13 - الرعد - Ar-Ra'd
The Thunder
Medinan
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
الٓمٓر ۚ تِلْكَ ءَايَٰتُ ٱلْكِتَٰبِ ۗ وَٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ٱلْحَقُّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ 1
(1) Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).
(1)
Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah dikemukakan pada tafsir permulaan surat Al-Baqarah.
Telah disebutkan pula bahwa setiap surat yang dimulai dengan huruf-huruf ini mengandung pengertian kemenangan bagi Al-Qur'an dan penjelasan yang mengisyaratkan bahwa penurunan Al-Qur'an dari sisi Allah adalah benar, tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya. Karena itulah disebutkan:
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ
Ini adalah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur'an). (Ar-Ra'd: l)
Artinya, ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut pendapat lain adalah Taurat dan Injil, menurut Mujahid dan Qatadah. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, bahkan pengertian itu jauh dari kebenaran. Kemudian pada firman selanjutnya disebutkan sifat Al-Qur'an lainnya, yaitu:
وَالَّذِي أُنزلَ إِلَيْكَ
Dan Kitab yang diturunkan kepadamu. (Ar-Ra'd: 1)
hai Muhammad,
مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ
dari Tuhanmu itu adalah benar. (Ar-Ra'd: 1)
Ayat ini merupakan khabar dari Mubtada yang ada sebelumnya, yaitu firman Allah Swt.:
وَالَّذِي أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Ar-Ra'd: 1)
Inilah tafsir yang benar yang bertentangan dengan tafsir yang dikemukakan oleh Qatadah dan Mujahid.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa huruf wawu yang ada dalam ayat ini adalah zaidah (tambahan) atau ataf sifat kepada sifat, seperti yang telah kami sebutkan di atas. Ibnu Jarir memperkuat pendapatnya dengan dalil ucapan seorang penyair yang mengatakan:
إِلَى المَلك القَرْمِ وَابْنِ الهُمَام ... وَلَيث الْكَتِيبَةِ فِي المُزْدَحَمْ
Kepada Raja Al-Qarm, putera Al-Hammam, si singa dalam medan pertempuran.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (Ar-Ra'd: 1)
Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya dalam ayat berikut:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 13)
Dengan kata lain, sekalipun duduk perkara agama ini telah jelas dan gamblang, tetapi kebanyakan dari mereka tidaklah beriman karena perpecahan, keingkaran, dan kemunafikan yang ada di antara mereka.
ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍۢ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّۭ يَجْرِى لِأَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ 2
(2) Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.
(2)
Allah Swt. menceritakan tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, bahwa dengan seizin dan perintah-Nya langit ditinggikan tanpa pilar penyangga. Bahkan dengan seizin dan perintah-Nya serta penundukan dari-Nya, langit ditinggikan dari bumi dalam jarak yang tingginya tak terperikan dan tak terjangkau oleh ukuran. Langit pertama mengelilingi bumi dan sekitarnya —termasuk air dan udara— dari semua arah dan kawasannya serta berada jauh tinggi dari semuanya dengan ketinggian yang merata dari semua sisinya. Jarak antara langit pertama dan bumi dari setiap arah adalah perjalanan lima ratus tahun, sedangkan ketebalan langit pertama juga sejauh perjalanan lima ratus tahun. Kemudian langit kedua mengelilingi langit pertama beserta semua isinya, dan jarak antara langit pertama ke langit kedua adalah lima ratus tahun perjalanan, sedangkan ketebalan langit kedua adalah perjalanan lima ratus tahun. Demikian pula seterusnya pada langit yang ketiga, langit keempat, langit kelima, langit keenam, dan langit ketujuh. Allah Swt. telah berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"مَا السماواتُ السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلاة، وَالْكُرْسِيِّ فِي الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي تِلْكَ الْفَلَاةِ
Tiadalah ketujuh langit beserta apa yang ada di dalamnya dan semua yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan Al-Kursi kecuali seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir. Dan (tiadalah) Al-Kursi bila dibandingkan dengan 'Arasy yang agung, melainkan seperti gelang itu yang berada di padang pasir.
Di dalam riwayat yang lain disebutkan:
"وَالْعَرْشُ لَا يُقَدِّرُ قَدْرَهُ إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ
Arasy tidak dapat diperkirakan luasnya kecuali hanya oleh Allah Swt.
Disebutkan dari sebagian ulama Salaf bahwa jarak antara 'Arasy sampai ke bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun, dan jarak di antara kedua sisinya adalah perjalanan lima puluh ribu tahun. 'Arasy berupa yaqut merah.
*******************
Firman Allah Swt.:
بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd: 2)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa langit itu mempunyai pilar penyangga, tetapi kalian tidak dapat melihatnya.
Lain pula halnya dengan Iyas ibnu Mu'awiyah, ia mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah, yakni tanpa tiang penyangga.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah melalui riwayat yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih sesuai dengan konteks ayat dan makna lahiriah dari firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ
Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya (Al-Hajj: 65)
Dengan demikian, berarti firman Allah Swt. yang menyebutkan: (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd: 2) mengukuhkan ketiadaan hal tersebut, yakni langit ditinggikan tanpa memakai tiang penyangga seperti yang kalian lihat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Yang Mahasempurna.
Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt yang syairnya beriman tetapi kalbunya kafir, seperti yang disebutkan di dalam hadis, lalu diriwayatkan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail r.a., yaitu:
وأنتَ الَّذِي مِنْ فَضْل مَنٍّ وَرَحْمَة ... بَعَثتَ إلى مُوسَى رَسُولا مُنَاديا ...
فقلت له: فاذهَبْ وهارونَ فادعُوَا ... إِلَى اللَّهِ فرْعَونَ الَّذِي كانَ طَاغيا ...
وَقُولا لَهُ: هَلْ أنتَ سَوّيت هَذه ... بِلَا [وتَد حَتَّى اطْمَأَنَّتْ كَمَا هِيَا
وقُولا له: أأنتَ رَفَّعتَ هَذه ... بلا] عَمَد أرْفِقْ إذَا بَِك بانيَا؟ ...
وَقُولا لَه: هَل أنتَ سَوَّيت وَسْطَهَا ... مُنيرًا إِذَا مَا جَنَّك الليَّل هاديا
وقُولا لَهُ: مَنْ يُرْسِلُ الشَّمس غُدوةً ... فيُصبحَ مَا مَسَّتْ مِنَ الأرضِ ضَاحيا? ...
وَقُولا لَهُ: مَن يُنْبِت الحَبَّ فِي الثَّرَى ... فيُصبحَ مِنْه العُشب يَهَْتُّز رَابيا? ...
وَيُخِرجُ منْه حَبَّه فِي رُءُوسِهِ ... فَفِي ذَاكَ آياتٌ لِمنْ كَانَ وَاعيَا
Engkaulah Yang telah melimpahkan anugerah dan rahmat kepada Musa, Engkau utus dia sebagai rasul menyeru (manusia menyembah-Mu).
Engkau katakan kepadanya, "Pergilah kamu bersama Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas.
Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang telah menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhamparkan seperti sekarang?'
Dan katakan olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu yang telah meninggikan langit ini tanpa tiang, atau apakah kamu yang membangun di atasnya?'
Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menyempurnakan penciptaan tengah-tengah langit yang dapat memberikan petunjuk kepadamu dengan sinar bintang-bintangnya di saat malam hari menyelimutimu?'
Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang mengirimkan matahari di siang hari, lalu permukaan bumi yang terkena sinarnya menjadi jelas kelihatan?'
Dan katakan olehmu berdua, 'Siapakah yang menumbuhkan biji-bijian di bumi, lalu tumbuhlah darinya tumbuh-tumbuhan yang subur dan semarak, dan pada ujung tumbuh-tumbuhan itu keluar biji-bijian?'
Maka pada kesemuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berpikir.”
*******************
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Ar-Ra'd: 2)
Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf, bahwa penyebutan sifat ini bagi Allah disertai dengan pengertian tanpa menggambarkan dan tanpa menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun, Mahasuci Allah dari segala misal dan perumpamaan, lagi Mahatinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. (Ar-Ra'd: 2)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah matahari dan bulan terus beredar sampai batas waktu penghentiannya, yaitu dengan terjadinya hari kiamat. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. (Yasin: 38)
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah matahari dan bulan berjalan sampai ke tempat menetapnya, yaitu di bawah 'Arasy yang bersebelahan dengan perut bumi dari sisi lainnya. Matahari dan semua bintang-bintang langit apabila telah sampai di tempat itu, maka letaknya sangat berjauhan dengan 'Arasy. Karena sesungguhnya menurut pendapat yang benar berdasarkan dalil-dalil yang ada, bentuk 'Arasy seperti kubah yang menutupi semesta alam, bukan mengelilinginya seperti semua bintang, mengingat 'Arasy mempunyai kaki-kaki dan ada para malaikat penyangga 'Arasy yang menyangganya. Dan hal seperti ini tidak tergambarkan pada suatu bentuk yang bundar. Hal ini jelas bagi orang yang memikirkan ayat-ayat dan hadis-hadis sahih yang menerangkan tentangnya.
Penyebutan matahari dan bulan dikarenakan keduanya adalah dua bintang yang paling menonjol di antara tujuh bintang yang beredar lainnya, sedangkan bintang-bintang yang beredar lebih utama daripada bintang yang tetap (tidak beredar). Apabila Allah telah menundukkan keduanya, maka terlebih lagi semua bintang lainnya, lebih utama, seperti yang diisyaratkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fushshilat: 37)
Hal ini telah dijelaskan pula dalam ayat lainnya, yaitu:
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)
Mengenai firman Allah Swt.:
يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian. (Ar-Ra'd: 2)
Artinya, menjelaskan tanda-tanda dan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Dialah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa Dia dapat menghidupkan kembali makhluk, bila Dia menghendakinya, seperti Dia memulai penciptaannya.
وَهُوَ ٱلَّذِى مَدَّ ٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنْهَٰرًۭا ۖ وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ ٱثْنَيْنِ ۖ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ 3
(3) Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(3)
Setelah menyebutkan tentang alam langit, maka Allah menyebutkan kekuasaan, kebijaksanaan, dan hukum-hukumnya di alam bagian bawah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi. (Ar-Ra'd: 3)
Yaitu menjadikannya luas membentang secara memanjang dan melebar, lalu Allah memancangkan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi-tinggi untuk memantapkannya, serta mengalirkan padanya sungai-sungai, mata air-mata air, dan sungai-sungai kecil untuk mengairi segala sesuatu yang Dia ciptakan padanya, yaitu buah-buahan yang beraneka ragam warna, bentuk, rasa, dan baunya. berpasang-pasangan. (Ar-Ra'd: 3) Artinya, dari tiap jenis ada dua macam yang berpasangan.
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ
Allah menutupkan malam kepada siang. (Ar-Ra'd: 3)
Dia menjadikan masing-masing dari keduanya menyusul yang lainnya dengan cepat. Dengan kata lain, apabila yang satunya pergi, maka yang lainnya datang; dan apabila yang lainnya pergi, maka yang satunya datang. Allah pulalah yang mengatur waktu, sebagaimana Dia mengatur tempat dan penduduknya.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Ra'd: 3)
Yakni memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, kebijaksanaan, dan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ
Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan. (Ar-Ra'd: 4)
Yaitu kawasan-kawasan yang satu sama lainnya berdampingan, tetapi yang satunya berpembawaan subur, dapat menumbuhkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia; sedangkan yang lainnya tandus, tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun.
Demikianlah menurut riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Dan termasuk ke dalam pengertian ayat ini perbedaan warna tanah masing-masing kawasan, ada yang berwarna merah, ada yang putih, ada yang kuning, ada yang hitam, ada yang berbatu, ada yang mudah ditanami, ada yang berpasir, ada yang keras, dan ada yang gembur; masing-masing berdampingan dengan yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki sifat dan spesifikasi yang berbeda-beda. Semuanya itu menunjukkan keberadaan Tuhan yang menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya.-Tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah Swt.:
وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ
dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman, dan pohon kurma. (Ar-Ra'd: 4)
Lafaz zar'un dan nakhilun dapat dibaca rafa' dengan ketentuan bahwa keduanya di-'ataf-kan kepada lafaz fannatun. dan bila dibaca zar'in dan nakhilin, berarti di-'ataf-kan kepada lafaz a'nabin. Karena itulah ada dua golongan para imam yang masing-masing membacanya dengan bacaan tersebut.
Firman Allah Swt.:
صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ
yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Ar-Ra'd: 4)
As-sinwan artinya pohon yang bercabang, seperti delima, pohon tin, dan sebagian pohon kurma serta lain-lainnya. Sedangkan gairu sinwan artinya yang tidak bercabang, melainkan hanya satu pokok saja. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan bahwa paman seseorang sama kedudukannya dengan ayahnya; seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Umar:
"أَمَّا شَعَرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صِنْوُ أَبِيهِ؟ "
Tidakkah engkau ketahui bahwa paman seseorang itu setara dengan ayahnya.
Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang mengatakan bahwa As-sinwan artinya beberapa pohon kurma yang tumbuh dari satu batang pohon. Dan gairu sinwan artinya yang terpisah-pisah (yakni berbeda batangnya). Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ
disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4)
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4) Lalu Nabi Saw. bersabda bahwa ada yang pahit, ada yang hambar, ada yang manis, dan ada yang asam.
Hadis riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Dengan kata lain, perbedaan pada buah-buahan dan tanam-tanaman ini adalah dalam hal bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, dan bunga-bunganya. Sebagian di antaranya ada yang berasa manis sekali, yang lainnya ada yang sangat kecut, ada yang sangat pahit, ada yang berasa hambar, dan yang lainnya lagi ada yang berasa segar. Ada pula yang pada mulanya berasa kecut, kemudian berubah berasa lain (manis) dengan seizin Allah. Warna masing-masing ada yang kuning, ada yang merah, ada yang putih, ada yang hitam dan ada yang biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya, padahal semuanya menyandarkan kehidupannya dari satu sumber, yaitu air; tetapi kejadiannya berbeda-beda dengan perbedaan yang cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuanya itu terkandung tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikirannya. Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan akan Penciptanya, yang dengan kekuasaan-Nya dijadikan berbeda segala sesuatunya, Dia menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Ar-Ra'd: 4)
وَفِى ٱلْأَرْضِ قِطَعٌۭ مُّتَجَٰوِرَٰتٌۭ وَجَنَّٰتٌۭ مِّنْ أَعْنَٰبٍۢ وَزَرْعٌۭ وَنَخِيلٌۭ صِنْوَانٌۭ وَغَيْرُ صِنْوَانٍۢ يُسْقَىٰ بِمَآءٍۢ وَٰحِدٍۢ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍۢ فِى ٱلْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَعْقِلُونَ 4
(4) Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
(4)
Firman Allah Swt.:
وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ
Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan. (Ar-Ra'd: 4)
Yaitu kawasan-kawasan yang satu sama lainnya berdampingan, tetapi yang satunya berpembawaan subur, dapat menumbuhkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia; sedangkan yang lainnya tandus, tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun.
Demikianlah menurut riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Dan termasuk ke dalam pengertian ayat ini perbedaan warna tanah masing-masing kawasan, ada yang berwarna merah, ada yang putih, ada yang kuning, ada yang hitam, ada yang berbatu, ada yang mudah ditanami, ada yang berpasir, ada yang keras, dan ada yang gembur; masing-masing berdampingan dengan yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki sifat dan spesifikasi yang berbeda-beda. Semuanya itu menunjukkan keberadaan Tuhan yang menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya.-Tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah Swt.:
وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ
dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman, dan pohon kurma. (Ar-Ra'd: 4)
Lafaz zar'un dan nakhilun dapat dibaca rafa' dengan ketentuan bahwa keduanya di-'ataf-kan kepada lafaz fannatun. dan bila dibaca zar'in dan nakhilin, berarti di-'ataf-kan kepada lafaz a'nabin. Karena itulah ada dua golongan para imam yang masing-masing membacanya dengan bacaan tersebut.
Firman Allah Swt.:
صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ
yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Ar-Ra'd: 4)
As-sinwan artinya pohon yang bercabang, seperti delima, pohon tin, dan sebagian pohon kurma serta lain-lainnya. Sedangkan gairu sinwan artinya yang tidak bercabang, melainkan hanya satu pokok saja. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan bahwa paman seseorang sama kedudukannya dengan ayahnya; seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Umar:
"أَمَّا شَعَرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صِنْوُ أَبِيهِ؟ "
Tidakkah engkau ketahui bahwa paman seseorang itu setara dengan ayahnya.
Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang mengatakan bahwa As-sinwan artinya beberapa pohon kurma yang tumbuh dari satu batang pohon. Dan gairu sinwan artinya yang terpisah-pisah (yakni berbeda batangnya). Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ
disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4)
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4) Lalu Nabi Saw. bersabda bahwa ada yang pahit, ada yang hambar, ada yang manis, dan ada yang asam.
Hadis riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Dengan kata lain, perbedaan pada buah-buahan dan tanam-tanaman ini adalah dalam hal bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, dan bunga-bunganya. Sebagian di antaranya ada yang berasa manis sekali, yang lainnya ada yang sangat kecut, ada yang sangat pahit, ada yang berasa hambar, dan yang lainnya lagi ada yang berasa segar. Ada pula yang pada mulanya berasa kecut, kemudian berubah berasa lain (manis) dengan seizin Allah. Warna masing-masing ada yang kuning, ada yang merah, ada yang putih, ada yang hitam dan ada yang biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya, padahal semuanya menyandarkan kehidupannya dari satu sumber, yaitu air; tetapi kejadiannya berbeda-beda dengan perbedaan yang cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuanya itu terkandung tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikirannya. Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan akan Penciptanya, yang dengan kekuasaan-Nya dijadikan berbeda segala sesuatunya, Dia menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Ar-Ra'd: 4)
وَإِن تَعْجَبْ فَعَجَبٌۭ قَوْلُهُمْ أَءِذَا كُنَّا تُرَٰبًا أَءِنَّا لَفِى خَلْقٍۢ جَدِيدٍ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْأَغْلَٰلُ فِىٓ أَعْنَاقِهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ 5
(5) Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: "Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?" Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
(5)
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw.:
وَإِنْ تَعْجَبْ
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan. (Ar-Ra'd: 5)
Artinya, heran melihat kedustaan orang-orang musyrik terhadap hari berbangkit, padahal mereka menyaksikan tanda-tanda (kekuasaan) Allah dan bukti-bukti (kebesaran-Nya) pada makhluk-Nya, yang menunjukkan bahwa Dia Mahakuasa atas semua apa yang dikehendaki-Nya. Mereka juga telah mengakui bahwa Allah-lah yang memulai penciptaan segala sesuatu; Dialah yang mengadakannya, padahal sebelum itu tidak ada. Sesudah itu mereka berbalik mendustakan berita dari Allah yang menyatakan bahwa Dia kelak akan menghidupkan kembali semua umat dalam penciptaan yang baru, padahal mereka telah mengakui dan menyaksikan hal-hal yang lebih menakjubkan daripada apa yang mereka dustakan terhadap Allah itu. Maka hal yang lebih mengherankan adalah ucapan mereka yang mengatakan:
أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ
Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru? (Ar-Ra'd: 5)
Setiap orang yang berilmu dan berakal telah mengetahui bahwa penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, dan bahwa Tuhan yang telah memulai penciptaan makhluk-Nya, lebih mudah bagiNya untuk menghidupkannya kembali setelah semuanya mati, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lainnya melalui firman Allah Swt.:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Al-Ahqaf: 33)
Selanjutnya Allah menyebutkan nasib orang-orang yang mendustakan hal ini melalui firman-Nya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ
Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu dilehernya. (Ar-Ra'd: 5)
Yakni dengan belenggu-belenggu itu mereka diseret ke dalam neraka,
وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ar-Ra'd: 5)
Maksudnya, mereka tinggal di dalam neraka untuk selama-lamanya, tidak akan dipindahkan darinya, tidak pula dilenyapkan.