71 - نوح - Nooh

Juz : 29

Noah
Meccan

يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًۭا 11

(11) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,

(11) 

Maksudnya, terus-menerus; karena itulah maka disunatkan membaca surat ini dalam salat istisqa (memohon hujan) mengingat maknanya sangat relevan dengannya.

Hal yang sama telah dilakukan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a., bahwa dia menaiki mimbar untuk memanjatkan doa istisqa, maka tiada yang dibacanya selain dari istigfar dan membaca beberapa ayat dalam istigfarnya yang antara lain adalah ayat ini: maka aku berkata (kepada mereka),' 'Mohonlah ampunan kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu." (Nuh: 11)

Kemudian Umar berkata, "Sesungguhnya aku telah menunggu-nunggu datangnya hujan melalui bintang-bintang yang merupakan pertanda akan datangnya hujan." Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa datanglah awan secara beriringan, sebagian darinya berurutan dengan sebagian yang lainnya.


وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍۢ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍۢ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًۭا 12

(12) dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

(12) 

Semuanya itu dengan syarat apabila kamu bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya serta taat kepada-Nya, maka Dia akan memperbanyak rezeki kalian dan menyirami kalian dengan keberkahan dari langit dan menumbuhkan bagi kalian keberkatan bumi sehingga bumi menjadi subur menumbuhkan tetanamannya, dan menyuburkan bagi kalian air susu ternak kalian dan memberimu banyak harta dan anak-anak dan menjadikan bagi kalian kebun-kebun yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan dan di tengah-tengah (celah-celah)nya dibelahkan bagi kalian sungai-sungai yang mengalir. Ini merupakan seruan dengan memakai metode targib. Kemudian beralih dengan cara tarhib dalam seruannya kepada mereka. 


مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًۭا 13

(13) Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?

(13) 

Yakni kebesaran-Nya, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ad-Dahhak.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kalian tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenar-benarnya. Dengan kata lain, mengapa kamu tidak takut kepada pembalasan dan azab-Nya.


وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا 14

(14) Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.

(14) 

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah dari nutfah, kemudian menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Yahya ibnu Rafi', As-Saddi, dan Ibnu Zaid.


أَلَمْ تَرَوْا۟ كَيْفَ خَلَقَ ٱللَّهُ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍۢ طِبَاقًۭا 15

(15) Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?

(15) 

Yakni berlapis-lapis satu lapis di atas lapis yang lainnya bersusun-susun. Akan tetapi, apakah hal ini termasuk di antara perkara yang hanya dapat didengar saja (metafisika)? Ataukah termasuk di antara perkara yang dapat dijangkau oleh indra melalui penyelidikan dan penemuan ilmiah (fisika)? Karena sesungguhnya tujuh bintang yang beredar satu sama lainnya saling menutupi yang lainnya. Yang paling dekat dengan kita adalah bulan yang berada di langit terdekat, ia menutupi bintang lainnya yang ada di atasnya, dan pada lapis yang kedua terdapat bintang 'Utarid, dan pada lapis yang ketiga terdapat Zahrah (Venus). Sedangkan matahari terdapat pada lapis yang keempat. Mars pada lapis yang kelima, Musytari pada lapis yang keenam, dan Zuhal pada lapis yang ketujuh. Adapun bintang-bintang lainnya yaitu bintang-bintang yang tetap (tidak beredar), maka semuanya berada di lapis yang kedelapan; mereka menamakannya falak bintang-bintang yang menetap. Dan para ahli falak yang berilmu syariat menamakannya dengan istilah Al-Kursi. Dan falak yang kesembilan dinamakan Al-Atlas dan juga Al-Asir, yang menurut ahli ilmu falak pergerakannya kebalikan dari peredaran semua falak yang ada. Yaitu peredarannya dimulai dari barat menuju ke timur, sedangkan semua falak kebalikannya yaitu dari arah timur ke arah barat, dan bersamaan dengannya beredar pula semua bintang mengikutinya. Akan tetapi, bintang-bintang yang beredar mempunyai pergerakan yang berbeda dengan semua falaknya, karena sesungguhnya bintang-bintang tersebut beredar dari arah barat menuju ke arah timur. Masing-masing darinya menempuh falaknya menurut kecepatannya. Bulan menempuh garis edarnya setiap bulannya sekali, dan matahari menempuh garis edarnya setiap tahunnya sekali, dan Zuhal baru dapat menempuhnya selama tigapuluh tahun sekali. Demikian itu berdasarkan luas falak masing-masing, sekalipun gerakan semuanya dalam hal kecepatannya berimbang.

Demikianlah kesimpulan dari apa yang dikatakan oleh ahli ilmu falak dalam bab ini dengan adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka mengenai berbagai masalah yang cukup banyak, tetapi bukan termasuk ke dalam pembahasan kita sekarang ini. Tujuan kita hanyalah untuk menjelaskan bahwa Allah Swt:

خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا

telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita. (Nuh: 15-16)


وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًۭا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًۭا 16

(16) Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

(16) 

Yaitu Allah Swt. membedakan cahaya keduanya, dan menjadikan masing-masing dari keduanya sebagai tanda untuk mengetahui malam dan siang hari melalui terbit dan tenggelamnya matahari. Allah telah menetapkan pula garis-garis edar dan manzilah-manzilah bagi bulan serta mengubah-ubah cahayanya. Adakalanya cahayanya bertambah hingga sempurna, kemudian menurun (berkurang) hingga lenyap tersembunyi; hal ini untuk mengetahui perjalanan bulan dan tahun, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِياءً وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآياتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus: 5)


وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًۭا 17

(17) Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,

(17) 

Nabatan adalah isim masdar, dan mendatangkannya di tempat ini merupakan ungkapan yang sangat indah.


ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًۭا 18

(18) kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.

(18) 


Yakni apabila kalian mati.

وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا

dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya. (Nuh: 18)

Maksudnya, di hari kiamat Dia akan mengembalikan kamu hidup kembali daripadanya, sebagaimana Dia menciptakan kamu pada yang pertama kali.


وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًۭا 19

(19) Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

(19) 

Allah telah menggelarkannya dan menjadikannya layak untuk dihuni, dan menetapkan serta mengokohkannya dengan gunung-gunung yang-besar lagi tinggi menjulang ke langit.


لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًۭا فِجَاجًۭا 20

(20) supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu".

(20) Yakni Allah telah menciptakan bumi untuk tempat menetap kalian, dan kalian dapat melakukan perjalanan padanya ke mana pun yang kalian kehendaki dari kawasan dan daerah-daerahnya. Semuanya itu termasuk di antara apa yang diingatkan oleh Nuh terhadap kaumnya, untuk menunjukkan kepada mereka kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya melalui penciptaan-Nya terhadap langit, bumi, dan semua nikmat yang dirasakan oleh mereka berupa berbagai manfaat, baik yang berasal dari langit maupun yang berasal dari bumi. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki. Dia telah menjadikan langit sebagai atap dan bumi sebagai hamparan dan melimpahkan kepada makhluk-Nya rezeki-rezeki-Nya. Maka Dialah Tuhan Yang wajib disembah dan diesakan dan tidak boleh dipersekutukan dengan siapa pun. Karena sesungguhnya Allah itu tiada tandingan, tiada lawan, dan tiada yang sepadan dengan-Nya, tidak beranak, tidak mempunyai pembantu, tidak mempunyai penasihat, bahkan Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.


قَالَ نُوحٌۭ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًۭا 21

(21) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,

(21) 

Allah Swt. menceritakan tentang Nuh a.s. bahwa dia telah menunaikan nahi munkar demi karena Allah; dan Dia Maha Mengetahui tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Bahwa meskipun dengan adanya semua keterangan yang telah disebutkan di atas dan seruan serta dakwah yang beraneka ragam, baik dengan cara targib maupun dengan cara tarhib, kaumnya tetap mendurhakainya dan menentangnya serta mendustakannya. Bahkan mereka lebih suka mengikuti para hartawan yang lupa kepada perintah Allah dan tenggelam ke dalam kesenangan duniawinya yang berlimpah, padahal kenyataannya apa yang mereka miliki itu merupakan istidraj dan penangguhan dari Allah buat mengazab mereka, bukan sebagai penghormatan atau kemuliaan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلا خَسَارًا

dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. (Nuh: 21)

Manurut suatu qiraat, ada yang membaca waladuhu dan ada pula yang membacanya wulduhu dalam qiraat yang lainnya, tetapi keduanya mempunyai makna yang berdekatan.


وَمَكَرُوا۟ مَكْرًۭا كُبَّارًۭا 22

(22) dan melakukan tipu-daya yang amat besar".

(22) 

Firman Allah Swt.:

وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا

Dan melakukan tipu daya yang amat besar. (Nuh: 22)

Mujahid mengatakan bahwa kubbar artinya amat besar, menurut Ibnu Zaid artinya besar. Orang-orang Arab mengatakan amrun 'ajibun, ujaban, dan 'ujjabun (perkara yang mengagumkan). Dikatakan pula rajulun husanun dan hussanun (lelaki yang tampan), atau jumalun dan jummalun, mempunyai makna yang sama.

Makna firman-Nya:

وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا

Dan melakukan tipu daya yang amat besar. (Nuh: 22)

Yakni dengan para pengikutnya melalui hasutan mereka terhadap para pengikutnya yang mengelabui mereka bahwa jalan yang mereka tempuh adalah benar dan berada pada petunjuk, sebagaimana yang dikatakan oleh para pengikut mereka terhadap pemimpin mereka di hari kiamat, yang hal ini disitir oleh firman-Nya:

بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ إِذْ تَأْمُرُونَنا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْداداً

(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. (Saba': 33)


وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا 23

(23) Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr".

(23) 

Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

 وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa', yagus, ya'uq dan nasr." (Nuh: 23)

Ini adalah nama berhala-berhala sesembahan mereka selain Allah. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ibnu Juraij dan Ata, dari Ibnu Abbas, bahwa berhala-berhala yang ada pada kaum Nuh itu kemudian menjadi sembahan orang-orang Arab di kemudian harinya. Wadd sembahan Bani Kalb yang terletak di Daumatul Jandal, suwa' sembahan Huzail, yagus sembahan Murad, kemudian Bani Gatif di Al-Jirf di negeri Saba, sedangkan ya'uq adalah berhala sembahan Hamdan, dan nasr sembahan Himyar dan keluarga Zul Kala'.

Pada mulanya nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang saleh dari kalangan kaum Nabi Nuh a.s. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaum mereka, "Buatkanlah tugu-tugu pada bekas tempat-tempat duduk mereka berupa patung-patung, lalu namailah dengan nama-nama mereka." Maka mereka melakukannya, dan pada mulanya tidak disembah. Tetapi lama-kelamaan setelah ilmu diangkat dari mereka, maka mulailah patung-patung itu disembah dan dipuja. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Ishaq.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa berhala-berhala tersebut merupakan sembahan-sembahan di masaNabi Nuh a.s.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Musa, dari Muhammad ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: yagus, ya 'uq dan nasr. (Nuh: 23) Bahwa mereka adalah orang-orang yang saleh yang hidup di masa antara Adam dan Nuh a.s.; mereka mempunyai banyak pengikut yang mengikuti jejak mereka. Dan ketika mereka telah meninggal dunia, para muridnya yang setia mengikuti jejaknya mengatakan, "Sebaiknya kita buatkan patung-patung mereka sebagai peringatan buat kita yang akan mendorong kepada kita untuk tetap giat beribadah." Lalu mereka membuat patung-patungnya, dan ketika generasi itu telah meninggal dunia, lalu datang generasi berikutnya iblis membisikkan kepada mereka dan mengatakan, "Sesungguhnya generasi terdahulu hanyalah menyembah berhala-berhala ini, dan karena berhala-berhala inilah mereka dahulu diberi hujan, maka kalian pun sebaiknya menyembahnya."

Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Syis a.s. telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Juwaibir dan Muqatil, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Adam a.s. mempunyai empat puluh orang putra; dua puluh orang laki-laki dan dua puluh orang perempuan.-Di antara mereka yang hidup ialah Habil, Qabil,Saleh, Abdur Rahman yang juga dinamai Abdul Haris, dan Wadd. Nama lain dari Wadd ialah Syis, juga disebut dengan nama Hibatullah, dan saudara-saudaranya telah membuatnya menjadi hitam. Lalu Adam beranak lagi, yaitu Suwa', Yagus, Ya'uq, dan Nasr. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Wadd adalah putra Adam yang paling besar dan paling berbakti kepadanya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Amr Ad-Dauri, telah menceritakan kepadaku Abu Ismail Al-Mu'addib, dari Abdullah ibnu Muslim ibnu Hurmuz, dari Abu Hirzah, dari Urwah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa Adam a.s. jatuh sakit, sedangkan di hadapannya terdapat semua anaknya, Wadd, Yagus, Ya'uq, Suwa', dan Nasr. Ibnuz Zubair mengatakan bahwa Wadd adalah yang paling besar dari mereka, dan dialah yang paling berbakti kepada ayahnya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Abul Mutahhiryang telah mengatakan bahwa orang-orang memperbincangkan perihal Yazid ibnul Muhallab di tempat Abu Ja'far yang saat itu Abu Ja'far sedang mengerjakan salat. Setelah selesai dari salatnya, Abu Ja'far berkata, "Kalian telah membicarakan perihal Yazid ibnul Muhallab. Ketahuilah bahwa dia telah terbunuh di suatu tempat yang padanya mula-mula disembah selain Allah."

Kemudian ia menyebutkan perihal seorang lelaki muslim yang dicintai di kalangan kaumnya. Ketika ia mati, mereka mendiami sekitar kuburnya. Hal ini terjadi di suatu tempat di negeri Babil, sikap demikian itu karena kedukaan mereka atas kepergiannya. Ketika iblis melihat kedukaan mereka atas meninggalnya lelaki itu, maka ia mengubah dirinya menjadi seorang manusia, lalu berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku melihat duka cita kalian atas kepergian laki-laki ini, maka bolehkah aku membuat patung untuk kalian yang serupa dengan bentuk laki-laki ini di tempat perkumpulan kalian, sehingga kalian dapat mengingatnya?"

Mereka menjawab, "Baiklah." Lalu iblis membuat patung lelaki itu, kemudian mereka meletakkan patung itu di tempat perkumpulan mereka, dan karenanya mereka selalu mengingatnya. Ketika iblis melihat kerinduan mereka kepada laki-laki itu, ia berkata, "Bolehkah aku buat sebuah patung untuk tiap-tiap rumah seseorang dari kamu, sehingga di dalam rumahnya terdapat patungnya, dan ia dapat selalu mengingatnya?" Mereka menjawab, "Boleh." Maka setan membuat bagi tiap-tiap ahli bait sebuah patung yang mirip dengan lelaki muslim yang mereka cintai itu. Mereka menerimanya dan selalu mengingatnya dengan adanya patung itu di tiap-tiap rumah mereka.

Kemudian anak-anak mereka menjumpai apa yang diperbuat oleh orang tua-orang tua mereka, lalu mereka mengikuti jejaknya, kemudian mereka berkembang biak dan telah punah kisah mereka tentang patung lelaki muslim itu, pada akhirnya generasi-generasi berikutnya menjadikan patung itu sebagai sesembahan mereka selain Allah. Maka patung yang mula-mula disembah selain Allah adalah berhala yang mereka namai Wadd.


وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًۭا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًۭا 24

(24) Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.

(24) 

Firman Allah Swt.:

وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا

Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia). (Nuh: 24)

Yakni berhala-berhala yang dijadikan sembahan oleh mereka itu telah menyesatkan banyak manusia, dan penyembahan terhadap berhala-berhala itu masih tetap berlangsung sampai zaman kita sekarang ini, baik di kalangan bangsa Arab, non-Arab, maupun bangsa Bahi Adam lainnya. Al-Khalil dalam doanya mengatakan:

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنامَ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِنَ النَّاسِ

Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala, Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 35-36)

Firman Allah Swt.:

وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا ضَلالا

Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. (Nuh: 24)

Ini merupakan doa Nuh terhadap kaumnya karena ia melihat pembangkangan mereka, kekafiran, dan keingkaran mereka yang sangat parah. Sebagaimana doa Musa terhadap Fir'aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, yang disitir oleh firman Allah Swt.:

رَبَّنَا اطْمِسْ عَلى أَمْوالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذابَ الْأَلِيمَ

Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka; maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)

Allah Swt. telah memperkenankan doa masing-masing nabi terhadap kaumnya. Dan Allah menenggelamkan kaum Nuh disebabkan kedustaan mereka kepada apa yang disampaikan oleh Nuh kepada mereka.


مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًۭا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًۭا 25

(25) Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.

(25) 

Firman Allah Swt:

مِمَّا خَطايَاهُمْ

Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka. (Nuh: 25)

Menurut qiraat lain dibaca khatayahum.

أُغْرِقُوا

mereka ditenggelamkan. (Nuh: 25)

Yakni karena dosa-dosa mereka yang terlalu banyak dan pembangkangan serta tekad mereka yang tetap pada kekafiran mereka dan menentang rasul mereka.

أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا

Mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam neraka. (Nuh: 25)

Mereka dipindahkan dari arus air banjir besar ke panasnya api neraka.

فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا

maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25)

Yaitu tiada bagi mereka seorang penolong pun, tiada penyelamat, tiada peiindung bagi mereka dari azab Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:

لَا عاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ

Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang. (Hud: 43)


وَقَالَ نُوحٌۭ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًا 26

(26) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

(26) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 26)

Maksudnya, janganlah Engkau biarkan di muka bumi ini seorang pun dari mereka dan jangan pula suatu tempat tinggal pun bagi mereka. Lafaz dayyaran termasuk ungkapan yang mengukuhkan nafi, menurut Ad-Dahhak artinya sebuah tempat tinggal pun (bagi mereka). As-Saddi mengatakan bahwa ad-dayyar artinya orang yang menghuni rumah. Maka Allah memperkenankan doanya dan membinasakan semua manusia yang ada di muka bumi dari kalangan orang-orang kafir hingga anak Nuh sendiri yang memisahkan diri dari ayahnya dan bergabung dengan kaumnya dalam kekafiran. Anaknya itu mengatakan seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

سَآوِي إِلى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْماءِ قالَ لَا عاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah. Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Hud: 43)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: قُرِئَ عَلَى يُونُسَ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي شَبيب بْنُ سَعْدٍ، عَنِ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ رَحِمَ اللَّهُ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ أَحَدًا، لَرَحِمَ امْرَأَةً، لَمَّا رَأَتِ الْمَاءَ حَمَلَتْ وَلَدَهَا ثُمَّ صَعِدَتِ الْجَبَلَ، فَلَمَّا بَلَغَهَا الْمَاءُ صَعِدَتْ بِهِ مَنْكِبَهَا، فَلَمَّا بَلَغَ الْمَاءُ مَنْكِبَهَا وَضَعَتْ وَلَدَهَا عَلَى رَأْسِهَا، فَلَمَّا بَلَغَ الْمَاءُ رَأْسَهَا رَفَعَتْ وَلَدَهَا بِيَدِهَا. فَلَوْ رَحِمَ اللَّهُ مِنْهُمْ أَحَدًا لِرَحِمِ هَذِهِ الْمَرْأَةَ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Yunus ibnu Abdul A'la membacakan kepadaku bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Syabib ibnu Sa'id, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seandainya Allah mengasihani seseorang dari kaum Nuh, tentulah Allah mengasihani seorang wanita yang ketika melihat air bah datang ia menggendong anaknya dan menaiki bukit. Dan setelah air bah mencapai bukit, ia naikkan anaknya ke pundaknya. Dan ketika air mencapai pundaknya, ia letakkan anaknya di atas kepalanya. Dan ketika air mencapai kepalanya, ia mengangkat anaknya dengan kedua tangannya. Seandainya Allah mengasihani seseorang dari mereka, tentulah Dia mengasihani wanita ini.

Hadis ini garib, tetapi semua perawinya berpredikat tsiqat. Akhirnya Allah Swt. menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam bahtera bersama Nuh a.s., yaitu mereka yang beriman kepadanya, dan Allah telah memerintahkan kepada Nuh a.s. sebelumnya untuk menaikkan mereka ke dalam bahteranya.


إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًۭا كَفَّارًۭا 27

(27) Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.

(27) 

Firman Allah Swt.:

إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ

Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu. (Nuh: 27)

Yakni sesungguhnya jika Engkau membiarkan seseorang dari mereka tetap hidup, niscaya dia akan menyesatkan hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan sesudah mereka.

وَلا يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا

dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (Nuh: 27)

Yaitu durhaka dalam sepak terjangnya lagi kafir hatinya. Demikian itu dikatakan oleh Nuh a.s. atas dasar pengalamannya dengan mereka dan dia tinggal bersama mereka dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu sembilan ratus lima puluh tahun. Kemudian Nabi Nuh a.s. menutup doanya dengan memohon kepada Allah Swt.:


رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًۭا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا 28

(28) Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan".

(28) 

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman. (Nuh: 28)

Menurut Ad-Dahhak, yang dimaksud dengan rumahku ialah masjidku. Akan tetapi, tidak mengapa jika ayat ditakwilkan sesuai dengan makna lahiriahnya. Yaitu bahwa dia mendoakan bagi setiap orang yang masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan beriman.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا حَيْوَة، أَنْبَأَنَا سَالِمُ بْنُ غَيْلَانَ: أَنَّ الْوَلِيدَ بْنَ قَيْسٍ التُّجِيبِيّ أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ -أَوْ: عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ:-أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَا تَصْحَبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Gailan, bahwa Al-Walid ibnu Qais At-Tajibi pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Sa'id Al-Khudri atau dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, bahwa Abu Sa'id pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah kamu berteman kecuali dengan orang mukmin, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.

Imam Abu Daud dan, Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abdullah ibnul Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa sesungguhnya kami mengenal hadis ini hanya melalui jalur ini saja.

Firman Allah Swt.:

وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (Nuh: 28)

Ini merupakan doa untuk segenap orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, yang hal ini mencakup orang yang masih hidup dari kalangan mereka dan juga orang yang sudah mati. Karena itulah maka disunatkan membaca doa seperti ini karena mengikut kepada jejak Nabi Nuh a.s. dan mengamalkan apa yang disebutkan di dalam asar-asar dan doa-doa yang terkenal lagi dianjurkan oleh syariat.

Firman Allah Swt.:

وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا تَبَارًا

Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (Nuh: 28)

As-Saddi mengatakan bahwa makna tabaran ialah kebinasaan. Sedangkan menurut Mujahid, artinya kerugian, yakni di dunia dan akhirat.