19 - مريم - Maryam

Juz : 16

Mary
Meccan

فَكُلِى وَٱشْرَبِى وَقَرِّى عَيْنًۭا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا 26

(26) maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

(26) 

Firman Allah Swt.:

فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا

Jika kamu melihat seorang manusia. (Maryam : 26)

Yakni manakala kamu melihat seseorang.

فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Bernur ah; maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam: 26)

Makna yang dimaksud ialah Maryam berisyaratkan kepadanya yang pengertiannya seperti itu, bukan mengucapkannya dengan kata-kata; agar tidak bertentangan dengan firman-Nya:

فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam: 26)

Anas ibnu Malik telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا

Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 26)

Yang dimaksud dengan puasa ialah diam atau puasa tidak bicara. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Menurut suatu riwayat dari Anas, disebutkan puasa dan tidak bicara; hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan selain keduanya.

Makna yang dimaksud ialah 'mereka apabila melakukan puasa, maka menurut syariat mereka tidak boleh makan dan berbicara'. Demikianlah menurut apa yang dinaskan oleh As-Saddi, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid.

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Harisah yang mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah Ibnu Mas'ud, datanglah dua orang lelaki kepadanya; salah seorang dari keduanya mengucapkan salam, sedangkan yang lainnya tidak mengucapkan salam. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Mengapa kamu?". Teman-temannya menjawab, "Dia telah bersumpah bahwa pada hari ini dia tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun." Maka Abdullah ibnu Mas'ud menjawab, "Berbicaralah kepada orang dan ucapkanlah salam kepada mereka. Karena sesungguhnya wanita itu (Maryam) merasa yakin bahwa tidak akan ada seorang pun yang percaya kepadanya bahwa dirinya mengandung tanpa suami. Dimaksud­kan puasanya itu sebagai alasan untuk tidak bicara dengan mereka bila ia ditanya mereka." Asar ini telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa berkata kepada Maryam, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya (menurut tafsir ulama yang mengatakan bahwa orang yang menyerunya adalah Isa): Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Maryam menjawab, "Bagaimana saya tidak sedih, sedangkan kamu ada bersama dengan saya tanpa suami, juga bukan sebagai budak wanita (yang dinikahi tuannya). Maka dengan alasan apakah saya berhujah kepada orang-orang? Aduhai, sekiranya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan." Isa berkata kepadanya, "Sayalah yang akan menjawab mereka, kamu tidak usah bicara lagi." Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguh­nya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam: 26) Ini merupakan perkataan Isa kepada ibunya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Wahb.


فَأَتَتْ بِهِۦ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُۥ ۖ قَالُوا۟ يَٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًۭٔا فَرِيًّۭا 27

(27) Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

(27) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang Maryam ketika diperintahkan puasa pada hari itu, yaitu hendaknya dia tidak berbicara kepada seorang manusia pun; karena dengan puasa, maka keadaan dirinya yang sebenarnya tidak kelihatan dan puasa menjadi alasan baginya untuk tidak berbicara. Maryam berserah diri kepada perintah Allah Swt. dan pasrah kepada keputusan Allah. Lalu Maryam menggendong putranya dan membawanya kepada kaumnya. Ketika kaumnya melihat Maryam membawa bayinya, mereka sangat kaget dan mengecamnya dengan kecaman yang berat, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. menyitir kata-kata kaumnya:

يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. (Maryam: 27)

Yakni suatu perkara yang besar dosanya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Syaiban, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Nauf Al-Bakkali yang mengatakan bahwa kaum Maryam pergi mencari-carinya. Maryam berasal dari keluarga nabi dan keluarga ter­hormat. Mereka merasa kehilangan Maryam. karenanya mereka mencari-carinya; dan mereka bersua dengan seorang pengembala sapi, lalu mereka bertanya, "Apakah kamu pernah melihat wanita muda yang ciri khasnya anu dan anu?" Pengembala sapi menjawab, "Tidak, tetapi tadi malam saya melihat sapi saya melakukan perbuatan yang belum pernah saya lihat sebelumnya."

Mereka bertanya, "Apakah yang telah dilakukan sapimu?" Pe­ngembala sapi berkata, "Tadi malam saya melihat sapi saya bersujud ke arah lembah itu."

Abdullah ibnu Abu Ziyad mengatakan, ia teringat akan perkataan Syaiban yang mengatakan bahwa pengembala itu menjawab, "Saya melihat cahaya yang terang." Maka mereka pergi menuju ke arah yang ditunjukkan oleh si pengembala itu, tiba-tiba mereka berpapasan dengan Maryam. Ketika Maryam melihat kaumnya, maka duduklah ia dan menggendong bayinya di pangkuannya. Mereka datang kepadanya dan berdiri di dekatnya.

قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

Mereka berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (Maryam: 27)

Yaitu suatu perkara yang sangat berat dosanya.

يَا أُخْتَ هَارُونَ

Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28)

Makna yang dimaksud ialah hai wanita yang ibadahnya mirip dengan Harun a.s.

مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorangpezina. (Maryam: 28)

Yakni kamu berasal dari keluarga yang baik lagi suci, terkenal dengan kesalehannya, ibadah, dan zuhudnya. Maka mengapa hal seperti itu kamu lakukan?

Ali ibnu AbuTalhah dan As-Saddi mengatakan bahwa dikatakan kepada Maryam:

يَا أُخْتَ هَارُونَ

Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28)

Yang dimaksud ialah saudara Musa, dan Maryam adalah keturunan darinya. Perihalnya sama dengan seseorang dari Bani Tamim dipanggil 'hai saudara Tamim', dan dari Bani Mudar dipanggil 'hai saudara Mudar'.

Menurut pendapat yang lain, Maryam dinisbatkan kepada seorang lelaki saleh di kalangan mereka yang bernama Harun; Maryam dalam hal ibadah dan zuhud sama dengan lelaki saleh itu.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian di antara mereka, bahwa mereka (Bani Israil) menyerupakan Maryam dengan seorang lelaki pendurhaka yang ada di kalangan mereka bernama Harun; riwayat ini diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Sa'id ibnu Jubair.

Hal yang lebih aneh dari kesemuanya ialah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut ini. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain Al-Hijistani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Mufaddal ibnu Abu Fudalah, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, dari Al-Qurazi sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa Maryam adalah saudara perempuan Harun alias juga saudara perempuan Musa yang mengikuti jejak Musa saat Musa dilemparkan ke dalam sungai Nil dalam suatu peti (waktu itu Musa masih bayi).

فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. (Al-Qashash: 11)

Pendapat ini keliru sama sekali, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan di dalam Kitab-Nya (Al-Qur'an), bahwa sesudah para rasul Dia mengiringi mereka dengan Isa sesudah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Isa adalah nabi yang akhir, tiada nabi lagi sesudahnya selain Nabi Muhammad Saw. sebagai penutup para nabi. Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ؛ إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ"

Aku adalah nabi yang paling berhak terhadap (Isa) putra Maryam, karena sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun antara aku dan dia.

Seandainya keadaannya seperti apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, tentulah Isa bukan termasuk rasul yang akhir sebelum Muhammad Saw. Dan tentulah Isa berada sebelum Sulaiman dan Daud, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan bahwa Daud sesudah Musa, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسِيتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَالَنَا أَلا نُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, 'Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami ber­perangai Bawah pimpinannya) di jalan Allah.” (Al-Baqarah: 246)

Dan dalam ayat-ayat selanjutnya disebutkan:

وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ

dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut. (Al-Baqarah: 251) hingga akhir ayat.

Hal yang mendorong Al-Qurazi berani mengemukakan pendapat ini ialah apa yang tertera di dalam kitab Taurat. Disebutkan bahwa sesudah Musa dan Bani Israil keluar dari laut (yang dibelahnya) dan Firaun beserta kaumnya ditenggelamkan di dalam laut itu, Maryam binti Imran (saudara perempuan sekandung Musa dan Harun) memukul rebana bersama kaum wanita Bani Israil seraya bertasbih menyucikan Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kaum Bani Israil.

Kemudian Al-Qurazi beranggapan bahwa Maryam yang disebutkan dalam kisah tersebut adalah ibu Isa. Padahal pendapat tersebut merupakan suatu kekeliruan yang fatal karena pada hakikatnya Maryam ibunya Isa hanya senama dengan Maryam saudara perempuan Musa a.s. Disebutkan bahwa mereka biasa memakai nama para nabi dan orang-orang saleh mereka.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، سَمِعَتْ أَبِي يَذْكُرُهُ عَنْ سِمَاك، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى نَجْرَانَ، فَقَالُوا: أَرَأَيْتَ مَا تَقْرَءُونَ: يَا أُخْتَ هَارُونَ، وَمُوسَى قَبْلَ عِيسَى بِكَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: فَرَجَعْتُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "أَلَا أَخْبَرْتَهُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَسَمّون بِالْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ؟ ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Idris; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kisah berikut dari Sammak, dari Alqamah ibnu Wa-il, dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah mengutusnya ke negeri Najran. Maka orang-orang Nasrani Najran bertanya kepadanya, "Mengapa kalian (kaum muslim) membaca firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun'. (Maryam: 28) Padahal Musa sebelum Isa dalam jarak masa yang amat jauh?" Al-Mugirah ibnu Syu'bah tidak dapat menjawab. Ketika ia pulang, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mengapa kamu tidak menceritakan kepada mereka bahwa mereka dahulu biasa memakai nama-nama nabi dan orang-orang saleh sebelum mereka?

Hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Muslim, Imam Turmuzi dan Imam Nasai melalui hadis Abdullah ibnu Idris, dari ayahnya, dari Sammak dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan sahih garib, yakni kalau tidak hasan, sahih, atau garib; kami tidak mengenalnya, melainkan melalui hadis Ibnu Idris.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Sa'id ibnu Abu Sadaqah, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan, ia pernah mendapat berita bahwa Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa yang dimaksud bukanlah Harun saudara lelaki Musa a.s. Maka perkataannya itu dibantah oleh Siti Aisyah, "kamu dusta." Ka'b menjawab, "Wahai Ummul Mu’minin, sesungguhnya Nabi Saw. pernah mengatakan­nya bahwa beliau lebih mengetahui dan lebih teliti. Jika Nabi Saw. tidak mengatakannya, maka sesungguhnya saya menjumpai jarak masa di antara mereka ada enam ratus tahun." Akhirnya Siti Aisyah terdiam. Akan tetapi, jawaban Ka'b yang mengatakan jarak masa enam ratus tahun masih diragukan kebenarannya.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya. Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) hingga akhir ayat. Bahwa Maryam berasal dari keluarga yang dikenal akan kesalehannya, mereka sama sekali tidak pernah berbuat kebobrokan. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan kesalehannya, dan keturunan mereka pun berpegang teguh kepada tradisi kesalehan itu. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan keburukannya, dan keturunan mereka terkenal pula dengan keburukan itu. Harun terkenal saorang yang saleh lagi dicintai dikalangan kabilahnya, tetapi Harun di sini bukanlah Harun saudara lelaki Nabi Musa, melainkan Harun yang lain.

Ibnu Jarir mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa saat Harun meninggal dunia, jenazahnya dihantarkan kepemakamannya oleh empat puluh ribu orang Bani Israil yang semuanya bernama Harun.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا

maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih ada dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni ketika mereka mencurigai keadaan Maryam dan mengingkari kejadian yang dialaminya, serta mengatakan kepadanya dengan kalimat sindiran yang menuduhnya berbuat tidak senonoh dan melakukan perbuatan zina. Saat itu Maryam sedang puasa dan tidak bicara, maka ia memalingkan jawabannya dengan menunjuk ke arah anaknya, dengan maksud agar mereka berbicara langsung dengan anaknya yang masih bayi. Maka mereka menjawab dengan nada memperolok-olokkan Maryam meledek dan mempermainkan mereka: Bagaimanakah kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan? (Maryam: 29)

Maimun ibnu Mahran mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) dengan maksud bahwa hendaknya mereka berbicara langsung dengan bayinya. Maka mereka merasa terkejut mendapat jawaban demikian seraya mengatakan, "Apakah kamu menyuruh kami berbicara dengan anak yang masih dalam usia ayunan?"

As-saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Ketika Maryam berlaku demikian, mereka marah dan mengatakan, "Sungguh ini merupakan ejekan dia terhadap kami, yang lebih parah daripada perbuatan zina yang dilakukannya, karena dia menyuruh kita berbicara dengan bayi ini."

قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا

Mereka berkata, "bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni anak yang masih dalam usia ayunan lagi masih bayi, mana mungkin dia dapat berbicara.

إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ

Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah.” (Maryam: 3)

Mula-mula kalimat yang diucapkan Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah.

Firman Allah Swt.:

آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Kalimat ini dimaksudkan membersihkan nama ibunya dari tuduhan berzina yang dilontarkan oleh kaumnya.

Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa setelah mereka mengucapkan kata-kata tuduhan yang tidak senonoh terhadap ibunya, saat itu ia (Isa) sedang menetek pada ibunya. Maka ia melepaskan payudara ibunya dan memalingkan mukanya ke arah kiri seraya berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3) sampai dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: selama aku hidup. (Maryam: 31)

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit Al-Bannani, bahwa Isa mengangkat jari telunjuknya ke atas pundaknya yang sebelah kiri seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dia memberiku Al-Kitab (Injil). (Maryam: 3) Artinya Dia telah memutuskan bahwa Dia akan memberiku Al-Kitab dalam ketetapan-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Attar, dari Abdul Aziz ibnu Ziyad, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam telah mempelajari kitab Taurat dan menguasainya sejak ia masih berada dalam kandungan ibunya. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-katanya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Akan tetapi, Yahya ibnu Sa’id Al-Attar orangnya berpredikat matruk yakni hadisnya tidak terpakai.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. (Maryam: 31)

Mujahid dan Amr ibnu Qais serta As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menjadikan Isa seorang pengajar kebaikan. Menurut riwayat yang lain dari Mujahid, Isa adalah seorang mujahid yang banyak memberikan manfaat.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makhzumi; ia pernah mendengar Wuhaib ibnul Ward (bekas budak Bani Makhzum) mengatakan bahwa seorang yang berilmu bersua dengan seorang yang berilmu lagi lebih daripadanya, lalu orang yang berilmu lebih tinggi itu bertanya kepadanya, "Semoga Allah me­rahmati kamu, apakah yang kelihatan dari amal perbuatanku (menurutmu)?" Ia menjawab, "Memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah perkara mungkar. Karena sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan agama Allah yang disampaikan oleh para nabi-Nya kepada hamba-hamba-Nya."

Ulama fiqih telah sepakat tentang makna firman-Nya: dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. (Maryam: 31) Ketika ditanyakan, "Apakah keberkatannya?" yang ditanya menjawab, "Amar ma'ruf dan nahi munkar di mana pun ia berada."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31)

Sama pengertiannya dengan firman Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr: 99)

Abdur Rahman ibnul Qasim telah meriwayatkan dari Malik ibnu Anas sehubungan dengan firman-Nya: dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31) Isa dalam jawabannya menyebutkan perkara yang dialaminya sejak lahir sampai wafat sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan terhadapnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي

dan berbakti kepada ibuku. (Maryam: 32)

Yakni Allah memerintahkan pula kepadaku agar berbakti kepada ibuku. Allah Swt. menyebutkan berbakti kepada orang tua sesudah taat kepada Tuhannya, sebab Allah Swt. sering menyebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah-Nya dan taat kepada kedua orang tua. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. (Al-Isra: 23)

Dan firman Allah Swt.:

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32)

Maksudnya, Allah tidak menjadikan diriku seorang yang angkara murka lagi sombong, tidak mau menyembah dan taat kepada-Nya serta tidak mau berbakti kepada ibuku, yang akibatnya aku menjadi orang yang celaka.

Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa makna al-jabbarusy syaqiyyu ialah orang yang tega membunuh karena marah. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang menyakiti kedua orang tuanya, melainkan kamu jumpai dia berwatak sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah Swt.: dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32) tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang berperangai buruk, melainkan kamu jumpai dia orang yang angkuh lagi sombong. Kemudian ia membacakan firman-Nya:

وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36)

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang wanita melihat putra Maryam menghidupkan orang-orang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit supak dengan seizin Allah. Maka wanita itu berkata, "Beruntunglah bagi orang yang mengandungmu, beruntunglah bagi orang yang menyusukanmu." Maka Nabi Isa a.s. berkata menjawabnya, "Beruntunglah bagi orang yang membaca Kitabullah dan mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya, serta bukan menjadi orang yang sombong lagi celaka."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 33)

Hal ini membuktikan akan predikat dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan bahwa Isa adalah seorang makhluk Allah yang hidup dan mati serta dibangkitkan sebagaimana makhluk lainnya. Akan tetapi, Isa diselamatkan dari semua fase tersebut yang merupakan fase-fase yang paling berat dirasakan oleh semua hamba Allah.


يَٰٓأُخْتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمْرَأَ سَوْءٍۢ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّۭا 28

(28) Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",

(28) 

يَا أُخْتَ هَارُونَ

Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28)

Makna yang dimaksud ialah hai wanita yang ibadahnya mirip dengan Harun a.s.

مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorangpezina. (Maryam: 28)

Yakni kamu berasal dari keluarga yang baik lagi suci, terkenal dengan kesalehannya, ibadah, dan zuhudnya. Maka mengapa hal seperti itu kamu lakukan?

Ali ibnu AbuTalhah dan As-Saddi mengatakan bahwa dikatakan kepada Maryam:

يَا أُخْتَ هَارُونَ

Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28)

Yang dimaksud ialah saudara Musa, dan Maryam adalah keturunan darinya. Perihalnya sama dengan seseorang dari Bani Tamim dipanggil 'hai saudara Tamim', dan dari Bani Mudar dipanggil 'hai saudara Mudar'.

Menurut pendapat yang lain, Maryam dinisbatkan kepada seorang lelaki saleh di kalangan mereka yang bernama Harun; Maryam dalam hal ibadah dan zuhud sama dengan lelaki saleh itu.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian di antara mereka, bahwa mereka (Bani Israil) menyerupakan Maryam dengan seorang lelaki pendurhaka yang ada di kalangan mereka bernama Harun; riwayat ini diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Sa'id ibnu Jubair.

Hal yang lebih aneh dari kesemuanya ialah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut ini. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain Al-Hijistani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Mufaddal ibnu Abu Fudalah, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, dari Al-Qurazi sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa Maryam adalah saudara perempuan Harun alias juga saudara perempuan Musa yang mengikuti jejak Musa saat Musa dilemparkan ke dalam sungai Nil dalam suatu peti (waktu itu Musa masih bayi).

فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. (Al-Qashash: 11)

Pendapat ini keliru sama sekali, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan di dalam Kitab-Nya (Al-Qur'an), bahwa sesudah para rasul Dia mengiringi mereka dengan Isa sesudah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Isa adalah nabi yang akhir, tiada nabi lagi sesudahnya selain Nabi Muhammad Saw. sebagai penutup para nabi. Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ؛ إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ"

Aku adalah nabi yang paling berhak terhadap (Isa) putra Maryam, karena sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun antara aku dan dia.

Seandainya keadaannya seperti apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, tentulah Isa bukan termasuk rasul yang akhir sebelum Muhammad Saw. Dan tentulah Isa berada sebelum Sulaiman dan Daud, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan bahwa Daud sesudah Musa, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسِيتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَالَنَا أَلا نُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, 'Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami ber­perangai Bawah pimpinannya) di jalan Allah.” (Al-Baqarah: 246)

Dan dalam ayat-ayat selanjutnya disebutkan:

وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ

dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut. (Al-Baqarah: 251) hingga akhir ayat.

Hal yang mendorong Al-Qurazi berani mengemukakan pendapat ini ialah apa yang tertera di dalam kitab Taurat. Disebutkan bahwa sesudah Musa dan Bani Israil keluar dari laut (yang dibelahnya) dan Firaun beserta kaumnya ditenggelamkan di dalam laut itu, Maryam binti Imran (saudara perempuan sekandung Musa dan Harun) memukul rebana bersama kaum wanita Bani Israil seraya bertasbih menyucikan Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kaum Bani Israil.

Kemudian Al-Qurazi beranggapan bahwa Maryam yang disebutkan dalam kisah tersebut adalah ibu Isa. Padahal pendapat tersebut merupakan suatu kekeliruan yang fatal karena pada hakikatnya Maryam ibunya Isa hanya senama dengan Maryam saudara perempuan Musa a.s. Disebutkan bahwa mereka biasa memakai nama para nabi dan orang-orang saleh mereka.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، سَمِعَتْ أَبِي يَذْكُرُهُ عَنْ سِمَاك، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى نَجْرَانَ، فَقَالُوا: أَرَأَيْتَ مَا تَقْرَءُونَ: يَا أُخْتَ هَارُونَ، وَمُوسَى قَبْلَ عِيسَى بِكَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: فَرَجَعْتُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "أَلَا أَخْبَرْتَهُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَسَمّون بِالْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ؟ ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Idris; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kisah berikut dari Sammak, dari Alqamah ibnu Wa-il, dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah mengutusnya ke negeri Najran. Maka orang-orang Nasrani Najran bertanya kepadanya, "Mengapa kalian (kaum muslim) membaca firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun'. (Maryam: 28) Padahal Musa sebelum Isa dalam jarak masa yang amat jauh?" Al-Mugirah ibnu Syu'bah tidak dapat menjawab. Ketika ia pulang, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mengapa kamu tidak menceritakan kepada mereka bahwa mereka dahulu biasa memakai nama-nama nabi dan orang-orang saleh sebelum mereka?

Hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Muslim, Imam Turmuzi dan Imam Nasai melalui hadis Abdullah ibnu Idris, dari ayahnya, dari Sammak dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan sahih garib, yakni kalau tidak hasan, sahih, atau garib; kami tidak mengenalnya, melainkan melalui hadis Ibnu Idris.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Sa'id ibnu Abu Sadaqah, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan, ia pernah mendapat berita bahwa Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa yang dimaksud bukanlah Harun saudara lelaki Musa a.s. Maka perkataannya itu dibantah oleh Siti Aisyah, "kamu dusta." Ka'b menjawab, "Wahai Ummul Mu’minin, sesungguhnya Nabi Saw. pernah mengatakan­nya bahwa beliau lebih mengetahui dan lebih teliti. Jika Nabi Saw. tidak mengatakannya, maka sesungguhnya saya menjumpai jarak masa di antara mereka ada enam ratus tahun." Akhirnya Siti Aisyah terdiam. Akan tetapi, jawaban Ka'b yang mengatakan jarak masa enam ratus tahun masih diragukan kebenarannya.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya. Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) hingga akhir ayat. Bahwa Maryam berasal dari keluarga yang dikenal akan kesalehannya, mereka sama sekali tidak pernah berbuat kebobrokan. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan kesalehannya, dan keturunan mereka pun berpegang teguh kepada tradisi kesalehan itu. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan keburukannya, dan keturunan mereka terkenal pula dengan keburukan itu. Harun terkenal saorang yang saleh lagi dicintai dikalangan kabilahnya, tetapi Harun di sini bukanlah Harun saudara lelaki Nabi Musa, melainkan Harun yang lain.

Ibnu Jarir mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa saat Harun meninggal dunia, jenazahnya dihantarkan kepemakamannya oleh empat puluh ribu orang Bani Israil yang semuanya bernama Harun.

*******************



فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا۟ كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلْمَهْدِ صَبِيًّۭا 29

(29) maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"

(29) 

Firman Allah Swt.:

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا

maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih ada dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni ketika mereka mencurigai keadaan Maryam dan mengingkari kejadian yang dialaminya, serta mengatakan kepadanya dengan kalimat sindiran yang menuduhnya berbuat tidak senonoh dan melakukan perbuatan zina. Saat itu Maryam sedang puasa dan tidak bicara, maka ia memalingkan jawabannya dengan menunjuk ke arah anaknya, dengan maksud agar mereka berbicara langsung dengan anaknya yang masih bayi. Maka mereka menjawab dengan nada memperolok-olokkan Maryam meledek dan mempermainkan mereka: Bagaimanakah kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan? (Maryam: 29)

Maimun ibnu Mahran mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) dengan maksud bahwa hendaknya mereka berbicara langsung dengan bayinya. Maka mereka merasa terkejut mendapat jawaban demikian seraya mengatakan, "Apakah kamu menyuruh kami berbicara dengan anak yang masih dalam usia ayunan?"

As-saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Ketika Maryam berlaku demikian, mereka marah dan mengatakan, "Sungguh ini merupakan ejekan dia terhadap kami, yang lebih parah daripada perbuatan zina yang dilakukannya, karena dia menyuruh kita berbicara dengan bayi ini."

قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا

Mereka berkata, "bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni anak yang masih dalam usia ayunan lagi masih bayi, mana mungkin dia dapat berbicara.



قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا 30

(30) Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,

(30) 

إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ

Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah.” (Maryam: 3)

Mula-mula kalimat yang diucapkan Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah.

Firman Allah Swt.:

آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Kalimat ini dimaksudkan membersihkan nama ibunya dari tuduhan berzina yang dilontarkan oleh kaumnya.

Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa setelah mereka mengucapkan kata-kata tuduhan yang tidak senonoh terhadap ibunya, saat itu ia (Isa) sedang menetek pada ibunya. Maka ia melepaskan payudara ibunya dan memalingkan mukanya ke arah kiri seraya berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3) sampai dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: selama aku hidup. (Maryam: 31)

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit Al-Bannani, bahwa Isa mengangkat jari telunjuknya ke atas pundaknya yang sebelah kiri seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dia memberiku Al-Kitab (Injil). (Maryam: 3) Artinya Dia telah memutuskan bahwa Dia akan memberiku Al-Kitab dalam ketetapan-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Attar, dari Abdul Aziz ibnu Ziyad, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam telah mempelajari kitab Taurat dan menguasainya sejak ia masih berada dalam kandungan ibunya. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-katanya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3)

Akan tetapi, Yahya ibnu Sa’id Al-Attar orangnya berpredikat matruk yakni hadisnya tidak terpakai.

*******************



وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّۭا 31

(31) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

(31) 

Firman Allah Swt.:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. (Maryam: 31)

Mujahid dan Amr ibnu Qais serta As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menjadikan Isa seorang pengajar kebaikan. Menurut riwayat yang lain dari Mujahid, Isa adalah seorang mujahid yang banyak memberikan manfaat.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makhzumi; ia pernah mendengar Wuhaib ibnul Ward (bekas budak Bani Makhzum) mengatakan bahwa seorang yang berilmu bersua dengan seorang yang berilmu lagi lebih daripadanya, lalu orang yang berilmu lebih tinggi itu bertanya kepadanya, "Semoga Allah me­rahmati kamu, apakah yang kelihatan dari amal perbuatanku (menurutmu)?" Ia menjawab, "Memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah perkara mungkar. Karena sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan agama Allah yang disampaikan oleh para nabi-Nya kepada hamba-hamba-Nya."

Ulama fiqih telah sepakat tentang makna firman-Nya: dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. (Maryam: 31) Ketika ditanyakan, "Apakah keberkatannya?" yang ditanya menjawab, "Amar ma'ruf dan nahi munkar di mana pun ia berada."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31)

Sama pengertiannya dengan firman Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr: 99)

Abdur Rahman ibnul Qasim telah meriwayatkan dari Malik ibnu Anas sehubungan dengan firman-Nya: dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31) Isa dalam jawabannya menyebutkan perkara yang dialaminya sejak lahir sampai wafat sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan terhadapnya.

*******************



وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًۭا شَقِيًّۭا 32

(32) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

(32) 

Firman Allah Swt.:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي

dan berbakti kepada ibuku. (Maryam: 32)

Yakni Allah memerintahkan pula kepadaku agar berbakti kepada ibuku. Allah Swt. menyebutkan berbakti kepada orang tua sesudah taat kepada Tuhannya, sebab Allah Swt. sering menyebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah-Nya dan taat kepada kedua orang tua. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. (Al-Isra: 23)

Dan firman Allah Swt.:

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32)

Maksudnya, Allah tidak menjadikan diriku seorang yang angkara murka lagi sombong, tidak mau menyembah dan taat kepada-Nya serta tidak mau berbakti kepada ibuku, yang akibatnya aku menjadi orang yang celaka.

Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa makna al-jabbarusy syaqiyyu ialah orang yang tega membunuh karena marah. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang menyakiti kedua orang tuanya, melainkan kamu jumpai dia berwatak sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah Swt.: dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32) tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang berperangai buruk, melainkan kamu jumpai dia orang yang angkuh lagi sombong. Kemudian ia membacakan firman-Nya:

وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36)

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang wanita melihat putra Maryam menghidupkan orang-orang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit supak dengan seizin Allah. Maka wanita itu berkata, "Beruntunglah bagi orang yang mengandungmu, beruntunglah bagi orang yang menyusukanmu." Maka Nabi Isa a.s. berkata menjawabnya, "Beruntunglah bagi orang yang membaca Kitabullah dan mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya, serta bukan menjadi orang yang sombong lagi celaka."

*******************



وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّۭا 33

(33) Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

(33) 

Firman Allah Swt.:

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 33)

Hal ini membuktikan akan predikat dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan bahwa Isa adalah seorang makhluk Allah yang hidup dan mati serta dibangkitkan sebagaimana makhluk lainnya. Akan tetapi, Isa diselamatkan dari semua fase tersebut yang merupakan fase-fase yang paling berat dirasakan oleh semua hamba Allah.


ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ 34

(34) Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.

(34) 

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad, Rasul-Nya, bahwa kisah yang Kami ceritakan kepadamu merupakan sebagian dari kisah tentang Isa a.s.

قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ

adalah kisah yang sebenarnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34)

Yakni orang-orang yang batil dan orang-orang yang hak dari kalangan orang-orang yang beriman kepadanya dan orang-orang yang kafir kepada­Nya, berbantah-bantahan mengenai kebenarannya. Karena itulah sebagian besar ulama membacanya qaulul haq dengan di-raya'-kan. Tetapi Asim dan Abdullah ibnu Amir membacanya qaulul haqqi. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa dia membacanya dengan bacaan 'isabna maryama.

Penulis mengatakan Irab yang lebih jelas adalah bacaan rafa' yang diperkuat oleh firman Allah Swt. yang berbunyi:

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah: 147)

Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan nabi-Nya, lalu Allah Swt. membersihkan dari-Nya Yang Maha suci melalui firman-Nya.

مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35)

Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.

إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Maryam: 35)

Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah " (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-6)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sem­bahlah Dia oleh kalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam : 36)

Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah Swt. Untuk itu ia berkata:

فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36)

Yakni agama yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah merupakan jalan yang lurus; Barang siapa yang mengikutinya, dibenarkan dan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang menentangnya, disalahkan dan tersesat.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37)

Yaitu Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah menimpa mereka. Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan. Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Bahwa kaum Bani Israil mengadakan pertemuan, lalu mereka mengemukakan empat orang yang paling alim di antara mereka sebagai juru bicara dari masing-masing kelompoknya, kemudian mereka berdebat tentang Isa ketika Isa dinaikkan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang turun ke bumi, lalu menghidupkan orang-orang yang dihidupkannya dan mematikan orang-orang yang dimatikannya, setelah itu Isa naik ke langit. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Ya'qubiyah. Pendapat tersebut ditolak oleh ke tiga orang lainnya karena di anggap dusta dan tidak benar. Kemudian orang yang kedua dari mereka berkata kepada orang yang ketiga, "Bagaimanakah pendapatmu? Kemukakanlah." Orang yang ketiga berkata bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka yang mengatakan demikian adalah golongan Nusturiyah. Orang yang kedua menyangkal seraya mengatakan, "Kamu dusta." Kemudian salah seorang dari dua orang lainnya berkata kepada yang lainnya, "Kemukakanlah pendapatmu tentang dia." Ia berkata bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan; Allah Tuhan yang pertama, dia tuhan kedua, dan ibunya tuhan ketiga. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Israili, raja-raja nasrani, semoga laknat Allah menimpa mereka semua. Orang yang keempat berkata, "Kamu dusta, bahkan Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh yang diciptakan oleh-Nya dan diciptakan melalui firman-Nya." Mereka yang berpendapat demikian adalah orang-orang muslim.

Disebutkan bahwa masing-masing dari keempat orang itu mempunyai pengikutnya sendiri-sendiri yang mendukung pendapatnya. Akhirnya mereka berperang di antara sesama mereka dan mereka beroleh kemenangan atas orang-orang muslim yang beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah Swt. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:

وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ

dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21)

Qatadah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Mereka berselisih pendapat tentang Isa, akhirnya terpecahlah mereka menjadi beberapa golongan.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Urwah Ibnuz Zubair melalui sebagian ahlul 'ilmi suatu kisah yang isinya hampir sama dengan riwayat di atas.

Ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab dan lain-lainnya telah menyebutkan bahwa Kaisar Konstantinopel pernah mempertemukan kaum Ahli Kitab dalam suatu pertemuan besar di ketiga tempat perkumpulan mereka yang terkenal di kalangan mereka. Golongan uskup dari kalangan mereka terdiri atas dua ribu seratus tujuh puluh orang, lalu mereka berselisih pendapat tentang Isa putra Maryam dengan perselisihan yang tajam sekali. Masing-masing golongan mempunyai pendapat sendiri. Seratus orang mempunyai pendapat sendiri; begitu pula tujuh puluh orang dari mereka; lima puluh orang berpendapat berbeda dengan lainnya, dan seratus enam puluh orang mempunyai pendapat sendiri pula. Tiada suatu pendapat pun yang disepakati oleh lebih dari tiga ratus delapan orang.

Di antara mereka ada sejumlah uskup yang sepakat memegang suatu pendapat dan mempertahankannya mati-matian; pendapat ini disetujui oleh Kaisar. Kaisar adalah seorang ahli filsafat, maka golongan tersebut dijadikan sebagai pemuka agama dan didukungnya, serta mengusir golongan lainnya. Maka para uskup yang didukungnya memberikan kepada Kaisar amanat yang besar yang lebih layak disebut sebagai pengkhianatan terbesar.

Kemudian para uskup yang didukung oleh Kaisar ini membuatkan untuk Kaisar kitab undang-undang dan menetapkan baginya hukum-hukum syariat serta membuat banyak bid'ah dan penyimpangan di dalam agama Al-Masih; mereka telah merubahnya dari aslinya.

Sebagai imbalannya Kaisar Konstantinopel membangunkan buat mereka gereja-gereja yang besar di wilayah kekaisarannya; semuanya tersebar di negeri Syam, Jazirah Arabia, dan Romawi sehingga jumlah gereja di masa pemerintahannya kurang lebih dua belas ribu gereja. Sedangkan ibu kaisar membangun tempat pembuangan sampah di tempat penyaliban yang diduga oleh orang-orang Yahudi bahwa yang disalib itu adalah Al-Masih. Mereka dusta, bahkan Allah-lah yang menaikannya ke langit.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37)

Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap orang-orang yang mendustakan Allah dan melakukan tuduhan keji serta menganggap bahwa Allah beranak. Akan tetapi, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat dan membiarkan mereka berkat sifat Penyantun-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menyiksa mereka. Sesungguh­nya Dia tidak menyegerakan orang-orang yang berbuat durhaka terhadap­Nya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya:

"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي ِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ" ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan tangguh kepada orang yang zalim; tetapi apabila Dia menyiksanya, pastilah orang yang zalim itu tidak akan luput dari siksa-Nya. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud : 12)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ"

Tiada seorang pun yang lebih sabar terhadap berita yang menyakitkan hatinya selain dari Allah. Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Allah beranak, padahal Allah-lah yang memberi mereka rezeki dan kesehatan.

Allah Swt. telah berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj : 48)

وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ

Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)

Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37)

Yakni hari kiamat. Di dalam hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya diriwayatkan melalui Ubadah ibnus Samit r.a disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ [وَرَسُولُهُ] وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حُقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ"

Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul­nya, yang diciptakan melalui kalimat-Ny ayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya, dan bahwa surga itu hak dan neraka itu hak (benar ada), niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakannya.


مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍۢ ۖ سُبْحَٰنَهُۥٓ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ 35

(35) Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.

(35) 

مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35)

Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.

إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Maryam: 35)

Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah " (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-6)

*******************



وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَٰطٌۭ مُّسْتَقِيمٌۭ 36

(36) Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.

(36) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sem­bahlah Dia oleh kalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam : 36)

Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah Swt. Untuk itu ia berkata:

فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36)

Yakni agama yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah merupakan jalan yang lurus; Barang siapa yang mengikutinya, dibenarkan dan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang menentangnya, disalahkan dan tersesat.

*******************



فَٱخْتَلَفَ ٱلْأَحْزَابُ مِنۢ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌۭ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ 37

(37) Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.

(37) 

Firman Allah Swt.:

فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37)

Yaitu Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah menimpa mereka. Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan. Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Bahwa kaum Bani Israil mengadakan pertemuan, lalu mereka mengemukakan empat orang yang paling alim di antara mereka sebagai juru bicara dari masing-masing kelompoknya, kemudian mereka berdebat tentang Isa ketika Isa dinaikkan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang turun ke bumi, lalu menghidupkan orang-orang yang dihidupkannya dan mematikan orang-orang yang dimatikannya, setelah itu Isa naik ke langit. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Ya'qubiyah. Pendapat tersebut ditolak oleh ke tiga orang lainnya karena di anggap dusta dan tidak benar. Kemudian orang yang kedua dari mereka berkata kepada orang yang ketiga, "Bagaimanakah pendapatmu? Kemukakanlah." Orang yang ketiga berkata bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka yang mengatakan demikian adalah golongan Nusturiyah. Orang yang kedua menyangkal seraya mengatakan, "Kamu dusta." Kemudian salah seorang dari dua orang lainnya berkata kepada yang lainnya, "Kemukakanlah pendapatmu tentang dia." Ia berkata bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan; Allah Tuhan yang pertama, dia tuhan kedua, dan ibunya tuhan ketiga. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Israili, raja-raja nasrani, semoga laknat Allah menimpa mereka semua. Orang yang keempat berkata, "Kamu dusta, bahkan Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh yang diciptakan oleh-Nya dan diciptakan melalui firman-Nya." Mereka yang berpendapat demikian adalah orang-orang muslim.

Disebutkan bahwa masing-masing dari keempat orang itu mempunyai pengikutnya sendiri-sendiri yang mendukung pendapatnya. Akhirnya mereka berperang di antara sesama mereka dan mereka beroleh kemenangan atas orang-orang muslim yang beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah Swt. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:

وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ

dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21)

Qatadah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Mereka berselisih pendapat tentang Isa, akhirnya terpecahlah mereka menjadi beberapa golongan.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Urwah Ibnuz Zubair melalui sebagian ahlul 'ilmi suatu kisah yang isinya hampir sama dengan riwayat di atas.

Ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab dan lain-lainnya telah menyebutkan bahwa Kaisar Konstantinopel pernah mempertemukan kaum Ahli Kitab dalam suatu pertemuan besar di ketiga tempat perkumpulan mereka yang terkenal di kalangan mereka. Golongan uskup dari kalangan mereka terdiri atas dua ribu seratus tujuh puluh orang, lalu mereka berselisih pendapat tentang Isa putra Maryam dengan perselisihan yang tajam sekali. Masing-masing golongan mempunyai pendapat sendiri. Seratus orang mempunyai pendapat sendiri; begitu pula tujuh puluh orang dari mereka; lima puluh orang berpendapat berbeda dengan lainnya, dan seratus enam puluh orang mempunyai pendapat sendiri pula. Tiada suatu pendapat pun yang disepakati oleh lebih dari tiga ratus delapan orang.

Di antara mereka ada sejumlah uskup yang sepakat memegang suatu pendapat dan mempertahankannya mati-matian; pendapat ini disetujui oleh Kaisar. Kaisar adalah seorang ahli filsafat, maka golongan tersebut dijadikan sebagai pemuka agama dan didukungnya, serta mengusir golongan lainnya. Maka para uskup yang didukungnya memberikan kepada Kaisar amanat yang besar yang lebih layak disebut sebagai pengkhianatan terbesar.

Kemudian para uskup yang didukung oleh Kaisar ini membuatkan untuk Kaisar kitab undang-undang dan menetapkan baginya hukum-hukum syariat serta membuat banyak bid'ah dan penyimpangan di dalam agama Al-Masih; mereka telah merubahnya dari aslinya.

Sebagai imbalannya Kaisar Konstantinopel membangunkan buat mereka gereja-gereja yang besar di wilayah kekaisarannya; semuanya tersebar di negeri Syam, Jazirah Arabia, dan Romawi sehingga jumlah gereja di masa pemerintahannya kurang lebih dua belas ribu gereja. Sedangkan ibu kaisar membangun tempat pembuangan sampah di tempat penyaliban yang diduga oleh orang-orang Yahudi bahwa yang disalib itu adalah Al-Masih. Mereka dusta, bahkan Allah-lah yang menaikannya ke langit.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37)

Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap orang-orang yang mendustakan Allah dan melakukan tuduhan keji serta menganggap bahwa Allah beranak. Akan tetapi, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat dan membiarkan mereka berkat sifat Penyantun-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menyiksa mereka. Sesungguh­nya Dia tidak menyegerakan orang-orang yang berbuat durhaka terhadap­Nya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya:

"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي ِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ" ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan tangguh kepada orang yang zalim; tetapi apabila Dia menyiksanya, pastilah orang yang zalim itu tidak akan luput dari siksa-Nya. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud : 12)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ"

Tiada seorang pun yang lebih sabar terhadap berita yang menyakitkan hatinya selain dari Allah. Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Allah beranak, padahal Allah-lah yang memberi mereka rezeki dan kesehatan.

Allah Swt. telah berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj : 48)

وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ

Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)

Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37)

Yakni hari kiamat. Di dalam hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya diriwayatkan melalui Ubadah ibnus Samit r.a disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ [وَرَسُولُهُ] وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حُقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ"

Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul­nya, yang diciptakan melalui kalimat-Ny ayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya, dan bahwa surga itu hak dan neraka itu hak (benar ada), niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakannya.


أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلْيَوْمَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍۢ 38

(38) Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.

(38) 

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir kelak di hari kiamat, bahwa sesungguhnya mereka mempunyai pendengaran yang sangat terang dan penglihatan yang sangat tajam. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar.” (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.

Dengan kata lain, mereka mengatakan hal tersebut di saat tiada sesuatu pun yang dapat memberikan manfaat kepada mereka dan tiada sesuatu pun yang dapat menolong mereka. Seandainya peristiwa yang disebutkan dalam ayat ini terjadi sebelum mereka menyaksikan azab, tentulah hal tersebut dapat memberi manfaat kepada mereka dan dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ

Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka. (Maryam: 38)

Ungkapan ini merupakan ungkapan ta'ajjub yang menunjukkan makna keluarbiasaan, yakni betapa terangnya pendengaran mereka dan betapa tajamnya penglihatan mereka saat itu.’

يَوْمَ يَأْتُونَنَا

pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38)

Yaitu pada hari kiamat

لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ

Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini. (Maryam: 38)

Yakni dalam kehidupan dunia.

فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38)

Maksudnya, tidak dapat mendengar dan tidak dapat melihat serta tidak dapat berpikir; yaitu di saat hidayah datang kepada mereka, mereka tidak mau menerimanya, tidak mau pula menaatinya. Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan akal mereka untuk menerima hidayah.

Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39)

Artinya berilah peringatan kepada makhluk akan hari penyesalan.

إِذْ قُضِيَ الأمْرُ

yaitu ketika segala perkara telah diputuskan. (Maryam: 39)

Yakni ahli surga dan ahli neraka telah dipisahkan, dan masing-masing dimasukkan ke dalam tempat tinggalnya untuk selama-lamanya.

وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ

Dan mereka dalam keadaan lalai. (Maryam: 39)

Yaitu dalam kehidupan dunia mereka lalai terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, yakni hal yang bakal menimpa mereka kelak di hari penyesalan dan kekecewaan.

وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39)

Maksudnya tidak percaya kepada hari penyesalan itu.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ [الْخُدْرِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، يُجَاءُ بِالْمَوْتِ كَأَنَّهُ كَبْشٌ أَمْلَحُ، فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: "فَيَشْرَئِبُّونَ [فَيَنْظُرُونَ] وَيَقُولُونَ: نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ". قَالَ: "فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: فَيَشْرَئِبُّونَ فَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا الْمَوْتُ" قَالَ: "فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُذْبَحُ" قَالَ: "وَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ" قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَأَشَارَ بِيَدِهِ قَالَ: "أَهْلُ الدُّنْيَا فِي غَفْلَةِ الدُّنْيَا".

Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa’id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka didatangkanlah maut yang rupanya seakan-akan seperti domba yang berbulu putih, lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Maka dikatakan, "Hai ahli surga, apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah domba itu dan menelitinya, lalu mereka berkata, "Ya, ini adalah maut.” Kemudian dikatakan, "Hai ahli neraka, apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah maut dan menelitinya, kemudian mereka berkata, "Ya, inilah maut.” Lalu diperintahkan agar domba itu disembelih, maka disembelihlah domba itu, lalu dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi. Hai ahli neraka, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi.” Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Seraya berisyarat dengan tangannya, kemudian bersabda: "Ahli dunia berada dalam kelalaian (tentang itu) saat hidup di dunia."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama dan dengan lafaz yang pengertiannya mirip dengan hadis ini.

Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Al-Hasan ibnu Arafah. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asbat ibnu Muhammad, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu’ dengan lafaz yang semisal.

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadis yang sama melalui Ibnu Umar. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hadis ini, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, lalu disebutkan hadis yang semisal, hanya hadis ini diucapkan oleh Ibnu Abbas. Dan Ibnu Juraij telah meriwayatkan pula dari ayahnya; ia pernah mendengar Ubaid ibnu Umair mengatakan dalam kitab Qisas-nya bahwa maut di datangkan seakan-akan berupa hewan, lalu disembelih, sedangkan orang-orang memandangnya.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, bahwa telah menceritakan kepada kami Abuz Zar ra, dari Abdullah ibnu Mas'ud dalam kisah yang diketengahkannya, bahwa tiada suatu orang pun melainkan melihat rumah-rumah yang ada di surga dan rumah-rumah yang ada di neraka; hal ini terjadi pada hari penyesalan. Ahli neraka melihat rumah yang ada di dalam surga, lalu dikatakan kepada mereka, "Sekiranya kalian beramal kebaikan." Maka mereka merasa menyesali perbuatannya. Dan ahli surga melihat rumah yang ada di dalam neraka, lalu dikatakan kepada mereka, "Seandainya saja Allah tidak memberikan karunia-Nya kepada kalian (tentulah kalian masuk neraka)."

As-Saddi telah meriwayatkan dari Ziyad, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka didatangkanlah maut dalam bentuk domba yang berbulu putih dengan berbelang hitam, lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Kemudian terdengarlah suara seruan yang mengatakan, "Hai ahli surga, inilah maut yang mematikan manusia di dunia." Maka tiada seorang pun dari kalangan ahli surga —baik surga yang tertinggi maupun surga yang terendah— melainkan memandang ke arah maut yang diserupakan dengan domba itu. Kemudian suara itu menyeru lagi dan mengatakan, "Hai ahli neraka, inilah maut yang telah mematikan manusia di dunia." Maka tidak ada seorang pun dari kalangan penghuni neraka—baik yang ada di bagian atas maupun yang ada di dasarnya— melainkan memandang ke arahnya. Kemudian maut disembelih di tempat yang terletak di antara surga dan neraka. Lalu terdengar suara menyeru, "Hai ahli surga, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya. Hai ahli neraka, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya." Maka ahli surga meluap-luap kegembiraannya. Seandainya ada orang yang mati karena kegembiraan, tentulah mereka mati karena kegembiraan yang sangat. Lain halnya dengan ahli neraka, mereka sangat menyesal luar biasa. Seandainya ada orang yang dapat mati karena menyesal, tentulah mereka semua mati karena menyesal. Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Yaitu bilamana maut disembelih.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam:39) Al-Hasrah merupakan salah satu dari nama hari kiamat yang dibesarkan oleh Allah Swt. untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39) Bahwa yang dimaksud dengan 'hari penyesalan' ialah hari kiamat. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membaca firman-Nya:

أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ

supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الأرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. (Maryam: 4)

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan makhluk, Raja Yang Mengatur segalanya, semua makhluk akan binasa, dan yang kekal hanyalah Dia Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Tiada seorang pun yang disebut raja, tidak pula ada yang dapat mengatur, bahkan Dia sendiri­lah Yang Mewarisi semua makhluk-Nya, Yang Mahakekal sesudah mereka lagi Maha Memutuskan di antara mereka. Maka tiada seorang pun yang dianiaya barang sedikit pun, bahkan mereka tidak dianiaya dalam hal yang sekecil nyamuk pun, tidak pula dalam hal yang lebih kecil daripada itu.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Hudbah ibnu Khalid Al-Qaisi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hazm ibnu Abu Hazm Al-Qat'i, bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat kepada Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman (Gubernur Kufah) yang isinya sebagai berikut: "Amma ba'du (sesudah membaca hamdalah, salawat, dan salam), sesungguhnya Allah telah memastikan atas makhluk-Nya saat Dia menciptakan mereka, bahwa mereka harus mati. lalu Dia menjadikan mereka kembali kepada-Nya. Dan Dia telah berfirman di dalam wahyu yang diturunkan-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an yang benar —yang Dia pelihara dengan seizin-Nya— serta menyuruh para malaikat­Nya untuk menyaksikannya, bahwa Dia memelihara Kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Dia mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya, dan hanya pada-Nyalah mereka dikembalikan."