69 - الحاقة - Al-Haaqqa
The Reality
Meccan
وَجَآءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُۥ وَٱلْمُؤْتَفِكَٰتُ بِٱلْخَاطِئَةِ 9
(9) Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar.
(9)
Firman Allah Swt:
وَالْمُؤْتَفِكَاتُ
dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9)
Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.
بِالْخَاطِئَةِ
karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9)
Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah Swt.
Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat.
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
فَعَصَوْا۟ رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةًۭ رَّابِيَةً 10
(10) Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.
(10)
فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka. (Al-Haqqah: 10)
Lafaz rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka telah mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ
semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14)
Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 15)
كَذَّبَتْ عادٌ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 123)
Dan firman Allah Swt.:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara: 141)
Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul. Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10)
Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan. Mujahid mengatakan bahwa rabiyah artinya keras. As-Saddi mengatakan siksaan yang membinasakan.
*******************
إِنَّا لَمَّا طَغَا ٱلْمَآءُ حَمَلْنَٰكُمْ فِى ٱلْجَارِيَةِ 11
(11) Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera,
(11)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11)
Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah melimpah.
Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya, tatkala mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah. Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi digenangi oleh banjir besar, terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya. Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa'id ibnu Sinan, dari bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat. Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin Allah.
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)
Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum 'Ad; maka sesungguhnya di hari itu diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)
Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada mereka:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)
Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air.
لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةًۭ وَتَعِيَهَآ أُذُنٌۭ وَٰعِيَةٌۭ 12
(12) agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
(12)
لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagikamu. (Al-Haqqah: 12)
Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan dari konteks kalimatnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami biarkan bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ
dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13)
Dan firman Allah Swt.:
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ وَخَلَقْنا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42)
Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. dipelihara oleh Allah hingga masih sempat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini. Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih jelas. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)
Yakni memahami dan mengingat nikmat ini telinga yang mau mendengar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa agar selalu diingat dan didengar.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maksudnya, menggunakan akalnya sebagai karunia dari Allah, untuk itu ia dapat mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yaitu didengar oleh telinga dan diperhatikan. Yakni oleh orang yang memiliki pendengaran yang sehat dan akal yang cemerlang. Ini bersifat umum mencakup semua orang yang mempunyai pemahaman dan kesadaran yang mendalam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Sabih Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hausyab; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. firman Allah Swt.: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ يَجْعَلَهَا أُذُنَ عَلِيٍّ»
Aku telah memohon kepada Tuhanku, semoga menjadikan telinga Ali seperti telinga itu.
Mak-hul mengatakan, "Ali sering mengatakan bahwa sejak itu tiada sesuatu pun yang ia dengar dari Rasulullah Saw. lupa dari ingatannya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Sahl, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Ali ibnu Hausyab, dari Mak-hul dengan sanad yang sama. Hadis ini berpredikat mursal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair alias Abu Muhammad (yakni orang tua Abu Ahmad Az-Zubairi), telah menceritakan kepadaku Saleh ibnul Haisam; ia pernah mendengar Buraidah Al-Aslami mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Ali:
«إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أُدْنِيَكَ وَلَا أُقْصِيَكَ وَأَنْ أُعْلِمَكَ وَأَنْ تَعِيَ وَحَقٌّ لَكَ أَنْ تَعِيَ»
Jika aku diperintahkan untuk mendekatkan dirimu kepadaku dan tidak menjauhkamu dariku, dan mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya, maka sudah seharusnya bagimu untuk selalu mengingatnya.
Lalu turunlah firman Allah Swt:
وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khalaf, dari Bisyr ibnu Adam dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Daud Al-A'ma, dari Buraidah dengan sanad yang sama, tetapi predikatnya tidak sahih pula.
فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ نَفْخَةٌۭ وَٰحِدَةٌۭ 13
(13) Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup
(13)
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. (Al-Haqqah: 14)
Allah Swt. menceritakan perihal huru-hara yang terjadi di hari kiamat, yang hal ini terjadi pada tiupan pertama yang mengagetkan. Kemudian diiringi dengan tiupan kematian, saat itulah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi mati semuanya kecuali orang yang dikehendaki olah Allah. Kemudian dilakukanlah tiupan kebangkitan untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam, maka bangkit dan hidup kembalilah semua makhluk. Dan itu terjadi pada tiupan yang disebutkan dalam ayat di atas yang diungkapkan dengan lafaz yang dikukuhkan, yaitu bahwa tiupan ku sekali; karena perintah Allah tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan tidak perlu adanya ulangan atau pengukuhan. Menurut Ar-Rabi', terjadinya peristiwa tersebut adalah pada tiupan yang terakhir. Tetapi pendapat yang jelas adalah seperti apa yang kami sebutkan pada permulaan.
وَحُمِلَتِ ٱلْأَرْضُ وَٱلْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ 14
(14) dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.
(14)
Karena itulah disebutkan dalam ayat ini:
وَحُمِلَتِ الأرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14)
Yakni bumi digelarkan sebagaimana digelarkan kulit yang dijajakan di pasar 'Ukaz, lalu bumi ini diganti dengan bumi lainnya.
فَيَوْمَئِذٍۢ وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ 15
(15) Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,
(15)
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 15)
Maksudnya, mulai terjadi hari kiamat.
وَٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَهِىَ يَوْمَئِذٍۢ وَاهِيَةٌۭ 16
(16) dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
(16)
وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ
dan terbelahlah langit, karena langit pada hari itu menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16)
Sammak telah meriwayatkan dari seorang syekh, dari Bani Asad, dari Ali yang mengatakan bahwa langit terbelah mulai dari bagian atasnya; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:
وَفُتِحَتِ السَّماءُ فَكانَتْ أَبْواباً
dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. (An-Naba': 19)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa langit berlubang dan 'Arasy tepat berada di atasnya.
وَٱلْمَلَكُ عَلَىٰٓ أَرْجَآئِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍۢ ثَمَٰنِيَةٌۭ 17
(17) Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
(17)
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17)
Al-Malak adalah isim jenis, yakni para malaikat berada di semua penjuru langit.' Menurut Ibnu Abbas, mereka berada di bagian langit yang tidak lemah, yakni di semua pinggirannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Al-Auza'i. Ad-Dahhak mengatakan bahwa Arja-iha artinya pinggiran-pinggirannnya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, makna yang dimaksud ialah beradadi pintu-pintunya.
Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Yakni berada di atas bagian langit yang terbelah untuk melihat penduduk bumi.
Firman Allah Swt.:
وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17)
Yaitu di hari kiamat 'Arasy dipikul oleh delapan malaikat. ;Arasy atau singgasana ini dapat diartikan 'Arasy yang terbesar, atau 'Arasy yang diletakkan di bumi pada hari kiamat nanti untuk memutuskan peradilan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Di dalam hadis Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib sehubungan dengan mereka yang memikul 'Arasy, disebutkan bahwa mereka terdiri dari delapan ekor kijang jantan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abus Samah Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Abu Qil alias Huyay ibnu Hani'; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan, jarak antara kedua sudut mata seseorang dari mereka sama dengan jarak perjalanan seratus tahun (saking besarnya).
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: كَتَبَ إِلَيَّ أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ النَّيْسَابُورِيُّ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أذنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ عَنْ مَلَكٍ مِنْ حَمَلة الْعَرْشِ: بُعْدُ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ وَعُنُقِهِ بِخَفْقِ الطَّيْرِ سَبْعُمِائَةِ عَامٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah An-Naisaburi menulis surat kepadanya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arasy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh burung terbang selama tujuh ratus tahun.
Sanad hadis ini jayyid, semua perawinya siqat.
Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam Kitabus Sunnah, bagian dari kitab sunannya:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ: أَنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat dari para malaikat pemikul 'Arasy Allah Swt., bahwa jarak antara daun telinganya sampai kepundaknya sama dengan jarak perjalanan tujuh ratus tahun,
Ini menurut lafaz Imam Abu Daud.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Asy'as, dari Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Danpada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Asy-Sya'bi, Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah Malaikat Karubiyyun, terdiri dari delapan bagian; setiap bagian (golongan) dari mereka sama banyaknya dengan bilangan manusia, jin, setan, dan para malaikat lainnya.
يَوْمَئِذٍۢ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنكُمْ خَافِيَةٌۭ 18
(18) Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
(18)
Firman Allah Swt.:
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
Yakni kalian akan dihadapkan kepada Tuhan Yang mengetahui rahasia dan pembicaraan rahasia, Yang tiada sesuatu pun dari keadaanmu tersembunyi bagi-Nya. Bahkan Dia mengetahui semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dan semua rahasia serta yang terkandung di dalam hati. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ja'far ibnu Barqan, dari Sabit Al-Hajjaj yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "'Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, timbanglah perbuatanmu sendiri sebelum amal perbuatanmu ditimbang. Karena sesungguhnya cara ini lebih meringankan hisabmu di kemudian hari, bila kamu menghisab dan menimbang amalmu sendiri di hari sekarang untuk menghadapi hari hisab yang besar."
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَلِيِّ بْنِ رَفَاعَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُعْرَضُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَ عَرَضَاتٍ، فَأَمَّا عَرْضَتَانِ فجدالٌ ومعاذيرُ، وَأَمَّا الثَّالِثَةُ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَطِيرُ الصُّحُفُ فِي الْأَيْدِي، فَآخِذٌ بِيَمِينِهِ وَآخِذٌ بِشِمَالِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Rifa'ah, dari Al-Hasan, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak manusia dihadapkan kepada Tuhan mereka pada hari kiamat sebanyak tiga kali; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi perdebatan dan alasan-alasan. Sedangkan pada penampilan yang ketiga saat itu beterbanganlah semua buku catatan amal perbuatan di terima di tangan masing-masing; maka ada yang menerimanya dari sebelah kanannya, dan ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki'. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Waki', dari Ali ibnu Ali, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid ibnu Musa, dari Yazid, dari Sulaim ibnu Hayyan, dari Marwan Al-Asgar, dari Abu Wa-il, dari Abdullah yang mengatakan bahwa manusia ditampilkan ke hadapan Tuhan mereka sebanyak tiga kali di hari kiamat; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi ungkapan alasan-alasan dan perdebatan, sedangkan pada penampilan yang ketiga kitab-kitab catatan amal perbuatan beterbangan diterima di tangan masing-masing dari mereka; ada yang menerimanya dari sebelah kanannya, ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya.
Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkannya dari Qatadah secara mursal dengan lafaz yang semisal.
فَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقْرَءُوا۟ كِتَٰبِيَهْ 19
(19) Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)".
(19)
Allah Swt. menceritakan perihal kebahagiaan yang diperoleh oleh orang-orang yang menerima kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya di hari kiamat dan kegembiraan mereka dengan hal tersebut. Bahwa karena gembiranya ia mengatakan kepada tiap-tiap orang yang dijumpainya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ
"Ambillah, bacalah kitabku (ini).”(Al-Haqqah: 19)
Yakni kemarilah dan bacalah kitabku ini. Ia mengatakan demikian karena mengetahui bahwa apa yang terdapat di dalamnya hanyalah kebaikan belaka, sebab dia termasuk orang-orang yang keburukannya telah diganti oleh Allah dengan kebaikan.
Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Ambillah, bacalah kitabku (ini). (Al-Haqqah: 19) Maksudnya, inilah kitabku, bacalah ia. Lafaz umu adalah ziyadah; demikianlah menurutnya, tetapi yang jelas lafaz haumu' ini bermakna hakum, yakni ambillah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Matar Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Asim Al-Ahwal, dari Abu Usman yang telah mengatakan bahwa orang mukmin diberikan kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya dengan ditutupi oleh Allah. Lalu ia membaca keburukan-keburukannya; dan manakala ia lewati suatu amal keburukan, berubahlah roman wajahnya. Hingga manakala sampai pada amal-amal kebaikannya dan ia membacanya, maka roman wajahnya kembali berseri. Lalu ia mengulangi bacaan kitab catatan amalnya, tiba-tiba ia melihat catatan keburukannya telah diganti dengan kebaikan. Maka saat itulah ia mengatakan, "Ambillah, bacalah kitabku ini."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Walid ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah alias Hanzalah yang dimandikan oleh malaikat. Ia mengatakan, sesungguhnya Allah menghentikan hamba-Nya di hari kiamat, lalu menampakkan kepadanya keburukan-keburukannya yang tertulis di bagian luar catatan amal perbuatannya, lalu Allah berfirman kepadanya, "Engkau tentu mengetahui ini." Si hamba yang bersangkutan menjawab, "Ya, wahai Tuhanku." Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya, "Sesungguhnya Aku tidak akan mempermalukanmu dengannya, dan sesungguhnya sekarang Aku telah mengampunimu." Maka pada saat itulah si hamba yang bersangkutan mengatakan: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 19-20) karena yakin dirinya telah selamat dari hal yang mempermalukan dirinya di hari kiamat.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan sebuah hadis sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Umar ketika ditanya tentang pembicaraan rahasia. Lalu ia menjawab bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"يُدْنِي اللهُ العبدَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فيُقَرِّره بِذُنُوبِهِ كُلِّهَا، حَتَّى إِذَا رَأَى أَنَّهُ قَدْ هَلَكَ قَالَ اللَّهُ: إِنِّي سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ يُعطَى كتابَ حَسَنَاتِهِ بِيَمِينِهِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولُ الْأَشْهَادِ: هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
Allah Swt. mendekatkan hamba-Nya di hari kiamat, lalu membuatnya mengakui semua dosanya, hingga manakala hamba yang bersangkutan merasa bahwa dirinya akan binasa. Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupinya terhadapmu ketika di dunia, dan pada hari ini Aku memaafkannya bagimu.” Kemudian diberikan buku catatan amal kebaikannya dari sebelah kanannya. Adapun orang kafir dan orang munafik, maka para saksi mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhannya. Ingatlah, laknat Allah menimpa orang-orang yang zalim."
إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ 20
(20) Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.
(20)
Firman Allah Swt.:
إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلاقٍ حِسَابِيَهْ
Sesungguhnya aku yakin bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 20)
Yakni sesungguhnya aku ketika di dunia meyakini bahwa hari ini pasti akan terjadi, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُوا رَبِّهِمْ
(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya. (Al-Baqarah: 46)
Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
فَهُوَ فِى عِيشَةٍۢ رَّاضِيَةٍۢ 21
(21) Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
(21)
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (Al-Haqqah;21)
Lafaz radiyah bermakna mardiyyah, yakni diridai.
فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍۢ 22
(22) dalam surga yang tinggi,
(22)
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
dalam surga yang tinggi. (Al-Haqqah: 22)
Artinya, yang gedungnya tinggi-tinggi, bidadarinya cantik-cantik, tempat-tempat tinggal yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو عُتْبَةَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُسْلِمٍ السَّكُوني، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يُوسُفَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ قَالَ: سمعتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ: سَأَلَ رجلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ يَتَزَاوَرُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، إِنَّهُ لَيَهْبِطُ أَهْلُ الدَّرَجَةِ الْعُلْيَا إِلَى أَهْلِ الدَّرَجَةِ السُّفْلَى، فَيُحَيُّونَهُمْ وَيُسَلِّمُونَ عَلَيْهِمْ، وَلَا يَسْتَطِيعُ أَهْلُ الدَّرَجَةِ السُّفْلَى يَصْعَدُونَ إِلَى الْأَعْلَيْنَ، تَقْصُرُ بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Atabah alias AL-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari Sa'id ibnu Yusuf. dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut, bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang keadaan ahli surga, apakah mereka saling berkunjung di antara sesamanya? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Benar, Sesungguhnya para penghuni derajat yang tertinggi benar-benar turun ke tempat para penghuni derajat yang di bawahnya, lalu mengucapkan salam penghormatan kepada mereka dan mereka menjawab salam penghormatannya. Para penghuni derajat yang di bawah tidak mampu naik ke tempat para penghuni derajat yang tertinggi disebabkan kurangnya amal perbuatan mereka.
Di dalam kitab sahih telah disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:
"إِنَّ الْجَنَّةَ مِائَةُ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ"
Sesungguhnya surga itu terdiri dari seratus tingkatan, dan jarak di antara satu tingkatan ke tingkatan yang lainnya sama dengan jarak antara langit dan bumi.
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌۭ 23
(23) buah-buahannya dekat,
(23)
Adapun firman Allah Swt.:
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ
Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)
Menurut Al-Barra ibnu Azib, dekat artinya mudah dipetik oleh seseorang dari mereka, sekalipun ia berada di atas tempat tidurnya dalam keadaan berbaring. Hal yang sama telah dikatakan bukan hanya oleh seorang.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: [حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدُّبُرِيُّ] عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنْ سفيان الثوري، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادِ بْنِ أنْعُمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَدْخُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلَّا بِجَوَازٍ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) هَذَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ لِفُلَانِ بْنِ فُلَانٍ، أَدْخِلُوهُ جَنَّةً عَالِيَةً، قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ"
Imam Tabrani telah meriwayatkan dari Ad-Duburi, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdur Rahman ibnu Ziad ibnu An'am, dari Ata ibnu Yasar. dari Salman Al-Farisi yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun yang masuk surga kecuali dengan membawa jawaz (paspor), yaitu Bismillahir Rahmanir Rahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) ini adalah surat izin dari Allah buat si Fulan bin Fulan. Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi, yang buah-buahannya dekat!
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ad-Diya dalam Bab "Sifatul Jannah" melalui jalur Sa'dan ibnu Sa'id, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
يُعْطَى الْمُؤْمِنُ جَوَازا عَلَى الصِّرَاطِ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) ، هَذَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ لِفُلَانٍ، أَدْخِلُوهُ جَنَّةً عَالِيَةً، قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ"
Orang mukmin diberi izin lewat di Sirat, yaitu: "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ini adalah izin masuk dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana buat si Fulan." Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi yang buah-buahannya dekat.
كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَآ أَسْلَفْتُمْ فِى ٱلْأَيَّامِ ٱلْخَالِيَةِ 24
(24) (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu".
(24)
Firman Allah Swt.:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ
(kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (Al-Haqqah: 24)
Yakni dikatakan kepada mereka hal tersebut sebagai anugerah buat mereka dan kebaikan serta kebajikan dari Tuhan mereka. Karena sesungguhnya telah disebutkan di dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa beliau Saw. telah bersabda:
"اعْمَلُوا وَسَدِّدوا وقَاربُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ لَنْ يدخلَه عملُه الجنةَ". قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدني اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ"
"Beramallah, luruslah dan dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), dan ketahuilah bahwa seseorang dari kalian tidak akan dapat dimasukkan ke dalam surga oleh amal perbuatannya." Mereka bertanya, "Termasuk juga engkau, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab, "Dan tidak pula aku, kecuali bila Allah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia dari-Nya."
وَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيْتَنِى لَمْ أُوتَ كِتَٰبِيَهْ 25
(25) Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).
(25)
ini merupakan berita tentang keadaan yang dialami oleh orang-orang yang celaka apabila seseorang dari mereka menerima kitab catatan amalnya dari sebelah kirinya di tempat hisab hari kiamat. Maka pada hari itu dia menyesali amal yang telah dilakukannya di dunia dengan penyesalan yang tiada taranya.
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ
Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:
فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ
"Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)". (Al-Haqqah: 25)
وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ 26
(26) Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
(26)
وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ
Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku." (Al-Haqqah: 26)
يَٰلَيْتَهَا كَانَتِ ٱلْقَاضِيَةَ 27
(27) Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.
(27)
يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ
Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu." (Al-Haqqah: 27)
Ad-Dahhak mengatakan yakni kematian yang tiada kehidupan lagi sesudahnya. Hal yang sama dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b, Ar-Rabi', dan As-Saddi.
Qatadah mengatakan bahwa orang kafir saat itu menginginkan kematian, padahal ketika di dunia tiada sesuatu pun yang lebih dibencinya selain kematian.
مَآ أَغْنَىٰ عَنِّى مَالِيَهْ ۜ 28
(28) Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.
(28)
مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. (Al-Haqqah: 28)
Yakni harta dan kedudukanku tidak dapat membelaku dari azab Allah dan pembalasan-Nya.
هَلَكَ عَنِّى سُلْطَٰنِيَهْ 29
(29) Telah hilang kekuasaanku daripadaku".
(29)
هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
Telah hilang kekuasaanku dariku. (Al-Haqqah: 29)
Bahkan segala sesuatunya ditanggung oleh diriku, tiada yang menolongku dan tidak ada orang yang melindungiku. Maka di saat itulah Allah Swt. berfirman:
خُذُوهُ فَغُلُّوهُ 30
(30) (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.
(30)
خُذُوهُ فَغُلُّوهُ
Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. (Al-Haqqah: 30)
Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Zabaniyah (juru siksa) untuk memegangnya dengan kasar dari tempat perhimpunan, lalu lehernya dibelenggu, kemudian diseret ke neraka Jahanam, lalu dimasukkan ke dalamnya, dan api neraka Jahanam menelannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Amr ibnu Qais, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan bahwa tatkala Allah Swt. berfirman, "Peganglah dia !" Maka berebutan untuk menanganinya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, masing-masing dari mereka melakukan hal yang sama, maka ia menjumpai tujuh puluh ribu malaikat itu di dalam neraka. Ibnu Abud Dunia mengatakan di dalam kitab Al-Ahw'ah bahwa orang kafir didatangi oleh empat ratus ribu malaikat, dan tiada sesuatu pun melainkan memukulinya, lalu si orang kafir itu berkata, "Aku tidak punya salah denganmu." Maka yang memukulinya berkata, "Sesungguhnya Tuhan murka terhadapmu, maka segala sesuatu murka pula terhadapmu."
Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa tatkala Allah Swt. berfirman, "Peganglah dia dan belenggulah dia," maka berebutan untuk melaksanakannya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, untuk memperebutkan siapa yang paling dahulu dari mereka yang memasang belenggu di leher si kafir itu.
ثُمَّ ٱلْجَحِيمَ صَلُّوهُ 31
(31) Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
(31)
ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah: 31)
Maksudnya, lemparkanlah dia ke dalamnya.
ثُمَّ فِى سِلْسِلَةٍۢ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًۭا فَٱسْلُكُوهُ 32
(32) Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
(32)
Firman Allah Swt:
ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. (Al-Haqqah: 32)
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa setiap mata rantai darinya sama dengan semua besi yang ada di dunia. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Juraij, bahwa hasta ini berdasarkan hasta malaikat.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian belitlah dia. (Al-Haqqah: 32) Yakni rantai itu dimasukkan dari liang duburnya, kemudian dikeluarkan dari mulutnya. Kemudian mereka disate dalam rantai itu sebagaimana belalang dimasukkan ke dalam tusuk sate saat hendak dipanggang.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rantai itu dimasukkan dari liang anusnya, kemudian dikeluarkan dari kedua lubang hidungnya agar ia tidak dapat berjalan pada kedua kakinya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهُ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي السَّمْحِ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ أَنَّ رَصَاصة مِثْلَ هَذِهِ -وَأَشَارَ إِلَى [مِثْلِ] جُمْجُمة-أُرْسِلَتْ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَهِيَ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، لَبَلَغَتِ الْأَرْضَ قَبْلَ اللَّيْلِ، وَلَوْ أَنَّهَا أُرْسِلَتْ مِنْ رَأْسِ السِّلْسِلَةِ، لَسَارَتْ أَرْبَعِينَ خَرِيفًا الليلَ والنهارَ، قَبْلَ أَنْ تَبْلُغَ قَعْرَهَا أَوْ أَصْلَهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abus Samah, dari Isa ibnu Hilal As-Sadafi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Seandainya sebuah batu sebesar ini —seraya menunjuk ke arah sebuah tengkorak kepala kambing— dilemparkan dari langit ke bumi yang jaraknya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, niscaya batu itu telah sampai ke bumi sebelum malam tiba. Tetapi seandainya batu ini dilemparkan dari ujung rantai tersebut, niscaya ia masih terus terjatuh selama empat puluh musim gugur (tahun), malam dan siang harinya (tanpa berhenti) sebelum mencapai pada bagian bawahnya atau pangkalnya.
Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Suwaid ibnu Sa'id, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.
إِنَّهُۥ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ ٱلْعَظِيمِ 33
(33) Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.
(33)
Firman Allah Swt.:
إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha besar. (Al-Haqqah: 33-34)
Yakni dia tidak pernah menunaikan hak Allah yang menjadi kewajibannya, seperti amal ketaatan dan menyembah kepada-Nya, tidak mau memberi manfaat kepada makhluk-Nya serta tidak mau menunaikan hak mereka yang ada pada hartanya. Karena sesungguhnya menjadi kewajiban bagi hamba-hamba Allah untuk mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ 34
(34) Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
(34)
Firman Allah Swt.:
وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. (Al-Haqqah: 34)
Juga sudah menjadi kewajiban bagi sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya menunaikan kebajikan dan bantu-membantu dalam hal kebajikan dan ketakwaan.
Karena itulah maka Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan ketika Nabi Saw. mengembuskan nafas terakhirnya, beliau sempat bersabda:
"الصَّلَاةَ، وما ملكت أيمانكم"
Peliharalah salat, dan budak-budak yang dimiliki oleh kalian.