10 - يونس - Yunus

Juz : 11

Jonas
Meccan

وَإِذَآ أَذَقْنَا ٱلنَّاسَ رَحْمَةًۭ مِّنۢ بَعْدِ ضَرَّآءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُم مَّكْرٌۭ فِىٓ ءَايَاتِنَا ۚ قُلِ ٱللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا ۚ إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ 21

(21) Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.

(21) 

Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila manusia beroleh rahmat sesudah bencana menimpa mereka, misalnya kemakmuran sesudah paceklik, kesuburan sesudah tandus, dan hujan sesudah kekeringan, serta lain sebagainya:

إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا

tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 21)

Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan tipu daya di sini ialah mengejek dan mendustakan ayat-ayat Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ

Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. (Yunus: 12). hingga akhir ayat.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. salat Subuh bersama mereka sesudah turun hujan pada malam harinya, kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kalian tadi malam?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:

"قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطرنا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ".

Allah berfirman: "Pagi hari ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, " maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang (yang menandai akan turunnya hujan). Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu, " maka dia adalah orang yang kafir terhadap­Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”

*******************

Firman Allah Swt.:

قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا

Katakanlah, "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” (Yunus: 21)

Yakni lebih licin dalam memberikan istidraj dan penangguhan-Nya, sehingga orang berdosa -yang bersangkutan- menduga bahwa dirinya tidak akan diazab, melainkan masih diberi masa tangguh, kemudian Allah mengazabnya di saat ia sedang lalai. Para malaikat pencatat amal perbuatan telah mencatat semua yang dikerjakannya secara rinci, lalu mereka menyerahkannya kepada Tuhan Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Maka Dia memberikan pembalasan-Nya kepada orang yang bersangkutan atas semua amal perbuatannya, baik yang besar maupun yang kecil tanpa ada yang kelewat.

Dalam firman selanjutnya Allah Swt. berkata:

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)

Artinya. Dia menjaga dan memelihara kalian.

حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا

Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. (Yunus: 22)

Yakni bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba:

جَاءَتْهَا أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ رِيحٌ عَاصِفٌ

datanglah angin badai menerpanya. (Yunus: 22)

Bahtera itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:

وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ

dan gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus: 22)

Laut menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.

وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ

dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). (Yunus: 22)

Yakni mereka merasa dirinya pasti binasa.

دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Yunus: 22)

Maksudnya, dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu sekutu pun, bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا

Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)

Yakni kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan Engkau dalam doa kami di sini.

*******************

Allah Swt. berfirman:

فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ

Maka setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus: 23)

Yaitu dari keadaan bahaya tersebut.

إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ

tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)

seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ

seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)

Kemudian Allah Swt. berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ

Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)

Artinya, sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian sendiri, dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:

"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".

Tiada suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.

*******************

Firman Allah Swt.:

مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

(hasil kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)

Artinya, sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang rendah lagi hina itu.

ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ

kemudian kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus: 23)

Yakni hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.

فَنُنَبِّئُكُمْ

lalu Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus: 23)

Yakni kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela kecuali hanya kepada dirinya sendiri.


هُوَ ٱلَّذِى يُسَيِّرُكُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمْ فِى ٱلْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِم بِرِيحٍۢ طَيِّبَةٍۢ وَفَرِحُوا۟ بِهَا جَآءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌۭ وَجَآءَهُمُ ٱلْمَوْجُ مِن كُلِّ مَكَانٍۢ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ ۙ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنْ أَنجَيْتَنَا مِنْ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ 22

(22) Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".

(22) 

Dalam firman selanjutnya Allah Swt. berkata:

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)

Artinya. Dia menjaga dan memelihara kalian.

حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا

Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. (Yunus: 22)

Yakni bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba:

جَاءَتْهَا أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ رِيحٌ عَاصِفٌ

datanglah angin badai menerpanya. (Yunus: 22)

Bahtera itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:

وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ

dan gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus: 22)

Laut menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.

وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ

dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). (Yunus: 22)

Yakni mereka merasa dirinya pasti binasa.

دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Yunus: 22)

Maksudnya, dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu sekutu pun, bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا

Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)

Yakni kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan Engkau dalam doa kami di sini.


فَلَمَّآ أَنجَىٰهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ ۗ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُم ۖ مَّتَٰعَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 23

(23) Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(23) 

Allah Swt. berfirman:

فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ

Maka setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus: 23)

Yaitu dari keadaan bahaya tersebut.

إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ

tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)

seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ

seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)

Kemudian Allah Swt. berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ

Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)

Artinya, sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian sendiri, dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:

"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".

Tiada suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.

*******************

Firman Allah Swt.:

مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

(hasil kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)

Artinya, sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang rendah lagi hina itu.

ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ

kemudian kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus: 23)

Yakni hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.

فَنُنَبِّئُكُمْ

lalu Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus: 23)

Yakni kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela kecuali hanya kepada dirinya sendiri.


إِنَّمَا مَثَلُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلْأَنْعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَآ أَنَّهُمْ قَٰدِرُونَ عَلَيْهَآ أَتَىٰهَآ أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًۭا فَجَعَلْنَٰهَا حَصِيدًۭا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِٱلْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ 24

(24) Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

(24) 

Allah Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.

حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا

Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)

Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.

وَازَّيَّنَتْ

dan memakai (pula) perhiasannya. (Yunus: 24)

Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.

وَظَنَّ أَهْلُهَا الَّذِينَ زَرَعُوهَا وَغَرَسُوهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا

dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)

Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:

أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا

tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit. (Yunus: 24)

Yakni menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.

كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ

seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus: 24)

Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu.

Menurut Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada.

Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:

يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"

(Kelak di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan? Dan apakah kamu pernah mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga) sekali masuk. Sesudah itu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?” Maka dia menjawab, "Tidak.”

Dan Allah Swt. telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa:

فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا

lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Hud: 67-68)

Kemudian Allah Swt. berfirman:

كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ

Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami). (Yunus: 24)

Maksudnya, begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil:

لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

kepada orang-orang yang berpikir. (Yunus: 24)

agar mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya, merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang menghindarinya.

Allah Swt. telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Swt. telah berfirman:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)

Demikian pula yang terdapat di dalam surat Az-Zumar dan Al-Hadid, Allah membuat perumpamaan untuk kehidupan dunia dengan hal tersebut.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Marwan ibnul Hakam membaca ayat berikut di atas mimbarnya, yaitu firman Allah Swt.: dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya; dan tidak sekali-kali Allah membinasakannya melainkan karena dosa para pemiliknya. Kemudian Marwan berkata, "Saya biasa membacanya seperti ini, tetapi ia (tambahannya) tidak terdapat di dalam mushaf." Maka Abbas ibnu Abdullah ibnu Abbas berkata, "Begitu pula yang biasa dibacakan oleh Ibnu Abbas." Lalu mereka mengirimkan utusan kepada Ibnu Abbas untuk menanyakannya, maka Ibnu Abbas menjawab, "Begitulah yang dibacakan kepadaku oleh Ubay ibnu Ka'b."

Ini adalah qiraat yang gharib, seakan-akan kalimat tersebut ditambahkan sebagai tafsirannya.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25)

Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)

Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:

"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."

Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:

"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"

Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”

Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.

Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".

Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”

Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.


وَٱللَّهُ يَدْعُوٓا۟ إِلَىٰ دَارِ ٱلسَّلَٰمِ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ 25

(25) Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

(25) 

Firman Allah Swt.:

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25)

Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)

Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:

"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."

Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:

"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"

Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”

Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.

Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".

Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”

Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.