17 - الإسراء - Al-Israa

Juz : 15

The Night Journey
Meccan

قُلْ كُونُوا۟ حِجَارَةً أَوْ حَدِيدًا 50

(50) Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi,

(50) 

قُلْ كُونُوا حِجَارَةً أَوْ حَدِيدًا

Katakanlah, Jadilah kamu sekalian batu atau besi.” (Al-Isra:50)

karena kedua benda ini jauh lebih tahan daripada tulang dan tanah.



أَوْ خَلْقًۭا مِّمَّا يَكْبُرُ فِى صُدُورِكُمْ ۚ فَسَيَقُولُونَ مَن يُعِيدُنَا ۖ قُلِ ٱلَّذِى فَطَرَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۚ فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هُوَ ۖ قُلْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَرِيبًۭا 51

(51) atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat",

(51) 

أَوْ خَلْقًا مِمَّا يَكْبُرُ فِي صُدُورِكُمْ

atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra:51)

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Ibnu AbuNujaih, dari Mujahid, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai maknanya; maka Ibnu Abbas menjawab bahwa yang dimaksud ialah maut. Atiyyah telah meri­wayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Ibnu Umar pernah mengatakan sehu­bungan dengan tafsir ayat ini, Seandainya kalian telah mati, tentulah Allah akan menghidupkan kalian kembali.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.

Makna yang dimaksud ialah seandainya kalian benda mati —yang merupakan lawan kata dari hidup—tentulah Allah dapat menghi­dupkan kalian; jika Dia menghendaki; karena tiada sesuatu pun yang sukar bagi-Nya jika Dia menghendaki-Nya.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadis yang bunyinya seperti berikut:

يُجَاءُ بِالْمَوْتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ كَبْش أَمْلَحُ، فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، أَتَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ. ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، أَتَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ. فَيُذْبَحُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، خُلُودٌ بِلَا مَوْتٍ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ، خُلُودٌ بِلَا مَوْتٍ

Kelak pada hari kiamat maut didatangkan dalam bentuk seekor kambing gibas yang bertanduk, lalu diberdirikan di antara surga dan neraka. Kemudian dikatakan, Hai penduduk surga, tahukah kalian apakah ini? mereka menjawab, Ya.” Kemudi­an dikatakan lagi, Hai penduduk neraka, tahukah, kalian apa­kah ini? Mereka menjawab, Ya. Selanjutnya kambing itu disembelih di antara surga dan neraka, kemudian dikatakan, Hai penduduk surga, kekallah kalian tanpa mati. Hai pendu­duk neraka, kekallah kalian tanpa mati!

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra: 51) Yakni jadilah kalian seperti langit, bumi, dan gunung-gunung.

Menurut riwayat yang lain, jadilah kalian sesuka kalian, maka Allah tetap akan menghidupkan kalian sesudah kalian mati.

Di dalam tafsir firman Allah Swt. berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Az-Zuhri (yaitu firman-Nya): atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra: 51) Makna yang dimaksud ialah maut (makhluk mati).

Firman Allah Swt.:

فَسَيَقُولُونَ مَنْ يُعِيدُنَا

Maka mereka akan bertanya, Siapakah yang akan menghi­dupkan kami kembali?” (Al-Isra: 51)

Artinya, siapakah yang akan menghidupkan kami bila kami menjadi batu atau besi atau makhluk lainnya yang kuat.

قُلِ الَّذِي فَطَرَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ

Katakanlah, Yang telah menciptakan kalian pada yang perta­ma kali. (Al-Isra: 51)

Yaitu Tuhan Yang telah menciptakan kalian. Pada awal mulanya kalian bukan merupakan sesuatu yang disebut-sebut, kemudian jadilah kalian manusia yang menyebar. Sesungguhnya Dia mampu menghidupkan kem­bali kalian, sekalipun kalian telah berubah menjadi apa pun. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ

Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemu­dian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghi­dupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ

Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepada­mu. (Al-Isra: 51)

Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan bahwa mereka menggeleng-gelengkan kepalanya mengandung makna mencemoohkan.

Pendapat yang dikatakan oleh keduanya ini berdasarkan pengertian bahasa, karena makna ingad ialah menggerakkan kepala dari arah bawah ke arah atas atau sebaliknya. Termasuk ke dalam pengertian ini ialah dikatakan nagdun terhadap anak burung unta. Dikatakan demikian karena bila berjalan burung itu condong ke depan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dikatakan nagadat sinnuhu, artinya giginya bergerak dan goyah. Seorang penyair mengatakan,

ونَغَضَتْ مِنْ هَرَم أَسْنَانُهَا ...

Giginya telah goyah karena usianya yang lanjut.

Firman Allah Swt.:

وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ

dan berkata, Kapan itu (akan terjadi)? (Al-Isra:51)

Ungkapan ini menunjukkan pengertian bahwa mereka menganggap mus­tahil akan terjadinya hari berbangkit. Perihalnya sama dengan yang dise­butkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan mereka berkata, Kapankah datangnya ancaman itu, jika kalian orang-orang yang benar?” (Al-Mulk:25)

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا

Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu disegerakan kedatangannya. (Asy-Syura:18)

Mengenai firman Allah Swt.:

قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا

Katakanlah, Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (Al-Isra:51)

Ayat ini dapat diartikan bahwa waspadalah kalian akan datangnya hari itu, karena sesungguhnya hari itu dekat waktunya bagi kalian. Hari itu pasti akan datang kepada kalian, karena sesuatu yang pasti terjadi akan menjadi kenyataan.


يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِۦ وَتَظُنُّونَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًۭا 52

(52) yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.

(52) 

Firman Allah Swt.:

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ

Yaitu pada hari Dia memanggil kalian. (Al-Isra:52)

Yakni di hari Tuhan menyeru kalian semua. Dalam ayat lain disebutkan:

إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ

apabila Dia memanggil kalian sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kalian keluar (dari kubur). (Ar-Rum:25)

Dengan kata lain, apabila Allah memerintahkan kepada kalian untuk kelu­ar dari kuburan, maka perintah-Nya itu tidak dapat ditentang dan tidak dapat ditolak, semua menaati-Nya. Bahkan dalam ayat yang lain disebut­kan oleh firman-Nya:

وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ

Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar:5)

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu'apabila Kami menghendaki, Kami hanya mengatakan kepadanya, Jadilah! Maka jadilah ia. (An-Nahl:4)

Dan firman Allah Swt.:

فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ. فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ

Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at:13-14)

Yakni sesungguhnya menghidupkan kembali itu hanyalah dengan sekali perintah saja, maka dengan serta-merta mereka keluar dari perut bumi ke permukaannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ

yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi­nya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52)

Artinya, kalian semua memenuhi seruan-Nya karena taat kepada perintah-Nya dan patuh kepada kehendak-Nya.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud adalah lalu kalian mematuhi perintah-Nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Juraij.

Qatadah me­ngatakan bahwa kalian memenuhi perintah-Nya dengan sepengetahuan-Nya dan karena taat kepada-Nya.

Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi­nya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52) Yakni bagi Allah segala puji dalam semua keadaan.

Di dalam hadis disebutkan:

لَيْسَ عَلَى أَهْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْشَةٌ فِي قُبُورِهِمْ، وَكَأَنِّي بِأَهْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَقُومُونَ مِنْ قُبُورِهِمْ يَنْفُضُونَ التُّرَابَ عَنْ رُءُوسِهِمْ، يَقُولُونَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. وَفِي رِوَايَةٍ يَقُولُونَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ

Orang-orang' yang biasa membaca kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' tidak akan merasa kesepian di dalam kuburnya. Saya seakan-akan melihat ahli kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' bangkit dari kuburan mereka seraya menepiskan debu dari kepalanya sambil membaca kalimat 'Tidak ada Tuhan sela­in Allah'. Menurut riwayat lain disebutkan bahwa mereka mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah mengilangkan dukacita dari kami. (Fathir: 34)

Hal ini akan diterangkan dalam tafsir surat Fathir.

Firman Allah Swt.:

وَتَظُنُّونَ

dan kalian mengira. (Al-Isra:52)

Yaitu pada hari kalian dibangkitkan dari kubur kalian.

إِنْ لَبِثْتُمْ

bahwa kalian tidak berdiam. (Al-Isra:52)

Maksudnya, tidak berdiam di kampung dunia (termasuk dalam kubur).

إِلا قَلِيلا

kecuali sebentar saja. (Al-Isra:52)

Makna ayat ini semisal dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain me­lalui firman-Nya:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at:46)

يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا * يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا * نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا

(Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang yang berdosa dengan muka yang biru muram, mereka berbisik-bisik di antara mereka, Kalian tidak berdiam (di dunia) hanyalah sepuluh (hari). Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka, Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja. (Thaha:12-14)

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja). Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan. (dari kebenaran). (Ar-Rum:55)

Dan firman Allah Swt.:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ * قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Allah bertanya, Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja kalau kalian sesungguhnya mengetahui. (Al-Mu’minun:112-114)


وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّۭا مُّبِينًۭا 53

(53) Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

(53) 

Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan Rasul-Nya —Nabi Muhammad Saw.— agar memerintahkan kepada hamba-hamba Allah yang beriman, hendaklah mereka dalam khotbah dan pembicaraannya mengucapkan kata-kata yang terbaik dan kalimat yang menyenangkan. Karena sesungguhnya jika mereka tidak melakukan hal mi, tentulah setan akan menimbulkan permusuhan di antara mereka dengan membakar emosi mereka, sehingga terjadilah pertengkaran dan peperangan serta keburukan.

Sesungguhnya setan adalah musuh Adam dan keturunannya sejak setan menolak bersujud kepada Adam dan menampakkan permusuhannya terhadap Adam. Karena itulah maka Nabi Saw. melarang seseorang mengacungkan senjatanya kepada saudara semuslimnya, karena dikha­watirkan setan akan merasuki tangannya, dan adakalanya senjatanya itu ditimpakan kepada saudaranya tanpa kesengajaan darinya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمر، عَنْ هَمَّامٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يُشِيرَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَى أَخِيهِ بِالسِّلَاحِ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَحَدُكُمْ لَعَلَّ الشَّيْطَانَ أَنْ يَنْزَعَ فِي يَدِهِ، فَيَقَعَ فِي حُفْرَةٍ مِنْ نَارٍ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengacungkan senjatanya terhadap saudaranya, karena sesungguhnya seseorang di antara kalian tidak akan mengetahui bila setan meng­ayunkan lengannya, sehingga terjerumuslah dia ke dalam lubang neraka.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abdur Razzaq.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ، أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: حَدَّثَنِي رَجُلٌ مَنْ بَنِي سَلِيط قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي أزْفَلَة مِنَ النَّاسِ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا -[قَالَ حَمَّادٌ: وَقَالَ بِيَدِهِ إلى صدره -ماتواد رَجُلَانِ فِي اللَّهِ فتفرَّق بَيْنَهُمَا إِلَّا بِحَدَثٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا] وَالْمُحْدِثُ شَر، وَالْمُحْدِثُ شَرٌّ، وَالْمُحْدِثُ شَرٌّ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan Bani Salit telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah datang kepada Nabi Saw. yang saat itu sedang berada di tengah-tengah sejumlah sahabatnya, Ia mendengar Nabi Saw. bersabda: Orang muslim adalah saudara orang muslim, ia tidak boleh berbuat aniaya terhadapnya dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu adanya di sini. Hammad mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda demikian seraya mengisyaratkan tangannya ke arah dadanya sendiri. Dan tidaklah dua orang lelaki saling menyukai karena Allah, lalu keduanya dipisahkan kecuali hanya oleh pembicaraan yang diutarakan oleh salah seorangnya, sedangkan si pembica­ra itu membicarakan keburukan, si pembicara membicarakan keburukan, si pembicara membicarakan keburukan.


رَّبُّكُمْ أَعْلَمُ بِكُمْ ۖ إِن يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ أَوْ إِن يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ ۚ وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ وَكِيلًۭا 54

(54) Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia menghendaki dan Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki. Dan, Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka.

(54) 

Firman Allah Swt.:

رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِكُمْ

Tuhan kalian lebih mengetahui tentang kalian. (Al-Isra: 54)

Khitab ayat ditujukan kepada manusia, yakni "hai manusia, Tuhan kalian lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah di antara kalian dan siapa yang tidak berhak mendapatkannya".

إِنْ يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ

Dia akan memberi rahmat kepada kalian jika Dia menghendaki. (Al-Isra: 54)

Yaitu dengan memberi kalian taufik untuk taat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya.

أَوْ إِنْ يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ

dan Dia akan mengazab kalian, jika Dia menghendaki. Dan Kami tidaklah mengutusmu. (Al-Isra: 54)

hai Muhammad,

عَلَيْهِمْ وَكِيلا

untuk menjadi penjaga bagi mereka. (Al-Isra: 54)

Yakni sesungguhnya Kami mengutus kamu hanyalah sebagai pemberi peringatan kepada manusia. Maka barang siapa yang taat kepadamu, dia masuk surga; dan barang siapa yang durhaka kepadamu akan masuk neraka.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ

Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. (Al-Isra: 55)

Yakni tentang tingkatan mereka dalam hal ketaatan dan kedurhakaan.

وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ

Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain). (Al-Isra: 55)

Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas seba­gian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. (Al-Baqarah: 253)

Hal ini tidaklah bertentangan dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ"

Janganlah kalian saling mengutamakan di antara nabi-nabi.

Karena sesungguhnya yang dimaksud oleh hadis ini ialah saling menguta­makan yang berlandaskan hanya karena kesukaan dan kefanatikan, bukan berdasarkan dalil. Karena itu, apabila ada dalil yang menunjukkan kepada sesuatu keutamaan, maka wajib diikuti. Tidak ada perselisihan di kalangan ulama bahwa para rasul itu lebih utama daripada para nabi, dan bahwa ulul 'azmi dari kalangan para rasul adalah yang paling utama di antara mereka. Mereka yang termasuk ke dalam golongan ulul 'azmi ada lima orang, sebagaimana yang disebutkan dalam dua ayat Al-Qur'an; yaitu yang pertama terdapat dalam surat Al-Ahzab melalui firman-Nya:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian 'dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab: 7)

Yang kedua, terdapat di dalam surat Asy-Syura melalui firman-Nya:

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa telah Kami wahyu­kan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan jangan­lah kalian berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura: 13)

Dan tidak ada yang memperselisihkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah yang paling utama di antara mereka, sesudah itu Nabi Ibrahim, lalu Nabi Musa, selanjutnya Nabi Isa putra Maryam, menurut pendapat yang terkenal. Kami telah menjelaskan dalil-dalilnya secara panjang lebar pada bagian lain.

Firman Allah Swt.:

وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا

dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Al-Isra: 55)

Hal ini mengisyaratkan tentang keutamaan dan kemuliaan yang dimiliki­nya.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمر، عَنْ هَمَّام، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خُفف عَلَى دَاوُدَ الْقُرْآنَ، فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَابَّتِهِ لتُسْرج، فَكَانَ يَقْرَأُ قَبْلَ أَنْ يَفْرغ". يَعْنِي الْقُرْآنَ

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceri ­takan kepada kami Ma'mar, dari Hammam. dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bacaan Al-Kitab dimudahkan bagi Nabi Daud, tersebutlah bahwa bila dia memerintahkan (kepada pelayannya) agar hewan kendaraannya dipersiapkan, lalu diberi pelana, maka tersebut­lah bahwa ia telah merampungkan bacaan Al-Kitabnya sebelum hewan kendaraannya itu siap dikendarai.


وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ ٱلنَّبِيِّۦنَ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۖ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًۭا 55

(55) Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

(55) 

Firman Allah Swt.:

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ

Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. (Al-Isra: 55)

Yakni tentang tingkatan mereka dalam hal ketaatan dan kedurhakaan.

وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ

Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain). (Al-Isra: 55)

Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas seba­gian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. (Al-Baqarah: 253)

Hal ini tidaklah bertentangan dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ"

Janganlah kalian saling mengutamakan di antara nabi-nabi.

Karena sesungguhnya yang dimaksud oleh hadis ini ialah saling menguta­makan yang berlandaskan hanya karena kesukaan dan kefanatikan, bukan berdasarkan dalil. Karena itu, apabila ada dalil yang menunjukkan kepada sesuatu keutamaan, maka wajib diikuti. Tidak ada perselisihan di kalangan ulama bahwa para rasul itu lebih utama daripada para nabi, dan bahwa ulul 'azmi dari kalangan para rasul adalah yang paling utama di antara mereka. Mereka yang termasuk ke dalam golongan ulul 'azmi ada lima orang, sebagaimana yang disebutkan dalam dua ayat Al-Qur'an; yaitu yang pertama terdapat dalam surat Al-Ahzab melalui firman-Nya:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian 'dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab: 7)

Yang kedua, terdapat di dalam surat Asy-Syura melalui firman-Nya:

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa telah Kami wahyu­kan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan jangan­lah kalian berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura: 13)

Dan tidak ada yang memperselisihkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah yang paling utama di antara mereka, sesudah itu Nabi Ibrahim, lalu Nabi Musa, selanjutnya Nabi Isa putra Maryam, menurut pendapat yang terkenal. Kami telah menjelaskan dalil-dalilnya secara panjang lebar pada bagian lain.

Firman Allah Swt.:

وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا

dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Al-Isra: 55)

Hal ini mengisyaratkan tentang keutamaan dan kemuliaan yang dimiliki­nya.

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمر، عَنْ هَمَّام، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خُفف عَلَى دَاوُدَ الْقُرْآنَ، فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَابَّتِهِ لتُسْرج، فَكَانَ يَقْرَأُ قَبْلَ أَنْ يَفْرغ". يَعْنِي الْقُرْآنَ

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceri ­takan kepada kami Ma'mar, dari Hammam. dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bacaan Al-Kitab dimudahkan bagi Nabi Daud, tersebutlah bahwa bila dia memerintahkan (kepada pelayannya) agar hewan kendaraannya dipersiapkan, lalu diberi pelana, maka tersebut­lah bahwa ia telah merampungkan bacaan Al-Kitabnya sebelum hewan kendaraannya itu siap dikendarai.


قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِۦ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ ٱلضُّرِّ عَنكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا 56

(56) Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya".

(56) 

Firman Allah Swt.:

قُلِ

Katakanlah. (Al-Isra: 56)

hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah.

ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ

Panggillah mereka yang kalian anggap (tuhan) selain Allah. (Al-Isra: 56)

Yakni berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang kalian buat-buat itu. Lalu mintalah kepada mereka, maka sesungguhnya mereka:

" لَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ"

tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian. (Al-Isra: 56) Artinya, mereka sama sekali tidak akan dapat melenyapkannya.

وَلا تَحْوِيلا

dan tidak pula memindahkannya. (Al-Isra: 56)

Misalnya mereka mengalihkan bahaya itu kepada selain kalian. Dengan kata lain, yang dapat melakukan hal itu hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Dialah yang memiliki makhluk dan semua urusan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "panggillah mereka yang kalian anggap (tuhan)." (Al-Isra: 56), hingga akhir ayat. Bahwa dahulu orang-orang musyrik mengatakan, "Kami akan menyembah malaikat, Al-Masih, dan Uzair." Merekalah yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu para malaikat, Isa, dan Uzair! Firman Allah Swt.: Orang-orang yang mereka seru itu. (Al-Isra: 57), hingga akhir ayat.

Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra: 57) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sejumlah makhluk jin yang disembah oleh orang-orang kafir, lalu jin itu masuk Islam.

Menurut riwayat lain, dahulu ada segolongan manusia menyembah segolongan makhluk jin, kemudian jin itu masuk Islam, sedangkan manusia yang menyembahnya tetap berpegang pada keyakinannya.

Qatadah telah meriwayatkan dari Ma'bad ibnu Abdullah Ar-Rumma-ni, dari Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu. (Al-Isra: 57), hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Arab yang menyembah sejumlah makhluk jin, lalu jin-jin itu masuk Islam bersa­maan dengan sejumlah manusia, sedangkan orang-orang yang tadinya menyembah jin-jin itu tidak mengetahui bahwa yang mereka sembah telah masuk Islam. Lalu turunlah ayat ini.

Menurut riwayat lain dari Ibnu Mas'ud, mereka menyembah sego­longan malaikat yang disebut jin, hingga akhir riwayat.

As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas sehu­bungan dengan Firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). (Al-Isra: 57) Bahwa yang dimaksud ialah Isa, ibunya, dan Uzair.

Mugirah telah meriwayatkan dari Ibrahim bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah Isa, Uzair, matahari, dan bulan.

Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan mereka ialah Isa, Uzair, dan malaikat.

Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud karena berdasarkan kepada firman-Nya yang mengatakan: mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra: 57) Apa yang diungkapkan oleh ayat ini tidak menyangkut masa lampau, karena itu tidak termasuk ke dalam pengertiannya Isa dan Uzair serta malaikat.

Selanjutnya Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-wasilah ialah qurbah jalan untuk mendekatkan diri, sama dengan apa yang dikatakan oleh Qatadah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

أَيُّهُمْ أَقْرَبُ

siapa di antara mereka yang lebih dekat. (Al-Isra: 57)

*******************

Firman Allah Swt,:

وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. (Al-Isra: 57)

Ibadah tidak sempurna melainkan bila dibarengi dengan rasa takut dan harap. Dengan rasa takut, tercegahlah diri orang yang bersangkutan dari mengerjakan hal-hal yang dilarang. Dan dengan rasa harap, orang yang bersangkutan bertambah rajin mengerjakan amal-amal ketaatan.

Firman Allah Swt.:

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Al-Isra: 57)

Maksudnya, azab Allah harus dihindari dan ditakuti, agar tidak terkena olehnya.


أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا 57

(57) Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.

(57) 

Al-Aufi telah meriwayatkan dari ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "panggillah mereka yang kalian anggap (tuhan)." (Al-Isra: 56), hingga akhir ayat. Bahwa dahulu orang-orang musyrik mengatakan, "Kami akan menyembah malaikat, Al-Masih, dan Uzair." Merekalah yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu para malaikat, Isa, dan Uzair! Firman Allah Swt.: Orang-orang yang mereka seru itu. (Al-Isra: 57), hingga akhir ayat.

Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra: 57) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sejumlah makhluk jin yang disembah oleh orang-orang kafir, lalu jin itu masuk Islam.

Menurut riwayat lain, dahulu ada segolongan manusia menyembah segolongan makhluk jin, kemudian jin itu masuk Islam, sedangkan manusia yang menyembahnya tetap berpegang pada keyakinannya.

Qatadah telah meriwayatkan dari Ma'bad ibnu Abdullah Ar-Rumma-ni, dari Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu. (Al-Isra: 57), hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Arab yang menyembah sejumlah makhluk jin, lalu jin-jin itu masuk Islam bersa­maan dengan sejumlah manusia, sedangkan orang-orang yang tadinya menyembah jin-jin itu tidak mengetahui bahwa yang mereka sembah telah masuk Islam. Lalu turunlah ayat ini.

Menurut riwayat lain dari Ibnu Mas'ud, mereka menyembah sego­longan malaikat yang disebut jin, hingga akhir riwayat.

As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas sehu­bungan dengan Firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). (Al-Isra: 57) Bahwa yang dimaksud ialah Isa, ibunya, dan Uzair.

Mugirah telah meriwayatkan dari Ibrahim bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah Isa, Uzair, matahari, dan bulan.

Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan mereka ialah Isa, Uzair, dan malaikat.

Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud karena berdasarkan kepada firman-Nya yang mengatakan: mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra: 57) Apa yang diungkapkan oleh ayat ini tidak menyangkut masa lampau, karena itu tidak termasuk ke dalam pengertiannya Isa dan Uzair serta malaikat.

Selanjutnya Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-wasilah ialah qurbah jalan untuk mendekatkan diri, sama dengan apa yang dikatakan oleh Qatadah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

أَيُّهُمْ أَقْرَبُ

siapa di antara mereka yang lebih dekat. (Al-Isra: 57)

*******************

Firman Allah Swt,:

وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. (Al-Isra: 57)

Ibadah tidak sempurna melainkan bila dibarengi dengan rasa takut dan harap. Dengan rasa takut, tercegahlah diri orang yang bersangkutan dari mengerjakan hal-hal yang dilarang. Dan dengan rasa harap, orang yang bersangkutan bertambah rajin mengerjakan amal-amal ketaatan.

Firman Allah Swt.:

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Al-Isra: 57)

Maksudnya, azab Allah harus dihindari dan ditakuti, agar tidak terkena olehnya.


وَإِن مِّن قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًۭا شَدِيدًۭا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْكِتَٰبِ مَسْطُورًۭا 58

(58) Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).

(58) 

Allah Swt. memberitahukan, telah diputuskan dan telah dicatat di dalam Lauh Mahfuz yang ada di sisi-Nya, bahwa tidak ada seorang penduduk kampung pun melainkan Allah membinasakannya dengan cara memati­kan semua penduduknya atau mengazab mereka.

عَذَابًا شَدِيدًا

dengan azab yang sangat keras. (Al-Isra: 58)

Adakalanya dengan membunuh mereka atau menimpakan cobaan menu­rut apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya hal itu terjadi tiada lain karena dosa-dosa dan keburukan-keburukan mereka. Di dalam ayat yang lain Allah Swt. menyebutkan kisah tentang umat-umat terdahulu:

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Hud: 11)

فَذَاقَتْ وَبَالَ أَمْرِهَا وَكَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهَا خُسْرًا

Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar. (Ath-Thalaq: 9)

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ

Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurha­kai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya. (Ath-Thalaq: 8), hingga akhir ayat.