15 - الحجر - Al-Hijr

Juz : 14

The Rock
Meccan

إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَٰمًۭا قَالَ إِنَّا مِنكُمْ وَجِلُونَ 52

(52) Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu".

(52) 

yaitu di saat:

دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ

masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam.”Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian.” (Al-Hijr:52)

Yakni Nabi Ibrahim dan istrinya merasa takut kepada tamu-tamunya itu. Disebutkan bahwa rasa takut timbul dalam hati Nabi Ibrahim kepada tamu-tamunya itu tatkala ia melihat tangan mereka tidak mau menyantap suguhan jamuan yang d isediakannya, yaitu anak sapi yang dipanggang.



قَالُوا۟ لَا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٍۢ 53

(53) Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim".

(53) 

قَالُوا لَا تَوْجَلْ

Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut.” (Al-Hijr: 53)

Al-wajal artinya al-khauf, yakni janganlah kamu takut kepada kami. Lalu mereka menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim a.s. bahwa dia akan mendapat seorang anak yang 'alim (pandai). Anak yang dimaksud adalah Ishaq a.s., seperti yang telah disebutkan di dalam surat Hud.

Kemudian Nabi Ibrahim berkata dengari nada keheranan, mengingat usianya yang telah lanjut; begitu pula usia istrinya, tetapi perasaan tersebut dibarengi dengan rasa ingin agar janji tersebut segera dinyatakan:



قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِى عَلَىٰٓ أَن مَّسَّنِىَ ٱلْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ 54

(54) Berkata Ibrahim: "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?"

(54) 

أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُون

Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlak­sananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? (Al-Hijr: 54)

Maka mereka menjawabnya dengan nada yang tegas akan terealisasinya berita gembira yang mereka sampaikan kepadanya:


قَالُوا۟ بَشَّرْنَٰكَ بِٱلْحَقِّ فَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْقَٰنِطِينَ 55

(55) Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa".

(55) 

قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ

Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepada­mu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.” (Al-Hijr: 55)

Sebagian ulama membacanya

الْقَنِطِينَ.

Maka Ibrahim a.s. menjawab mereka, bahwa sesungguhnya dirinya tidaklah berputus asa, melainkan selalu berharap kepada Allah agar memberinya anak, sekalipun usianya telah lanjut, begitu pula istrinya. Karena sesungguhnya Ibrahim a.s. mengetahui benar akan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya yang jauh lebih besar dari hal tersebut.


قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ 56

(56) Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".

(56) 

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Al-Hijr: 56)


قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا ٱلْمُرْسَلُونَ 57

(57) Berkata (pula) Ibrahim: "Apakah urusanmu yang penting (selain itu), hai para utusan?"

(57) 

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ

Berkata (pula) Ibrahim: "Apakah urusanmu yang penting (selain itu), hai para utusan?" (Al-Hijr: 57)

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Ibrahim a.s. setelah rasa takutnya lenyap dan mendapat berita gembira bahwa sesungguhnya dia balik bertanya kepada para utusan itu tentang latar belakang dan tujuan kedatangan mereka kepadanya. Maka mereka menjawab:


قَالُوٓا۟ إِنَّآ أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمٍۢ مُّجْرِمِينَ 58

(58) Mereka menjawab: "Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang berdosa,

(58) 

إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُجْرِمِينَ

Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang berdosa. (Al-Hijr: 58)

Yang mereka maksud adalah kaum Nabi Lut. Lalu mereka memberitakan kepada Ibrahim a.s. bahwa mereka akan menyelamatkan keluarga Lut dari kalangan kaumnya, kecuali istrinya; karena sesungguhnya istrinya termasuk orang-orang yang binasa bersama-sama kaumnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


إِلَّآ ءَالَ لُوطٍ إِنَّا لَمُنَجُّوهُمْ أَجْمَعِينَ 59

(59) kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya,

(59) 

إِلَّا آلَ لُوطٍ إِنَّا لَمُنَجُّوهُمْ أَجْمَعِينَ

Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, (Al-Hijr: 59)


إِلَّا ٱمْرَأَتَهُۥ قَدَّرْنَآ ۙ إِنَّهَا لَمِنَ ٱلْغَٰبِرِينَ 60

(60) kecuali istrinya. Kami telah menentukan, bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya)".

(60) 

إِلا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَا إِنَّهَا لَمِنَ الْغَابِرِينَ

Kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya). (Al-Hijr: 60)

Yakni termasuk orang yang tertinggal dan dibinasakan.


فَلَمَّا جَآءَ ءَالَ لُوطٍ ٱلْمُرْسَلُونَ 61

(61) Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut pengikutnya,

(61) 

فَلَمَّا جَاءَ آلَ لُوطٍ الْمُرْسَلُونَ

Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut pengikutnya. (Al-Hijr: 61)

Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Lut ketika kedatangan para malaikat yang berupa para pemuda yang berwajah tampan-tampan, lalu mereka masuk ke tempat Lut. 


قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌۭ مُّنكَرُونَ 62

(62) ia berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal".

(62) 

Maka Nabi Lut berkata:

قَالَإِنَّكُمْ قَوْمٌ مُّنْكَرُونَ 

Ia berkata:"Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang tidak dikenal.” (Al-Hijr: 62)


قَالُوا۟ بَلْ جِئْنَٰكَ بِمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَمْتَرُونَ 63

(63) Para utusan menjawab: "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan.

(63) 

Maka Nabi Lut berkata:

 قَالُوا بَلْ جِئْنَاكَ بِمَا كَانُوا فِيهِ يَمْتَرُونَ

” Para utusan menjawab, "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan.” (Al-Hijr: 63)

Mereka bermaksud bahwa mereka akan menimpakan azab kepada kaumnya, membinasakan dan menghancurkannya, karena sebelumnya kaum Lut selalu mendustakan dan meragukan akan terjadinya azab ini atas mereka; juga membinasakan kampung halaman mereka.


وَأَتَيْنَٰكَ بِٱلْحَقِّ وَإِنَّا لَصَٰدِقُونَ 64

(64) Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar.

(64) 

وَأَتَيْنَاكَ بِالْحَقِّ

Dan Kami datang kepadamu dengan membawa kebenaran. (Al-Hijr: 64)

Ayat ini semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

مَا نُنزلُ الْمَلائِكَةَ إِلا بِالْحَقِّ

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab). (Al-Hijr: 8)

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّا لَصَادِقُونَ

dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang yang benar. (Al-Hijr: 64)

Maksudnya, benar dalam pemberitaan yang mereka sampaikan kepada­nya, yaitu bahwa mereka akan menyelamatkan dia (Lut) dan mem­binasakan kaumnya. Ungkapan ayat ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya.


فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍۢ مِّنَ ٱلَّيْلِ وَٱتَّبِعْ أَدْبَٰرَهُمْ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌۭ وَٱمْضُوا۟ حَيْثُ تُؤْمَرُونَ 65

(65) Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu".

(65) 

Allah Swt. menceritakan perihal para malaikat yang diutus-Nya kepada Nabi Lut, bahwa mereka memerintahkan Lut untuk pergi di malam hari bersama keluarganya, yaitu sesudah sebagian besar malam hari telah berlalu. Dan hendaknya Lut berjalan di belakang mereka agar lebih memelihara keselamatan mereka. Hal yang sama telah dilakukan pula oleh Rasulullah Saw. dalam peperangannya, yakni berjalan di belakang pasukannya. Sesungguhnya beliau Saw. berbuat demikian dimaksudkan untuk menolong orang yang lemah dan mengangkut orang yang tidak berkendaraan.

Firman Allah Swt.:

وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ

dan janganlah seorang pun di antara kalian menoleh ke belakang. (Al-Hijr: 65)

Dengan kata lain, apabila kalian mendengar suara jeritan kaum kalian, janganlah kalian menoleh ke belakang melihat mereka, tetapi biarkanlah mereka dengan azab yang menimpa mereka sebagai pembalasan amal perbuatannya.

وَامْضُوا حَيْثُ تُؤْمَرُونَ

dan teruskanlah perjalananmu ke tempat yang diperintahkan kepada kalian. (Al-Hijr: 65)



وَقَضَيْنَآ إِلَيْهِ ذَٰلِكَ ٱلْأَمْرَ أَنَّ دَابِرَ هَٰٓؤُلَآءِ مَقْطُوعٌۭ مُّصْبِحِينَ 66

(66) Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh.

(66) 


وَقَضَيْنَا إِلَيْهِ ذَلِكَ الأمْرَ

Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Lut) perkara itu. (Al-Hijr: 66)

Artinya, hal ini telah Kami beri tahukan terlebih dahulu kepadanya.

أَنَّ دَابِرَهَؤُلاءِ مَقْطُوعٌ مُصْبِحِينَ

yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis diwaktu subuh. (Al-Hijr: 66)

Yakni di pagi hari buta. Sama pengertiannya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat? (Hud: 81)


وَجَآءَ أَهْلُ ٱلْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ 67

(67) Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu.

(67) 

وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu.  (Al-Hijr: 67)


قَالَ إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ ضَيْفِى فَلَا تَفْضَحُونِ 68

(68) Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku),

(68) 

قَالَ إِنَّ هَؤُلاءِ ضَيْفِي فَلا تَفْضَحُونِ 

Lut berkata, "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kalian memberi malu (kepadaku).” (Al-Hijr: 68)

Hal ini dikatakan oleh Nabi Lut sebelum dia mengetahui bahwa tamu-tamunya itu adalah utusan Allah, seperti yang telah dijelaskan dalam surat Hud.

Adapun dalam surat ini penyebutan perihal mereka sebagai utusan-utusan Allah didahulukan, lalu di-ataf-kan dengan sebutan bahwa kaum Lut datang kepada Nabi Lut, disebutkan pula bantahan Lut a.s. kepada kaumnya. Akan tetapi, wawu (huruf 'ataf) tidak menunjukkan pengertian tertib, terlebih lagi jika ada dalil yang menunjukkan kebalikannya. Maka mereka berkata kepada Nabi Lut sebagai jawaban mereka:


وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ 69

(69) dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina".

(69) 

وَاتَّقُوا اللهَ وَلا تُخْزُونِ

Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian membuat aku terhina.” (Al-Hijr: 69)


قَالُوٓا۟ أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ 70

(70) Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?"

(70) 

Maka mereka berkata kepada Nabi Lut sebagai jawaban mereka:

قَالُواأَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ

Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia? (Al-Hijr: 70)

Artinya, bukankah kami telah melarangmu menerima tamu. Kemudian Nabi Lut memberikan petunjuk kepada mereka agar mengawini wanita-wanita mereka, karena Tuhan mereka telah menjadikan kaum wanita sebagai pasangan yang dihalalkan bagi mereka. Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan keterangan mengenai hal ini dengan penjelasan yang sudah cukup, sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini.

Semuanya itu terjadi, sedangkan mereka dalam keadaan lalai dan tidak menyadari akan ujian yang sedang ditimpakan atas mereka dan azab apakah yang akan ditimpakan kepada mereka di pagi harinya.