15 - الحجر - Al-Hijr
The Rock
Meccan
قَالَ هَٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِىٓ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ 71
(71) Luth berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)".
(71)
قَالَ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
Luth berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Al-Hijr: 71)
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِى سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ 72
(72) (Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)".
(72)
Karena itulah Allah Swt. berfrman kepada Nabi Muhammad Saw.:
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan). (Al-Hijr: 72)
Allah Swt. bersumpah dengan menyebut usia Nabi Saw. Hal ini jelas menunjukkan suatu penghormatan yang besar dan kedudukan yang tinggi bagi Nabi Saw.
Amr ibnu Malik An-Nakri telah meriwayatkan dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Tiadalah Allah menciptakan dan menjadikan makhluk yang lebih dimuliakan-Nya daripada Nabi Muhammad Saw. Saya belum pernah mendengar Allah bersumpah dengan menyebut usia seseorang selain Nabi Muhammad Saw. sendiri." Allah Swt. berfirman: Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan). (Al-Hijr: 72) Yakni demi hidupmu, demi usiamu, demi keberadaanmu di dunia. Sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan). (Al-Hijr: 72) Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Sakratihim" (kemabukan mereka). Makna yang dimaksud ialah kesesatan mereka. Dan ya'mahun artinya bermain-main.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas "sehubungan dengan makna firman-Nya, "La'amruka," artinya demi hidupmu Muhammad. Sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan). (Al-Hijr: 72) Ya'mahun artinya sama dengan yataraddadun, yaitu terombang-ambing.
فَأَخَذَتْهُمُ ٱلصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ 73
(73) Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit.
(73)
Allah Swt. berfirman:
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur. (Al-Hijr: 73)
Yang dimaksud dengan saihah ialah suara keras yang mengguntur menimpa mereka di saat matahari akan terbit. Selain itu kota tempat mereka tinggal diangkat ke langit, lalu dibalikkan, bagian atasnya di bawah dan bagian bawahnya di atas; setelah itu mereka dihujani oleh batu dari tanah liat yang keras. Dalam surat Hud telah diterangkan makna sijjil dengan keterangan yang cukup jelas, tidak perlu diulangi lagi di sini.
فَجَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةًۭ مِّن سِجِّيلٍ 74
(74) Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.
(74)
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ
Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. (Al-Hijr: 74)
Selain itu kota tempat mereka tinggal diangkat ke langit, lalu dibalikkan, bagian atasnya di bawah dan bagian bawahnya di atas; setelah itu mereka dihujani oleh batu dari tanah liat yang keras. Dalam surat Hud telah diterangkan makna sijjil dengan keterangan yang cukup jelas, tidak perlu diulangi lagi di sini.
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّلْمُتَوَسِّمِينَ 75
(75) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.
(75)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Al-Hijr: 75)
Yakni sesungguhnya bekas-bekas azab masih tampak pada negeri-negeri itu bagi orang yang memperhatikannya dan memandangnya dengan pandangan mata dan hatinya.
Seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (Al-Hijr: 75) Yaitu bagi orang-orang yang memandangnya dengan pandangan mata dan hatinya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud ialah bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.
Qatadah mengatakan bahwa mutawassimin artinya orang-orang yang mengambil pelajaran.
Malik mengatakan dari sebagian ulama Madinah, bahwa mutawassimin artinya orang-orang yang merenungkannya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ العَبْدي، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اتَّقُوا فِرَاسة الْمُؤْمِنِ، فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ". ثُمَّ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ>
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir Al-Abdi, dari Amr ibnu Qais, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id secara marfu' yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Takutlah kalian kepada firasat orang mukmin, karena sesungguhnya dia melihat dengan nur (cahaya) Allah. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang memperhatikannya. (Al-Hijr: 75)
Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Amr ibnu Qais Al-Mala-i, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id. Imam Turmuzi mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini kecuali hanya melalui jalur ini."
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الطُّوسِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا الْفُرَاتُ بْنُ السَّائِبِ، حَدَّثَنَا مَيْمُونُ بْنُ مِهْران، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اتَّقُوا فِرَاسَة الْمُؤْمِنِ؛ فَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ"
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Muhammad AtTusi, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Furat ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Maimun ibnu Mahran, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Takutlah kepada firasat orang mukmin, karena sesungguhnya orang mukmin itu memandang dengan nur (cahaya) Allah.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو شُرَحْبِيلَ الحِمْصِيّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا المُؤَمَّل بْنُ سَعِيدِ بْنِ يُوسُفَ الرَّحَبِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُعَلَّى أَسَدُ بْنُ وَدَاعَةَ الطَّائِيُّ، حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ مُنَبِّه، عَنْ طَاوُسِ بْنِ كَيْسَان، عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "احْذَرُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ؛ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ وَيَنْطِقُ بِتَوْفِيقِ اللَّهِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Syurahbil Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Al-Muammal ibnu Sa!id ibnu Yusuf Ar-Rahbi, telah menceritakan kepada kami Abul Ma'la Asad ibnu Wada'ah At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Munabbih, dariTawus ibnu Kaisan, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Waspadalah kepada firasat orang mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan nur Allah dan taufik-Nya.
قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ وَاصِلٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجَرْمِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ وَاصِلٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ الْمُزَلِّقُ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ لله عبادًا يَعْرِفُونَ النَّاسَ بِالتَّوَسُّمِ"
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la ibnu Wasil, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Muhammad Al-Jurmi, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Wasil, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr Al-Muzliq, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang mengetahui hal ihwal orang lain melalui firasatnya.
وَرَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجَرْمِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ -يُقَالُ لَهُ: ابْنُ الْمُزَلِّقِ، قَالَ: وَكَانَ ثِقَةً -عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا يَعْرِفُونَ النَّاسَ بِالتَّوَسُّمِ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan dalam riwayatnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Muhammad Al-Jurmi, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr yang dikenal dengan nama ibnul Muzliq, yang menurut Al-Bazzar dinilai siqah, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang dapat mengenal (mengetahui) orang lain melalui firasat(nya).
وَإِنَّهَا لَبِسَبِيلٍۢ مُّقِيمٍ 76
(76) Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).
(76)
Firman Allah Swt.:
وَإِنَّهَا لَبِسَبِيلٍ مُقِيمٍ
Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (Al-Hijr: 76)
Yakni sesungguhnya kota Sodom yang telah dibalikkan dan dilempari batu sijjil sehingga menjadi danau yang berbau busuk lagi kotor di jalan Mahya' itu masih tetap dilalui manusia sampai masa sekarang. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِم مُّصْبِحِينَ وَبِالَّليْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi dan di waktu malam. Maka apakah kalian tidak memikirkan?. (Ash-Shaffat: 137-138)
Mujahid dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (Al-Hijr: 76) Makna yang dimaksud ialah masih ada tanda-tandanya.
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah bekas-bekas mereka masih tampak jelas dijalan yang dilalui.
Qatadah mengatakan pula bahwa tempat tinggal mereka masih terlihat tanda-tandanya di suatu daerah.
Menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah bahwa nasib mereka telah ditetapkan di dalam Kitab yang nyata, yakni seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz). (Yasin: 12)
Akan tetapi, makna yang dimaksud tidaklah seperti apa yang dikatakannya dalam bab ini.
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةًۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ 77
(77) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
(77)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Al-Hijr: 77)
Sesungguhnya apa yang telah Kami perbuat terhadap kaum Lut—yaitu membinasakan dan menghancurkan mereka, serta Kami selamatkan Lut dan keluarganya dari azab itu— benar-benar terdapat tanda yang jelas -dan gamblang bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, bahwa Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman.
وَإِن كَانَ أَصْحَٰبُ ٱلْأَيْكَةِ لَظَٰلِمِينَ 78
(78) Dan sesungguhnya adalah penduduk Aikah itu benar-benar kaum yang zalim,
(78)
وَإِنْ كَانَ أَصْحَابُ الْأَيْكَةِ لَظَالِمِينَ
Dan sesungguhnya adalah penduduk Aikah itu benar-benar kaum yang zalim,
Penduduk kota Aikah adalah kaum Nabi Syu'aib.
Ad-Dahhak, Qatadah, dan yang lainnya mengatakan bahwa Aikah adalah nama sebuah pohon rindang (yang ada di kota itu).
Perbuatan zalim mereka ialah karena mereka mempersekutukan Allah, gemar merampok (orang-orang yang lewat), serta gemar mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah menghukum mereka dengan teriakan yang mengguntur, gempa dan azab di hari mereka dinaungi awan.
Mereka berada di dekat kaum Lut sesudah kaum Lut binasa, dan hal itu pertanda tempat tinggal mereka berdampingan.
فَٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍۢ مُّبِينٍۢ 79
(79) maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang.
(79)
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُبِينٍ
Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (Al-Hijr: 79)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya, makna imamum mubin dalam ayat ini ialah jalan umum yang terang.
Karena itulah ketika Nabi Syu'aib memperingatkan kaumnya mengatakan dalam ancamannya yang disitir oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ
sedangkan kaum Lut tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kalian. (Hud: 89)
وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَٰبُ ٱلْحِجْرِ ٱلْمُرْسَلِينَ 80
(80) Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,
(80)
وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ
Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul. (Al-Hijr: 80)
Penduduk kota Al-Hijr adalah kaum Samud yang mendustakan Nabi Saleh a.s. Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka mendustakan rasul-rasul Allah.
وَءَاتَيْنَٰهُمْ ءَايَٰتِنَا فَكَانُوا۟ عَنْهَا مُعْرِضِينَ 81
(81) dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya,
(81)
وَآتَيْنَاهُمْ آيَاتِنَا فَكَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ
dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya.
Allah menyebutkan pula bahwa Dia telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Nabi Saleh kepada mereka, yaitu seperti unta betina yang dikeluarkan oleh Allah dari batu besar kepada mereka berkat doa Nabi Saleh a.s. Unta itu hidup bebas di kota mereka dan mempunyai jadwal hari minumnya tersendiri, sedangkan mereka pun mempunyai jadwal hari minumnya pula yang telah ditentukan. Akan tetapi, setelah mereka bersikap kelewat batas dan berani menyembelih unta itu, maka Saleh a.s. berkata kepada mereka:
تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ
Bersuka rialah kalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65)
Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya:
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
Dan adapun kaum Samud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu. (Fushshilat: 17)
وَكَانُوا۟ يَنْحِتُونَ مِنَ ٱلْجِبَالِ بُيُوتًا ءَامِنِينَ 82
(82) dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.
(82)
Dan Allah Swt. menyebutkan perihal mereka melalui firman-Nya:
كَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا آمِنِينَ
dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. (Al-Hijr: 82)
Artinya, mereka membuat rumah-rumahnya di dalam gunung-gunung batu dengan memahatnya, padahal mereka tidak dalam ketakutan dan tidak memerlukan itu, melainkan mereka lakukan hal itu atas dorongan keangkuhan, kecongkakan serta kejahatan mereka.
Hal tersebut masih dapat terlihat dari bekas-bekas peninggalan mereka di Lembah Al-Hijr, yang Nabi Saw. pernah melewatinya di saat beliau pergi ke Medan Tabuk. Di saat melewatinya Nabi Saw. menundukkan kepalanya dan memacu kendaraannya dengan cepat serta bersabda kepada para sahabatnya:
"لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ الْقَوْمِ الْمُعَذَّبِينَ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكُوا خَشْيَةَ أَنْ يُصِيبَكُمْ مَا أَصَابَهُمْ"
Janganlah kalian memasuki tempat tinggal kaum yang telah diazab melainkan kalian dalam keadaan menangis. Jika kalian tidak dapat menangis sungguhan, maka berpura-pura menangislah kalian, karena dikhawatirkan kalian akan tertimpa apa yang telah menimpa mereka.
فَأَخَذَتْهُمُ ٱلصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ 83
(83) Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi,
(83)
Firman Allah Swt.:
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi. (Al-Hijr: 83)
Maksudnya, pada pagi hari dari hari yang keempat, yakni hari Rabu.
فَمَآ أَغْنَىٰ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ 84
(84) maka tak dapat menolong mereka, apa yang telah mereka usahakan.
(84)
فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
maka tak dapat menolong mereka apa yang telah mereka usahakan. (Al-Hijr: 84)
Yakni apa yang mereka hasilkan dari pertanian mereka yang lebih mereka cintai daripada unta betina dalam pembagian airnya, lalu mereka menyembelihnya agar tidak mengganggu pengairan pertanian mereka. Maka harta benda mereka tidak dapat mempertahankan keberadaan mereka, tidak pula memberi mereka manfaat di saat perintah (azab) Tuhanmu datang menimpa mereka.
وَمَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۗ وَإِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَءَاتِيَةٌۭ ۖ فَٱصْفَحِ ٱلصَّفْحَ ٱلْجَمِيلَ 85
(85) Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.
(85)
Firman Allah Swt.:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. (Al-Hijr: 85)
Yang dimaksud dengan al-haq ialah dengan adil.
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan' (An-Najm: 31), hingga akhir ayat.
Allah Swt. telah berfirman:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya akan terjadinya hari kiamat, dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi. Selanjutnya Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi-Nya bersikap memaaf dengan cara yang baik terhadap kaum musyrik yang telah menyakitinya dan mendustakan berita yang ia sampaikan kepada mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
Maka berpalinglah kamu (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah, "Salam (selamat tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (Az-Zukhruf: 89)
Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa hal ini sebelum adanya perintah untuk memerangi mereka. Dan kenyataannya memang seperti apa yang dikemukakan keduanya, mengingat ayat ini adalah ayat Makkiyyah, sedangkan ayat perang hanya baru diturunkan dan disyariatkan sesudah hijrah.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ ٱلْخَلَّٰقُ ٱلْعَلِيمُ 86
(86) Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
(86)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ
Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (Al-Hijr: 86)
Penegasan tentang adanya hari kembali (kiamat), dan bahwa Allah Swt. mampu menjadikan hari kiamat, karena sesungguhnya Dialah Yang Maha Pencipta, tiada sesuatu pun yang tidak dapat diciptakan-Nya. Dia Maha Mengetahui semua tubuh yang telah berserakan dan telah berpisah-pisah di tempat yang berbeda-beda di bumi. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (Yasin: 81-83)
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَٰكَ سَبْعًۭا مِّنَ ٱلْمَثَانِى وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْعَظِيمَ 87
(87) Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.
(87)
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung. (Al-Hijr: 87)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa sebagaimana Kami berikan kepadamu Al-Qur'an yang agung, maka jangan sekali-kali kamu memandang kepada dunia dan perhiasannya serta kesenangan duniawi yang telah Kami berikan kepada mereka yang ahlinya, yaitu kesenangan yang fana; hal itu sebagai ujian buat mereka. Maka janganlah kamu menginginkan apa yang ada pada mereka, janganlah pula kamu bersedih hati karena mereka bersikap mendustakan dan menentang agamamu.
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara: 215)
Artinya, bersikap rendah dirilah kamu kepada mereka, sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
Sehubungan dengan makna as-sab'ul masani, para ulama berbeda pendapat mengenainya.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sab’ul masani ialah tujuh surat Al-Qur'an yang panjang-panjang, yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, An Nisa, Al-Maidah, Al-An'am, Al-A'raf, dan surat Yunus.
Ibnu Abbas dan Sa'id ibnu Jubair me-nas-kan hal ini.
Sa’id mengatakan bahwa di dalam surat-surat tersebut dijelaskan hal-hal yang fardu, hukum-hukum had, hukum-hukum qisas, dan hukum-hukum lainnya. Ibnu Abbas mengatakan, di dalamnya dijelaskan misal-misal, berita-berita, dan pelajaran-pelajaran.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Umar yang mengatakan bahwa Sufyan pernah mengatakan, "Al-masani ialah surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-An'am, Al-A'raf, Al-Anf’al, dan surat Al-Bara-ah (At-Taubah) adalah satu surat."
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada seorang pun yang dianugerahi surat-surat tersebut selain Nabi Saw., dan Musa hanya diberi dua surat darinya. Demikianlah menurut riwayat Hasyim, dari Al-Hajjaj, dari Al-Walid ibnul Aizar, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Saw. dianugerahi tujuh surat yang panjang-panjang, sedangkan Musa dianugerahi enam buah. Setelah Musa melemparkan luh-luh-nya, kedua surat hilang, dan yang tertinggal hanyalah empat surat.
Mujahid mengatakan bahwa sab'ul masani ialah tujuh surat yang panjang-panjang, dikatakan pula Al-Qur'an yang agung.
Khasif telah meriwayatkan dari Ziyad ibnu Abu Maryam sehubungan dengan makna firman-Nya, "Sab'ul Masani" ini. Allah Swt. berfirman, "Aku berikan kepadamu (Muhammad) tujuh bagian, yaitu perintah, larangan, berita gembira, peringatan, perumpamaan-perumpamaan, dan bilangan nikmat-nikmat; serta Aku beritakan kepadamu berita Al-Qur'an." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-sab’ul masani ialah surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat.
Pendapat ini diriwayatkan dari Ali, Umar, Ibnu Mas'ud, dan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahwa basmalah termasuk salah satu ayat dari surat Al-Fatihah, Allah telah mengkhususkan ini bagi kalian. Pendapat inilah yang dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Abdullah ibnu Ubaid, Ibnu Umair, Ibnu Abu Mulaikah, Syahr ibnu Hausyab, Al-Hasan Al-Basri, dan Mujahid.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa yang dimaksud dengan sab’ul masani ialah fatihatul kitab, dan bahwa surat Al-Fatihah ini dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat salat fardu maupun salat sunat. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia memilih pendapat ini dengan berdasarkan hadis-hadis yang menerangkan tentang hal ini. Hadis-hadis tersebut telah kami terangkan di dalam keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah pada permulaan kitab tafsir ini. Sehubungan dengan masalah ini Imam Bukhari telah mengetengahkan dua buah hadis.
Pada hadis pertama Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدر، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ: مَرَّ بِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُصَلِّي، فَدَعَانِي فَلَمْ آتِهِ حَتَّى صَلَّيْتُ، ثُمَّ أَتَيْتُهُ فَقَالَ: "مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِي ؟ ". فَقُلْتُ: كُنْتُ أُصَلِّي. فَقَالَ: "أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ [الْأَنْفَالِ: 24] أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ أَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟ " فَذَهَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَخْرُجَ، فَذَكَّرْتُهُ فَقَالَ: " الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ[الْفَاتِحَةِ: 2] هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Habib ibnu Abdur Rahman, dari Hafs ibnu Asim, dari Abu Sa'id ibnul Ma'la yang menceritakan, "Nabi Saw. melewatiku saat aku sedang salat, lalu Nabi Saw. memanggilku, tetapi aku tidak mendatanginya hingga aku menyelesaikan salatku. Setelah aku selesaikan salatku, maka aku menghadap kepada Nabi Saw. Lalu Nabi Saw. bertanya, 'Apakah yang menghalang-halangimu sehingga tidak datang kepadaku (saat kupanggil)?' Aku menjawab, 'Aku sedang mengerjakan salat.' Maka Nabi Saw. bersabda, 'Bukankah Allah Swt. telah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian. (Al-Anfal: 24).' Nabi Saw. bersabda, 'Maukah aku ajarkan kamu tentang surat yang paling besar di dalam Al-Qur'an sebelum aku keluar dari masjid ini?' Ketika Nabi Saw. hendak keluar dari masjid, maka aku mengingatkannya (akan janjinya itu), lalu beliau bersabda: 'Al Hamdu Lillahi Rabbil 'Alamin (surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang, dan Al-Qur’anul 'Azim yang diberikan kepadaku'.”
Hadis kedua: Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، حَدَّثَنَا الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ: السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ"
telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi-b, telah menceritakan kepada kami Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ummul Qur’an ialah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur'anul 'Azim.
Inilah bunyi nas yang menyatakan bahwa surat Al-Fatihah-adalah sab’ul masani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’anul 'Azim (yakni di dalamnya terkandung semua isi Al-Qur'an secara garis besarnya). Akan tetapi, tidaklah bertentangan jika surat lainnya—yaitu tujuh surat yang panjang-panjang— dinamakan pula dengan sebutan ini, mengingat di dalam surat-surat tersebut terkandung pula sifat-sifatnya. Sebagaimana tidak bertentangan pula bila Al-Qur'an seluruhnya disebut dengan sebutan ini, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
اللَّهُ نزلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23)
Fatihah dipandang dari satu segi disebut masani (yang dibaca berulang-ulang), dan dari segi lain serupa (mutu ayat-ayatnya); surat Al-Fatihah ini dinamakan pula dengan sebutan ' Al-Qur'an'. Perihalnya sama dengan Nabi Saw. ketika ditanya tentang masjid yang dibangun di atas landasan takwa, maka beliau Saw. mengisyaratkan kepada masjidnya (di Madinah), sedangkan ayat itu diturunkan berkenaan dengan Masjid Quba. Tidak ada pertentangan dalam hal ini, karena sesungguhnya menyebutkan sesuatu bukan berarti menafikan sebutan yang lainnya bilamana keduanya mempunyai sifat dan latar belakang yang sama.
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًۭا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ 88
(88) Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
(88)
Firman Allah Swt.:
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ
Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu). (Al-Hijr: 88)
Maksudnya, merasa cukuplah kamu dengan Al-Qur'an yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu, dan janganlah kamu menginginkan kesenangan duniawi dan kegemerlapannya yang fana yang diberikan kepada mereka (orang-orang kafir itu). Berdasarkan makna ayat ini Ibnu Uyaynah mengartikan hadis sahih yang mengatakan:
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يتغَنَّ بِالْقُرْآنِ"
Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an.
Bahwa yang dimaksud dengan yataganna ialah tidak merasa cukup dengan Al-Qur'an dari yang lainnya. Interpretasi ini memang sahih, tetapi bukanlah makna yang dimaksud dari hadis, seperti yang telah kami jelaskan dalam permulaan tafsir ini.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ وَكِيع بْنِ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُبَيْدَةَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَضَافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم ضيف وَلَمْ يَكُنْ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْءٌ يُصْلِحُهُ، فَأَرْسَلَ إِلَى رَجُلٍ مِنَ الْيَهُودِ: يَقُولُ لَكَ مُحَمَّدٌ رَسُولَ اللَّهِ: أَسْلِفْنِي دَقِيقًا إِلَى هِلَالِ رَجَبٍ. قَالَ: لَا إِلَّا بِرَهْن. فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [فَأَخْبَرْتُهُ] فَقَالَ: "أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَأَمِينُ مَنْ فِي الْأَرْضِ وَلَئِنْ أَسْلَفَنِي أَوْ بَاعَنِي لِأُؤَدِّيَنَّ إِلَيْهِ". فَلَمَّا خَرَجْتُ من عنده نزلت هذه الآية: لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهَرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا إِلَى آخَرِ الْآيَةِ. [طه: 131] كَأَنَّهُ يُعَزِّيهِ عَنِ الدُّنْيَا
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Waki' ibnul Jarrah, bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Rafi' —sahabat Nabi Saw. — yang mengatakan bahwa Nabi Saw. menjamu sejumlah tamu, padahal Nabi Saw. tidak mempunyai sesuatu yang akan disuguhkan kepada tamu-tamunya itu. Maka beliau Saw. mengirimkan seseorang kepada seorang Yahudi untuk menyampaikan, "Muhammad, utusan Allah, berpesan kepadamu: Berilah ia utang tepung gandum yang akan dibayar pada permulaan bulan Rajab." Tetapi lelaki Yahudi itu menolaknya kecuali dengan jaminan. Maka si utusan (perawi sendiri) kembali kepada Nabi Saw. dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh si Yahudi itu. Maka Nabi Saw. bersabda, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar kepercayaan semua orang yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jikalau dia memberiku utang atau menjualnya kepadaku, pasti aku akan membayarnya." Setelah aku keluar dari sisi Nabi Saw., turunlah firman Allah Swt.: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia. (Thaha: 131) Seakan-akan Allah Swt. menghiburnya dari perkara duniawi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu.(Al-Hijr. 88) Bahwa Allah Swt. melarang seseorang mengharapkan apa yang menjadi milik temannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka. (Al-Hijr: 88) Menurutnya, yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kaya.
وَقُلْ إِنِّىٓ أَنَا ٱلنَّذِيرُ ٱلْمُبِينُ 89
(89) Dan katakanlah: "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan".
(89)
Allah Swt. memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada'manusia:
النَّذِيرُ الْمُبِينُ
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Hijr: 89)
Yakni yang jelas peringatannya. Ia memberi peringatan kepada manusia akan adanya azab yang pedih supaya jangan menimpa mereka karena mendustakannya, sebagaimana azab yang telah menimpa orang-orang terdahulu dari kalangan umat-umat yang silam yang mendustakan rasul-rasulnya, yaitu azab dan pembalasan yang diturunkan oleh Allah kepada mereka.
كَمَآ أَنزَلْنَا عَلَى ٱلْمُقْتَسِمِينَ 90
(90) Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah),
(90)
Firman Allah:
الْمُقْتَسِمِينَ
yang membagi-bagi (Kitab Allah). (Al-Hijr: 90)
Maksudnya, yang saling bersumpah di antara sesama mereka; mereka melakukan sumpah atau perjanjian pakta di antara sesama mereka untuk menentang para nabi, mendustakan, dan menyakitinya. Pengertiannya sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya tentang berita kaum Saleh, yaitu:
قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ
Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari.” (An-Naml: 49), hingga akhir ayat.
Yakni kita akan membunuh mereka di malam hari dengan tiba-tiba.
Mujahid mengatakan bahwa makna taqasamu ialah bersumpah, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh.”Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati."(An-Nahl: 38)
أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia). (Ibrahim: 44)
أَهَؤُلاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ
Itukah orang-orang yang kalian telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Al-A'raf: 49)
Dalam kaitannya dengan tafsir ayat ini dapat dikatakan bahwa seakan-akan mereka tidak sekali-kali mendustakan sesuatu dari masalah dunia melainkan mereka bersumpah terhadapnya, sehingga mereka dinamakan kaum yang muqtasim.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, al-muqtasimun adalah kaum Nabi Saleh yang bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka akan membunuhnya di malam hari secara tiba-tiba bersama keluarganya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Abu Musa, dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ، كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ: يَا قَوْمُ، إِنِّي رَأَيْتُ الْجَيْشَ بِعَيْنَيَّ، وَإِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ، فَالنَّجَاءَ النَّجَاءَ! فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ فَأَدْلَجُوا، وَانْطَلَقُوا عَلَى مَهْلِهِمْ فَنَجَوْا، وَكَذَّبَهُ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ فَأَصْبَحُوا مَكَانَهُمْ، فصبَّحهم الْجَيْشُ فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي وَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ، وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي وكَذب مَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الْحَقِّ"
Sesungguhnya perumpamaanku dan risalah yang diutuskan oleh Allah kepadaku untuk menyampaikannya, sama dengan seorang lelaki yang datang kepada kaumnya, lalu ia berkata (kepada mereka), "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah melihat pasukan musuh dengan mata kepalaku sendiri, dan sesungguhnya aku adalah orang yang memberikan peringatan dini kepada kalian, maka selamatkanlah diri kalian, selamatkanlah diri kalian!" Maka sebagian dari kaumnya ada yang menaati peringatannya, lalu mereka pergi di malam harinya dengan tenang untuk menyelamatkan diri, maka selamatlah mereka (dari serangan musuh). Dan sebagian orang dari kaumnya mendustakannya, sehingga mereka tetap berada di tempatnya pada pagi harinya, akhirnya pasukan musuh datang menyerang mereka di pagi harinya sehingga binasalah mereka karena dibunuh habis-habisan oleh musuh. Yang demikian itulah perumpamaan orang yang taat kepadaku dan mengikuti kebenaran yang aku sampaikan, dan perumpamaan orang yang durhaka kepadaku serta mendustakan kebenaran yang aku sampaikan.