79 - النازعات - An-Naazi'aat
Those who drag forth
Meccan
إِذْ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى 16
(16) Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
(16)
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ
Tatkala Tuhannya memanggilnya. (An-Nazi'at: 16)
Yaitu Tuhan berbicara kepadanya dengan melalui seruan.
بِالْوَادِي الْمُقَدَّسِ
di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16)
Tuwa adalah nama lembah menurut pendapat yang sahih, seperti yang telah disebutkan dalam tafsir surat Taha. Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya:
ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 17
(17) "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
(17)
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. (An-Nazi'at: 17)
Yakni bertindak sewenang-wenang, jahat, dan zalim.
فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ 18
(18) dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".
(18)
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى
Dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (An-Nazi'at: 18)
Maksudnya, katakanlah kepadanya bahwa maukah engkau kuajak untuk menempuh jalan yang akan membawamu untuk dapat menyucikan diri, yakni berserah diri dan taat kepada Allah Swt.
وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ 19
(19) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"
(19)
وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu. (An-Nazi'at: 19)
Yaitu akan kutunjukkan kepadamu cara menyembah Tuhanmu.
فَتَخْشَى
supaya kamu takut kepadanya. (An-Nazi'at: 19)
Yakni kelak hatimu akan menjadi tunduk patuh kepada-Nya dan khusyuk, yang sebelumnya hatimu keras, jahat, dan jauh dari kebaikan.
فَأَرَىٰهُ ٱلْءَايَةَ ٱلْكُبْرَىٰ 20
(20) Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
(20)
فَأَرَاهُ الآيَةَ الْكُبْرَى
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (An-Nazi'at: 20)
Musa menampakkan kepadanya selain dari seruan yang benar ini hujah (bukti) yang kuat dan dalil yang jelas yang membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya, bahwa itu adalah dari sisi Allah.
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ 21
(21) Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai.
(21)
فَكَذَّبَ وَعَصَى
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. (An-Nazi'at: 21)
Fir'aun mendustakan kebenaran itu dan menentang ketaatan yang diperintahkan kepadanya. Kesimpulannya ialah hati Fir'aun mendustakanya dan batinnya tidak mau menerima apa yang disampaikan oleh Musa, begitu pula lahiriahnya dia tidak mau mengamalkanya. Padahal dia mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Musa kepadanya adalah perkara yang hak (benar), tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang beriman kepada Musa. Karena pengetahuan itu merupakan pekerjaan hati, sedangkan iman itu adalah pengamalannya, yaitu patuh kepada perkara yang hak dan taat kepadanya.
ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَىٰ 22
(22) Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
(22)
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). (An-Nazi'at: 22)
Yakni sebagai reaksinya terhadap perkara yang hak, dia menentangnya dengan kebatilan, yang hal ini ia realisasikan dengan mengumpulkan para akhli sihir untuk menentang mukjizat yang jelas yang disampaikan oleh Musa a.s.
فَحَشَرَ فَنَادَىٰ 23
(23) Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.
(23)
فَحَشَرَ فَنَادَى
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya. (An-Nazi'at: 23)
Fir'aun menyeru mereka semuanya untuk berkumpul kepadanya.
فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ 24
(24) (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".
(24)
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى
(Seraya) berkata, "Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” (An-Nazi'at: 24)
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa kalimat ini dikatakan oleh Fir'aun setelah selang empat puluh tahun. Dia mengatakan, "Aku tidak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain dari aku sendiri." Maka disebutkan oleh firman berikutnya:
فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلْءَاخِرَةِ وَٱلْأُولَىٰٓ 25
(25) Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
(25)
فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 25)
Allah menghukumnya dengan hukuman yang membuatnya menjadi pelajaran bagi orang lain yang membangkang terhadap perkara hak seperti dia di dunia ini.
وَيَوْمَ الْقِيامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ
dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)
Hal yang senada disebutkan dalam firman-Nya:
وَجَعَلْناهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيامَةِ لا يُنْصَرُونَ
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan di tolong. (Al-Qashash: 41)
Hal inilah yang sahih sehubungan dengan makna ayat, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 25) Yaitu azab di dunia dan azab di akhirat nanti.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah kalimat yang diucapkan oleh Fir'aun pada yang pertama kali dan kalimatnya pada yang kedua kali. Menurut pendapat yang lainnya lagi, kekufuran dan kedurhakaannya. Tetapi pendapat yang sahih dan tidak diragukan lagi adalah yang pertama tadi.
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبْرَةًۭ لِّمَن يَخْشَىٰٓ 26
(26) Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
(26)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (An-Nazi'at: 26)
Yakni bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan menyadarinya.
ءَأَنتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ ٱلسَّمَآءُ ۚ بَنَىٰهَا 27
(27) Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,
(27)
Allah Swt. berfirman, menyanggah orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, yaitu hari dihidupkan-Nya kembali semua makhluk sesudah fananya.
أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ
yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27)
Sebagai jawabannya ialah tidak demikian, langitlah yang lebih sulit penciptaannya daripada kalian. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ بِقادِرٍ عَلى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 81)
Adapun firman Allah Swt.:
بَنَاهَا
Allah telah membangunnya. (An-Nazi'at: 27)
kemudian ditafsirkan atau dijelaskan oleh firman selanjutnya:
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّىٰهَا 28
(28) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
(28)
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا
Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya. (An-Nazi'at: 28)
Yakni Allah telah menjadikannya tinggi bangunannya, tak terperikan ketinggiannya, lalu semuakawasannyaamat luas dihiasi dengan bintang-bintang di malam yang gelap gulita.
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَىٰهَا 29
(29) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
(29)
Firman Allah Swt.:
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Yaitu Dia menjadikan malam harinya gelap dan siang harinya terang. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna agtasya lailaha artinya menjadikan malamnya gelap gulita. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Jamaah yang cukup banyak jumlahnya.
وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا
dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29)
Artinya, menjadikannya terang. Selanjutnya disebutkan:
وَٱلْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ 30
(30) Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
(30)
وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30)
yang hal ini diperjelas oleh firman berikutnya:
أَخْرَجَ مِنْهَا مَآءَهَا وَمَرْعَىٰهَا 31
(31) Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
(31)
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا
Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31).
Dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah telah diterangkan bahwa bumi diciptakan sebelum penciptaan langit, tetapi bumi baru dihamparkan sesudah langit diciptakan. Dengan kata lain, Allah Swt. baru mengeluarkan semua yang terkandung di dalam bumi dengan kekuasaan-Nya ke Alam wujud (setelah langit diciptakan). Demikianlah makna ucapan Ibnu Abbas dan yang lainnya yang bukan hanya seorang, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayakku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah (yakni Ibnu Umar), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna dahhaha, bahwa makna yang dimaksud ialah mengeluarkan mata airnya dan tetumbuhannya serta membelahjalan-jalan sungai-sungainya dan menjadikan padanya gunung-gunung, padang pasir, jalan-jalan, dan dataran-dataran tingginya. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 3). Hal ini telah dijelaskan keterangannya sebelumnya.
وَٱلْجِبَالَ أَرْسَىٰهَا 32
(32) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
(32)
Dan mengenai firman Allah Swt:
وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (An-Nazi'at: 32)
Yakni menetapkannya, mengokohkannya, dan meneguhkannya di tempatnya masing-masing; dan Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, lagi maha Pengasih kepada makhluk-Nya dan Maha Penyayang.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الْعَوَّامُ بْنُ حَوشب، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْأَرْضَ جَعَلَتْ تَمِيد، فَخَلَقَ الْجِبَالَ فَأَلْقَاهَا عَلَيْهَا، فَاسْتَقَرَّتْ فَتَعَجَّبَتِ الملائكةُ مِنْ خَلْقِ الْجِبَالِ فَقَالَتْ: يَا رب، فهل من خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْجِبَالِ؟ قَالَ نَعَمْ، الْحَدِيدُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْحَدِيدِ؟ قَالَ: نَعَمْ، النَّارُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: نَعَمْ، الْمَاءُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ، فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الْمَاءِ؟ قَالَ: نَعَمْ، الرِّيحُ. قَالَتْ: يَا رَبِّ فَهَلْ مِنْ خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنَ الرِّيحِ؟ قَالَ: نَعَمْ، ابْنُ آدَمَ، يَتَصَدَّقُ بِيَمِينِهِ يُخْفِيهَا مِنْ شَمَالِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Awam ibnu Hausyab, dari Sulaiman ibnu Abu Sulaiman, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ketika Allah menciptakan bumi maka bumi berguncang, lalu Allah menciptakan gunung-gunung dan menempatkannya di atas bumi, maka bumi menjadi tenang. Para malaikat merasa kagum dengan penciptaan gunung-gunung itu, lalu berkata, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada gunung-gunung ini?” Allah Swt. menjawab, "Ya, ada, yaitu besi.” Para malaikat bertanya "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi?" Allah menjawab, "Ya, api.” Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat dari api?" Allah menjawab, "Ya, air.” Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada air?” Allah menjawab, "Ya, angin." Para malaikat bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih kuat daripada angin di antara makhluk-Mu, wahai Tuhan kami?” Allah menjawab "Ya. anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya, lalu ia menyembunyikan dari tangan kirinya.”
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang mengatakan bahwa ketika Allah menciptakan bumi, maka bumi berguncang dan berkata, "Engkau akan menciptakan Adam dan keturunannya di atas permukaanku; mereka akan melemparkan kepadaku kekotorannya dan menyegerakan aku dalam melakukan perbuatan-perbuatan dosa." Maka Allah memantapkannya dengan gunung-gunung; maka di antaranya ada yang dapat kamu lihat, dan di antaranya lagi ada gunung-gunung yang tidak dapat kamu lihat. Dan permulaan tenangnya bumi adalah seperti daging unta yang telah disembelih, maka dagingnya kelihatan bergetar, kemudian diam. Tetapi asar ini garib sekali.
مَتَٰعًۭا لَّكُمْ وَلِأَنْعَٰمِكُمْ 33
(33) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
(33)
Firman Allah Swt.:
مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ
(semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian. (An-Nazi'at: 33)
Yaitu penghamparan bumi, mata air-mata airnya yang dikeluarkan, semua sumber dayanya dikeluarkan darinya, sungai-sungainya dialirkan, tanam-tanaman, dan pepohonannya ditumbuhkan dan dikukuhkan dengan gunung-gunung agar bumi menjadi teguh dan tetap, tidak mengguncangkan makhluk yang ada di atasnya; semuanya itu sebagai kesenangan bagi manusia dan semua keperluan mereka dari hewan ternak yang mereka makan dagingnya dan mereka jadikan sebagai kendaraan selama diperlukan oleh mereka di dunia ini, sampai masa yang tertentu.
فَإِذَا جَآءَتِ ٱلطَّآمَّةُ ٱلْكُبْرَىٰ 34
(34) Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.
(34)
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah kejadiannya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
Firman Allah Swt.:
فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى
Maka apabila malapetaka yang sangat besar telah datang. (An-Nazi'at: 34)
Yang dimaksud dengannya adalah hari kiamat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari kiamat disebut demikian karena pada hari itu banyak terjadi semua peristiwa yang dahsyat lagi sangat mengerikan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَالسَّاعَةُ أَدْهى وَأَمَرُّ
dan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46)
يَوْمَ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَٰنُ مَا سَعَىٰ 35
(35) Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
(35)
Adapun firman Allah Swt.:
يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. (An-Nazi'at: 35)
Yakni pada hari itu manusia teringat semua kebaikan dan keburukan yang telah dikerjakannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى
dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23)
وَبُرِّزَتِ ٱلْجَحِيمُ لِمَن يَرَىٰ 36
(36) dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
(36)
Firman Allah Swt.:
وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. (An-Nazi'at: 36)
Yaitu neraka ditampakkan, sehingga semua manusia dapat melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.
فَأَمَّا مَن طَغَىٰ 37
(37) Adapun orang yang melampaui batas,
(37)
فَأَمَّا مَنْ طَغَى
Adapun orang yang melampaui batas (An-Nazi'at: 37)
Maksudnya, membangkang dan berlaku sewenang-wenang.
وَءَاثَرَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا 38
(38) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
(38)
وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (An-Nazi'at: 38)
Yakni lebih memprioritaskannya daripada urusan agama dan bekal di akhiratnya.
فَإِنَّ ٱلْجَحِيمَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ 39
(39) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
(39)
فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 39)
Maka tempat kembalinya adalah neraka Jahim, dan makanannya adalah buah zaqqum, sedangkan minumannya adalah air yang mendidih lagi sangat panas.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ 40
(40) Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
(40)
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (An-Nazi'at: 40)
Yaitu takut akan hari ia dihadapkan kepada Allah Swt. dan takut akan keputusan Allah terhadap dirinya di hari itu, lalu ia menahan hawa nafsunya dan tidak memperturutkannya serta menundukkannya untuk taat kepada Tuhannya.
فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ 41
(41) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
(41)
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 41)
Yakni sebagai tempat berpulangnya; surga yang luaslah tempat kembalinya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا 42
(42) (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?
(42)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? (An-Nazi'at: 42)
Artinya, pengetahuan tentang waktunya bukan dikembalikan kepadamu dan bukan pula kepada seseorang makhluk, melainkan pengetahuan mengenainya hanyalah ada di tangan Allah Swt. Dialah Yang mengetahui waktunya dengan tepat.
ثَقُلَتْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْئَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْها قُلْ إِنَّما عِلْمُها عِنْدَ اللَّهِ
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)
فِيمَ أَنتَ مِن ذِكْرَىٰهَآ 43
(43) Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)?
(43)
فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا
Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya). (An-Nazi'at: 43)
Artinya, pengetahuan tentang waktunya bukan dikembalikan kepadamu dan bukan pula kepada seseorang makhluk, melainkan pengetahuan mengenainya hanyalah ada di tangan Allah Swt. Dialah Yang mengetahui waktunya dengan tepat.
ثَقُلَتْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْئَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْها قُلْ إِنَّما عِلْمُها عِنْدَ اللَّهِ
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)
إِلَىٰ رَبِّكَ مُنتَهَىٰهَآ 44
(44) Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).
(44)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 44)
Karena itulah ketika Jibril a.s. bertanya kepada Rasulullah Saw., maka beliau Saw. menjawabnya dengan perkataan:
"مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ".
Tidaklah orang yang ditanya mengenai waktu kedatangannya lebih mengetahui daripada orang yang menanyakannya.
إِنَّمَآ أَنتَ مُنذِرُ مَن يَخْشَىٰهَا 45
(45) Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit)
(45)
Firman Allah Saw.:
إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). (An-Nazi'at: 45)
Yakni sesungguhnya Aku mengutusmu Muhammad hanyalah agar engkau memberi peringatan kepada manusia dan memperingatkan mereka akan pembalasan dan azab Allah. Maka barang siapa yang takut kepada Allah dan takut akan kedudukan Allah dan ancaman-Nya, niscaya ia mengikutimu dan beruntunglah dia serta beroleh kemenanganlah dia. Dan kerugian serta kekecewaan pasti akan menimpa orang-orang yang menentang dan mendustakanmu.
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَىٰهَا 46
(46) Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
(46)
Firman Allah Swt.:
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)
Yaitu apabila mereka dibangkitkan dari kuburnya masing-masing, lalu digiring ke padang mahsyar, maka saat itulah mereka merasa amat pendek dan singkatnya masa tinggal mereka di dunia, sehingga seakan-akan menurut mereka hanya tinggal selama suatu pagi atau suatu sore hari saja.
Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Bahwa yang dimaksud dengan sore hari ialah jarak waktu mulai dari lohor sampai dengan terbenamnya matahari. Sedangkan yang dimaksud dengan pagi hari ialah jarak waktu antara terbitnya matahari sampai dengan pertengahan siang hari.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ini menggambarkan tentang masa tinggal di dunia menurut pandangan manusia ketika mereka menyaksikan dengan nyata alam akhirat.