14 - ابراهيم - Ibrahim

Juz : 13

Abraham
Meccan

مُهْطِعِينَ مُقْنِعِى رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْـِٔدَتُهُمْ هَوَآءٌۭ 43

(43) mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.

(43) 

Kemudian Allah menceritakan perihal kebangkitan mereka dari kuburnya masing-masing serta ketergesa-gesaan mereka dalam menuju Padang Mahsyar. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

مُهْطِعِينَ

mereka datang bergegas-gegas. (Ibrahim: 43)

Yakni dengan terburu-buru, sama dengan pengertian yang terdapat dalam ayat lainnya, yaitu:

مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ

mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al-Qamar: 8)

يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا

Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. (Thaha: 18)

sampai dengan firman-Nya:

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا

Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). (Thaha: 111)

Dan firman Allah Swt.:

يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ

(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat. (Al-Ma'arij: 43), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ

dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 43)

Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mereka mengangkat kepalanya.

لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ

sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip. (Ibrahim: 43)

Artinya, pandangan mata mereka terbeliak tanpa berkedip barang sesaat pun karena banyak huru-hara, kengerian, dan hal-hal yang sangat menakutkan yang menimpa diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari kengerian pada hari kiamat.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:

وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ

dan hati mereka kosong. (Ibrahim: 43)

Yakni hati mereka kosong —tidak ada apa-apanya— karena rasa takut yang sangat hebat. Qatadah dan sejumlah ulama mengatakan bahwa rongga hati mereka kosong; karena hati itu bila telah menyesak sampai ke tenggorokan. maka ia keluar dari tempatnya disebabkan rasa takut yang amat hebat. Sebagian ulama mengatakan bahwa hatinya telah rusak, tidak sadar akan sesuatu pun karena kedahsyatan peristiwa yang diberikan oleh Allah Swt.

Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:


وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ فَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَآ أَخِّرْنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ قَرِيبٍۢ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوٓا۟ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍۢ 44

(44) Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?

(44) 

Allah Swt. berfirman menceritakan perkataan orang-orang yang zalim terhadap diri mereka sendiri di kala mereka menyaksikan azab:

رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ

Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Ibrahim: 44)

Ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)." (Al-Mu’minun: 99)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. (Al-Munafiqun: 9), hingga akhir ayat berikutnya.

Dan firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan mereka di Padang Mahsyar:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ

Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.

Begitu pula dalam firman Allah Swt.:

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am: 27), hingga akhir ayat.

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا

Dan mereka berteriak di dalam neraka. (Fathir: 37), hingga akhir ayat.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt. menjawab ucapan mereka melalui firman-Nya:

أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44)

Maksudnya, bukankah kalian pernah bersumpah sebelum kalian berada di sini bahwa kalian tidak akan binasa dari keadaan kalian saat itu, dan bahwa tidak ada hari kembali serta tidak ada pula hari pembalasan; maka rasakanlah akibat perbuatan kalian ini.

Mujahid dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44) Yakni tiadalah kalian akan berpindah dari dunia ke akhirat. Sama pula maknanya dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:

وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ

Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati. (An-Nahl: 38), hingga akhir ayat.



وَسَكَنتُمْ فِى مَسَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ ٱلْأَمْثَالَ 45

(45) dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan".

(45) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ

Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan. (Ibrahim: 45)

Yakni kalian telah mengetahui melalui berita yang sampai kepada kalian tentang azab yang telah Kami timpakan kepada umat-umat terdahulu yang mendustakan Kami. Tetapi sekalipun demikian, ternyata kalian tidak mengambil pelajaran dari mereka, tidak pula kalian menjadikan apa yang telah Kami timpakan kepada mereka sebagai peringatan.

حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ

itulah hikmah yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5)


وَقَدْ مَكَرُوا۟ مَكْرَهُمْ وَعِندَ ٱللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِن كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ ٱلْجِبَالُ 46

(46) Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.

(46) 

Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, bahwa sahabat Ali r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat berikut: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa orang yang mendebat Nabi Ibrahim sehubungan dengan Tuhannya mengambil dua ekor burung elang yang masih kecil, lalu ia memeliharanya hingga besar dan kuat. Kemudian kaki masing-masing burung itu di­ikatkan kepada pasak yang dihubungkan dengan sebuah peti. Sebelum itu kedua burung elang tidak diberi makan hingga keduanya lapar, lalu dia dan seorang lelaki lain duduk di dalam peti itu, sedangkan dia mengangkat sebuah tongkat dari dalam peti itu yang ujungnya diberi daging segar. Kemudian ia berkata kepada temannya, "Lihatlah apa yang kamu saksikan!" Maka temannya menjawab, saya melihat anu dan anu (dari angkasa)," sehingga temannya itu mengatakan, "Saya melihat dunia ini semuanya seakan-akan seperti lalat (kecilnya)." Setelah itu ia menurunkan tongkatnya, maka keduanya turun. Sahabat Ali mengatakan bahwa hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)

Bacaan sahabat Ali," Wain kada," yang artinya "Dan sesungguhnya makar mereka hampir dapat melenyapkan gunung-gunung".

Abu Ishaq mengatakan bahwa hal yang sama dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud dalam qiraahnya sehubungan dengan ayat ini —yaitu "wain kada" dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b dan Umar ibnul Khattab r.a., bahwa mereka membacanya dengan bacaan wain kada'''— sama dengan qiraah sahabat Ali r.a.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri dan Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, dari Ali, lalu disebutkan kisah yang semisal. Juga telah diriwayatkan dari Ikrimah, bahwa kisah ini menyangkut Raja Namruz —Raja Negeri Kan'an— dalam upayanya untuk menaiki langit dengan tipu muslihat tersebut. Hal yang serupa telah dilakukan pula oleh Raja Fir'aun, hanya dengan cara membangun menara yang tinggi, tetapi pada akhirnya keduanya tidak mampu dan lemah. Ternyata upaya keduanya kecil, tiada artinya, dan membuatnya terhina.

Mujahid menuturkan kisah ini yang bersumberkan dari Bukhtanasar, bahwa ketika pandangan matanya sudah tidak lagi melihat bumi dan penduduknya, ada suara yang berseru, "Hai orang yang kelewat batas, hendak ke manakah kamu pergi?" Maka ia meresa takut, kemudian ia mendengar suara di atasnya, lalu ia melepaskan tombaknya, dan tombak­nya itu mengenai burung garuda, sehingga gunung-gunung bergetar karena kejatuhan reruntuhannya, seakan-akan hampir lenyap karenanya. Yang demikian itu adalah apa yang di sebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)

Ibnu Juraij telah menukil dari Mujahid, bahwa ia membacanya dengan bacaan berikut: Latazulu minhul jibal, yakni benar-benar dapat melenyapkan gunung-gunung. Huruf lam yang pertama dibaca fat-hah, dan yang kedua dibaca dammah.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa tiadalah makar mereka itu dapat melenyapkan gunung-gunung.

Makna yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, lalu dijelaskan oleh Ibnu Jarir, bahwa apa yang mereka perbuat —yakni kemusyrikan mereka kepada Allah dan kekufuran mereka kepada-Nya— sama sekali tidak membahayakan gunung-gunung itu barang sedikit pun, tidak pula yang lainnya. Melainkan kemudaratan dari perbuatan mereka itu justru akan menimpa diri mereka sendiri.

Menurut kami, berdasarkan makna yang terakhir ini berarti ayat ini sama maknanya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra: 37)

Pendapat yang kedua sehubungan dengan tafsir ayat ini ialah apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu AbuTalhah, dari Ibnu Abbas, bahwa firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Yang dimaksud dengan makar ialah kemusyrikan mereka, seperti pe­ngertian yang terkandung di dalam firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu:

تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ

hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam: 9), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Qatadah.


فَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِۦ رُسُلَهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌۭ ذُو ٱنتِقَامٍۢ 47

(47) Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.

(47) 

Allah Swt. mengikrarkan janji-Nya dengan ungkapan yang kukuh melalui firman-Nya:

فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ

Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. (Ibrahim: 47)

Maksudnya, Allah akan menolong mereka dalam kehidupan di dunia dan pada hari semua saksi di tegakkan. Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia Mahaperkasa, tiada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi kehendak-Nya; dan Dia tidak terkalahkan, serta mempunyai pembalasan terhadap orang-orang yang kafir dan ingkar kepada-Nya.

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Ath-Thur: 11)



يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ 48

(48) (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

(48) 

Karena itulah dalam firman selanjutnya di sebutkan:

يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)

Yakni janji Allah ini akan dilaksanakan pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain, yang bentuknya tidaklah seperti sekarang yang kita kenal, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ، كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ، لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ"

Kelak manusia di hari kiamat akan dihimpunkan di bumi yang putih lagi tandus seperti perak yang putih bersih, tiada suatu tanda pun bagi seseorang padanya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ دَاوُدَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ قَالَتْ: قُلْتُ: أَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi. dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang mula-mula bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya berikut ini: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (begitu pula) langit. (Ibrahim:-48) Ia bertanya kepada Rasulullah Saw., "Di manakah manusia pada saat itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Di atas sirat."

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid tanpa Imam Bukhari, begitu pula Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Affan. dari Wuhaib, dari Daud dan Asy-Sya'bi, dari Siti Aisyah tanpa menyebutkan Masruq (dalam sanadnya).

قَالَ قَتَادَةُ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ الْمُزَنِيِّ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهُ: يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ قَالَ: قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتِنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي، ذَاكَ أَنَّ النَّاسَ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ

Qatadah telah meriwayatkan dari Hissan ibnu Bilal Al-Muzani, dari Siti Aisyah r.a., bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48) Bunyi pertanyaannya ialah, "Wahai Rasulullah, di manakah manusia pada saat itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya kamu menanyakan sesuatu kepadaku suatu per­tanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun dari kalangan umatku. Pada saat itu manusia berada di atas jembatan neraka.

وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ، مِنْ حَدِيثِ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، حَدَّثَتْنِي عَائِشَةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عن قَوْلِهِ تَعَالَى: وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ [الزمر: 67] ، فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "هُمْ عَلَى مَتْنِ جَهَنَّمَ"

Imam Ahmad meriwayatkan melalui hadis Habib ibnu Abu Umrah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Siti Aisyah telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nyapada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (Az-Zumar: 67) Siti Aisyah mengatakan, "Di manakah manusia pada hari itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Mereka berada di pinggir neraka Jahannam."

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أَخْبَرَنِي الْقَاسِمُ، سَمِعْتُ الْحَسَنَ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "إِنَّ هَذَا شَيْءٌ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ"، قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ يَا عَائِشَةُ".

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim; ia mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah bertanya tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) "Dimanakah manusia pada hari itu, wahai Rasulullah? Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya ini adalah suatu pertanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun. Hai Aisyah, mereka pada hari itu berada di atas sirat.

Imam Ahmad meriwayatkannya dari Affan, dari Al-Qasim ibnul Fadl, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama.

Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam kitab Sahih-nya bahwa:

حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبة الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدٍ -يَعْنِي: أَخَاهُ -أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ، حَدَّثَنِي أَبُو أَسْمَاءَ الرَّحَبِي؛ أَنَّ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ قَالَ: كُنْتُ قَائِمًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ حَبر مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. فَدَفَعْتُهُ دَفْعَةً كَادَ يُصرَع مِنْهَا، فَقَالَ: لِمَ تَدْفَعُنِي؟ فَقُلْتُ: أَلَا تَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ؟! فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: إِنَّمَا نَدْعُوهُ بِاسْمِهِ الَّذِي سَمّاه بِهِ أَهْلُهُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اسْمِي مُحَمَّدٌ الَّذِي سَمَّانِي بِهِ أَهْلِي". فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيَنْفَعُكَ شَيْءٌ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ " فَقَالَ: أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. فَنَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُودٍ مَعَهُ، فَقَالَ: "سَلْ". فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ" قَالَ: فَمَنْ أَوَّلُ النَّاسِ إِجَازَةً؟ قَالَ: فَقَالَ: " [فُقَرَاءُ] الْمُهَاجِرِينَ". قَالَ الْيَهُودِيُّ: فَمَا تُحْفَتهُم حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: "زِيَادَةُ كَبِدِ النُّونِ" قَالَ: فَمَا غِذَاؤُهُمْ فِي أَثَرِهَا؟ قَالَ: "يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا". قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا". قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: وَجِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ؟ قَالَ: "أَيَنْفَعُكَ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ " قَالَ: أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. قَالَ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنِ الْوَلَدِ. قَالَ: "مَاءُ الرَّجُلِ أَبْيَضُ وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ، فَإِذَا اجْتَمَعَا فَعَلا منيُّ الرَّجُلِ منيَّ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَا بِإِذْنِ اللَّهِ -تعالى -وَإِذَا عَلَا مَنِيُّ الْمَرْأَةِ مَنِيَّ الرَّجُلِ أنَّثا بِإِذْنِ اللَّهِ" قَالَ الْيَهُودِيُّ: لَقَدْ صَدَقْتَ، وَإِنَّكَ لَنَبِيٌّ. ثُمَّ انْصَرَفَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ سَأَلَنِي هَذَا عَنِ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْهُ، وَمَا لِي عِلْمٌ بِشَيْءٍ مِنْهُ، حَتَّى أَتَانِيَ اللَّهُ بِهِ"

telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali Al-Hilwani, telah menceritakan kepadaku Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Zaid (saudaranya). Ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Asma Ar-Rahbi; Sauban maula Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadanya bahwa ketika ia sedang berdiri dihadapan Rasulullah Saw., datanglah seorang ulama Yahudi kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Semoga kesejahteraan atas dirimu, hai Muhammad." Maka aku (Sauban) mendorongnya dengan dorongan yang cukup kuat sehingga hampir saja ia terjatuh karena doronganku. Lalu ia berkata kepadaku, "Mengapa kamu mendorongku?" Aku menjawab, "Mengapa tidak-kamu katakan, Wahai Rasulullah?" Orang Yahudi itu berkata, "Sesungguhnya aku memanggilnya dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya namaku Muhammad, itulah nama yang diberikan kepadaku oleh orang tuaku." Orang Yahudi itu berkata, "Saya datang kepadamu untuk bertanya." Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah ada manfaatnya bila saya katakan sesuatu kepadamu?" Orang Yahudi itu menjawab, "Saya akan mendengarnya dengan baik." Maka Rasulullah Saw. mengetuk-ngetukan tongkat kayu yang ada di tangannya dan bersabda, "Bertanyalah." Orang Yahudi mengatakan, "Di manakah manusia berada pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan begitu pula langit?" Rasulullah Saw. bersabda: Mereka berada di dalam kegelapan sebelum jembatan (sirat). Orang Yahudi itu bertanya.”Siapakah manusia yang mula-mula melewatinya?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang-orang yang fakir dari kalangan Muhajirin. Orang Yahudi itu berkata, "Apakah hadiah makanan mereka di saat mereka memasuki surga?" Rasulullah Saw. menjawab: Lebihan hati ikan Nun. Orang Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah makanan mereka sesudahnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Disembelihkan buat mereka sapi jantan surga yang makanannya mengambil dari pinggiran-pinggiran surga (yakni digembalakan di pinggiran surga). Orang Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah minuman mereka setelah makan makanan tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda: Dari mata air yang ada di dalam surga yang disebut Salsabila. Orang Yahudi itu berkata, "Engkau benar." Lalu ia berkata lagi, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan sesuatu yang tiada seorang penduduk bumi pun mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi atau seseorang atau dua orang." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah ada manfaatnya bila aku katakan kepadamu?" Orang Yahudi itu berkata, "Saya akan mendengarnya dengan baik." Orang Yahudi itu mengajukan pertanyaan­nya, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan tentang anak." Rasulullah Saw. bersabda: Mani laki-laki putih dan mani perempuan kuning, apabila ke duanya berkumpul, lalu mani lelaki mengalahkan air mani perempuan, maka dengan seizin Allah anaknya menjadi lelaki. Dan apabila air mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki, maka dengan seizin Allah anaknya menjadi perempuan. Maka orang Yahudi itu berkata.”Engkau benar, dan sesungguhnya engkau adalah seorang nabi." Lalu lelaki Yahudi itu pergi. Dan Rasulullah Saw. bersabda.” Sesungguhnya orang ini telah menanyakan kepadaku pertanyaan yang tiada pengetahuan bagiku tentangnya barang sedikit pun, seandainya tidak ada utusan dari Allah yang memberitahukannya kepadaku (tentang jawabannya)."

قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: حَدَّثَنِي ابْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ ثَوْبَانَ الكَلاعي، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: أَتَى النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبْر مِنَ الْيَهُودِ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذْ يَقُولُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ فَأَيْنَ الخَلْق عِنْدَ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: "أَضْيَافُ اللَّهِ، فَلَنْ يُعْجِزَهُمْ مَا لَدَيْهِ"

Abu Ja'far ibnu Jarir At-Tabari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sauban Al-Kala'i, dari Abu Ayyub Al-Ansari, bahwa seorang pendeta Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang makna firman Allah Swt.: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48) Ia berkata, "Di manakah manusia pada saat itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "(Mereka) adalah tamu-tamu Allah, maka hal itu amatlah mudah bagi Allah dengan kekuasaan yang ada di sisi-Nya.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama.

Syu'bah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq bahwa ia telah mendengar dari Amr ibnu Maimun. Barangkali dia mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) berkata, dan barangkali dia tidak menyebutnya. Lalu saya bertanya kepadanya, "Apakah dia menerimanya dari Abdullah?" Ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amr ibnu Maimun mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi yang lain itu warnanya putih seperti perak lagi bersih, tidak pernah dialirkan darah padanya dan tidak pernah dilakukan suatu dosapun padanya. Pandangan mereka menembus jauh dan suara juru penyeru kedengaran oleh mereka, mereka dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang, seperti keadaan mereka ketika diciptakan (dilahirkan). Perawi mengatakan, ia menduganya mengatakan bahwa mereka dalam keadaan berdiri, hingga keringat mereka sampai pada mulut mereka.

Telah diriwayatkan pula dari jalur yang lain dari Syu'bah, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari ibnu Mas'ud hal yang semisal. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Asim, dari Zur, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud tidak menceritakan hal ini. Demikianlah menurut keterangan yang diketengah­kan oleh Ibnu Jarir.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيد بْنِ عَقِيل، حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ أَبُو عَتَّابٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ: يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ قَالَ: "أَرْضٌ بَيْضَاءُ لَمْ يَسْقُطْ عَلَيْهَا دَمٌ وَلَمْ يُعْمَلْ عَلَيْهَا خَطِيئَةٌ".

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telab menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Uqail, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Hammad Abu Gayyas, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Ayyub, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah swt.: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Nabi Saw. bersabda, "Bumi yang putih, tidak pernah dialirkan darah pada­nya, tidak pernah pula dilakukan suatu dosa pun padanya."

Kemudian Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada orang yang me-rafa'-kannya selain Jarir ibnu Ayyub, sedangkan dia orangnya tidak kuat."

ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حدثا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ سِنَانٍ (7) عَنْ جَابِرٍ الجُعْفي، عَنْ أَبِي جُبَيرة عَنْ زَيْدٍ قَالَ: أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْيَهُودِ فَقَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ لِمَ أَرْسَلْتُ إِلَيْهِمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "أَرْسَلْتُ إِلَيْهِمْ أَسْأَلُهُمْ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ إِنَّهَا تَكُونُ يَوْمَئِذٍ بَيْضَاءَ مِثْلَ الْفِضَّةِ". فَلَمَّا جَاءُوا سَأَلَهُمْ فَقَالُوا: تَكُونُ بَيْضَاءَ مِثْلَ النَّقِي

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Sinan, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Abu Jabirah, dari Zaid yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan utusan kepada orang-orang Yahudi, lalu beliau bertanya (kepada para sahabatnya), "Tahukah kalian mengapa saya mengirimkan utusan kepada mereka?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda bahwa beliau mengirimkan utusannya kepada mereka untuk menanyakan tentang firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Sesungguhnya pada waktu itu bumi berwarna putih seperti perak. Setelah utusan Nabi Saw. datang kepada orang-orang Yahudi, lalu para utusan itu menanyakan hal tersebut. Mereka (orang-orangYahudi) menjawab bahwa saat itu bumi berwarna putih seperti perak.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali, Ibnu Abbas, Anas Ibnu Malik, dan Mujahid ibnu Jubair, bahwa kelak di hari kiamat bumi akan diganti dengan bumi dari perak.

Dari sahabat Ali r.a., ia mengatakan bahwa bumi akan menjadi perak dan langit menjadi emas.

Ar-Rabi' telah meriwayatkan dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa langit akan menjadi gelap gulita. Abu Ma'syar telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Muhammad ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi menjadi roti, orang-orang mukmin dapat makan dari bawah kaki mereka.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Waki', dari Umar ibnu Bisyr Al-Hamdani, dari Sa'id ibnu Jubair, yakni sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi diganti dengan roti yang putih, orang mukmin dapat makan dari bawah telapak kakinya.

Al-A'masy telah meriwayatkan dari Khaisam yang mengatakan, "Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa bumi pada hari kiamat semuanya berupa api, dan surga ada di belakangnya, kelihatan isi dan perhiasannya, sedangkan manusia ditenggelamkan oleh keringatnya. Keringat mereka telah menenggelamkan mereka, sedangkan mereka masih belum menjalani hisab.

Al-A'masy telah meriwayatkan pula dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Qais ibnus Sakan yang mengatakan bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Di hari kiamat kelak seluruh bumi menjadi api, di belakangnya terdapat surga, isi dan perhiasannya kelihatan. Demi Tuhan yang jiwa Abdullah berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang lelaki benar-benar mengucurkan keringatnya, sehingga menenggelamkan telapak kakinya, lalu keringatnya naik sampai ke hidungnya, padahal hisab masih belum dijalaninya." Mereka bertanya, "Mengapa demikian, wahai Abu Abdur Rahman (nama panggilan Ibnu Mas'ud)?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Hal itu terjadi karena pemandangan dan peristiwa yang mereka alami."

Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Ka'b, sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (begitu pula) langit. (Ibrahim: 48) Langit menjadi gelap gulita, laut berubah menjadi api, dan bumi diganti dengan bumi yang lain.

Di dalam hadis yang diriwayatkan, oleh Imam Abu Daud disebutkan bahwa:

لَا يَرْكَبُ الْبَحْرَ إِلَّا غَازٍ أَوْ حَاجٌّ أَوْ مُعْتَمِرٌ، فَإِنَّ تَحْتَ الْبَحْرِ نَارًا -أَوْ: تَحْتَ النَّارِ بَحْرًا"

tiada yang menempuh jalan laut kecuali orang yang berperang, atau pergi haji, atau pergi umrah, karena sesungguhnya di bawah laut itu neraka; atau di bawah neraka itu laut.

Di dalam hadis masyhur tentang suwar (sangkakala) dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

"تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ، فَيَبْسُطُهَا وَيَمُدُّهَا مَدَّ الْأَدِيمِ الْعُكَاظِيِّ، لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا، ثُمَّ يَزْجُرُ اللَّهُ الْخَلْقَ زَجْرَةً، فَإِذَا هُمْ فِي هَذِهِ الْمُبْدَلَةِ"

Allah mengganti bumi dengan bumi yang lain, begitu pula langit, lalu Dia menggelarkannya dan menghamparkannya sebagaimana seseorang menghamparkan kulit (dari pasar) 'Ukaz, tiada yang rendah, tiada pula yang tinggi. Kemudian Allah menggiring makhluk dengan sekali giring, tiba-tiba mereka telah berada di bumi yang telah diganti itu.

Firman Allah Swt.:

وَبَرَزُوا لِلَّهِ

dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah. (Ibrahim: 48)

Yakni semua makhluk keluar dari kuburannya masing-masing menghadap kepada Allah.

الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 48)

Allah yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya, serta tunduklah kepada-Nya semua kepala dan tunduk takutlah kepada-Nya semua akal.


وَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍۢ مُّقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ 49

(49) Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.

(49) 


مُقَرَّنِينَ

diikat bersama-sama. (Ibrahim: 49)

Yakni sebagian dari mereka diikat bersama-sama dengan sebagian yang lain menjadi satu, masing-masing dari mereka adakalanya digabungkan dengan orang-orang yang setara dengan keadaan mereka, atau adakalanya masing-masing dari mereka disatukan dengan orang yang sejenis dengan keadaan dirinya; jelasnya masing-masing golongan diikat bersama-sama dengan golongannya.

Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ

(kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka." (Ash-Shaffat: 22)

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ

dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7)

وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا

Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan; 13)

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ

Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. (Shad: 37-38)

Al-asfad artinya belenggu-belenggu, menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Al-A'masy, dan Abdur Rahman ibnu Zaid, dan inilah menurut dialek yang terkenal. Seorang penyair bernama Amr ibnu Kalsum dalam bait syairnya mengatakan,

فَآبُوا بِالثِّيَابِ وَبِالسَّبَايَا وأُبْنَا بالمُلُوك مُصَفّدينا

"Mereka menolak pakaian-pakaian dan para tawanan, dan hanya memilih raja-raja dalam keadaan terbelenggu."




سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍۢ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ 50

(50) Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,

(50) 

Firman Allah Swt.:

سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ

Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim: 50)

Maksudnya pakaian yang dikenakan oleh ahli neraka terbuat dari ter (aspal) yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kulit unta.

Qatadah mengatakan bahwa ter merupakan suatu bahan yang mudah terbakar.

Lafaz qatiran dikatakan pula qatran, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair bernama Abun Najm dalam salah satu bait syairnya,

كَأَنَّ قِطْرانًا إذَا تَلاهَا ... تَرْمي بِهِ الرِّيحُ إِلَى مَجْراها

"Apabila unta itu dipoles dengan ter, ia seakan-akan bagaikan angin yang bertiup ke arah yang ditujunya (karena kepanasan)."

Ibnu Abbas mengatakan bahwa qatiran adalah tembaga yang dilebur, dan adakalanya dia membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

"سَرَابيلهم مِنْ قَطِران"

Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim: 50)

Makna yang dimaksud ialah tembaga yang dilebur, kemudian panasnya telah mereda. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Qatadah.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ

dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Ibrahim: 50)

Ayat ini maknanya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ

Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 14)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ، عن يحيى بن أبي كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرْبَعٌ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يُتْرَكن الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ، وَالنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، ودرْع مِنْ جَرَب".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Yazid, dari Yahya ibnu Abu kasir, dari Zaid, dari Abu Salam, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada empat perkara di dalam umatku termasuk perkara Jahiliah yang masih belum mereka tinggalkan, yaitu membangga-banggakan diri dengan kedudukan, mendiskreditkan nasab (keturunan), meminta hujan melalui bintang-bintang, dan niyahah (menangis ala Jahiliah) karena ditinggal mati. Wanita yang ber-niyahah bila masih belum tobat sebelum matinya, kelak di hari kiamat dibangkitkan dengan memakai pakaian dari ter dan baju kurung dari penyakit kurap.

Hadis diketengahkan oleh Imam Muslim secara munfarid.

Di dalam hadis Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ، تُوقَفُ فِي طَرِيقٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَسَرَابِيلُهَا مِنْ قَطِرَانٍ، وَتَغْشَى وَجْهَهَا النَّارُ"

Wanita yang ber-niyahah jika (mati dalam keadaan) belum bertobat, akan diberdirikan di tengah jalan antara surga dan neraka, pakaian­nya adalah dari ter, sedangkan mukanya ditutupi oleh api neraka.




لِيَجْزِىَ ٱللَّهُ كُلَّ نَفْسٍۢ مَّا كَسَبَتْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ 51

(51) agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.

(51) 

Firman Allah Swt.:

لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ

Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. (Ibrahim: 51)

Yaitu kelak di hari kiamat, seperti halnya yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Najm: 31), hingga akhir ayat.

Mengenai firman Allah Swt.:

إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab (perhitungan)-Nya. (Ibrahim: 51)

Makna ayat ini dapat ditafsirkan seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)

Dapat pula ditafsirkan dengan pengertian 'dalam menghisab amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Allah sangat cepat perhitungan-Nya, karena Dia mengetahui segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya, dan sesungguhnya semua makhluk menurut kekuasaan Allah sama halnya dengan seseorang dari mereka', seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa. (Luqman: 28)

Hal ini sama dengan inti sari dari pendapat Mujahid, bahwa makna firman-Nya:

سَرِيعُ الْحِسَابِ

Mahacepat hisab-Nya. (Ibrahim: 51)

Yakni perhitungan-Nya. Tetapi dapat pula dikatakan bahwa masing-masing dari kedua pendapat dapat dijadikan sebagai tafsirnya.


هَٰذَا بَلَٰغٌۭ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا۟ بِهِۦ وَلِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ وَلِيَذَّكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ 52

(52) (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

(52) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa Al-Qur'an ini adalah penjelasan bagi umat manusia, semakna dengan ayat lainnya:

لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ

supaya dengannya Aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang yang sampai kepadanya Al-Qur’an. (Al-An'am: 19)

Artinya, Al-Qur'an ini adalah penjelasan yang disampaikan kepada semua makhluk manusia dan jin, seperti yang disebutkan dalam permulaan surat ini melalui firman-Nya:

الر كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ

Alif, Dam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: 1), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

وَلِيُنْذَرُوا بِهِ

dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia. (Ibrahim: 52)

Maksudnya, agar mereka mengambil pelajaran dari Al-Qur'an.

وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ

dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Ibrahim: 52)

Yakni agar mereka dapat menyimpulkan melalui bukti-bukti dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.

وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ

dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim: 52)

Ulul Albab artinya orang-orang yang berakal.

Sampai di sini tafsir surat Ibrahim.