6 - الأنعام - Al-An'aam
The Cattle
Meccan
إِنَّ ٱللَّهَ فَالِقُ ٱلْحَبِّ وَٱلنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ ٱلْمَيِّتِ مِنَ ٱلْحَىِّ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ 95
(95) Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
(95)
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang membelah biji-bijian dan semua bibit tanaman, yakni Dia membelahnya di dalam tanah, lalu menumbuhkan dari biji-bijian berbagai macam tanaman, sedangkan dari bibit tanaman Dia keluarkan berbagai macam pohon yang menghasilkan buah-buahan yang berbeda-beda warna, bentuk, dan rasanya. Karena itulah firman-Nya berikut ini:
فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 95)
ditafsirkan oleh firman selanjutnya yang mengatakan:
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. (Al-An'am: 95)
Artinya, Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang hidup dari biji dan bibit tanaman yang merupakan benda mati. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
: وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33)
sampai dengan firman-Nya:
وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin: 36)
Adapun firman Allah Swt.:
وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)
di-ataf-kan kepada firman-Nya:
فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 95)
Kemudian ditafsirkan (dijelaskan), selanjutnya di-'ataf-kan kepadanya firman Allah Swt.:
وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)
Mereka memberikan contoh mengenai makna ayat ini dengan berbagai ungkapan yang seluruhnya berdekatan lagi mengenai maknanya. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayam dikeluarkan dari telur, dan sebaliknya. Di antaranya ada pula yang mengatakan bahwa anak yang saleh dilahirkan dari orang yang fajir (durhaka), dan sebaliknya. Masih banyak contoh lainnya yang pengertiannya terkandung di dalam ayat ini.
Firman Allah Swt.:
ذَلِكُمُ اللَّهُ
(Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah. (Al-An'am: 95)
Maksudnya, yang mampu melakukan hal tersebut hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
maka mengapa kalian masih berpaling? (Al-An'am: 95)
Yakni mengapa kalian berpaling dari kebenaran dan menyimpang darinya menuju kepada kebatilan, lalu kalian menyembah Dia bersama yang lain.
****
Firman Allah Swt.:
فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَاعِلُ اللَّيْلِ سَكَنًا
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)
Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
dan mengadakan gelap dan terang. (Al-An'am: 1)
Yaitu Dia Yang Mahasuci menyingsingkan gelapnya malam hari pada pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang berangsur-angsur dan pergi membawa kegelapannya, lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)
Allah Swt. menjelaskan kekuasaan-Nya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan lagi berbeda-beda, semuanya itu menunjukkan kesempurnaan kebesaran yang dimiliki-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan: Dia menyingsingkan pagi. (Al-An'am: 96) Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya: dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)
Yakni sunyi lagi gelap agar segala sesuatu dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:
وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2)
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى * وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang. (Al-Lail: 1-2)
وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا * وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا
dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 3-4)
Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, "Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari untuk beristirahat, kecuali bagi Suhaib. Sesungguhnya Suhaib apabila ingat akan surga, maka rasa rindunya memanjang; dan apabila ingat akan neraka, maka terusirlah rasa kantuknya."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
****
Firman Allah Swt.:
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An'am: 96)
Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti rapi, tidak berubah dan tidak kacau, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka berbeda-bedalah panjang dan pendek malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan itu. (Yunus: 5), hingga akhir ayat.
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 4)
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)
Artinya, semuanya beredar berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa, tanpa membangkang dan tanpa menentang, lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dalam Al-Qur'an —apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan— sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An'am: 96), juga ayat lain, yaitu:
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ * وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu. maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 37-38)
Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya, yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:
وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12)
****
Sehubungan dengan firman Allah Swt. berikut ini:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am: 97)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai keyakinan terhadap bintang-bintang tersebut selain dari ketiga fungsi yang akan disebutkan, berarti dia keliru dan dusta terhadap Allah Swt. Yaitu Allah menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai perajam untuk setan-setan serta sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut."
Firman Allah Swt.:
قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 97)
Artinya, Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda kebesaran Kami itu.
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
kepada orang-orang yang mengetahui (Al-An'am: 97)
Yakni kepada orang-orang yang berakal dan mengetahui kebenaran serta menjauhi kebatilan.
فَالِقُ ٱلْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ ٱلَّيْلَ سَكَنًۭا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ حُسْبَانًۭا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ 96
(96) Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(96)
Firman Allah Swt.:
فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَاعِلُ اللَّيْلِ سَكَنًا
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)
Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
dan mengadakan gelap dan terang. (Al-An'am: 1)
Yaitu Dia Yang Mahasuci menyingsingkan gelapnya malam hari pada pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang berangsur-angsur dan pergi membawa kegelapannya, lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)
Allah Swt. menjelaskan kekuasaan-Nya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan lagi berbeda-beda, semuanya itu menunjukkan kesempurnaan kebesaran yang dimiliki-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan: Dia menyingsingkan pagi. (Al-An'am: 96) Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya: dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)
Yakni sunyi lagi gelap agar segala sesuatu dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:
وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2)
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى * وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang. (Al-Lail: 1-2)
وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا * وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا
dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 3-4)
Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, "Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari untuk beristirahat, kecuali bagi Suhaib. Sesungguhnya Suhaib apabila ingat akan surga, maka rasa rindunya memanjang; dan apabila ingat akan neraka, maka terusirlah rasa kantuknya."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
****
Firman Allah Swt.:
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An'am: 96)
Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti rapi, tidak berubah dan tidak kacau, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka berbeda-bedalah panjang dan pendek malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan itu. (Yunus: 5), hingga akhir ayat.
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 4)
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)
Artinya, semuanya beredar berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa, tanpa membangkang dan tanpa menentang, lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dalam Al-Qur'an —apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan— sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An'am: 96), juga ayat lain, yaitu:
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ * وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu. maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 37-38)
Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya, yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:
وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12)
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلنُّجُومَ لِتَهْتَدُوا۟ بِهَا فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍۢ يَعْلَمُونَ 97
(97) Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
(97)
Sehubungan dengan firman Allah Swt. berikut ini:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am: 97)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai keyakinan terhadap bintang-bintang tersebut selain dari ketiga fungsi yang akan disebutkan, berarti dia keliru dan dusta terhadap Allah Swt. Yaitu Allah menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai perajam untuk setan-setan serta sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut."
Firman Allah Swt.:
قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 97)
Artinya, Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda kebesaran Kami itu.
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
kepada orang-orang yang mengetahui (Al-An'am: 97)
Yakni kepada orang-orang yang berakal dan mengetahui kebenaran serta menjauhi kebatilan.
وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُم مِّن نَّفْسٍۢ وَٰحِدَةٍۢ فَمُسْتَقَرٌّۭ وَمُسْتَوْدَعٌۭ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍۢ يَفْقَهُونَ 98
(98) Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
(98)
Firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
Dan Dialah yang menciptakan kalian dari seorang diri. (Al-An'am: 98)
Maksudnya dari Nabi Adam a.s, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman yang lain, yaitu:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An-Nisa: 1)
Adapun firman Allah Swt.:
فَمُسْتَقَرٌ وَمُسْتَوْدَعٌ
maka (bagi kalian) ada tempat tetap dan tempat simpanan. (Al-An'am: 98)
Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna ayat ini. Dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Qais ibnu Abu Hazim, Mujahid, Ata, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya disebutkan bahwa makna mustaqarrun adalah tempat menetap di dalam rahim. Mereka atau sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mustauda' yaitu tempat simpanan di dalam tulang sulbi.
Tetapi dari Ibnu Mas'ud dan sejumlah ulama yang lain disebutkan hal yang sebaliknya. Demikian pula dari Ibnu Mas'ud serta sejumlah ulama, disebutkan bahwa tempat tetap adalah di dunia, dan tempat simpanan adalah setelah mati.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa tempat menetap itu adalah di dalam rahim, di permukaan bumi, dan sesudah meninggal dunia. Menurut Al-Hasan Al-Basri, mustaqar ialah bagi orang yang telah meninggal dunia, karena amalnya telah ditetapkan dengan kematian itu.
Disebutkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa yang dimaksud dengan tempat simpanan atau mustauda ialah hari akhirat. Akan tetapi, pendapat pertamalah yang lebih kuat.
Firman Allah Swt.:
قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ
Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 98)
Artinya, orang-orang yang mengerti dan memahami Kalamullah serta makna yang terkandung di dalamnya.
****
Firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit. (Al-An'am: 99)
Yakni dengan kepastian dalam keadaan diberkati sebagai rezeki buat hamba-hamba Allah, untuk menyuburkan, dan sebagai pertolongan buat semua makhluk dan rahmat dari Allah buat mereka semua.
فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ
Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. (Al-An'am: 99)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang lain, yaitu:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al-Anbiya: 3).
Adapun firman Allah Swt.:
فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا
Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. (Al-An'am: 99)
Artinya, tanaman dan pepohonan yang hijau; sesudah itu Kami ciptakan padanya biji-bijian dan buah-buahan. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. (Al-An'am: 99)
Yakni sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain seperti pada bulir-bulirnya dan lain sebagainya.
وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ
dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai. (Al-An'am: 99)
Qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, artinya tangkai ketandan (mayang) kurma.
دَانِيَةٌ
yang menjulai. (Al-An'am: 99)
Maksudnya, dekat untuk dipetik dan mudah memetiknya
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: tangkai-tangkai yang menjulai. (Al-An'am: 99) Yakni tangkai yang menjulai ke bawah bagi pohon kurma yang pendek, sehingga mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai buah berada dekat tanah dan mudah dipetik. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Sehubungan dengan ini orang-orang Hijaz mengatakan bahwa qinwanun artinya tangkai-tangkai mayang, begitu pula halnya yang dikatakan oleh orang-orang Bani Qais. Sehubungan dengan makna lafaz ini, Imru-ul Qais (seorang penyair Jahiliyyah yang ternama) mengatakan:
فَأَثَّت أَعَالِيهِ وَآدَتْ أصولهُ ... ومَالَ بقنْوانٍ مِنَ البُسر أحْمَرَا ...
Pucuk pohonnya berdiri tegak, akarnya menghujam ke tanah, dan mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai-tangkai menjulai ke bawah, penuh dengan buah kurma yang merah.
Sedangkan orang-orang Bani Tamim mengatakan bentuk jamaknya adalah qinyan dengan memakai ya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, sebagaimana lafaz sinwdn adalah bentuk jamak dari lafaz sinwun.
****
Firman Allah Swt.:
وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ
dan kebun-kebun anggur. (Al-An'am: 99)
Artinya, Kami keluarkan pula darinya kebun-kebun anggur; kedua jenis buah-buahan ini —yakni kurma dan anggur— menurut penduduk Hijaz termasuk buah-buahan yang paling digemari, dan barangkali keduanya merupakan buah-buahan yang terbaik di dunia. Perihal kedua buah itu disebutkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا
Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. (An-Nahl: 67)
Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. sebelum khamr diharamkan. Juga dalam firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur. (Yasin: 34)
Adapun firman Allah Swt.:
وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ
dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. (Al-An'am: 99)
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa gairu mutasyabih artinya yang tidak serupa dedaunannya, tetapi bentuknya serupa; sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, tetapi berbeda dalam buah yang dihasilkannya, baik dari bentuk, rasa, maupun kandungannya.
Firman Allah Swt.:
انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikanlah pula) kematangannya. (Al-An'am: 99)
Yakni bila telah masak, menurut Al-Barra ibnu Azib, Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, perhatikanlah kekuasaan Penciptanya yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Pada mulanya berupa tumbuh-tumbuhan, lalu menjadi pohon, dan menghasilkan buah; ada yang menghasilkan anggur, ada yang menghasilkan kurma, dan lain sebagainya dari semua jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbeda-beda warna dan bentuknya serta berbeda-beda rasa dan bau hasil buahnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
إِنَّ فِي ذَلِكُمْ
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Al-An'am: 99)
hai manusia.
لآيَاتٍ
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah). (Al-An'am: 99)
Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Pencipta semuanya itu, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya.
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
bagi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 99)
Maksudnya, orang-orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya.
وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ نَبَاتَ كُلِّ شَىْءٍۢ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًۭا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّۭا مُّتَرَاكِبًۭا وَمِنَ ٱلنَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌۭ دَانِيَةٌۭ وَجَنَّٰتٍۢ مِّنْ أَعْنَابٍۢ وَٱلزَّيْتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُشْتَبِهًۭا وَغَيْرَ مُتَشَٰبِهٍ ۗ ٱنظُرُوٓا۟ إِلَىٰ ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثْمَرَ وَيَنْعِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكُمْ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يُؤْمِنُونَ 99
(99) Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
(99)
Firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit. (Al-An'am: 99)
Yakni dengan kepastian dalam keadaan diberkati sebagai rezeki buat hamba-hamba Allah, untuk menyuburkan, dan sebagai pertolongan buat semua makhluk dan rahmat dari Allah buat mereka semua.
فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ
Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. (Al-An'am: 99)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang lain, yaitu:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al-Anbiya: 3).
Adapun firman Allah Swt.:
فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا
Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. (Al-An'am: 99)
Artinya, tanaman dan pepohonan yang hijau; sesudah itu Kami ciptakan padanya biji-bijian dan buah-buahan. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. (Al-An'am: 99)
Yakni sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain seperti pada bulir-bulirnya dan lain sebagainya.
وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ
dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai. (Al-An'am: 99)
Qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, artinya tangkai ketandan (mayang) kurma.
دَانِيَةٌ
yang menjulai. (Al-An'am: 99)
Maksudnya, dekat untuk dipetik dan mudah memetiknya
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: tangkai-tangkai yang menjulai. (Al-An'am: 99) Yakni tangkai yang menjulai ke bawah bagi pohon kurma yang pendek, sehingga mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai buah berada dekat tanah dan mudah dipetik. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Sehubungan dengan ini orang-orang Hijaz mengatakan bahwa qinwanun artinya tangkai-tangkai mayang, begitu pula halnya yang dikatakan oleh orang-orang Bani Qais. Sehubungan dengan makna lafaz ini, Imru-ul Qais (seorang penyair Jahiliyyah yang ternama) mengatakan:
فَأَثَّت أَعَالِيهِ وَآدَتْ أصولهُ ... ومَالَ بقنْوانٍ مِنَ البُسر أحْمَرَا ...
Pucuk pohonnya berdiri tegak, akarnya menghujam ke tanah, dan mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai-tangkai menjulai ke bawah, penuh dengan buah kurma yang merah.
Sedangkan orang-orang Bani Tamim mengatakan bentuk jamaknya adalah qinyan dengan memakai ya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, sebagaimana lafaz sinwdn adalah bentuk jamak dari lafaz sinwun.
****
Firman Allah Swt.:
وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ
dan kebun-kebun anggur. (Al-An'am: 99)
Artinya, Kami keluarkan pula darinya kebun-kebun anggur; kedua jenis buah-buahan ini —yakni kurma dan anggur— menurut penduduk Hijaz termasuk buah-buahan yang paling digemari, dan barangkali keduanya merupakan buah-buahan yang terbaik di dunia. Perihal kedua buah itu disebutkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا
Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. (An-Nahl: 67)
Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. sebelum khamr diharamkan. Juga dalam firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur. (Yasin: 34)
Adapun firman Allah Swt.:
وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ
dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. (Al-An'am: 99)
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa gairu mutasyabih artinya yang tidak serupa dedaunannya, tetapi bentuknya serupa; sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, tetapi berbeda dalam buah yang dihasilkannya, baik dari bentuk, rasa, maupun kandungannya.
Firman Allah Swt.:
انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikanlah pula) kematangannya. (Al-An'am: 99)
Yakni bila telah masak, menurut Al-Barra ibnu Azib, Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, perhatikanlah kekuasaan Penciptanya yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Pada mulanya berupa tumbuh-tumbuhan, lalu menjadi pohon, dan menghasilkan buah; ada yang menghasilkan anggur, ada yang menghasilkan kurma, dan lain sebagainya dari semua jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbeda-beda warna dan bentuknya serta berbeda-beda rasa dan bau hasil buahnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
إِنَّ فِي ذَلِكُمْ
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Al-An'am: 99)
hai manusia.
لآيَاتٍ
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah). (Al-An'am: 99)
Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Pencipta semuanya itu, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya.
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
bagi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 99)
Maksudnya, orang-orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya.
وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ ٱلْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ ۖ وَخَرَقُوا۟ لَهُۥ بَنِينَ وَبَنَٰتٍۭ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يَصِفُونَ 100
(100) Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.
(100)
Ayat ini membantah orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya, sebab mereka menyembah jin. Mereka menjadikan jin sebagai sekutu-sekutu Allah dalam ibadah mereka; Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan, dan Mahatinggi Allah dari kekafiran mereka.
Apabila ditanyakan, mengapa jin disembah, padahal sesungguhnya mereka hanyalah menyembah berhala-berhala? Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa mereka tidak sekali-kali menyembah berhala-berhala itu melainkan karena taat kepada jin, dan jin telah menganjurkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman yang lain, yaitu:
إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا * لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا * وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا * يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan, "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang telah ditentukan (untuk saya), dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 117-12)
أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku. (Al-Kahfi: 5), hingga akhir ayat.
Nabi Ibrahim pun pernah berkata kepada bapaknya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)
Juga seperti yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain, yaitu:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, "dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. (Yasin: 6-61)
Pada hari kiamat para malaikat mengatakan:
سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ
Mahasuci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 41)
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu. (Al-An'am: 1)
Yakni padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, karena Dialah Tuhan Maha Pencipta semata, tiada sekutu bagi-Nya, maka mengapa disembah selain Dia bersama-Nya? Perihalnya sama dengan perkataan Nabi Ibrahim, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ * وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu. (Ash-Shaffat: 95-96)
Makna ayat menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah Zat yang hanya Dia sendiri yang mampu menciptakan. Karena itu, hanya Dia semata yang wajib disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
*****
Firman Allah Swt.:
وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ
dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Bahwasannya Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan," tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 1)
Melalui ayat ini Allah memperingatkan akan kesesatan orang yang sesat dalam menggambarkan Allah Swt. dengan sebutan bahwa Dia beranak, seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi terhadap Uzair, yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa putra Maryam, dan perkataan sebagian orang-orang musyrik Arab bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al-Isra: 43)
Makna firman-Nya, "Kharaqu" mereka membuat-buat kedustaan dan kebohongan terhadap Allah, menurut pendapat ulama Salaf.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Kharaqu" membohong. Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan," tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 1) Disebutkan bahwa mereka menjadikan bagi-Nya anak laki-laki dan perempuan.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan." (Al-An'am: 1) Bahwa makna kharaqu ialah membuat kebohongan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan. Menurut Ad-Dahhak, makna kharaqu artinya membuat-buat. Menurut As-Saddi artinya memastikan.
Ibnu Jarir mengatakan, "Kalau demikian, berarti makna ayat adalah: Mereka dalam ibadahnya mempersekutukan Allah dengan jin, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, tanpa ada yang menyekutui-Nya, tanpa penolong, dan tanpa pembantu dalam menciptakan mereka." dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, " tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 1)
Perihal hakikat dari apa yang mereka katakan, bahkan hal itu disebabkan kebodohan dan ketidaktahuan mereka tentang Allah dan kebesaran-Nya, karena sesungguhnya tidaklah layak bagi Tuhan bila beranak, beristri dan bersekutu dalam menciptakan semuanya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Al-An'am: 1)
Artinya, Mahasuci, Mahabersih lagi Mahabesar Allah dari apa yang digambarkan oleh orang-orang bodoh lagi sesat itu yang telah mengatakan bahwa Allah beranak, mempunyai tandingan, teman, dan sekutu.
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٌۭ وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٌۭ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍۢ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ 101
(101) Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
(101)
Dia Pencipta langit dan bumi. (Al-An'am: 11)
Yakni Yang mengadakan, Yang menciptakan, Yang membangun, dan Yang membuat keduanya tanpa contoh terlebih dahulu. Demikianlah menurut Mujahid dan As-Saddi. Dari pengertian inilah maka hal yang baru dinamakan bid'ah, karena tidak ada persamaannya sebelum itu.
أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ
Bagaimana Dia mempunyai anak. (Al-An'am: 11)
Dengan kata lain, mana mungkin Dia beranak.
وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ
padahal Dia tidak mempunyai istri. (Al-An'am: 11)
Maksudnya, anak itu hanyalah dilahirkan dari dua sejoli yang berpasangan, sedangkan Allah Swt. tidak sama dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya, karena Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia tidak beristri, tidak pula beranak, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89)
sampai dengan firman-Nya:
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95)
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al-An'am: 11)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka mana mungkin Dia mempunyai istri dari kalangan makhluk-Nya sebagai pendamping-Nya. Dia pun tidak ada bandingan-Nya, maka mana mungkin Dia beranak. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.