17 - الإسراء - Al-Israa

Juz : 15

The Night Journey
Meccan

وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ ۚ وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ ٱلنَّاقَةَ مُبْصِرَةًۭ فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًۭا 59

(59) Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.

(59) 

Sunaid telah meriwayatkan dari Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Sa’id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik pernah berkata kepada Nabi Saw., "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu men­duga bahwa sebelum kamu terdapat nabi-nabi. Di antara mereka ada yang angin ditundukkan baginya, ada yang dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka jika kamu menginginkan agar kami beriman kepadamu dan membenarkanmu, maka doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menja­dikan Bukit Safa ini emas buat kami."

Maka Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Sesungguhnya Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Untuk itu jika kamu menghendaki agar Kami melakukannya, tentulah Kami akan memenuhi permintaan mereka. Tetapi jika sesudah itu mereka tidak beriman, maka azab Kami akan turun (menimpa mereka). Karena sesungguhnya tidak ada tawar-menawar lagi sesudah turunnya tanda-tanda kekuasaan Kami (mukjizat). Dan jika kamu menginginkan Kami menangguhkan kaummu, tentulah Kami akan memberikan masa tangguh kepada mereka." Maka Nabi Saw. berdoa memohon kepada Tuhannya:

"يَا رَبِّ، اسْتَأْنِ بِهِمْ"

Ya Tuhanku, tangguhkanlah mereka.

Hal yang sama telah dikemukakan pula oleh Qatadah dan Ibnu Juraij serta yang lainnya.

Imam Ahmad meriwayatkan, lelah menceritakan kepada kami Usman ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dan Ja'far ibnu Iyas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa penduduk Mekah pernah meminta kepada Nabi Saw. agar menjadikan Bukit Safa emas buat mereka, dan gunung-gunung yang ada di sekitar mereka dilenyapkan sehingga mereka dapat melakukan cocok tanam. Maka dikatakan kepada Nabi Saw., "Jika kamu menghendaki agar mereka diberi masa tangguh, maka Kami akan menangguhkan mereka. Dan jika kamu suka bila permintaan mereka di kabulkan, maka Kami akan memenuhi apa yang mereka minta. Tetapi jika mereka tetap kafir, maka mereka akan binasa sebagaimana binasanya umat-umat sebelum mereka." Nabi Saw, berkata, "Tidak, melainkan berilah masa tangguh kepada mereka." Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.

Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis Jarir dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah ibnu Kahil, dari Imran ibnu Nakim, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah mengatakan kepada Nabi Saw., "Doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa ini emas bagi kami, maka kami akan beriman kepadamu." Nabi Saw. bertanya, "Apakah kalian benar-benar akan melakukannya?" Mereka menjawab, "Ya." Maka Nabi Saw. berdoa. Kemudian Jibril datang kepadanya, lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam buatmu dan berpe­san bahwa jika kamu suka, maka pada keesokkan paginya Bukit Safa ini akan menjadi emas buat mereka. Tetapi barang siapa di antara mereka yang kafir sesudah itu, maka Aku akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Kutimpakan kepada seorang pun dari kalangan umat manusia. Dan jika kamu suka Aku bukakan bagi mereka semua pintu tobat dan rahmat, maka akan Aku lakukan." Nabi Saw. berkata, "Tidak, bahkan (saya memilih) pintu tobat dan rahmat."

Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam kitab musnadnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Ali Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Tamim Al-Masisi, dari Abdul Jabbar ibnu Umar Al-Abli, dari Abdullah ibnu Ata ibnu Ibrahim, dari neneknya (yaitu Ummu Ata, pelayan Az-Zubair ibnul Awwam) yang telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Az-Zubair mengatakan bahwa ketika firman Allah Swt. berikut ini diturunkan: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214) Maka Rasulullah Saw. berseru dengan suara yang keras di atas puncak Abu Qubais, "Hai keluarga Abdu Manaf, sesungguhnya aku memberikan peringatan!" Kemudian datanglah orang-orang Quraisy menemuinya, lalu Nabi Saw. memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka. Maka mereka berkata, "Kamu menduga bahwa dirimu seorang nabi yang mendapat wahyu. Sesungguhnya Sulaiman telah ditundukkan baginya angin dan gunung, Musa telah ditundukkan baginya laut, dan Isa dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka doakanlah pada Allah agar Dia menyisihkan (memindahkan) gunung-gunung ini dari kami dan mengalirkan sungai-sungai di buminya sehingga kami dapat menggarapnya dan melakukan cocok tanam padanya buat makan kami. Dan jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah semoga Dia menghidupkan orang-orang mati kami agar kami dapat berbicara dengan mereka dan mereka pun dapat berbicara dengan kami. Jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah untuk kami agar Dia menjadikan bagi kami batu besar yang berada di bawahmu itu emas sehingga kami dapat memahatnya dan dapat memberikan kecukupan kepada kami tanpa harus melakukan perjalanan musim dingin dan musim panas. Karena sesungguhnya engkau menduga bahwa dirimu sama seperti mereka (nabi-nabi itu)." Ketika kami masih berada di sekeliling Nabi Saw., tiba-tiba turunlah wahyu. Setelah wahyu selesai, Nabi Saw. bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ أَعْطَانِي مَا سَأَلْتُمْ، وَلَوْ شِئْتُ لَكَانَ، وَلَكِنَّهُ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ تَدْخُلُوا بَابَ الرَّحْمَةِ، فَيُؤَمَّنَ مُؤْمِنُكُمْ، وَبَيْنَ أَنْ يَكِلَكُمْ إِلَى مَا اخْتَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ، فَتَضِلُّوا عَنْ بَابِ الرَّحْمَةِ، فَلَا يُؤَمَّنَ مِنْكُمْ أَحَدٌ، فَاخْتَرْتُ بَابَ الرَّحْمَةِ، فَيُؤَمَّنُ مُؤْمِنُكُمْ. وَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ إِنْ أَعْطَاكُمْ ذَلِكَ ثُمَّ كَفَرْتُمْ، أَنَّهُ يُعَذِّبُكُمْ عَذَابًا لَا يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ"

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya Dia mau memberiku apa yang kalian minta itu; seandainya aku menghendaki, niscaya terjadi. Akan tetapi, Allah memberiku pilihan. Yaitu kalian masuk ke dalam pintu rahmat, sehingga orang yang beriman di antara kalian mau beriman, atau diserahkan kepada kalian menurut apa yang kalian pilih, nanti akibatnya kalian akan kehilangan pintu rahmat, dan akhirnya tiada seorang pun dari kalian yang beriman. Maka aku memilih pintu rahmat, sehingga berimanlah orang-orang yang mau beriman dari kalian. Dan Allah memberi­tahukan kepadaku bahwa jika Dia memberi apa yang kalian minta itu, lalu kalian tetap kafir, maka sesungguhnya Dia akan mengazab kalian dengan azab yang belum pernah Dia timpa­kan kepada seorang pun dari umat manusia.

Lalu turunlah firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengi­rimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59)

Dan Nabi Saw. membaca tiga ayat, lalu turun pula firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى

Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang telah mati dapat berbicara. (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir ayat.

Karena itulah Allah Swt. berfirman:

وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ

Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami). (Al-Isra: 59)

Maksudnya, mendatangkan dan mengirimkan tanda-tanda kebesaran se­suai dengan apa yang diminta oleh kaummu itu adalah hal yang mudah bagi Kami. Hanya saja tanda-tanda kekuasaan Kami itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu sesudah mereka memintanya, maka diberlaku­kanlah sunnah Kami atas mereka, juga terhadap orang-orang yang seperti mereka. Yaitu bila mereka mendustakannya sesudah dikirimkan, maka .tiada masa tangguh lagi bagi mereka, dan azab langsung turun menimpa mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat Al-Maidah, melalui firman-Nya:

قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنزلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (Al-Maidah: 115)

Allah Swt. berfirman menceritakan kaum Samud ketika mereka meminta suatu tanda kekuasaan Allah, yaitu seekor unta betina yang keluar dari batu besar yang ditentukan oleh mereka. Maka Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) berdoa kepada Tuhannya memohon suatu mukjizat, lalu Allah mengeluarkan seekor unta betina buat mereka dari batu besar itu sesuai dengan apa yang mereka minta.

Tetapi setelah mereka berbuat aniaya terhadap unta itu, yakni ingkar kepada Tuhan yang menciptakannya dan mendustakan Rasul-Nya serta menyembelih unta betina itu, maka Allah berfirman:

تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

Bersukarialah kamu sekalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65)

Karena itulah dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ

Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu . (Al-Isra: 59)

Yakni Mukjizat yang berupa unta betina itu menunjukkan akan keesaan Tuhan yang menciptakannya dan membenarkan rasul-Nya yang doanya diperkenankan.

فَظَلَمُوا بِهَا

tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59)

Mereka berbuat aniaya terhadap unta betina itu, melarang hari minumny a, dan membunuhnya. Maka Allah membinasakan mereka sehabis-habisnya sebagai pembalasan dari-Nya terhadap mereka. Allah mengazab mereka dengan azab Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Firman A'llah Swt.:

وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا

Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk mena­kuti. (Al-Isra: 59)

Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. mempertakuti manusia dengan tanda kekuasaan yang dikehendaki-Nya, agar manusia dapat mengambil pelajaran dan peringatan darinya, lalu mereka kembali kepada-Nya.

Telah diriwayatkan kepada kami bahwa kota Kufah pernah mengalami gempa di masa Ibnu Mas'ud r.a., lalu Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian sedang memperingatkan kalian, maka kem­balilah kalian kepada-Nya!"

Hal yang sama pernah terjadi pula atas kota Madinah di masa pemerin­tahan Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. selama berkali-kali, maka Khalifah Umar berkata, "Kalian telah membuat bid'ah. Demi Allah, seandainya terjadi lagi gempa, sungguh saya akan melakukan anu, sungguh aku akan melakukan anu (maksudnya memberantas perkara bid'ah)."

Dalam hadis yang muttafaq 'alaih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، يُرْسِلُهُمَا يُخَوِّفُ بِهِمَا عِبَادَهُ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ". ثُمَّ قَالَ: " يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ مَا أَحَدٌ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدَهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتَهُ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا"

Sesungguhnya matahari dan bulan, keduanya adalah tanda kekuasaan Allah, dan sesungguhnya keduanya tidak mengalami gerhana karena matinya seseorang dan tidak (pula) karena hidup (lahir)nya seseorang, tetapi Allah Swt. mempertakuti hamba-hamba-Nya melalui keduanya. Untuk itu apabila kalian melihat gerhana, bergegaslah kalian untuk mengingat Allah, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Hai umat Muhammad, demi Allah, tiada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, bila ada hamba laki-lakinya berbuat zina atau ada hamba perempuannya berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui, tentulah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.


وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِٱلنَّاسِ ۚ وَمَا جَعَلْنَا ٱلرُّءْيَا ٱلَّتِىٓ أَرَيْنَٰكَ إِلَّا فِتْنَةًۭ لِّلنَّاسِ وَٱلشَّجَرَةَ ٱلْمَلْعُونَةَ فِى ٱلْقُرْءَانِ ۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَٰنًۭا كَبِيرًۭا 60

(60) Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.

(60) 

Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terkandung anjuran agar ia menyampaikan risalah-Nya (kepada umat manusia) dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah Swt. memeliharanya dari gang­guan manusia. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas manusia, dan mere­ka semuanya berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya serta tunduk di bawah keperkasaan dan kekuatan-Nya.

Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sesungguh­nya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” (Al-Isra: 6) Yakni Allah memelihara kamu dari gangguan mereka.

Firman Allah Swt.:

وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ

Dan Kami tidak manjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Al-Isra: 6), hingga akhir ayat.

Imam bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Al-Isra: 6) Bahwa yang dimaksud dengan mimpi dalam ayat ini ialah pemandangan yang diperlihatkan kepada Rasulullah Saw. di malam Isra. dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk di dalam Al-Qur'an. (Al-Isra: 6) Yang dimaksud ialah pohon zaqqum.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abdur Razzaq, dan lain-lainnya, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari ibnu Abbas.

Hal yang sama telah ditafsirkan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Masruq, Ibrahim, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa hal itu terjadi di malam Isra.

Dalam permulaan tafsir surat ini telah disebutkan hadis-hadis mengenai Isra secara terperinci.

Dalam kisah Isra disebutkan bahwa ada segolongan orang menjadi murtad dari agama yang hak setelah mendengar kisah ini; karena kisah ini tidak dapat diterima oleh hati dan akal mereka, maka mereka mendusta­kannya. Akan tetapi, Allah menjadikan kisah ini sebagai kekokohan iman dan keyakinan sebagian manusia lainnya: Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

إِلا فِتْنَةً

melainkan sebagai ujian. (Al-Isra: 6)

Yakni sebagai cobaan dan ujian buat mereka.

Adapun yang dimaksud dengan pohon yang terkutuk ialah pohon zaqqum. Ketika Rasulullah Saw. menceritakan kepada mereka bahwa beliau telah melihat surga dan neraka serta melihat pula pohon kayu zaqqum, maka dengan spontan mereka mendustakannya. Sehingga Abu Jahal — semoga laknat Allah menimpanya—mengatakan, "Datangkanlah kepada kami buah kurma dan zubdah," lalu Abu Jahal mencampuraduk­kan keduanya menjadi satu dan memakannya seraya berkata, "Marilah kita buat zaqqum, kami tidak mengenal istilah zaqqum kecuali makanan (campuran kurma dan zubdah) ini." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abbas, Masruq, Abu Malik, Al-Hasan Al-Basri, dan lain-lainnya. Dan semua ulama yang mengatakan bahwa mimpi tersebut adalah di malam Isra menafsirkan hal yang sama, yaitu pohon kayu zaqqum (maksudnya pohon yang terkutuk itu adalah pohon zaqqum).

Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan pohon yang terkutuk adalah Bani Umayyah, maka pendapat ini garib lagi daif.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia pernah mendengar hadis dari Muhammad ibnul Hasan ibnu Zabalah, telah menceritakan kepada kami Abdul Muhaimin ibnu Abbas ibnu Sahl ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah melihat (dalam mimpinya) Bani Fulan sedang berjingkrak-jingkrak seperti kera di atas mimbar beliau. Melihat hal itu Rasulullah Saw. bersedih hati, dan sejak saat itu beliau tidak pernah tertawa sampai beliau wafat. Sehubu­ngan dengan hal tersebut Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Al-Isra: 6), hingga akhir ayat.

Sanad hadis ini pun lemah sekali karena Muhammad ibnul Hasan ibnu Zabalah berpredikat matruk, dan gurunya berpredikat daif pula. Karena itulah maka ibnu Jarir memilih bahwa yang dimaksud dengan peristiwa itu terjadi di malam Isra, dan bahwa pohon kayu yang terkuruk adalah pohon zaqqum. Kemudian ibnu Jarir mengatakan, ia memilih pendapat ini dengan alasan karena semua ulama ahli takwil telah sepakat mengata­kan bahwa peristiwa itu terjadi dalam mimpi Nabi Saw. (yakni di malam Isra) dan pohon itu adalah pohon zaqqum.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَنُخَوِّفُهُمْ

Dan Kami menakut-nakuti mereka. (Al-Isra: 6)

Yakni orang-orang kafir, dengan ancaman dan siksaan serta pembalasan.

فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا كَبِيرًا

tetapi demikian itu hanyalah menambah besar, kedurhakaan mereka. (Al-Isra: 6)

Artinya, hal tersebut justru menambah mereka tenggelam di dalam keka­firan dan kesesatannya, dan hal seperti ini merupakan penghinaan Allah terhadap mereka.


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ قَالَ ءَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًۭا 61

(61) Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"

(61) 

Allah'Swt. menyebutkan permusuhan iblis la'natullah terhadap Adam dan keturunannya, bahwa permusuhan itu merupakan permusuhan masa silam sejak Adam diciptakan. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka bersujudlah mereka kepadanya kecuali iblis. Iblis membangkang dan som­bong, tidak mau bersujud kepada Adam, karena merasa lebih tinggi dan memandang Adam hina. Ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:

قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Al-Isra: 61)

Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan, dia Engkau ciptakan dari tanah liat. (Al-A'raf: 12)

Iblis berkata pula dengan nada yang kurang ajar terhadap Tuhan Yang Mahaagung sebagai ungkapan rasa keingkarannya, tetapi Tuhan bersi­kap sabar dan memberi masa tangguh kepadanya, yaitu:

قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ

Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau mulia­kan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa iblis berkata, "Aku benar-benar akan menguasai keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka."

Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan mengepung meraka.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan menyesatkan mereka.

Semua pendapat di atas berdekatan maknanya. Kesimpulan makna ialah "terangkanlah kepadaku inikah orang yang Engkau muliakan dan Engkau lebihkan atas diriku; sungguh jika Engkau memberi tangguh kepa­daku, aku benar-benar akan menyesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka."


قَالَ أَرَءَيْتَكَ هَٰذَا ٱلَّذِى كَرَّمْتَ عَلَىَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلًۭا 62

(62) Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

(62) 

قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ

Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau mulia­kan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa iblis berkata, "Aku benar-benar akan menguasai keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka."

Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan mengepung meraka.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan menyesatkan mereka.

Semua pendapat di atas berdekatan maknanya. Kesimpulan makna ialah "terangkanlah kepadaku inikah orang yang Engkau muliakan dan Engkau lebihkan atas diriku; sungguh jika Engkau memberi tangguh kepa­daku, aku benar-benar akan menyesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka."


قَالَ ٱذْهَبْ فَمَن تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَآؤُكُمْ جَزَآءًۭ مَّوْفُورًۭا 63

(63) Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.

(63) 

Setelah iblis meminta masa tangguh kepada Allah Swt., maka Allah Swt. berfirman kepadanya:

اذْهَبْ

Pergilah kamu. (Al-Isra: 63)

sesungguhnya Aku telah memberikan masa tangguh kepadamu. Ayat ini semakna dengan apa yang di sebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ * إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al-Hijr: 37-38)

Kemudian Allah mengancam bahwa Dia telah menyediakan neraka Jahannam buat iblis dan para pengikutnya dari kalangan Bani Adam, yaitu melalui firman-Nya:

فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ

Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua. (Al-Isra: 63)

Yakni balasan amal perbuatan kalian.

جَزَاءً مَوْفُورًا

sebagai suatu pembalasan yang cukup. (Al-Isra: 63)

Mujahid mengatakan bahwa maufuran artinya penuh.

Menurut Qatadah, maufuran artinya cukup, tanpa ada yang dikurangi.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ

Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64)

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan saut dalam ayat ini ialah nyanyian.

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah dengan hiburan dan nyanyian yang membuat mereka terbuai dan lupa diri.

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64) Bahwa makna yang dimaksud ialah setiap penyeru yang menyeru manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh ibnu Jarir.

Firman Allah Swt.:

وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ

dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasu­kanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64)

Yakni kerahkanlah semua pasukanmu, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, terhadap mereka. Lafaz rajilun adalah bentuk jamak dari rajulun; sama halnya dengan lafaz rakibun, jamak dari rakibun; dan sahibun jamak dari sahibun. Makna ayat, kuasailah mereka dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Hal ini merupakan perintah yang berdasarkan takdir, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menggoda mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83)

Yakni menggugah orang-orang kafir untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dengan anjuran yang sungguh-sungguh, dan menggiring mereka dengan penuh semangat untuk melakukannya.

Ibnu Abbas dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan mak­na firman-Nya: dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasu­kanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64) Makna yang dimaksud ialah setiap pengendara dan pejalan kaki yang maksiat terhadap Allah Swt.

Qatadah mengatakan, Sesungguhnya setan mempunyai pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki dari kalangan manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada perintah setan. Di dalam bahasa Arab disebutkan Ajlaba Fulanun 'Ala Fulanin, artinya Si Fulan menge­rahkan kemampuannya terhadap si Anu, yakni dengan mengeluarkan suara keras memberinya semangat. Termasuk ke dalam pengertian ini kalimat yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melarang mengeluarkan suara teriakan dan suara gaduh dalam perlombaan. Dan termasuk ke dalam pengertian kata ini pula lafaz al-jalabah yang artinya suara teriak­an yang keras.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ

dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid makna yang dimaksud ialah perbuatan yang dianjurkan setan kepada mereka, misalnya membelanjakan harta untuk perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.

Ata mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah melakukan riba.

Al-Hasan mengatakan, maknanya ialah menghimpun harta benda dari hasil yang kotor dan membelanjakannya ke jalan yang haram. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa kebersamaan setan dan mereka dalam harta benda mereka ialah hal-hal yang diharamkan oleh setan dari sebagian ternak mereka, yakni ternak saibah, ternak bahirah, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang paling utama sehubungan dengan makna ayat ini ialah bila dikatakan bahwa makna ayat mencakup kesemua pendapat yang telah disebutkan di atas.

Firman Allah Swt.:

وَالأولادِ

dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak yang lahir dari hasil zina.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak mereka yang mereka bunuh tanpa dosa, korban kedangkalan pikiran dan ketiadaan pengetahuan mereka.

Qatadah telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa demi Allah, sungguh setan telah berserikat dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak mereka. Mereka menjadikan anak-anaknya Majusi, Yahu­di, dan Nasrani serta mewarnai mereka bukan dengan celupan Islam. Mereka pun membagikan sebagian harta mereka buat setan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.

Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah penamaan anak mereka dengan nama Abdul Haris, Abdu Syams, dan Abdu Fulan.

Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling layak dinilai benar ialah bila dikatakan bahwa yang dimaksud ialah setiap anak yang dilahirkan oleh ibunya, lalu diberinya nama yang tidak disukai oleh Allah Swt. atau memasukkan anaknya ke dalam agama yang tidak diridai oleh Allah, atau anak dihasilkan dari hubungan zina, atau setelah lahir anak dibunuh­nya, atau perbuatan-perbuatan lain yang dinilai sebagai perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. maka semua perbuatan yang maksiat terhadap Allah Swt. termasuk ke dalam pengertian iblis ikut andil persekutuan di dalam­nya, apakah yang menyangkut harta ataupun anak. Karena Allah Swt. dalam firman-Nya mengatakan:

وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ

dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

tidak memberikan pengkhususan terhadap makna serikat yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang menjurus kepada perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. atau taat kepada setan, berarti setan ikut andil di dalamnya.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini mempunyai alasan yang cukup terarah, semuanya bersumberkan dari ulama Salaf yang masing-masing­nya menafsirkan sebagian dari pengertian perserikatan. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنفاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرّمت عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ"

Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mencipta­kan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak dan menolak agama yang batil), lalu setan datang kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agamanya, serta mengharamkan kepada mereka apa-apa yang Aku telah halal­kan bagi mereka."

Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدّر بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا"

Seandainya seseorang di antara mereka apabila hendak men­datangi istrinya mengucapkan, "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah anak yang Engkau rezekikan kepada kami dari setan, "melainkan jika ditakdirkan bagi keduanya mempunyai anak dari hubungan itu, tentulah setan tidak dapat membahayakan anaknya selama-lamanya.

Firman Allah Swt.:

وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا

dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Isra: 64)

Perihalnya sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang iblis, bahwa apabila perkara hak telah terbukti kenyataannya, yaitu di hari Allah melakukan peradilan dengan hak. Disebutkan bahwa iblis (setan) berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ

Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat.

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. (Al-Isra: 65)

Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Swt. bahwa Dia mendukung hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara mereka dari godaan setan melalui Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebut­kan oleh firman-Nya:

وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا

Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Al-Isra: 65)

Yakni Pemelihara, Pendukung, dan Penolong.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ ليُنْضي شَيَاطِينَهُ كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعيرَه فِي السَّفَرِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya orang mukmin benar-benar dapat mengekang setan-setannya sebagaimana seseorang di antara kalian menge­kang unta kendaraannya dalam perjalanan.


وَٱسْتَفْزِزْ مَنِ ٱسْتَطَعْتَ مِنْهُم بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ وَعِدْهُمْ ۚ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا 64

(64) Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.

(64) 

Firman Allah Swt.:

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ

Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64)

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan saut dalam ayat ini ialah nyanyian.

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah dengan hiburan dan nyanyian yang membuat mereka terbuai dan lupa diri.

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64) Bahwa makna yang dimaksud ialah setiap penyeru yang menyeru manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh ibnu Jarir.

Firman Allah Swt.:

وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ

dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasu­kanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64)

Yakni kerahkanlah semua pasukanmu, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, terhadap mereka. Lafaz rajilun adalah bentuk jamak dari rajulun; sama halnya dengan lafaz rakibun, jamak dari rakibun; dan sahibun jamak dari sahibun. Makna ayat, kuasailah mereka dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Hal ini merupakan perintah yang berdasarkan takdir, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menggoda mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83)

Yakni menggugah orang-orang kafir untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dengan anjuran yang sungguh-sungguh, dan menggiring mereka dengan penuh semangat untuk melakukannya.

Ibnu Abbas dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan mak­na firman-Nya: dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasu­kanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64) Makna yang dimaksud ialah setiap pengendara dan pejalan kaki yang maksiat terhadap Allah Swt.

Qatadah mengatakan, Sesungguhnya setan mempunyai pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki dari kalangan manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada perintah setan. Di dalam bahasa Arab disebutkan Ajlaba Fulanun 'Ala Fulanin, artinya Si Fulan menge­rahkan kemampuannya terhadap si Anu, yakni dengan mengeluarkan suara keras memberinya semangat. Termasuk ke dalam pengertian ini kalimat yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melarang mengeluarkan suara teriakan dan suara gaduh dalam perlombaan. Dan termasuk ke dalam pengertian kata ini pula lafaz al-jalabah yang artinya suara teriak­an yang keras.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ

dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid makna yang dimaksud ialah perbuatan yang dianjurkan setan kepada mereka, misalnya membelanjakan harta untuk perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.

Ata mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah melakukan riba.

Al-Hasan mengatakan, maknanya ialah menghimpun harta benda dari hasil yang kotor dan membelanjakannya ke jalan yang haram. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa kebersamaan setan dan mereka dalam harta benda mereka ialah hal-hal yang diharamkan oleh setan dari sebagian ternak mereka, yakni ternak saibah, ternak bahirah, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang paling utama sehubungan dengan makna ayat ini ialah bila dikatakan bahwa makna ayat mencakup kesemua pendapat yang telah disebutkan di atas.

Firman Allah Swt.:

وَالأولادِ

dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak yang lahir dari hasil zina.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak mereka yang mereka bunuh tanpa dosa, korban kedangkalan pikiran dan ketiadaan pengetahuan mereka.

Qatadah telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa demi Allah, sungguh setan telah berserikat dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak mereka. Mereka menjadikan anak-anaknya Majusi, Yahu­di, dan Nasrani serta mewarnai mereka bukan dengan celupan Islam. Mereka pun membagikan sebagian harta mereka buat setan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.

Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah penamaan anak mereka dengan nama Abdul Haris, Abdu Syams, dan Abdu Fulan.

Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling layak dinilai benar ialah bila dikatakan bahwa yang dimaksud ialah setiap anak yang dilahirkan oleh ibunya, lalu diberinya nama yang tidak disukai oleh Allah Swt. atau memasukkan anaknya ke dalam agama yang tidak diridai oleh Allah, atau anak dihasilkan dari hubungan zina, atau setelah lahir anak dibunuh­nya, atau perbuatan-perbuatan lain yang dinilai sebagai perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. maka semua perbuatan yang maksiat terhadap Allah Swt. termasuk ke dalam pengertian iblis ikut andil persekutuan di dalam­nya, apakah yang menyangkut harta ataupun anak. Karena Allah Swt. dalam firman-Nya mengatakan:

وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ

dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)

tidak memberikan pengkhususan terhadap makna serikat yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang menjurus kepada perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. atau taat kepada setan, berarti setan ikut andil di dalamnya.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini mempunyai alasan yang cukup terarah, semuanya bersumberkan dari ulama Salaf yang masing-masing­nya menafsirkan sebagian dari pengertian perserikatan. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنفاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرّمت عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ"

Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mencipta­kan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak dan menolak agama yang batil), lalu setan datang kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agamanya, serta mengharamkan kepada mereka apa-apa yang Aku telah halal­kan bagi mereka."

Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدّر بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا"

Seandainya seseorang di antara mereka apabila hendak men­datangi istrinya mengucapkan, "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah anak yang Engkau rezekikan kepada kami dari setan, "melainkan jika ditakdirkan bagi keduanya mempunyai anak dari hubungan itu, tentulah setan tidak dapat membahayakan anaknya selama-lamanya.

Firman Allah Swt.:

وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا

dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Isra: 64)

Perihalnya sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang iblis, bahwa apabila perkara hak telah terbukti kenyataannya, yaitu di hari Allah melakukan peradilan dengan hak. Disebutkan bahwa iblis (setan) berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ

Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat.

*******************



إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌۭ ۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًۭا 65

(65) Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga".

(65) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. (Al-Isra: 65)

Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Swt. bahwa Dia mendukung hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara mereka dari godaan setan melalui Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebut­kan oleh firman-Nya:

وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا

Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Al-Isra: 65)

Yakni Pemelihara, Pendukung, dan Penolong.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ ليُنْضي شَيَاطِينَهُ كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعيرَه فِي السَّفَرِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya orang mukmin benar-benar dapat mengekang setan-setannya sebagaimana seseorang di antara kalian menge­kang unta kendaraannya dalam perjalanan.


رَّبُّكُمُ ٱلَّذِى يُزْجِى لَكُمُ ٱلْفُلْكَ فِى ٱلْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًۭا 66

(66) Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.

(66) 

Allah Swt. menceritakan perihal kasih sayang-Nya kepada makhlukNya, antara lain ialah menundukan kapal-kapal di lautan buat hamba-hamba-Nya, dan memudahkannya sehingga dapat berlayar di atas lautan untuk keperluan hamba-hamba-Nya dalam mencari sebagian dari karunia-Nya melalui berniaga, dari suatu pulau ke pulau yang lain. Karena itulah disebutkan dalam akhir ayat ini:

إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. (Al-Isra: 66)

Dengan kata lain, sesungguhnya Dia melakukan hal itu bagi kalian hanya­lah sebagai karunia dan rahmat-Nya buat kalian.