87 - الأعلى - Al-A'laa
The Most High
Meccan
بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا 16
(16) Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
(16)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, (Al-A'la: 16)
Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan kemaslahatan kehidupanmu.
وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌۭ وَأَبْقَىٰٓ 17
(17) Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
(17)
Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan kemaslahatan kehidupanmu.
وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 17)
Yakni pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan dunia. Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat, sedangkan kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal bisa lebih memilih hal yang fana atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan hal yang cepat lenyapnya serta berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal dan pahala yang kekal di akhirat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ذُوَيد، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dunia ini adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan karena untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun hartanya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Ata, dari Urfujah As-Saqafi yang telah mengatakan bahwa ia belajar mengenai firman Allah Swt. di bawah ini dari Ibnu Mas'ud. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (Al-A'la: 16) Maka Ibnu Mas'ud meninggalkan bacaannya, lalu menghadap kepada murid-muridnya dan berkata, "Kita lebih memilih dunia daripada akhirat." Kaum yang hadir terdiam, dan Ibnu Mas'ud kembali berkata, "Kita telah memilih dunia, karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya sedangkan kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih kehidupan yang segera ini dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita." Hal ini yang keluar dari Ibnu Mas'ud r.a. merupakan ungkapan tawadu' (rendah diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan tentang jenis keduanya semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ أَحَبِّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، ومَن أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ، فَآثِرُوا مَا يبقَى عَلَى مَا يَفْنَى"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai dunianya, berarti merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal di atas apa yang fana.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abu Salamah Al-Khuza'i, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz dan sanad yang semisal.
إِنَّ هَٰذَا لَفِى ٱلصُّحُفِ ٱلْأُولَىٰ 18
(18) Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
(18)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
قَالَ الحافظ أبو بكر البزار: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا مُعتمر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ كُلُّ هَذَا-أَوْ: كَانَ هَذَا-فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Maka Nabi Saw. bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى قَالَ: كُلُّهَا فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى، فَلَمَّا نَزَلَتْ:وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى[النَّجْمِ:37] قَالَ: وفَّى أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi Saw. bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi Saw. bersabda, bahwa Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِما فِي صُحُفِ مُوسى وَإِبْراهِيمَ الَّذِي وَفَّى أَلَّا تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسانِ إِلَّا مَا سَعى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى ثُمَّ يُجْزاهُ الْجَزاءَ الْأَوْفى وَأَنَّ إِلى رَبِّكَ الْمُنْتَهى
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang terdapat di dalam surat Al-A'la. Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini) ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17)
Kemudian Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
Apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari Qatadah dan Ibnu Zaid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
صُحُفِ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ 19
(19) (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa
(19)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
قَالَ الحافظ أبو بكر البزار: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا مُعتمر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ كُلُّ هَذَا-أَوْ: كَانَ هَذَا-فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Maka Nabi Saw. bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.
قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى قَالَ: كُلُّهَا فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى، فَلَمَّا نَزَلَتْ:وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى[النَّجْمِ:37] قَالَ: وفَّى أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi Saw. bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi Saw. bersabda, bahwa Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِما فِي صُحُفِ مُوسى وَإِبْراهِيمَ الَّذِي وَفَّى أَلَّا تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسانِ إِلَّا مَا سَعى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى ثُمَّ يُجْزاهُ الْجَزاءَ الْأَوْفى وَأَنَّ إِلى رَبِّكَ الْمُنْتَهى
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang terdapat di dalam surat Al-A'la. Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini) ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17)
Kemudian Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
Apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari Qatadah dan Ibnu Zaid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
88 - الغاشية - Al-Ghaashiya
The Overwhelming
Meccan
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ٱلْغَٰشِيَةِ 1
(1) Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?
(1)
Al-Ghasyiyah salah satu nama lain dari hari kiamat —menurut Ibnu Abbas, Qatadah, dan Ibnu Zaid— karena hari kiamat menutupi semua manusia dan meliputi mereka semuanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Nabi Saw. melewati seorang wanita yang sedang membaca firman-Nya: Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? (Al-Ghasyiyah: 1) Maka beliau bangkit dan mendengarkannya serta menjawab: Benar, telah datang kepadaku (beritanya).
وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍ خَٰشِعَةٌ 2
(2) Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,
(2)
Al-Ghasyiyah salah satu nama lain dari hari kiamat —menurut Ibnu Abbas, Qatadah, dan Ibnu Zaid— karena hari kiamat menutupi semua manusia dan meliputi mereka semuanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Nabi Saw. melewati seorang wanita yang sedang membaca firman-Nya: Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? (Al-Ghasyiyah: 1) Maka beliau bangkit dan mendengarkannya serta menjawab: Benar, telah datang kepadaku (beritanya).
عَامِلَةٌۭ نَّاصِبَةٌۭ 3
(3) bekerja keras lagi kepayahan,
(3)
Firman Allah Swt.:
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ
bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3)
Yakni mereka telah banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi pada akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Barqani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad Al-Muzakki, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Siraj, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far; ia pernah mendengar Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. melewati sebuah gerejayangdihuni oleh seorang rahib, maka Umar memanggilnya, "Hai rahib!" Lalu si rahib muncul; maka Umar memandangnya dan menangis. Kemudian ditanyakan kepada Umar, "Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mu’minin?" Umar menjawab, bahwa ia teringat akan firman Allah Swt. yang mengatakan: bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 3-4) Itulah yang menyebabkan aku menangis.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3) Bahwa mereka adalah orang-orang Nasrani. Telah diriwayatkan dari Ikrimah dan As-Saddi, bahwa makna yang dimaksud ialah bekerja keras di dunia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, dan kepayahan di dalam neraka karena azab dan siksaan yang membinasakan.
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: memasuki api yang sangat panas (neraka). (Al-Ghasyiyah: 4) Artinya, yang panasnya tak terperikan.
تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةًۭ 4
(4) memasuki api yang sangat panas (neraka),
(4)
Firman Allah Swt.:
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ
bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3)
Yakni mereka telah banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi pada akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Barqani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad Al-Muzakki, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Siraj, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far; ia pernah mendengar Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. melewati sebuah gerejayangdihuni oleh seorang rahib, maka Umar memanggilnya, "Hai rahib!" Lalu si rahib muncul; maka Umar memandangnya dan menangis. Kemudian ditanyakan kepada Umar, "Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mu’minin?" Umar menjawab, bahwa ia teringat akan firman Allah Swt. yang mengatakan: bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 3-4) Itulah yang menyebabkan aku menangis.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3) Bahwa mereka adalah orang-orang Nasrani. Telah diriwayatkan dari Ikrimah dan As-Saddi, bahwa makna yang dimaksud ialah bekerja keras di dunia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, dan kepayahan di dalam neraka karena azab dan siksaan yang membinasakan.
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: memasuki api yang sangat panas (neraka). (Al-Ghasyiyah: 4) Artinya, yang panasnya tak terperikan.
تُسْقَىٰ مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَةٍۢ 5
(5) diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.
(5)
تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5)
yang panasnya tak terkira dan titik didihnya melebihi puncaknya sampai tingkatan yang tak terbatas; demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi.
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍۢ 6
(6) Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
(6)
Firman Allah Swt.:
لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ
Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6)
Ali ibnu abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dari' artinya sebuah pohon dari api.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa dari" adalah nama lain dari Zaqqum (sebuah pohon yang ada di dalam neraka); tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber darinya, dari' adalah batu yang ada di dalam neraka.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Abul Jauza, dan Qatadah mengatakan bahwa dari' adalah sejenis pohon yang disebut syabraq.
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy menamakannya syabraq bila musim semi, dan bila musim panas menamainya dari', pohonnya banyak durinya.
Ikrimah mengatakan bahwa dari' adalah sebuah pohon yang banyak durinya, yang tidak tinggi, melainkan menempel di tanah.
Imam Bukhari mengatakan, Mujahid telah mengatakan bahwa dari' adalah nama tumbuhan yang dikenal dengan nama lain syabraq, orang-orang Hijaz menamainya dari' bila kering, pohon ini mengandung racun.
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6) Yakni tumbuhan syabraq yang bila kering dinamakan dari'.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6) Ini merupakan makanan yang paling buruk, paling kotor, dan paling menjijikkan.
لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِى مِن جُوعٍۢ 7
(7) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
(7)
Firman Allah Swt.:
لَا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ
yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. (Al-Ghasyiyah: 7)
Yaitu tidak dapat memenuhi tujuan dan tidak dapat pula menolak hal yang tidak diinginkan.
وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ نَّاعِمَةٌۭ 8
(8) Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
(8)
Setelah menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, lalu diiringi dengan penyebutan keadaan orang-orang yang berbahagia; untuk itu Allah Swt. berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ
Banyak muka pada hari itu. (Al-Ghasyiyah: 8)
Yakni di hari kiamat.
نَّاعِمَةٌ
berseri-seri. (Al-Ghasyiyah: 8)
Maksudnya, diketahui kehidupannya yang senang melalui wajah mereka, ian sesungguhnya hal itu diperoleh mereka tiada lain berkat usaha mereka di masa lalu. Sufyan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌۭ 9
(9) merasa senang karena usahanya,
(9)
لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ
merasa senang karena usahanya. (Al-Ghasyiyah: 9)
Yaitu merasa puas dengan amal perbuatannya di masa lalu.
فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍۢ 10
(10) dalam surga yang tinggi,
(10)
Firman Allah
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
dalam surga yang tinggi. (Al-Ghasyiyah: 10)
Yakni yang tinggi lagi mewah berada di gedung-gedung yang megah dalam keadaan aman sentosa dan sejahtera.
لَّا تَسْمَعُ فِيهَا لَٰغِيَةًۭ 11
(11) tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.
(11)
لَا تَسْمَعُ فِيهَا لاغِيَةً
tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. (Al-Ghasyiyah: 11)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَا يَسْمَعُونَ فِيها لَغْواً وَلا تَأْثِيماً إِلَّا قِيلًا سَلاماً سَلاماً
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26)
فِيهَا عَيْنٌۭ جَارِيَةٌۭ 12
(12) Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
(12)
Adapun firman Allah Swt:
فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ
Di dalamnya ada mata air yang mengalir. (Al-Ghasyiyah: 12)
Maksudnya, yang mengalir dengan bebas. Ini merupakan ungkapan nakirah dalam konteks isbat, dan makna yang dimaksud bukanlah satu mata air, melainkan ini adalah isim jinis yang artinya di dalam surga-surga itu terdapat banyak mata air yang mengalir.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: قُرئ عَلَى الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ: حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ قُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ضَمْرة، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنْهَارُ الْجَنَّةِ تَفْجُرُ مِنْ تَحْتِ تِلَالِ-أَوْ: مِنْ تَحْتِ جِبَالِ-الْمِسْكِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa dibacakan kepada Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, bahwa telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sauban, dari Ata ibnu Qurrah, dari Abdullah ibnu Damrah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sungai-sungai di surga bersumber dari bawah jurang, atau dari bawah gunung-gunung kesturi.
فِيهَا سُرُرٌۭ مَّرْفُوعَةٌۭ 13
(13) Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan,
(13)
Firman Allah Swt.:
فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ
Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan. (Al-Ghasyiyah: 13)
Yang tinggi lagi empuk, banyak hamparannya dan tebal-tebal, di atasnya terdapat banyak bidadari yang bermata jeli. Para ulama mengatakan bahwa apabila kekasih Allah hendak duduk di atas tahta yang tinggi-tinggi itu, maka tahta-tahta itu merendah untuknya.
وَأَكْوَابٌۭ مَّوْضُوعَةٌۭ 14
(14) dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya),
(14)
وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ
dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya). (Al-Ghasyiyah: 14)
Yakni gelas-gelas minum yang disediakan bagi para pemiliknya yang hendak minum dengannya.
وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌۭ 15
(15) dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
(15)
وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ
dan bantal-bantal sandaran yang tersusun. (Al-Ghasyiyah: 15)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bantal-bantal; hal yang sama dikatakan pula oleh Ikrimah, Qatadah, Ad-Dahhak,. As-Saddi, As-Sauri dan lain-lainnya.
وَزَرَابِىُّ مَبْثُوثَةٌ 16
(16) dan permadani-permadani yang terhampar.
(16)
Firman Allah Swt:
وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ
dan permadani-permadani yang terhampar. (Al-Ghasyiyah: 16)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah permadani-permadani. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan selainnya yang bukan hanya seorang. Makna mabsusah ialah yang digelar di mana-mana bagi orang yang hendak duduk di mana pun yang dikehendakinya.
Sehubungan dengan hal ini sebaiknya diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Abu Daud yang mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ الْمُعَافِرِيِّ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى: حَدَّثَنِي كُرَيْب أَنَّهُ سَمِعَ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا هَلْ مِنْ مُشَمَّر لِلْجَنَّةِ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا خَطَر لَهَا، هِيَ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ نُورٌ يَتَلَأْلَأُ وَرَيْحَانَةٌ تَهْتَزُّ، وَقَصْرٌ مَشِيدٌ، وَنَهْرٌ مُطَّرِدٌ، وَثَمَرَةٌ نَضِيجَةٌ وَزَوْجَةٌ حَسْنَاءُ جَمِيلَةٌ، وحُلَل كَثِيرَةٌ، وَمَقَامٌ فِي أَبَدٍ فِي دارٍ سَلِيمَةٍ، وَفَاكِهَةٍ وَخُضْرَةٍ، وَحَبْرَةٍ وَنَعْمَةٍ، فِي مَحَلَّةٍ عَالِيَةٍ بَهِيَّةٍ؟ ". قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَحْنُ الْمُشَمِّرُونَ لَهَا. قَالَ: " قُولُوا: إِنْ شَاءَ اللَّهُ". قَالَ الْقَوْمُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Muhammad ibnu Muhajir, dari Ad-Dahhak Al-Mu'afiri, dari Sulaiman ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku Kuraib; ia pernah mendengar Usamah ibnu Zaid mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ingatlah, adakah orang yang mau berupaya keras meraih surga, karena sesungguhnya surga itu keindahannya tidak tergambarkan. Surga itu, demi Tuhan Yang memillki Ka'bah, merupakan nur yang berkilauan. keharumannya semerbak menggugah hati, gedung-gedungnya kokoh lagi tinggi-tinggi, sungai-sungainya mengalir, buah-buahnya masak-masak, istri-istrinya cantik-cantik lagi jelita, pakaian-pakaiannya banyak berlimpah, tempat tinggal yang abadi di negeri yang sejahtera. dipenuhi dengan buah-buahan dan hijau-hijauan, pakaian-pakaian sutra yang mewah lagi lembut di gedun-gedung yang tinggi lagi megah? Para sahabat berkata, "Benar, wahai Rasulullah, kamilah orang-orang yang berupaya keras untuk meraihnya." Rasulullah Saw. bersabda.”Katakanlah olehmu, 'Insya Allah'.'" Maka mereka mengucapkan, "Insya Allah'
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dari Al-Abbas ibnu Usman Ad-Dimasyqi, dari Al-Walid ibnu Muslim ibnu Muhammad ibnu Muhajir dengan sanad yang sama.
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17
(17) Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
(17)
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya.
أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Al-Ghasyiyah: 17)
Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun (pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta sebagai hewan kendaraan.
وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18
(18) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
(18)
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. (Al-Ghasyiyah: 18)
Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah Swt. meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّماءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْناها وَزَيَّنَّاها وَما لَها مِنْ فُرُوجٍ
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6)
وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19
(19) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
(19)
Adapun firman Allah Swt:
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Al-Ghasyiyah: 19)
Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah Swt. menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20
(20) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
(20)
وَإِلَى الأرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 20)
Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya, gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya, bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya. Dan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
Demikian pula Damam mengucapkan sumpahnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah Saw., sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كُنَّا نُهِينَا أَنْ نَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ، فَكَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ فَيَسْأَلُهُ وَنَحْنُ نَسْمَعُ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّهُ أَتَانَا رسولُك فزعَم لَنَا أَنَّكَ تَزعُم أَنَّ اللَّهَ أَرْسَلَكَ. قَالَ: "صَدَقَ". قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ قَالَ: "اللَّهُ". قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ: "اللَّهُ". قَالَ: فَمَنْ نَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ وَجَعَلَ فِيهَا مَا جَعَلَ؟ قَالَ: "اللَّهُ". قَالَ: فَبِالَّذِي خَلَقَ السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَنَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، آللهُ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: وَزَعَمَ رسولُك أَنَّ عَلَيْنَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِنَا وَلَيْلَتِنَا. قَالَ: "صَدَقَ". قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا زَكَاةً فِي أَمْوَالِنَا؟ قَالَ: "صَدَقَ". قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟. قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا حَجّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا. قَالَ: "صَدَقَ". قَالَ: ثُمَّ وَلَّى فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَزِيدُ عَلَيْهِنَّ وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُنَّ شَيْئًا. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ صَدَقَ ليدخُلَنّ الْجَنَّةَ".
telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah dan Sabit, dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah Saw. Maka kala itu kami sangat senang bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah Saw. beberapa masalah, maka kami mendengarkannya. Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya, "Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?" Nabi Saw. menjawab "Benar." Maka lelaki Badui itu bertanya, "Lalu siapakah yang menciptakan langit?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada padanya?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki Badui itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah telah mengutusmu?" Nabi Saw. menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami mengerjakan salat lima waktu setiap harinya?" Nabi Saw. Menjawab, ”Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?" Nabi Saw. manjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki Badui itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?" Nabi Saw. menjawab, "Benar." Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, "Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun." Maka Nabi Saw. bersabda: Jika dia benar, niscaya dia masuk surga.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dari Amr An-Naqid, dari Abun Nadr alias Hasyim ibnul Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari memberinya komentar. Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Anas dengan sanad yang sama secara panjang lebar. Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa telah menceritakannya kepadaku Dammam ibnu Sa’labah saudara lelaki Bani Sa'id ibnu Bakr.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di masa Jahiliah yang berada di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya bertanya "Hai Ibu, siapakah yang telah menciptakan engkau?" Ibunya menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas segalanya," lalu ia menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya hancur. Ibnu Umar mengatakan, "Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini kepada kami." Ibnu Dinar mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadis ini terdapat kelemahan. Abdullah ibnu Ja'far yang disebutkan dalam sanad hadis ini adalah Al-Madini, seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul Madini) dan juga oleh yang lainnya.
*******************
فَذَكِّرْ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٌۭ 21
(21) Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
(21)
Firman Allah Swt.:
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ. لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah. 21-22)
Hai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 4)
Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ 22
(22) Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
(22)
لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 22)
Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
وَما أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ
dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qaf: 45)
Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna ayat ialah kamu bukanlah seorang yang dapat memaksakan mereka untuk beriman.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِذَا قَالُوهَا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". ثُمَّ قَرَأَ: فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah.” Maka apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka memelihara darah dan hartanya dariku, kecuali berdasarkan alasan yang hak, sedangkan hisab (perhitungan) mereka ada pada Allah Swt. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Kitabul Iman dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing dari keduanya, melalui Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri dengan sanad yang sama dan dengan tambahan penyebutan ayat. Dan hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Hurairah tanpa tambahan penyebutan ayat.
إِلَّا مَن تَوَلَّىٰ وَكَفَرَ 23
(23) tetapi orang yang berpaling dan kafir,
(23)
Firman Allah Swt.:
إِلا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ
tetapi orang yang berpaling dan kafir. (Al-Ghasyiyah: 23)
Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya; kafir hatinya dan juga lisannya terhadap perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى وَلكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى
Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur'an) dan tidak man mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
فَيُعَذِّبُهُ ٱللَّهُ ٱلْعَذَابَ ٱلْأَكْبَرَ 24
(24) maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.
(24)
فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الأكْبَرَ
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Al-Ghasyiyah: 24)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ خَالِدٍ أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ مَرَّ عَلَى خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ مُعَاوِيَةَ، فَسَأَلَهُ عَنْ أَلْيَنِ كَلِمَةٍ سَمِعَهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "أَلَا كُلُّكُمْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، إِلَّا مَنْ شَرَد عَلَى اللَّهِ شَراد الْبَعِيرِ عَلَى أَهْلِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan Khalid ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah; maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya.
Imam Ahmad mengetengahkan hadis ini secara tunggal. Dan Ali ibnu Khalid ini disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim menerima hadis ini dari ayahnya (yakni Khalid ibnu Mu'awiyah). Dan Ibnu Abu Hatim tidak menambahkan selain dari apa yang telah ada di sini, yaitu diriwayatkan dari Abu Umamah dan Khalid ibnu Mu'awiyah oleh Sa'id ibnu Abu Hilal.
إِنَّ إِلَيْنَآ إِيَابَهُمْ 25
(25) Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka,
(25)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ
Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. (Al-Ghasyiyah: 25)
Yakni kembali dan berpulangnya mereka.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم 26
(26) kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.
(26)
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Ghasyiyah: 26)
Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami akan membalaskannyakepada mereka; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.