kucintai selain dari engkau. Maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu untukku dan menjadikan diriku untukmu."
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56)
Bahkan mereka tetap dalam keadaan perawan dan berusia muda setara dengan suami mereka. Tiada seorang pun yang menyentuh mereka sebelum suami mereka, baik dari kalangan manusia maupun jin.
Ayat ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa jin yang mukmin masuk surga.
Artah ibnul Munzir mengatakan bahwa Damrah ibnu Habib pernah ditanya, "Apakah jin yang mukmin masuk surga?" Maka ia menjawab.”Ya, dan bahkan mereka kawin; bagi jin laki-laki ada istrinya dari jin perempuan, sebagaimana manusia laki-laki kawin dengan manusia perempuan." Damrah ibnu Habib melanjutkan, bahwa demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 56-57)
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 57
(57) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(57)
Artah ibnul Munzir mengatakan bahwa Damrah ibnu Habib pernah ditanya, "Apakah jin yang mukmin masuk surga?" Maka ia menjawab.”Ya, dan bahkan mereka kawin; bagi jin laki-laki ada istrinya dari jin perempuan, sebagaimana manusia laki-laki kawin dengan manusia perempuan." Damrah ibnu Habib melanjutkan, bahwa demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 56-57)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 57)
كَأَنَّهُنَّ ٱلْيَاقُوتُ وَٱلْمَرْجَانُ 58
(58) Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.
(58)
Kemudian Allah Swt. menggambarkan ciri khas bidadari-bidadari itu kepada calon suami-suami mereka, melalui firman-Nya:
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ
Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58)
Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid serta selain mereka mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sejernih yaqut dan seputih marjan, dan yang dimaksud dengan marjan di sini adalah mutiara.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا عُبِيدة بْنُ حُمَيْد، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ الْأَوْدِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ليُرى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِينَ حُلَّةً مِنَ الْحَرِيرِ، حَتَّى يُرَى مُخُّهَا، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ فَأَمَّا الْيَاقُوتُ فَإِنَّهُ حَجَرٌ لَوْ أَدْخَلْتَ فِيهِ سِلْكًا ثُمَّ اسْتَصْفَيْتَهُ لَرَأَيْتَهُ مِنْ وَرَائِهِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Humaid, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi, dari Abdullah ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya seorang wanita dari kalangan istri ahli surga benar-benar betisnya yang putih dapat terlihat dari balik tujuh puluh lapis pakaian sutra (yang dikenakannya), hingga tulang sumsumnya dapat terlihat. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya: Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58) Yaqut adalah batu permata yang seandainya engkau masukkan ke dalamnya seutas benang dan engkau bersihkan batu permata itu, niscaya engkau dapat melihat benang itu.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Ubaidah ibnu Humaid dan Abul Ahwas, dari Ata ibnus Sa-ib dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula secara mauquf, kemudian ia mengatakan bahwa riwayat yang mauquf inilah yang paling sahih.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِين، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Anas, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bagi seorang lelaki ahli surga ada dua orang istri dari kalangan bidadari yang bermata jeli, yang masing-masing darinya mengenakan tujuh puluh perhiasan (pakaian); tulang sumsum betisnya kelihatan dari balik pakaian-pakaian (yang dikenakannya).
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.
وَقَدْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُلَيَّة، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ: إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَكَّرُوا، الرِّجَالُ أَكْثَرُ فِي الْجَنَّةِ أَمِ النِّسَاءُ؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أو لم يَقُلْ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أضْوَأ كَوْكَبٍ دُرّي فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ"
Imam Muslim telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub, dari Muhammad Ibnu Sirin yang mengatakan bahwa barangkali mereka (para tabi'in) merasa berbangga diri atau saling mengingatkan, timbul pertanyaan dari mereka, "Kaum lelakikah yang paling banyak menghuni surga ataukah kaum wanita?" Maka Abu Hurairah r.a. menjawab, bahwa bukankah Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad Saw.) pernah bersabda: Sesungguhnya rombongan yang pertama masuk surga rupa mereka seperti rembulan di malam purnama, dan rombongan yang berikutnya seperti bintang yang bercahaya cemerlang di langit. Bagi masing-masing dari mereka ada dua orang istri, yang tulang sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya, dan tidak ada seorang pun yang melajang di dalam surga.
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Hammam ibnu Munabbih dan Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ -أَوْ مَوْضِعُ قَيْدِهِ -يَعْنِي: سَوْطَهُ-مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَوِ اطَّلَعَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ لَمَلَأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيحًا، وَلَطَابَ مَا بَيْنَهُمَا، ولنَصِيفها عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuTalhah, dari Humaid, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari di jalan Allah adalah lebih baik (pahalanya) daripada dunia dan seisinya. Dan sesungguhnya tempat sebesar busur panah seseorang di antara kalian atau tempat cemetinya di dalam surga adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sekiranya seorang wanita dari kalangan penghuni surga muncul di bumi ini, niscaya aromanya benar-benar akan memenuhi kawasan di antara keduanya (surga dan bumi), dan niscaya akan menjadi harumlah semua yang ada di antara keduanya. Dan sesungguhnya kain kerudung yang dikenakan di kepalanya jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ishaq, dari Humaid, dari Anas dengan lafaz yang semisal.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 59
(59) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(59)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 59)
هَلْ جَزَآءُ ٱلْإِحْسَٰنِ إِلَّا ٱلْإِحْسَٰنُ 60
(60) Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
(60)
Firman Allah Swt.:
هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)
Yakni tiadalah balasan orang yang berbuat kebaikan di dunia, melainkan akan memperoleh kebaikan pula di akhiratnya. Seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
Bagi orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)
قَالَ الْبَغَوِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ الشَّريحِي، حَدَّثَنَا أبو إسحاق الثعلبي، أخبرني ابن فَنجُوَيه، حدثنا ابْنُ شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ بَهْرَام، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ المُكْتَب، حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ الْحُسَيْنِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ ، قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ مَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "يَقُولُ هَلْ جَزَاءُ مَا أَنْعَمْتُ عَلَيْهِ بِالتَّوْحِيدِ إِلَّا الْجَنَّةُ"
Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq As'-Sa'labi, telah menceritakan kepadaku Ibnu Fanjawih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami lshaq ibnu Ibrahim ibnu Bahram, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Yusuf Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Husain, dari Az-Zubair ibnu Addi, dari Anas ibnir Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 6) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Maka beliau Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, "Tiadalah balasan bagi orang yang telah Kuberikan nikmat tauhid kepadanya selain dari surga.”
Mengingat hal yang telah disebutkan di atas merupakan nikmat-nikmat yang besar yang tidak sebanding dengan amal apa pun, bahkan itu merupakan kemurahan dan karunia dari-Nya belaka. Maka dalam firman berikutnya disebutkan:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 61
(61) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(61)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 61)
Dan hadis yang berkaitan dengan firman-Nya:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)
ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Bagawi melalui hadis Abun Nadr ibnu Hasyim ibnul Qasim, dari Abu Aqil As'-Saqafi, dari Abu Farwah alias Yazid ibnu Sinan Ar-Rahawi, dari Bakr ibnu Fairuz, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ".
Barang siapa yang takut (kepada Tuhannya), maka ia bangun di penghujung malamnya. Dan barang siapa yang (salat) di penghujung malamnya, maka ia akan sampai kepada kedudukan (yang terpuji). Ingatlah, bahwa dagangan Allah itu mahal. Ingatlah, dagangan Allah itu adalah surga.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya kecuali melalui hadis Abun Nadr.
Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Hujr, dari Ismail ibnu Ja'far, dari Muhammad ibnu Abu Harmalah maula Huwaitib ibnu Abdul Uzza, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Darda, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengutarakan suatu kisah di atas mimbarnya dan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku (Abu Darda) bertanya, "Sekalipun dia telah berzina dan mencuri, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab hanya dengan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Aku bertanya lagi untuk kedua kalinya, "Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Rasulullah Saw. kembali membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku bertanya untuk ketiga kalinya, "Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Rasulullah Saw. baru menjawab': Sekalipun hidung Abu Darda terputus.
وَمِن دُونِهِمَا جَنَّتَانِ 62
(62) Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi
(62)
Kedua surga ini selain dari kedua surga yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi kelas, keutamaan, dan kedudukannya masih berada di bawah kedua surga yang sebelumnya, berdasarkan nas Al-Qur'an, yaitu firman Allah Swt.:
وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ
Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62)
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan dalam suatu hadis bahwa ada dua surga yang semua wadah dan segala sesuatunya dari emas. dan dua surga yang semua wadah dan segala sesuatunya dari perak. Kedua surga yang pertama bagi kaum Muqarrabin, sedangkan kedua surga lainnya bagi Ashabul Yamin. Abu Musa mengatakan bahwa dua surga dari emas bagi kaum Muqarrabin dan dua surga dari perak bagi Ashabul Yamin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga yang tingkatannya berada di bawah kedua surga yang sebelumnya.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa kedua surga yang terakhir berada di bawah kedua surga yang pertama dalam hal keutamaannya.
Dalil yang menunjukkan kemuliaan kedua surga yang pertama di atas kedua surga yang lainnya dapat ditinjau dari berbagai alasan, yang salah satunya ialah bahwa Allah Swt. menyebutkan gambaran tentang kedua surga yang pertama sebelum kedua surga yang terakhir ini, dan pendahuluan ini mengandung pengertian lebih dipentingkan. Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:
وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ
Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62)
Ini jelas menunjukkan kemuliaan dan ketinggian yang diprioritaskan melebihi yang berikutnya. Pada kedua surga yang pertama disebutkan oleh firman-Nya:
ذَوَاتَا أَفْنَانٍ
kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48)
Sedangkan dalam kedua surga yang ini disebutkan oleh firman-Nya:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 63
(63) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(63)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 42)
مُدْهَآمَّتَانِ 64
(64) Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
(64)
مُدْهَامَّتَان
kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64)
Yakni kelihatan hitam karena kuatnya pengairan.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Yaitu tampak kehitam-hitaman karena hijaunya yang terlalu tua berkat kuatnya pengairan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Yakni tampak hijau.
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Ayub Al-Ansari, Abdullah ibnuz Zubair, Abdullah ibnu Abu Aufa, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Mujahid menurut salah satu riwayat darinya; juga Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan Al-Basri, Yahya ibnu Rafi', dan Sufyan As-Sauri.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Maksudnya, kedua surga itu dipenuhi dengan hijau-hijauan.
Qatadah mengatakan bahwa kedua surga itu kelihatan hijau berkat pengairannya lagi lembut-lembut. Dan ini tidak diragukan lagi menunjukkan suburnya dahan-dahannya yang rindang: sebagian darinya seakan-akan menyatu dengan sebagian yang lain.
Dalam kedua surga yang pertama disebutkan:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 65
(65) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(65)
فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. (Ar-Rahman: 65)
Dan dalam kedua surga yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:
فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ 66
(66) Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar.
(66)
فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ
Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar. (Ar-Rahman: 66)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna naddakhatan ialah yang memancar, dan pengertian mengalir lebih kuat daripada memancar.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna naddakhatan ialah yang penuh airnya dan tidak pernah berkurang. Dan dalam kedua surga yang pertama disebutkan oleh firman-Nya:
فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ
Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. (Ar-Rahman: 52)
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 67
(67) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(67)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 67)