3 - آل عمران - Aal-i-Imraan

Juz : 3

The Family of Imraan
Medinan

وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًۭا يَلْوُۥنَ أَلْسِنَتَهُم بِٱلْكِتَٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ 78

(78) Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.

(78) 

Allah Swt. memberitakan perihal sepak terjang orang-orang Yahudi —semoga laknat Allah menimpa mereka— bahwa segolongan dari mereka ada yang mengubah-ubah banyak kalimat dari tempatnya masing-masing dan mengganti Kalamullah serta menyelewengkannya dari makna yang dimaksud. Tujuan mereka adalah untuk mengelabui orang-orang bodoh hingga orang-orang yang tidak mengerti menduga bahwa itu adalah isi Kitabullah, lalu menisbatkannya kepada Allah, padahal hal itu dusta terhadap Allah. Mereka melakukan demikian dengan penuh kesadaran bahwa mereka telah berdusta serta semua yang ia bacakan itu hanyalah buat-buatan mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui. (Ali Imran:78)

Mujahid, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab. (Ali Imran:78), Menurut mereka, yang dimaksud dengan memutar-mutar lidahnya ialah mengubah-ubah isi Al-Kitab.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mengubah-ubah Al-Kitab dan menghapusnya (lalu menggantinya dengan yang lain), padahal tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang berani menghapus suatu lafaz dari Kitabullah. Dengan demikian, berarti makna yang dimaksud ialah mereka menyelewengkan artinya dan menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan, sesungguhnya kitab Taurat dan Injil utuh seperti ketika diturunkan oleh Allah; tiada suatu huruf pun yang diubah, tetapi mereka menyesatkan dengan menyelewengkan makna dan takwilnya. Tetapi ada kitab-kitab yang mereka tulis hasil karangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ

Dan mereka mengatakan bahwa ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. (Ali Imran:78)

Adapun kitab-kitab Allah, sesungguhnya semua dalam keadaan terpelihara, tidak ada yang diubah. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim.

Jika Wahb bermaksud apa yang ada di tangan mereka dari Kitabullah, maka tidak diragukan lagi sudah kemasukan penggantian, perubahan, penambahan, dan pengurangan. Adapun mengenai penerjemahan kitab aslinya ke dalam bahasa Arab, mengandung kekeliruan yang besar, di dalamnya banyak tambahan dan pengurangan serta pemahaman yang menyimpang. Hal ini termasuk ke dalam Bab Tafsir Bahasa Ibrani yang Diarabkan. Kebanyakan dari mereka —bahkan semuanya— mempunyai pemahaman yang rusak (tidak benar). Tetapi jika yang dimaksud oleh Wahb adalah kitab-kitab Allah yang asli dari sisi-Nya, memang seperti apa yang dikatakannya, yaitu dalam keadaan utuh terpelihara dan tiada sesuatu pun yang mencampurinya.


مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًۭا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ 79

(79) Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

(79) 

عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو رَافِعٍ القُرَظِي، حِينَ اجْتَمَعَتِ الْأَحْبَارُ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَاهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ: أَتُرِيدُ يَا مُحَمَّدُ أَنْ نعبدكَ كَمَا تَعْبُدُ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ؟ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ نَصْرَانِيٌّ يقال له الرئيس: أوَ ذاك تُرِيدُ مِنَّا يَا مُحَمَّدُ، وَإِلَيْهِ تَدْعُونَنَا؟ أَوْ كَمَا قَالَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَعَاذَ اللهِ أنْ نَعْبُدَ غَيْرَ اللهِ، أَوْ أنْ نَأْمُرَ بِعِبَادَةِ غَيْرِه، مَا بِذَلِكَ بَعَثَنِي، وَلَا بِذَلِكَ أَمَرَنِي. أَوْ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِمَا: مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ [الْآيَةَ] إِلَى قَوْلِهِ: بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Rail' Al-Qurazi di saat para pendeta Yahudi dan orang-orang Nasrani Najran berkumpul di hadapan Nabi Saw., lalu Nabi Saw. mengajak mereka masuk Islam. Maka ia (Abu Rafi' Al-Qurazi) berkata, Hai Muhammad, apakah engkau menghendaki agar kami menyembahmu, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa ibnu Maryam? Sedangkan seorang lelaki dari kalangan Nasrani Najran yang dikenal dengan nama Ar-Rais mengatakan, Apakah memang seperti itu yang engkau kehendaki dari kami, hai Muhammad, dan yang kamu serukan kepada kami? Atau perkataan seperti itu pengertiannya. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Kami berlindung kepada Allah agar kami tidak menyembah kepada selain Allah, dan (kami berlindung kepada Allah) agar kami tidak memerintahkan penyembahan kepada selain Allah. Bukan itu yang Allah utuskan kepadaku, dan bukan itu pula yang diperintahkan-Nya kepadaku. Atau dengan kalimat yang semakna dengan pengertian di atas. Maka Allah menurunkan berkenaan dengan ucapan kedua orang tersebut ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian. (Ali Imran:79) sampai dengan firman-Nya: di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam. (Ali Imran:8).

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

مَا كانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِباداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah.” (Ali Imran:79)

Maksudnya, tidak layak bagi seorang manusia yang diberi Al-Kitab, hikmah dan kenabian, berkata kepada manusia, Sembahlah aku ber-sama Allah.

Apabila hal ini tidak layak bagi seorang nabi dan tidak pula bagi seorang rasul, terlebih lagi bagi seorang manusia selain dari kalangan para nabi dan para rasul. Karena itulah Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tidak layak bagi seorang mukmin memerintahkan kepada manusia untuk menyembah dirinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa dikatakan demikian karena umat terdahulu (yakni Ahli Kitab), sebagian dari mereka menyembah sebagian yang lain; mereka menyembah rahib-rahib dan pendeta-pendetanya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

اتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ وَرُهْبانَهُمْ أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (At-Taubah:31), hingga akhir ayat.

Di dalam kitab Musnad —dan Imam Turmuzi seperti yang akan disebutkan kemudian— disebutkan bahwa Addi ibnu Hatim pernah berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَبَدُوهُمْ. قَالَ «بَلَى إِنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ وَحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ»

Wahai Rasulullah, mereka sama sekali tidak menyembahnya (para rahib dan orang-orang alim mereka). Nabi Saw. menyangkal, Tidak demikian, sesungguhnya mereka (para rahib dan orang-orang alim mereka) menghalalkan yang haram dan mengharamkan atas mereka yang halal, lalu mereka (para pengikutnya) mengikutinya. Yang demikian itulah cara penyembahan mereka kepada orang-orang alim dan para rahib mereka.

Orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan para rahib dan para pendeta serta pemimpin-pemimpin kesesatanlah yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicela dan dicemoohkan oleh ayat ini. Lain halnya dengan para rasul dan para pengikut mereka dari kalangan ulama yang amilin (mengamalkan ilmunya). Maka sesungguhnya yang mereka perintahkan hanyalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Swt., lalu disampaikan oleh para rasul kepada mereka. Sesungguhnya yang mereka larang hanyalah apa-apa yang dilarang oleh Allah Swt., kemudian disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul Allah yang mulia. Semua rasul merupakan delegasi yang menghubungkan antara Allah dan makhluk-Nya untuk menyampaikan risalah dan amanat yang diembankan kepada mereka oleh Allah Swt., lalu mereka menunaikan tugas ini dengan sempurna, menasihati makhluk Allah, dan menyampaikan kebenaran kepada makhluk-Nya.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَلكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِما كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتابَ وَبِما كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

Akan tetapi (dia berkata), Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian telah mempelajarinya. (Ali Imran:79)

Yakni tetapi rasul itu mengatakan kepada manusia, Jadilah kalian orang-orang Rabbani. Arti Rabbani, menurut Ibnu Abbas, Abu Razin serta ulama lainnya yang bukan hanya seorang disebut orang-orang yang bijaksana, orang-orang alim lagi orang-orang penyantun. Sedangkan menurut Al-Hasan dan lain-lainnya disebut orang-orang ahli fiqih. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, Atiyyah Al-Aufi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.

Disebutkan pula dari Al-Hasan, bahwa yang dimaksud dengan Rabbani ialah ahli ibadah dan ahli takwa.

Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya. (Ali Imran:79) Bahwa makna yang dimaksud ialah sudah merupakan suatu keharusan bagi orang yang memahami Al-Qur'an menjadi orang yang ahli fiqih.

Tu'allimuna di sini menurutnya dibaca ta'lamuna, yang artinya memahami maknanya. Menurut qiraat lain dibaca tu'allimuna yang artinya mempelajarinya, sedangkan makna tadrusuna ialah hafal lafaz-lafaznya.

*******************

Kemudian Allah Swt. berfirman:

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا

dan tidak wajar pula baginya menyuruh kalian menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. (Ali Imran:8)

Maksudnya, dan tidak layak baginya memerintahkan kalian menyembah seseorang selain Allah, baik dia seorang rasul ataupun malaikat yang terdekat di sisi-Nya.

أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Apakah (patut) dia menyuruh kalian berbuat kekafiran di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam? (Ali Imran:8).

Yakni tidak layak baginya melakukan demikian, melainkan hanya pantas dilakukan oleh orang yang menyeru kepada penyembahan selain Allah; dan barang siapa yang menyeru orang lain menyembah selain Allah, maka sesungguhnya dia menyeru kepada kekufuran. Tetapi para nabi hanya memerintahkan orang-orang untuk beriman, yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَما أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku. (Al-Anbiya:25)

وَلَقَدْ بَعَثْنا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu. (An-Nahl:36), hingga akhir ayat.

وَسْئَلْ مَنْ أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu,Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah? (Az-Zukhruf:45)

Allah Swt. berfirman menceritakan hal malaikat:

وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلهٌ مِنْ دُونِهِ فَذلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya:29)


وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَن تَتَّخِذُوا۟ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ وَٱلنَّبِيِّۦنَ أَرْبَابًا ۗ أَيَأْمُرُكُم بِٱلْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ 80

(80) dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?".

(80) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا

dan tidak wajar pula baginya menyuruh kalian menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. (Ali Imran:8)

Maksudnya, dan tidak layak baginya memerintahkan kalian menyembah seseorang selain Allah, baik dia seorang rasul ataupun malaikat yang terdekat di sisi-Nya.

أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Apakah (patut) dia menyuruh kalian berbuat kekafiran di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam? (Ali Imran:8).

Yakni tidak layak baginya melakukan demikian, melainkan hanya pantas dilakukan oleh orang yang menyeru kepada penyembahan selain Allah; dan barang siapa yang menyeru orang lain menyembah selain Allah, maka sesungguhnya dia menyeru kepada kekufuran. Tetapi para nabi hanya memerintahkan orang-orang untuk beriman, yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَما أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku. (Al-Anbiya:25)

وَلَقَدْ بَعَثْنا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu. (An-Nahl:36), hingga akhir ayat.

وَسْئَلْ مَنْ أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu,Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah? (Az-Zukhruf:45)

Allah Swt. berfirman menceritakan hal malaikat:

وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلهٌ مِنْ دُونِهِ فَذلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya:29)


وَإِذْ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلنَّبِيِّۦنَ لَمَآ ءَاتَيْتُكُم مِّن كِتَٰبٍۢ وَحِكْمَةٍۢ ثُمَّ جَآءَكُمْ رَسُولٌۭ مُّصَدِّقٌۭ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِۦ وَلَتَنصُرُنَّهُۥ ۚ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ إِصْرِى ۖ قَالُوٓا۟ أَقْرَرْنَا ۚ قَالَ فَٱشْهَدُوا۟ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 81

(81) Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".

(81) 

Allah Swt. memberitakan bahwa Dia telah mengambil janji dari setiap nabi yang diutus-Nya sejak dari Adam a.s. hingga Isa a.s., manakala Allah memberikan kepada seseorang di antara mereka kitab dan hikmah, lalu ia menyampaikannya kepada manusia di masanya. Kemudian datanglah seorang rasul lain sesudahnya, maka ia benar-benar akan beriman kepada rasul yang baru ini dan membantunya, dan ilmu serta kenabian yang telah disandangnya tidak boleh menjadi penghalang baginya untuk mengikuti rasul yang baru dan membantunya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah. (Ali Imran:81),

Yakni betapapun Aku telah memberikan kepada kalian kitab dan hikmah.

ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي

Kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman, Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? (Ali Imran:81)

Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, dan As-Saddi, makna isri ialah perjanjian-Ku.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa isri artinya beban yang kalian pikul dari janji-Ku, yakni ikrar kalian kepada-Ku yang berat lagi dikukuhkan.

قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ. فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ

Mereka menjawab, Kami mengakui. Allah berfirman, Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian. Barang siapa yang berpaling sesudah itu. (Ali Imran:81-82)

Yaitu berpaling dari ikrar dan janji ini.

فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Ali Imran:82)

Ali ibnu Abu Talib dan anak lelaki pamannya (yaitu Ibnu Abbas), keduanya mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi melainkan mengambil sumpah terlebih dahulu terhadapnya, yang isinya mengatakan bahwa sekiranya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., sedangkan dia masih hidup, maka sungguh dia harus beriman kepadanya dan menolongnya. Allah memerintahkan kepadanya agar dia mengambil janji yang sama terhadap umatnya, yaitu Sungguh, jika Nabi Muhammad diutus, sedangkan mereka masih hidup, maka mereka harus benar-benar beriman kepadanya dan benar-benar menolongnya.

Tawus, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah mengatakan bahwa Allah mengambil perjanjian dari para nabi, hendaknya sebagian dari mereka membenarkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas, bahkan memantapkan dan mengukuhkannya. Karena itulah maka Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar dan Ibnu Tawus, dari ayahnya hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: جَاءَ عُمَرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي مررتُ بأخٍ لِي مِنْ قُرَيْظَة، فَكَتَبَ لِي جَوَامعَ مِنَ التَّوْرَاةِ، أَلَا أَعْرِضُهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ: فتغيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ثَابِتٍ: قُلْتُ لَهُ: أَلَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ عُمَرُ: رَضِينَا بِاللَّهِ رِبَّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا -قَالَ: فسُرِّيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، ثُمَّ اتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنْ الأمَمِ، وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنْ النَّبِيِّينَ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Jabir, dari Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Sabit yang mengatakan bahwa Umar datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah memerintahkan kepada seorang saudaraku yang Yahudi dari kalangan Bani Quraizah untuk menulis kumpulan kitab-kitab Taurat buatku. Bolehkah aku memaparkannya kepadamu? Maka wajah Rasulullah Saw. berubah, dan Abdullah ibnu Sabit berkata kepadanya (Umar), Apakah engkau tidak melihat perubahan roman muka Rasulullah Saw.? Umar berkata, Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai rasul. Maka Rasulullah Saw. tenang kembali dan bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya pagi hari ini Musa berada di antara kalian, kemudian kalian mengikutinya seraya meninggalkan diriku, niscaya kalian sesat. Sesungguhnya kalian adalah bagianku dari kalangan umat-umat, dan aku adalah bagian kalian dari para nabi.

Hadis lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la.

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ مُجالد، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا، وَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ وَإِمَّا أنْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ، وَإِنَّه -واللهِ-لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ إِلا أَنْ يَتَّبِعَنِي

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kamu bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu, sesungguhnya mereka tidak akan memberikan petunjuk kepada kamu, mereka itu telah sesat. Maka kamu akan membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Demi Allah, kalau saja Musa masih hidup di antara kamu, maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku.

Nabi Muhammad, penutup para Nabi Shalawat dan Salam atasnya hingga hari kiamat.


فَمَن تَوَلَّىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ 82

(82) Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

(82) 

قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ. فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ

Mereka menjawab, Kami mengakui. Allah berfirman, Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian. Barang siapa yang berpaling sesudah itu. (Ali Imran:81-82)

Yaitu berpaling dari ikrar dan janji ini.

فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Ali Imran:82)

Ali ibnu Abu Talib dan anak lelaki pamannya (yaitu Ibnu Abbas), keduanya mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi melainkan mengambil sumpah terlebih dahulu terhadapnya, yang isinya mengatakan bahwa sekiranya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., sedangkan dia masih hidup, maka sungguh dia harus beriman kepadanya dan menolongnya. Allah memerintahkan kepadanya agar dia mengambil janji yang sama terhadap umatnya, yaitu Sungguh, jika Nabi Muhammad diutus, sedangkan mereka masih hidup, maka mereka harus benar-benar beriman kepadanya dan benar-benar menolongnya.

Tawus, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah mengatakan bahwa Allah mengambil perjanjian dari para nabi, hendaknya sebagian dari mereka membenarkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas, bahkan memantapkan dan mengukuhkannya. Karena itulah maka Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar dan Ibnu Tawus, dari ayahnya hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: جَاءَ عُمَرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي مررتُ بأخٍ لِي مِنْ قُرَيْظَة، فَكَتَبَ لِي جَوَامعَ مِنَ التَّوْرَاةِ، أَلَا أَعْرِضُهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ: فتغيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ثَابِتٍ: قُلْتُ لَهُ: أَلَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ عُمَرُ: رَضِينَا بِاللَّهِ رِبَّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا -قَالَ: فسُرِّيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، ثُمَّ اتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنْ الأمَمِ، وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنْ النَّبِيِّينَ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Jabir, dari Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Sabit yang mengatakan bahwa Umar datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah memerintahkan kepada seorang saudaraku yang Yahudi dari kalangan Bani Quraizah untuk menulis kumpulan kitab-kitab Taurat buatku. Bolehkah aku memaparkannya kepadamu? Maka wajah Rasulullah Saw. berubah, dan Abdullah ibnu Sabit berkata kepadanya (Umar), Apakah engkau tidak melihat perubahan roman muka Rasulullah Saw.? Umar berkata, Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai rasul. Maka Rasulullah Saw. tenang kembali dan bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya pagi hari ini Musa berada di antara kalian, kemudian kalian mengikutinya seraya meninggalkan diriku, niscaya kalian sesat. Sesungguhnya kalian adalah bagianku dari kalangan umat-umat, dan aku adalah bagian kalian dari para nabi.

Hadis lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la.

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ مُجالد، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا، وَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ وَإِمَّا أنْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ، وَإِنَّه -واللهِ-لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ إِلا أَنْ يَتَّبِعَنِي

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kamu bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu, sesungguhnya mereka tidak akan memberikan petunjuk kepada kamu, mereka itu telah sesat. Maka kamu akan membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Demi Allah, kalau saja Musa masih hidup di antara kamu, maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku.

Nabi Muhammad, penutup para Nabi Shalawat dan Salam atasnya hingga hari kiamat.


أَفَغَيْرَ دِينِ ٱللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُۥٓ أَسْلَمَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًۭا وَكَرْهًۭا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ 83

(83) Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

(83) 

Allah Swt. mengingkari melalui firman-Nya terhadap orang yang menghendaki sebuah agama selain agama Allah yang diturunkan melalui kitab-kitab-Nya dengan perantara para rasul yang diutus-Nya. Agama Allah itu adalah yang memerintahkan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya; semua makhluk yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka maupun terpaksa. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. (Ar-Ra'd:15)

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّؤُا ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمائِلِ سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرُونَ وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ مِنْ دابَّةٍ وَالْمَلائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedangkan mereka berendah diri? Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melala di bumi dan (juga) para malaikat, sedangkan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (An-Nahl:48-5)

Orang yang benar-benar mukmin dengan segenap jiwa dan raganya berserah diri kepada Allah, sedangkan orang yang kafir berserah diri kepada Allah hanya karena terpaksa; karena sesungguhnya ia berada di bawah pengaruh, keperkasaan, dan kekuasaan Yang Mahaagung yang tidak dapat ditentang dan tidak pula dapat dicegah.

Di dalam sebuah hadis disebutkan pengertian lain sehubungan dengan tafsir ayat ini yang di dalamnya terkandung keanehan. Untuk itu, Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ النَّضْرِ الْعَسْكَرِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ حَفْصٍ النُّفَيْلي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِحْصَن الْعُكَّاشِيُّ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا أمَّا مَنْ فِي السَّمَاواتِ فَالْمَلائِكَةُ، وأمَّا مَنْ فِي الأرضِ فَمَنْ وُلِدَ عَلَى الإسْلامِ، وأمَّا كَرْهًا فَمَنْ أُتِي بِهِ مِنْ سَبَايا الأمَمِ فِي السَّلاسِلِ والأغْلالِ، يُقَادُونَ إلَى الْجَنَّةِ وَهُمْ كَارِهُونَ

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnun Nadr Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Hafs An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mihsan Al-Ukasyi, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa (Ali Imran:83). Adapun makhluk yang ada di langit, mereka adalah para malaikat. Dan adapun makhluk yang ada di bumi, maka mereka adalah orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam. Dan adapun orang yang berserah diri dengan terpaksa, maka mereka adalah para tawanan dari berbagai umat yang didatangkan dalam keadaan terbelenggu oleh rantai; mereka digiring masuk surga, sedangkan mereka dalam keadaan terpaksa.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

«عَجِبَ رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُقَادُونَ إِلَى الْجَنَّةِ فِي السَّلَاسِلِ»

Tuhanmu merasa kagum terhadap suatu kaum yang digiring ke surga dalam keadaan dirantai.

Dalam pembahasan berikut akan disebutkan dalil lain dan segi yang lain, tetapi makna yang pertama bagi ayat ini lebih kuat.

Waki' mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran; 83); Menurut Mujahid, makna ayat ini sama dengan yang terdapat di dalam ayat Lain, yaitu firman-Nya:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?. Tentu mereka akan menjawab, Allah. (Luqman:25)

Waki' mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran:83) Yakni hal ini terjadi di saat Allah mengambil janji (dari mereka bahwa mereka tidak akan menyembah melainkan hanya kepada Allah, yaitu di zaman azali).

وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Ali Imran:83)

Yakni pada hari kemudian, lalu Allah membalas tiap-tiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ عَلَيْنَا

Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami. (Ali Imran:84)

Yang dimaksud adalah Al-Qur'an.

وَمَا أُنزلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ

dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya'qub. (Ali Imran:84)

Yakni semua suhuf (lembaran-lembaran kitab) dan wahyu yang diturunkan kepada mereka.

وَالأسْبَاطِ

dan anak-anaknya. (Ali Imran:84)

Mereka adalah kabilah-kabilah dari kalangan Bani Israil yang bercabang dari anak-anak Israil (yakni Nabi Ya'qub) yang jumlahnya ada dua belas orang.

وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى

dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa. (Ali Imran:84)

Yang dimaksud ialah kitab Taurat dan kitab Injil.

وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ

dan para nabi dari Tuhan mereka. (Ali Imran:84)

Hal ini mencakup pengertiannya kepada semua nabi secara umum.

لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ

Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka. (Ali Imran:84)

Bahkan kami beriman kepada semuanya.

وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri. (Ali Imran:84)

Orang-orang mukmin dari kalangan umat ini beriman kepada semua nabi yang diutus dan beriman kepada semua kitab yang diturunkan. Mereka sama sekali tidak ingkar kepada sesuatu pun dari hal tersebut, bahkan mereka membenarkan bahwa semuanya itu diturunkan dari sisi Allah dan membenarkan semua nabi yang diutus oleh Allah.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran:85)

Yakni barang siapa yang menempuh suatu jalan selain jalan yang telah disyariatkan oleh Allah, maka jalan itu tidak akan diterima darinya.

وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran:85),

Perihalnya sama dengan apa yang telah dikatakan oleh Nabi Saw. dalam sebuah hadis sahih, yaitu:

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»

Barang siapa yang melakukan suatu amal, sedangkan amal itu bukan termasuk urusan kami, maka amal itu ditolak.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ، إِذْ ذَاكَ وَنَحْنُ بِالْمَدِينَةِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَجِيءُ الأعْمَالُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتَجِيءُ الصَّلاةُ فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَا الصَّلاةُ. فَيَقُولُ: إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ. فَتَجِيءُ الصَّدَقَةُ فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَا الصَّدَقَةُ. فَيَقُولُ: إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ. ثُمَّ يَجِيءُ الصِّيَامُ فَيَقُولُ: أَيْ يَا رَبِّ، أَنَا الصِّيَامُ. فَيَقُولُ: إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ. ثُمَّ تَجِيءُ الأعْمَالُ، كُل ذَلِكَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ، ثُمَّ يَجِيءُ الإسْلامُ فَيَقُولُ: يَا رَب، أَنْتَ السَّلامُ وَأَنَا الإسْلامُ. فَيَقُولُ اللَّهُ [تَعَالَى] : إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ، بِكَ الْيَوْمَ آخُذُ وَبِكَ أُعْطِي، قَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنْ الْخَاسِرِينَ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah yang saat itu kami berada di Madinah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat amal perbuatan datang. Maka datanglah salat, lalu berkata, Wahai Tuhanku, akulah salat. Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dalam kebaikan. Sedekah datang, lalu berkata, Wahai Tuhanku, akulah sedekah. Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik. Kemudian datanglah puasa, lalu berkata, Wahai Tuhanku, akulah puasa. Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik. Kemudian datanglah amal-amal yang lain, semuanya dijawab oleh Allah Swt., Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik. Lalu datanglah Islam dan berkata, Wahai Tuhanku, Engkau adalah sumber keselamatan, dan akulah Islam. Maka Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik; atas dasar kamulah Aku mengambil, dan atas dasar kamulah Aku memberi. Lalu Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran:85)

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Abu Abdur Rahman (yaitu Abdullah ibnu Imam Ahmad) mengatakan bahwa Abbad ibnu Rasyid adalah orang yang siqah, tetapi Al-Hasan belurn pernah mendengar dari Abu Hurairah.