14 - ابراهيم - Ibrahim
Abraham
Meccan
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌۭ كَفَّارٌۭ 34
(34) Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
(34)
Firman Allah Swt:
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ
Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya.(lbrahim: 34)
Dengan kata lain, Allah menyediakan bagi kalian segala sesuatu yang kalian perlukan dalam semua keadaan sesuai dengan apa yang kalian mohonkan kepada-Nya.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dari semua yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian mohonkan kepada-Nya. Sebagian ulama membacanya dengan bacaan yang artinya "Dan Dia telah memberikan kepada kalian keperluan kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian mohonkan kepada-Nya".
Firman Allah Swt.:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. (Ibrahim: 34)
Allah Swt. menceritakan sisi ketidakmampuan hamba-hamba-Nya untuk menghitung nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka, terlebih lagi untuk menunaikan syukurnya. Talq ibnu Habib telah mengatakan bahwa sesungguhnya hak Allah itu jauh lebih berat daripada apa yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya sebagai rasa syukurnya. Dan sesungguhnya nikmat-nikmat Allah itu jauh lebih banyak daripada apa yang dihitung-hitung oleh hamba-hamba-Nya, tetapi mereka melakukan tobatnya di pagi hari, dan di sore hari mereka bertobat pula.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mengucapkan doa berikut:
"اللَّهُمَّ، لَكَ الْحَمْدُ غَيْرَ مَكْفِيّ وَلَا مودَع، وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ ربَّنا"
Ya Allah, bagi Engkaulah segala puji yang tidak pernah tercukupkan, tidak pernah terpisahkan, dan tidak pernah tertinggalkan, wahai Tuhan kami.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab Musnad-nya bahwa:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حدثنا داود بن المُحبّر، حدثنا صَالِحٍ المرْيّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ العَبْدِي، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "يَخْرُجُ لِابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةُ دَوَاوِينَ، دِيوَانٌ، فِيهِ الْعَمَلُ الصَّالِحُ، وَدِيوَانٌ فِيهِ ذُنُوبُهُ، وَدِيوَانٌ فِيهِ النِّعَمُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ، فَيَقُولُ اللَّهُ لِأَصْغَرِ نِعَمِهِ -أحسبَه. قَالَ: فِي دِيوَانِ النِّعَمِ: خُذِي ثَمَنَكِ مِنْ عَمَلِهِ الصَّالِحِ، فَتَسْتَوْعِبُ عَمَلَهُ الصَّالِحَ كُلَّهُ، ثُمَّ تَنَحّى وَتَقُولُ: وَعِزَّتِكَ مَا اسْتَوْفَيْتُ. وَتَبْقَى الذُّنُوبُ وَالنِّعَمُ فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَرْحَمَ قَالَ: يَا عَبْدِي، قَدْ ضاعفتُ لَكَ حَسَنَاتَكَ وَتَجَاوَزْتُ عَنْ سَيِّئَاتِكَ -أَحْسَبُهُ قَالَ: وَوَهَبْتُ لَكَ نِعَمِي"
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Haris, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Ja'far ibnu Zaid Al-Abdi, dari Anas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda "Kelak dikeluarkan tiga diwan (catatan) bagi anak Adam pada hari kiamat, yaitu diwan yang di dalamnya tercatatkan amal salehnya, diwan yang didalamnya tercatatkan dosa-dosanya, dan diwan yang di dalamnya tercatatkan nikmat-nikmat Allah Swt. yang telah diberikan kepadanya. Lalu Allah berfirman kepada nikmat-Nya yang paling kecil, - yang menurut Al-Bazzar Ismail Ibnu Haris adalah diwan yang di dalamnya tercatatkan nikmat-nikmat-Nya,- 'Ambillah upahmu dari amal salehnya." Maka ia mengambil semua amal salehnya, lalu menjauh dan berkata, 'Demi Keagungan-Mu, aku masih belum cukup, tetapi yang tertinggal hanyalah dosa-dosanya dan catatan nikmat-nikmat-Mu.' Apabila Allah menghendaki merahmatinya, maka Dia berfirman, 'Hai hamba-Ku, sekarang Aku lipat gandakan kebaikan-kebaikanmu dan Aku maafkan keburukan-keburukanmu.'
Menurut Al-Bazzar Ismail ibnul Haris, Allah mengatakan, 'Aku anugerahkan nikmat-nikmat-Ku kepadamu (tanpa balasan)'." Predikat hadis ini garib, dan sanadnya daif.
Di dalam kitab asar disebutkan bahwa Daud a.s. pernah berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bersyukur kepada Engkau, sedangkan syukurku kepada-Mu termasuk nikmat dari-Mu pula yang Engkau berikan kepadaku?" Maka Allah menjawab melalui firman-Nya, "Sekarang engkau, hai Daud, telah bersyukur kepada-Ku; karena kamu telah mengakui akan kelalaianmu dalam menunaikan rasa syukurmu kepada-Ku atas nikmat-nikmat-Ku yang Kuberikan kepadamu."
Imam Syafii rahimahullah mengatakan, "Segalapuji bagi Allah, yang salah satu dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali berkat adanya nikmat baru yang mendorong seseorang untuk bersyukur kepada-Nya."
Salah seorang penyair mengatakan:
لَوْ كُلُّ جَارِحَة مِنِّي لهَا لُغَةٌ ... تُثْنيِ عَلَيكَ بِمَا أولَيتَ مِنْ حَسنِ ...
لَكَانَ مَا زَادَ شُكري إِذْ شَكَرت بِهِ ... إليكَ أبلغَ فِي الإحسَان والمننِ ...
Seandainya setiap anggota tubuhku dapat berbicara memuji-Mu sebab kebaikan yang telah Engkau berikan kepadaku, niscaya lebihan rasa syukurku kepada-Mu merupakan nikmat yang paling besar yang dianugerahkan oleh-Mu kepadaku.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ 35
(35) Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
(35)
Allah Swt. —dalam bantahan-Nya terhadap orang-orang musyrik Arab— menyebutkan bahwa negeri Mekah ini sejak semula dibangun hanyalah sebagai tempat untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Ibrahim yang meramaikannya karena pembangunan yang dilakukannya berlepas diri dari orang-orang yang menyembah selain Allah. Dia (Ibrahim) mendoakan buat kota Mekah agar menjadi kota yang aman. Dalam doanya yang disitir oleh firman-Nya dia mengatakan:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman (Ibrahim: 35)
Dan Allah mengabulkan permintaannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman. (Al-Ankabut: 67), hingga akhir surat.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu), menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 96-97)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman. (Ibrahim: 35)
Dalam ayat ini lafaz balad disebutkan dengan memakai at-ta'rif, yakni al-balad, karena Nabi Ibrahim mendoakannya sesudah membangunnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. (Ibrahim: 39)
Telah diketahui bahwa Ismail tiga belas tahun lebih tua daripada Ishaq. Ketika Ismail dibawa oleh Nabi Ibrahim bersama ibunya ke Mekah, ia masih menyusu; dan sesungguhnya Nabi Ibrahim pada saat itu berdoa pula yang bunyinya seperti berikut: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman. (Ibrahim: 35) Seperti yang telah kami sebutkan dalam tafsir surat Al-Baqarah secara panjang lebar.
Firman Allah Swt.:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
Setiap orang yang berdoa dianjurkan agar mendoakan dirinya sendiri, lalu buat kedua orang tuanya dan anak cucunya. Kemudian Nabi Ibrahim menyebutkan bahwa banyak kalangan manusia yang terfitnah oleh penyembahan kepada berhala-berhala, dan bahwa dia berlepas diri dari orang-orang yang menyembahnya, lalu ia mengembalikan urusan mereka kepada Allah Swt. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, tentulah Dia mengazab mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada mereka, tentulah Dia mengampuni mereka. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Isa a.s.:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah: 118)
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى ۖ وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ 36
(36) Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(36)
بِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36)
Dalam kandungan ayat ini dijelaskan bahwa tiada lain segala sesuatunya dikembalikan kepada kehendak Allah, bukan merupakan pembolehan akan terjadinya hal tersebut.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ بَكْرَ بْنَ سَوَادة حَدَّثَهُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَير عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ: رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ وَقَوْلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ وَرَفْعَ يَدَيْهِ، [ثُمَّ] قَالَ: "اللَّهُمَّ أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي"، وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ: [يَا جِبْرِيلُ] اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ -وَرَبُّكَ أَعْلَمُ وَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ؟ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَسَأَلَهُ، فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ، [قَالَ] فَقَالَ اللَّهُ: اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ، فَقُلْ لَهُ: إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ
Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Bakr ibnu Sawwadah pernah menceritakan kepadanya, dari Abdur Rahman ibnu Jarir, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. membaca firman Allah Swt. yang menceritakan doa Nabi Ibrahim, yaitu: Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 36), hingga akhir ayat. Dan doa Nabi Isa a.s. yang disebutkan oleh firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Al-Maidah: 118), hingga akhir ayat. Setelah itu Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya (berdoa) dan mengatakan dalam doanya: Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku. Lalu beliau Saw. menangis, dan Allah berfirman, "Hai Jibril, berangkatlah, temui Muhammad, dan tanyakanlah kepadanya apakah yang membuatnya menangis —padahal Allah lebih mengetahui—?" Malaikat Jibril a.s. datang dan menanyainya, lalu Rasulullah Saw. menjawabnya, (Malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah), maka Allah Swt. berfirman, "Pergilah kepada Muhammad, dan katakanlah kepadanya bahwa Kami akan membuatnya puas terhadap umatnya dan Kami tidak akan mengecewakannya."
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةًۭ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ 37
(37) Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
(37)
Hal ini menunjukkan bahwa doa ini adalah doa yang berikutnya sesudah doa yang pertama yang dipanjatkannya ketika ia pergi meninggalkan Hajar dan putranya (Nabi Ismail), hal ini terjadi sebelum Baitullah dibangun. Sedangkan doa yang kedua ini dipanjatkannya sesudah ia membangun Baitullah sebagai pengukuhannya dan ungkapan keinginannya yang sangat akan rida Allah Swt. Untuk itulah di dalam doanya disebutkan:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. (Ibrahim: 37)
Adapun firman Allah Swt.:
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ
Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat. (Ibrahim: 37)
Menurut Ibnu Jarir, ayat ini berkaitan dengan firman-Nya, "al-muharram." Dengan kata lain, sesungguhnya saya menjadikannya sebagai tanah yang haram (suci) agar penduduknya dapat mendirikan salat di dekatnya.
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya mengatakan bahwa seandainya Nabi Ibrahim dalam doanya mengatakan, "Af-idatan nasi," (yakni tanpa min) yang artinya 'hati seluruh umat manusia', maka tentulah orang-orang Romawi, Persia, Yahudi, dan Nasrani serta manusia lainnya akan berdesak-desakan memenuhinya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim mengatakan, "Minan nas," yakni sebagian manusia. Dengan demikian, maka hal ini khusus bagi kaum muslim saja.
Firman Allah Swt.:
وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ
dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. (Ibrahim: 37)
Agar hal itu dapat dijadikan sebagai pembantu bagi mereka untuk mengerjakan ketaatan kepada-Mu; dan mengingat Mekah adalah sebuah lembah yang tidak memiliki tumbuh-tumbuhan, maka dimohonkan agar mereka beroleh buah-buahan untuk makan mereka. Allah Swt. mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim ini, seperti yang dinyatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi kalian), dari sisi Kami? (Al-Qashash: 57)
Ini merupakan sebagian dari kebaikan Allah, kemuliaan, rahmat, dan berkah-Nya, Mengingat di Tanah Suci Mekah tidak terdapat pepohonan yang berbuah, untuk itulah maka didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya sebagai perkenan dari Allah atas doa Nabi Ibrahim a.s.
رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِى وَمَا نُعْلِنُ ۗ وَمَا يَخْفَىٰ عَلَى ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ 38
(38) Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
(38)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt. menceritakan perihal kekasihNya, yaitu Nabi Ibrahim, bahwa ia pernah berkata dalam doanya:
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. (Ibrahim: 38)
Artinya Engkau mengetahui maksudku dalam doaku dan apa yang aku kehendaki dalam doaku untuk penduduk kota suci ini. Sesungguhnya hal itu tiada lain menuju kepada rida-Mu dan mengikhlaskan diri kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau mengetahui segala sesuatu yang lahir dan yang batin (tidak tampak), tiada sesuatu pun di bumi ini —tiada pula di langit—yang tersembunyi dari pengetahuan-Mu.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى ٱلْكِبَرِ إِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ ۚ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ 39
(39) Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
(39)
Kemudian Nabi Ibrahim dalam doanya mengucapkan pujian kepada Tuhannya atas anak yang dianugerahkan kepadanya di saat ia telah berusia lanjut, seperti yang disitir oleh firman berikut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (Ibrahim: 39)
Yakni Dia memperkenankan (mengabulkan) doa orang yang memohon kepada-Nya;.dan sesunggguhnya Dia telah mengabulkan permintaanku, yaitu mempunyai anak.
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ 40
(40) Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
(40)
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. mengatakan dalam doanya:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan salat (Ibrahim: 40)
Yaitu memeliharanya dan mendirikan batasan-batasannya.
وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
dan begitu pula anak cucuku. (Ibrahim : 40)
Maksudnya, jadikanlah pula anak cucuku sebagai orang-orang yang mendirikan salat.
رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim: 40)
Yakni kabulkanlah semua apa yang aku mohonkan kepada-Mu.
رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ 41
(41) Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(41)
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan ibu bapakku. (Ibrahim: 41)
Sebagian ulama tafsir membacanya waliwalidi dalam bentuk tunggal, yakni bukan waliwalidayya. Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum ia berlepas diri dari ayahnya, setelah ia mengetahui dengan jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah Swt.
وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab. (Ibrahim: 41)
Maksudnya, ampunilah pula semua orang mukmin pada hari Engkau menghisab hamba-hamba-Mu, lalu Engkau balas mereka sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَٰرُ 42
(42) Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,
(42)
Firman Allah Swt.
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ
Dan janganlah sekali-kali kamu menduga. (Ibrahim: 42)
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw.
غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42)
Artinya, janganlah kamu mempunyai dugaan bahwa Allah melupakan orang-orang yang zalim dan membiarkan mereka tanpa menghukum mereka karena perbuatannya, hanya karena Allah menangguhkan ajal kebinasaan mereka. Bahkan Allah menghitung-hitung semua perbuatan zalim yang mereka lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci.
إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ
Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)
Yaitu karena kedahsyatan dan kengerian serta huru-hara yang terjadi di hari kiamat.