16 - النحل - An-Nahl

Juz : 14

The Bee
Meccan

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًۭا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 43

(43) Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

(43) 

Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa setelah Allah mengutus Nabi Muhammad menjadi seorang rasul, orang-orang Arab menging­karinya, atau sebagian dari mereka ingkar akan hal ini. Mereka mengatakan bahwa Mahabesar Allah dari menjadikan utusan-Nya seorang manusia. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ

Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami me­wahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia.” (Yunus: 2), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (An-Nahl: 43)

Maksudnya, bertanyalah kamu kepada ahli kitab yang terdahulu, apakah rasul yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika rasul-rasul yang diutus kepada mereka adalah malaikat, maka kalian boleh mengingkarinya. Jika ternyata para rasul itu adalah manusia, maka janganlah kalian mengingkari bila Nabi Muhammad Saw. adalah seorang rasul.

Allah Swt. telah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang lelaki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 19)

Mereka bukanlah berasal dari penduduk langit seperti yang kalian duga.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ahluz zikr dalam ayat ini ialah ahli kitab. Pendapat yang sama dikatakan pula oleh Mujahid dan Al-A'masy.

Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid, yang dimaksud dengan az-zikr ialah Al-Qur'an. Ia mengatakan demikian dengan berdalilkan firman Allah Swt. yang mengatakan:

إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesung­guhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Pendapat ini memang benar, tetapi bukan makna tersebut yang dimaksud dalam ayat ini, mengingat orang yang menentang tidak dapat dijadikan sebagai rujukan untuk membuktikannya sesudah ia sendiri menging­karinya.

Hal yang sama dikatakan oleh Abu Ja'far Al-Baqir, bahwa kami adalah ahli zikir.

Maksud ucapannya ialah bahwa umat ini adalah ahluz zikir memang benar, mengingat umat ini lebih berpengetahuan daripada umat-umat terdahulu. Lagi pula ulama yang terdiri atas kalangan ahli bait Rasulullah Saw. adalah sebaik-baik ulama bila mereka tetap pada sunnah yang lurus, seperti Ali ibnu Abu Talib, Ibnu Abbas, kedua anak Ali (Hasan dan Husain), Muhammad ibnul Hanafiyah, Ali ibnul Husain Zainal Abidin, dan Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dan Abu Ja'far Al-Baqir yang nama aslinya ialah Muhammad ibnu Ali ibnul Husain, sedangkan Ja'far adalah nama putranya. Begitu pula ulama lainnya yang semisal dan serupa dengan mereka dari kalangan ulama-ulama yang berpegang kepada tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus. Dia mengetahui hak tiap orang serta menempatkan kedudukan masing-masing sesuai dengan apa yang telah diberikan kepadanya oleh Allah dan Rasul­Nya, dan telah disepakati oleh hati hamba-hamba-Nya yang beriman.

Kesimpulan dari makna ayat ini ialah bahwa para rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw. adalah manusia, sebagaimana Nabi Muhammad sendiri juga seorang manusia, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا

Katakanlah, "Mahasuci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?” (Al-Isra: 93-94)

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 2)

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

Dan tidaklah Kami menjadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya: 8)

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al-Ahqaf: 9)

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ

Katakanlah, "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku.” (Al-Kahfi: 11)

Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada orang-orang yang meragukan bahwa rasul-rasul itu adalah manusia, agar mereka bertanya kepada ahli kitab terdahulu tentang para nabi yang terdahulu, apakah mereka dari kalangan manusia ataukah dari kalangan malaikat?


بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ 44

(44) keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,

(44) 

Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengutus mereka yaitu:

بِالْبَيِّنَاتِ

dengan membawa keterangan-keterangan. (An-Nahl: 44)

Yakni hujah-hujah dan dalil-dalil.

وَالزُّبُرِ

dan kitab-kitab. (An-Nahl: 44)

Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan yang lainnya. Az-zubur adalah bentuk jamak dari zabur. Orang-orang Arab mengatakan zabartul kitaba, artinya saya telah menulis kitab.

Allah Swt. telah berfirman:

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qamar. 52)

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ

Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 15)

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَنزلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ

Dan Kami turunkan kepadamu Az-Zikr. (An-Nahl: 44)

Maksudnya, kitab Al-Qur'an.

لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نزلَ إِلَيْهِمْ

agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. (An-Nahl: 44)

Yakni dari Tuhannya, karena kamu telah mengetahui makna apa yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu-, dan karena keinginanmu yang sangat kepada Al-Qur'an serta kamu selalu mengikuti petunjuknya. Karena Kami mengetahui bahwa kamu adalah makhluk yang paling utama, penghulu anak Adam, maka sudah sepantasnya kamu memberikan keterangan kepada mereka segala sesuatu yang global, serta memberi penjelasan tentang hal-hal yang sulit mereka pahami.

وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

dan supaya mereka memikirkan. (An-Nahl: 44)

Maksudnya, agar mereka merenungkannya buat diri mereka sendiri, lalu mereka akan mendapat petunjuk dan akhirnya mereka beroleh keber­untungan di dunia dan akhirat (berkat Al-Qur'an).


أَفَأَمِنَ ٱلَّذِينَ مَكَرُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ أَن يَخْسِفَ ٱللَّهُ بِهِمُ ٱلْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ ٱلْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ 45

(45) maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,

(45) 

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ

maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. (An-Nahl: 45)

Allah Swt. menyebutkan tentang kesabaran-Nya dalam memberikan masa tangguh terhadap orang-orang yang durhaka, yaitu mereka yang mengerjakan hal-hal yang buruk dan menyeru orang lain untuk melaku­kannya, serta, menjerat manusia dalam seruannya agar mereka ikut mengerjakannya. Padahal Allah mampu untuk membenamkan mereka ke dalam bumi atau mendatangkan azab kepada mereka dari arah yang tidak mereka duga-duga. yakni dari arah yang tidak mereka ketahui. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kalian akan mengetahui bagai­mana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Al-Mulk: 16-17)



أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِى تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُم بِمُعْجِزِينَ 46

(46) atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu),

(46) 

Adapun firman Allah Swt.:

أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ

atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan. (An-Nahl: 46)

Yakni dalam bolak-balik mereka di kala mencari penghidupan, dalam kesibukan mereka di perjalanannya, dan kesibukan-kesibukan lainnya yang menyita waktu mereka.

Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa makna taqallubuhum ialah perjalanan mereka.

Mujahid, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Fi taqallubihim," yakni di malam dan siang hari mereka. Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain? (Al-A'raf: 97-98)

Mengenai firman Allah Swt.:

فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ

maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu). (An-Nahl: 46)

Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak dapat menolak siksa Allah dalam keadaan apa pun.


أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَىٰ تَخَوُّفٍۢ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ 47

(47) atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

(47) 

Firman Allah Swt.:

أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ

atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). (An-Nahl: 47)

Makna yang dimaksud ialah 'atau Allah mengazab mereka di saat mereka dalam keadaan dicekam ketakutan akan disiksa Allah, maka siksaan seperti ini lebih berat dan lebih keras; karena di samping siksaan yang keras, rasa takut itu juga merupakan siksaan lainnya'.

Karena itulah Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: atau Allah mengazab mereka di saat (mereka) dalam keadaan takut. (An-Nahl: 47) Allah Swt. berfirman, "Jika Aku menghendaki, tentu Aku mengazabnya setelah kematian temannya dan di saat ia dicekam oleh rasa ketakutan akan tertimpa azab."

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan lain-lainnya.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Maka sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 47)

Mengingat Dia tidak menyegerakan siksaan-Nya terhadap kalian.

Di dalam, kitab Sahihain disebutkan:

لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ

Tiada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah bila mendengar gangguan yang menyakitkannya; sesungguhnya mereka menjadikan bagi Allah anak, padahal Allah-lah yang memberi rezeki mereka, dan Allah membiarkan mereka (tidak mengazab mereka dengan segera).

Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula hadis lainnya, yaitu:

إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ" ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

Sesungguhnya Allah benar-benar menangguhkan orang yang berbuat aniaya; hingga manakala Dia mengazabnya, maka Allah tidak membiarkannya terlepas (dari siksa-Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 12)

Dan Allah berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj: 48)


أَوَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَىٰ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ مِن شَىْءٍۢ يَتَفَيَّؤُا۟ ظِلَٰلُهُۥ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَٱلشَّمَآئِلِ سُجَّدًۭا لِّلَّهِ وَهُمْ دَٰخِرُونَ 48

(48) Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?

(48) 

Allah Swt. menyebutkan tentang keagungan, kebesaran, dan kemuliaan­Nya, bahwa segala sesuatu tunduk kepada-Nya dan semua makhluk berendah diri kepada-Nya, baik berupa benda, makhluk hidup, maupun makhluk yang terkena taklif dari kalangan manusia, jin, dan para malaikat.

Maka Allah menyebutkan bahwa semua makhluk yang mempunyai bayangan yang berbolak-balik ke kanan dan ke kiri, yakni di pagi dan petang hari, sesungguhnya bayangan itu pada hakikatnya sedang bersujud kepada Allah Swt.

Mujahid mengatakan bahwa apabila matahari tergelincir, maka bersujudlah segala sesuatu kepada Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, dan yang lainnya.

Firman Allah Swt.:

وَهُمْ دَاخِرُونَ

sedangkan mereka berendah diri. (An-Nahl: 48)

Yakni merendahkan dirinya.


وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍۢ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ 49

(49) Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.

(49) 

Abu Galib Asy-Syaibani mengatakan, laut berombak merupakan ungkapan salatnya, dan laut diumpamakan sebagai makhluk yang berakal bila sujud dikaitkan kepadanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مِنْ دَابَّةٍ

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi. (An-Nahl: 49)

Sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (Ar-Ra'd: 15)

Firman Allah Swt.:

وَالْمَلائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

dan (juga) para malaikat, sedangkan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. (An-Nahl: 49)

Para malaikat bersujud kepada Allah, yakni mereka tidak merasa enggan untuk menyembah Allah.


يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ۩ 50

(50) Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).

(50) 

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka. (An-Nahl: 50)

Yakni mereka bersujud dengan rasa takut dan malu kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahabesar.

وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (An-Nahl: 50)

Artinya, para malaikat selalu tetap taat kepada Allah Swt. dan mengerjakan semua perintah-Nya serta meninggalkan semua larangan-Nya.


وَقَالَ ٱللَّهُ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ إِلَٰهَيْنِ ٱثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ فَإِيَّٰىَ فَٱرْهَبُونِ 51

(51) Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

(51) 

وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". An-Nahl: 51)

Allah Swt. menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa penyembahan itu hanyalah ditujukan kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Dialah yang memiliki segala sesuatu, yang menciptakannya, dan Dialah Tuhan semuanya.


وَلَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَهُ ٱلدِّينُ وَاصِبًا ۚ أَفَغَيْرَ ٱللَّهِ تَتَّقُونَ 52

(52) Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?

(52) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa penyembahan itu hanyalah ditujukan kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Dialah yang memiliki segala sesuatu, yang menciptakannya, dan Dialah Tuhan semuanya.

وَلَهُ الدِّينُ وَاصِبًا

dan untuk-Nyalah ketaatan itu selama-lamanya. (An-Nahl: 52)

Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Maimun ibnu Mahran, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna wasiban ialah selama-lamanya.

Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa wasiban artinya wajib.

Mujahid mengatakan bahwa makna wasiban ialah murni hanya untuk-Nya, yakni yang wajib disembah oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hanyalah Allah saja. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Ali Imran: 83)

Berdasarkan pendapat Ibnu Abbas dan Ikrimah, maka pengertiannya termasuk ke dalam Bab "Kebaikan". Adapun berdasarkan pendapat Mujahid, maka pengertiannya termasuk ke dalam Bab "Talab (Perintah)". Dengan kata lain, takutlah kalian, janganlah kalian mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, dan murnikanlah ketaatan kalian hanya kepada­Ku. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3)

Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah yang memiliki manfaat dan mudarat, dan bahwa segala sesuatu yang ada pada hamba-hamba-Nya berupa rezeki, nikmat, kesehatan, dan pertolongan hanyalah semata-mata dari karunia dan kebajikan-Nya kepada mereka.


وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْـَٔرُونَ 53

(53) Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.

(53) 

ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

dan bila kalian ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kalian meminta pertolongan. (An-Nahl: 53)

Karena kalian telah mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melenyapkannya kecuali hanya Allah, maka sesungguhnya kalian di saat darurat (tertimpa bahaya) selalu meminta pertolongan kepada-Nya dengan permintaan yang sangat mendesak. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا

Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamat­kan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)


ثُمَّ إِذَا كَشَفَ ٱلضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌۭ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ 54

(54) Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain),

(54) 

Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنْكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْكُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ

Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudaratan itu dari kalian, .tiba-tiba sebagian dari kalian mempersekutukan Tuhannya (dengan yang lain). (An-Nahl: 54)