16 - النحل - An-Nahl

Juz : 14

The Bee
Meccan

لِيَكْفُرُوا۟ بِمَآ ءَاتَيْنَٰهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا۟ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ 55

(55) Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya).

(55) 

Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

 لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ

 Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka. (An-Nahl: 55)

Menurut suatu pendapat, huruf lam yang terdapat di dalam firman-Nya, "Liyakfuru" menunjukkan makna akibat. Menurut pendapat yang lainnya bermakna ta'lil; dengan kata lain, Kami tetapkan hal itu bagi mereka agar mereka kafir, yakni mereka menyembunyikan dan mengingkari nikmat Allah yang dilimpahkan kepada mereka. Padahal Dialah yang telah melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, Dialah yang melenyapkan bahaya itu dari mereka.

Kemudian Allah Swt. mengancam mereka melalui firman-Nya:

فَتَمَتَّعُوا

maka bersenang-senanglah kalian. (An-Nahl: 55)

Artinya, berbuatlah sesuka hati kalian, dan bersenang-senanglah sebentar dengan kehidupan kalian.

فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Kelak kalian akan mengetahui. (An-Nahl: 55)

akibat dari perbuatan kalian yang ingkar itu.


وَيَجْعَلُونَ لِمَا لَا يَعْلَمُونَ نَصِيبًۭا مِّمَّا رَزَقْنَٰهُمْ ۗ تَٱللَّهِ لَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَفْتَرُونَ 56

(56) Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan.

(56) 

Allah Swt. menceritakan keburukan-keburukan orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala dan patung-patung serta tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan di samping Allah tanpa pengetahuan. Mereka sediakan untuk berhala-berhala itu satu bagian dari apa yang direzekikan oleh Allah untuk mereka. Seperti yang disitir oleh firman Allah yang menceritakan ucapan mereka:

هَذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَائِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَائِهِمْ

Ini untuk Allah, sesuai dengan persangkaan mereka, dan ini untuk berhala-berhala kami. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (Al-An’am: 136) .

Yakni mereka menetapkan bagi tuhan-tuhan sembahan mereka suatu bagian bersama-sama dengan bagian Allah, bahkan mereka menye-jajarkannya dengan Allah. Maka Allah bersumpah dengan menyebut nama Zat-Nya sendiri Yang Maha Mulia, bahwa sesungguhnya Dia kelak akan meminta pertanggungjawaban dari mereka terhadap hal-hal yang mereka buat-buat itu. Sesungguhnya mereka benar-benar akan mendapat balasan dari perbuatannya dan kelak Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna, yaitu di neraka Jahanam. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

تَاللَّهِ لَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَفْتَرُونَ

Demi Allah, sesungguhnya kalian akan ditanyai tentang apa yang telah kalian ada-adakan. (An-Nahl: 56)

Kemudian Allah Swt. menyebutkan perihal sikap mereka, bahwa mereka menjadikan para malaikat—hamba-hamba Allah— sebagai makhluk jenis perempuan, lalu mereka menganggapnya sebagai anak-anak perempuan Allah, yang mereka sembah juga selain-Nya. Mereka melakukan kekeli­ruan yang sangat besar dalam tiga penilaian tersebut. Mereka menisbatkan kepada Allah Swt. bahwa Allah mempunyai anak, padahal Allah tidak beranak. Kemudian mereka memberikan kepada-Nya bagian anak yang paling rendah, yaitu anak-anak perempuan, padahal mereka tidak senang hal tersebut buat diri mereka sendiri, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى

Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidakadil. (An-Najm: 21-22)


وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ ٱلْبَنَٰتِ سُبْحَٰنَهُۥ ۙ وَلَهُم مَّا يَشْتَهُونَ 57

(57) Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).

(57) 

Dan firman Allah Swt. dalam surat ini, yaitu:

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ

Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Mahasuci Allah. (An-Nahl: 57)

Yakni Mahasuci Allah dari perkataan dan apa yang mereka buat-buat itu.

أَلا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, "Allah beranak.” Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? Apakah yang terjadi pada kalian? Bagaimana (caranya) kalian menetapkan? (Ash-Shaffat: 151-154)

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَهُمْ مَا يَشْتَهُونَ

sedangkan untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (An-Nahl: 57)

Maksudnya, untuk diri mereka sendiri mereka memilih anak-anak laki-laki, enggan menerima anak-anak perempuan yang kemudian mereka nisbatkan kepada Allah. Mahatinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.


وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّۭا وَهُوَ كَظِيمٌۭ 58

(58) Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

(58) 

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya. (An-Nahl: 58)

Yakni tampak murung karena sedih dengan karunia anak yang diterimanya.


يَتَوَٰرَىٰ مِنَ ٱلْقَوْمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦٓ ۚ أَيُمْسِكُهُۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُۥ فِى ٱلتُّرَابِ ۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ 59

(59) Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

(59) 

Yaitu diam karena sangat sedih.

يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ

Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak. (An-Nahl: 59)

Maksudnya, tidak suka bila dirinya dilihat oleh orang-orang.

مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ

disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? (An-Nahl: 59)

Yakni jika dia membiarkan anak perempuannya hidup, berarti dia membiarkannya hidup terhina; dia tidak memberikan hak waris kepada­nya, tidak pula memperhatikannya, dia lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan.

أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ

ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). (An-Nahl: 59)

Yaitu mengebumikannya hidup-hidup, seperti yang biasa mereka lakukan di masa Jahiliah. Maka apakah yang tidak mereka sukai itu dan mereka menolaknya buat diri mereka, lalu mereka menjadikannya buat Allah?

أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 59)

Alangkah buruknya apa yang mereka katakan itu, alangkah buruknya apa yang mereka bagikan itu, dan alangkah buruknya apa yang mereka nisbatkan kepada-Nya. Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang mengatakan:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gem­bira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah, jadilah mukanya hitam pekat, sedangkan dia amat menahan sedih. (Az-Zukhruf: 17)


لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ مَثَلُ ٱلسَّوْءِ ۖ وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ 60

(60) Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(60) 

Firman Allah Swt.:

لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ

Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk. (An-Nahl: 60)

Maksudnya, kekurangan itu hanyalah pantas dinisbatkan kepada mereka.

وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأعْلَى

dan Allah mempunyai sifat Yang Mahatinggi. (An-Nahl: 60)

Yakni Kesempurnaan yang mutlak dari segala seginya, hal inilah yang pantas dinisbatkan kepada Allah.

وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

dan Dialah YangMahaperkasa lagi Mahabijaksana. (An-Nahl: 60)


وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍۢ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةًۭ ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ 61

(61) Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.

(61) 

Allah Swt. menyebutkan sifat penyantun-Nya dalam menghadapi makhluk-Nya yang banyak berbuat aniaya, bahwa seandainya Allah menghukum mereka karena perbuatan mereka, tentulah semua makhluk yang melata di bumi ini tidak akan ada karena habis ditumpas-Nya. Dengan kata lain, semua binatang yang melata di muka bumi ini ikut binasa karena semua manusia dibinasakan. Akan tetapi, Tuhan Yang Maha Penyantun mempunyai sifat Penyantun; karenanya Dia menghadapi mereka dengan sifat penyantun-Nya serta memaaf, dan menangguhkan mereka sampai batas waktu yang telah ditentukan (yakni hari kiamat). Dengan kata lain, Allah tidak menyegerakan hukuman-Nya terhadap mereka, karena seandainya Dia melakukan hal tersebut, niscaya tidak akan ada seorang manusia pun yang hidup.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu lshaq, dari Abul Ahwas yang mengatakan bahwa hampir-hampir binatang landak ikut diazab karena dosa manusia. Lalu ia membacakan firman-Nya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata. (An-Nahl: 61)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah yang mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) pernah mengatakan, "Hampir saja landak binasa di dalam liangnya disebabkan dosa manusia."

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Hakim Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jabir Al-Hanafi, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah yang mengatakan bahwa sahabat Abu Hurairah pernah mendengar seorang lelaki berkata, "Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak membahayakan kecuali terhadap dirinya sendiri." Maka Abu Hurairah berpaling ke arah lelaki itu dan berkata, "Tidak demikian, demi Allah, melainkan sesungguhnya ayam kalkun benar-benar mati di dalam sarangnya karena perbuatan aniaya orang yang zalim."

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، أَنْبَأَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مُسَرِّحٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ مسْلَمة بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي مَشْجَعة بْنِ رِبْعي، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ذَكَرْنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يُؤَخِّرُ شَيْئًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهُ، وَإِنَّمَا زِيَادَةُ الْعُمُرِ بِالذُّرِّيَّةِ الصَّالِحَةِ، يَرْزُقُهَا اللَّهُ الْعَبْدَ فَيَدْعُونَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ، فَيَلْحَقُهُ دُعَاؤُهُمْ فِي قَبْرِهِ، فَذَلِكَ زِيَادَةُ الْعُمُرِ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Syurahbil, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata, dari Salamah ibnu Abdullah, dari pamannya (Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami berbincang-bincang di hadapan Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memberikan masa tangguh kepada sesuatu pun bila telah tiba ajalnya, dan sesungguhnya bertambah­nya usia itu hanyalah karena anak cucu yang saleh yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba, lalu mereka mendoakannya sesudah ia tiada, maka doa mereka sampai ke kuburnya. Yang demikian itulah penambahan umur.



وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ ٱلْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ ٱلْحُسْنَىٰ ۖ لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ ٱلنَّارَ وَأَنَّهُم مُّفْرَطُونَ 62

(62) Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).

(62) 

Firman Allah Swt.:

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ

Dan mereka menguntukkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya. (An-Nahl: 62)

Yakni anak-anak perempuan dan sekutu-sekutu yang pada hakikatnya mereka pun adalah hamba-hamba Allah juga, padahal orang-orang musyrik itu tidak suka bilaseseorang di antara mereka mempunyai sekutu dalam harta miliknya.

Firman Allah Swt.:

وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَى

dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguh­nya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62)

Hal itu sebagai pengingkaran terhadap pengakuan mereka yang mengata­kan bahwa mereka beroleh kebaikan di dunia; dan jika ada hari kemudian, maka mereka beroleh kebaikan pula. Ayat ini sekaligus sebagai pemberita­an tentang apa yang diucapkan oleh sebagian di antara mereka (yang kafir), seperti yang disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نزعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana-bencana itu dariku.” sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga. (Hud: 9-­1)

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ

Dan jika Kami merasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (Fushshilat: 5)

أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا

Maka apakah kamu telahjnelihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan, "Pasti aku akan diberi harta dan anak.” (Maryam: 77)

Demikian pula dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan salah seorang lelaki dari dua orang lelaki, yaitu:

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا

Dan dia memasuki kebunnya, sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu"(Al-Kahfi: 35-36)

Mereka menggabungkan antara perbuatan yang buruk dan harapan yang kosong yang mengatakan bahwa mereka akan beroleh balasan kebaikan dari kekafirannya; hal ini jelas mustahil.

Sehubungan dengan hal ini Ibnu Ishaq telah menceritakan bahwa ketika mereka membongkar Ka'bah untuk memperbaharui bangunannya, mereka menjumpai sebuah batu pada batu fondasinya. Pada batu itu tertulis kata-kata bijak dan nasihat-nasihat, yang antara lain mengatakan, "Apakah kalian mengerjakan keburukan, lalu dibalas dengan kebaikan? Ya, perumpamaannya sama dengan memetik buah anggur dari pohon yang berduri."

Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan lidahmereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguh­nya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62) Yakni para pelayan.

Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62) Yaitu kelak di hari kiamat, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, dan inilah pendapat yang benar.

Untuk itulah Allah Swt. membantah mereka sehubungan dengan angan-angan mereka itu melalui firman-Nya:

لَا جَرَمَ

Tiadalah diragukan. (An-Nahl: 62)

Maksudnya, memang benar dan pasti.

أَنَّ لَهُمُ النَّارَ

bahwa nerakalah bagi mereka. (An-Nahl: 62)

Yakni di hari kiamat kelak.

وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ

dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya). (An-Nahl: 62)

Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, serta yang lainnya mengatakan bahwa makna lafaz mufarratun ialah terlupakan dan tersia-sia di dalam neraka. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا

Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51)

Dari Qatadah, disebutkan pula sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mufarratun" yakni mereka disegerakan masuk ke neraka, berasal dari al-fart yang artinya paling dahulu sampai.

Di antara pendapat-pendapat yang disebutkan di atas tidak ada pertentangan, karena pada hakikatnya mereka disegerakan masuk ke neraka pada hari kiamat nanti, lalu mereka terlupakan di dalam neraka, yakni tinggal di dalam neraka selama-lamanya (kekal).


تَٱللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰٓ أُمَمٍۢ مِّن قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ ٱلْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ 63

(63) Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.

(63) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat terdahulu, tetapi mereka didustakan oleh kaumnya masing-masing. Maka bagimu, hai Muhammad, terdapat suri teladan dari kalangan saudara-saudaramu para rasul yang terdahulu. Untuk itu, janganlah kamu kendur semangat dalam menghadapi pendustaan kaummu terhadap dirimu. Adapun orang-orang musyrik yang mendustakan rasul-rasul itu, sesungguhnya mereka berbuat demikian hanyalah karena dorongan setan yang menghiasi apa yang mereka lakukan, sehingga mereka memandangnya baik.

فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ

maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu. (An-Nahl: 63)

Artinya, mereka dan setan yang menjadi pemimpin mereka berada dalam siksaan dan pembalasan Allah. Setan tidak dapat menyelamatkan mereka, tiada yang dapat menolong mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.


وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِى ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ ۙ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ لِّقَوْمٍۢ يُؤْمِنُونَ 64

(64) Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

(64) 

Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya bahwa sesung­guhnya Dia menurunkan Al-Qur'an kepadanya tiada lain agar dia men­jelaskan kepada manusia apa yang mereka perselisihkan itu. Al-Qur'an adalah pemisah di antara manusia dalam setiap hal yang mereka persengketakan.

وَهُدًى

dan menjadi petunjuk. (An-Nahl: 64)

bagi hati manusia.

وَرَحْمَةً

dan (menjadi) rahmat. (An-Nahl: 64)

bagi semua orang yang berpegang teguh kepadanya.

لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

bagi kaum yang beriman. (An-Nahl: 64)

Sebagaimana Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai kehidupan buat hati yang mati karena tadinya ingkar kepada Al-Qur'an, demikian pula Allah menghidupkan bumi yang telah mati dengan air hujan yang diturunkan­Nya dari langit.