19 - مريم - Maryam
Mary
Meccan
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ 39
(39) Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
(39)
Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ
Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39)
Artinya berilah peringatan kepada makhluk akan hari penyesalan.
إِذْ قُضِيَ الأمْرُ
yaitu ketika segala perkara telah diputuskan. (Maryam: 39)
Yakni ahli surga dan ahli neraka telah dipisahkan, dan masing-masing dimasukkan ke dalam tempat tinggalnya untuk selama-lamanya.
وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ
Dan mereka dalam keadaan lalai. (Maryam: 39)
Yaitu dalam kehidupan dunia mereka lalai terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, yakni hal yang bakal menimpa mereka kelak di hari penyesalan dan kekecewaan.
وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39)
Maksudnya tidak percaya kepada hari penyesalan itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ [الْخُدْرِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، يُجَاءُ بِالْمَوْتِ كَأَنَّهُ كَبْشٌ أَمْلَحُ، فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: "فَيَشْرَئِبُّونَ [فَيَنْظُرُونَ] وَيَقُولُونَ: نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ". قَالَ: "فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: فَيَشْرَئِبُّونَ فَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا الْمَوْتُ" قَالَ: "فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُذْبَحُ" قَالَ: "وَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ" قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَأَشَارَ بِيَدِهِ قَالَ: "أَهْلُ الدُّنْيَا فِي غَفْلَةِ الدُّنْيَا".
Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa’id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka didatangkanlah maut yang rupanya seakan-akan seperti domba yang berbulu putih, lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Maka dikatakan, "Hai ahli surga, apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah domba itu dan menelitinya, lalu mereka berkata, "Ya, ini adalah maut.” Kemudian dikatakan, "Hai ahli neraka, apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah maut dan menelitinya, kemudian mereka berkata, "Ya, inilah maut.” Lalu diperintahkan agar domba itu disembelih, maka disembelihlah domba itu, lalu dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi. Hai ahli neraka, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi.” Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Seraya berisyarat dengan tangannya, kemudian bersabda: "Ahli dunia berada dalam kelalaian (tentang itu) saat hidup di dunia."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama dan dengan lafaz yang pengertiannya mirip dengan hadis ini.
Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Al-Hasan ibnu Arafah. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asbat ibnu Muhammad, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu’ dengan lafaz yang semisal.
Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadis yang sama melalui Ibnu Umar. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hadis ini, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, lalu disebutkan hadis yang semisal, hanya hadis ini diucapkan oleh Ibnu Abbas. Dan Ibnu Juraij telah meriwayatkan pula dari ayahnya; ia pernah mendengar Ubaid ibnu Umair mengatakan dalam kitab Qisas-nya bahwa maut di datangkan seakan-akan berupa hewan, lalu disembelih, sedangkan orang-orang memandangnya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, bahwa telah menceritakan kepada kami Abuz Zar ra, dari Abdullah ibnu Mas'ud dalam kisah yang diketengahkannya, bahwa tiada suatu orang pun melainkan melihat rumah-rumah yang ada di surga dan rumah-rumah yang ada di neraka; hal ini terjadi pada hari penyesalan. Ahli neraka melihat rumah yang ada di dalam surga, lalu dikatakan kepada mereka, "Sekiranya kalian beramal kebaikan." Maka mereka merasa menyesali perbuatannya. Dan ahli surga melihat rumah yang ada di dalam neraka, lalu dikatakan kepada mereka, "Seandainya saja Allah tidak memberikan karunia-Nya kepada kalian (tentulah kalian masuk neraka)."
As-Saddi telah meriwayatkan dari Ziyad, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka didatangkanlah maut dalam bentuk domba yang berbulu putih dengan berbelang hitam, lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Kemudian terdengarlah suara seruan yang mengatakan, "Hai ahli surga, inilah maut yang mematikan manusia di dunia." Maka tiada seorang pun dari kalangan ahli surga —baik surga yang tertinggi maupun surga yang terendah— melainkan memandang ke arah maut yang diserupakan dengan domba itu. Kemudian suara itu menyeru lagi dan mengatakan, "Hai ahli neraka, inilah maut yang telah mematikan manusia di dunia." Maka tidak ada seorang pun dari kalangan penghuni neraka—baik yang ada di bagian atas maupun yang ada di dasarnya— melainkan memandang ke arahnya. Kemudian maut disembelih di tempat yang terletak di antara surga dan neraka. Lalu terdengar suara menyeru, "Hai ahli surga, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya. Hai ahli neraka, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya." Maka ahli surga meluap-luap kegembiraannya. Seandainya ada orang yang mati karena kegembiraan, tentulah mereka mati karena kegembiraan yang sangat. Lain halnya dengan ahli neraka, mereka sangat menyesal luar biasa. Seandainya ada orang yang dapat mati karena menyesal, tentulah mereka semua mati karena menyesal. Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Yaitu bilamana maut disembelih.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam:39) Al-Hasrah merupakan salah satu dari nama hari kiamat yang dibesarkan oleh Allah Swt. untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39) Bahwa yang dimaksud dengan 'hari penyesalan' ialah hari kiamat. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membaca firman-Nya:
أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ
supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56)
*******************
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ ٱلْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ 40
(40) Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
(40)
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الأرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. (Maryam: 4)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan makhluk, Raja Yang Mengatur segalanya, semua makhluk akan binasa, dan yang kekal hanyalah Dia Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Tiada seorang pun yang disebut raja, tidak pula ada yang dapat mengatur, bahkan Dia sendirilah Yang Mewarisi semua makhluk-Nya, Yang Mahakekal sesudah mereka lagi Maha Memutuskan di antara mereka. Maka tiada seorang pun yang dianiaya barang sedikit pun, bahkan mereka tidak dianiaya dalam hal yang sekecil nyamuk pun, tidak pula dalam hal yang lebih kecil daripada itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Hudbah ibnu Khalid Al-Qaisi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hazm ibnu Abu Hazm Al-Qat'i, bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat kepada Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman (Gubernur Kufah) yang isinya sebagai berikut: "Amma ba'du (sesudah membaca hamdalah, salawat, dan salam), sesungguhnya Allah telah memastikan atas makhluk-Nya saat Dia menciptakan mereka, bahwa mereka harus mati. lalu Dia menjadikan mereka kembali kepada-Nya. Dan Dia telah berfirman di dalam wahyu yang diturunkan-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an yang benar —yang Dia pelihara dengan seizin-Nya— serta menyuruh para malaikatNya untuk menyaksikannya, bahwa Dia memelihara Kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Dia mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya, dan hanya pada-Nyalah mereka dikembalikan."
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًۭا نَّبِيًّا 41
(41) Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
(41)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw., bahwa ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab dan bacakanlah kisah ini kepada kaummu yang menyembah berhala. Dan ceritakanlah kepada mereka sebagian dari kisah Ibrahim, kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, yang merupakan bapak moyang bangsa Arab, dan mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam agamanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi, ia hidup bersama ayahnya dan melarang ayahnya menyembah berhala. Untuk itu Ibrahim mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? (Maryam: 42)
Yakni sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat kepadamu, tidak pula dapat menolak suatu mudarat pun darimu.
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. (Maryam: 43)
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika aku berasal dari sulbimu (keturunanmu) dan kamu pandang diriku lebih kecil daripadamu karena aku adalah anakmu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya aku telah dianugerahi ilmu dari sisi Allah yang tidak diketahui olehmu dan kamu tidak memilikinya sama sekali.
فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam: 43)
Yaitu jalan yang lurus yang dapat mengantarkan seseorang untuk meraih cita-cita yang didambakan dan menyelamatkannya dari hal yang menakutkan.
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. (Maryam: 44)
Maksudnya, janganlah kamu menaatinya dengan menyembah berhala-berhala ini, karena sesungguhnya setanlah yang mendorongmu untuk menyembahnya dan setan suka dengan perbuatanmu. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Yasin: 6)
إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا
Yang mereka sembah selain dari Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain menyembah setan yang durhaka. (An-Nisa: 117)
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا
Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)
Yakni penentang lagi sombong, tidak mau taat kepada Tuhannya; maka Tuhan mengusir dan menjauhkannya. Karena itu, janganlah kamu mengikuti setan, sebab akibatnya kamu menjadi seperti dia.
يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 45)
Karena kemusyrikan dan kedurhakaanmu terhadap apa yang diperintahkan kepadamu (yaitu menyembah Allah Swt. semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun)
فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
maka kamu menjadi kawan bagi setan. (Maryam: 45)
Yaitu maka kamu tidak mempunyai pelindung dan tidak pula penolong, serta tidak penjamin selain iblis. Padahal iblis tidak dapat melakukannya, juga yang lainnya; bahkan ketaatanmu terhadapnyalah yang mengakibatkan kamu tertimpa azab. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (An-Nahl: 63)
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِى عَنكَ شَيْـًۭٔا 42
(42) Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
(42)
يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? (Maryam: 42)
Yakni sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat kepadamu, tidak pula dapat menolak suatu mudarat pun darimu.
يَٰٓأَبَتِ إِنِّى قَدْ جَآءَنِى مِنَ ٱلْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَٱتَّبِعْنِىٓ أَهْدِكَ صِرَٰطًۭا سَوِيًّۭا 43
(43) Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
(43)
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. (Maryam: 43)
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika aku berasal dari sulbimu (keturunanmu) dan kamu pandang diriku lebih kecil daripadamu karena aku adalah anakmu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya aku telah dianugerahi ilmu dari sisi Allah yang tidak diketahui olehmu dan kamu tidak memilikinya sama sekali.
فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam: 43)
Yaitu jalan yang lurus yang dapat mengantarkan seseorang untuk meraih cita-cita yang didambakan dan menyelamatkannya dari hal yang menakutkan.
يَٰٓأَبَتِ لَا تَعْبُدِ ٱلشَّيْطَٰنَ ۖ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّۭا 44
(44) Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
(44)
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. (Maryam: 44)
Maksudnya, janganlah kamu menaatinya dengan menyembah berhala-berhala ini, karena sesungguhnya setanlah yang mendorongmu untuk menyembahnya dan setan suka dengan perbuatanmu. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Yasin: 6)
إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا
Yang mereka sembah selain dari Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain menyembah setan yang durhaka. (An-Nisa: 117)
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا
Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)
Yakni penentang lagi sombong, tidak mau taat kepada Tuhannya; maka Tuhan mengusir dan menjauhkannya. Karena itu, janganlah kamu mengikuti setan, sebab akibatnya kamu menjadi seperti dia.
يَٰٓأَبَتِ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌۭ مِّنَ ٱلرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَٰنِ وَلِيًّۭا 45
(45) Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".
(45)
يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 45)
Karena kemusyrikan dan kedurhakaanmu terhadap apa yang diperintahkan kepadamu (yaitu menyembah Allah Swt. semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun)
فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
maka kamu menjadi kawan bagi setan. (Maryam: 45)
Yaitu maka kamu tidak mempunyai pelindung dan tidak pula penolong, serta tidak penjamin selain iblis. Padahal iblis tidak dapat melakukannya, juga yang lainnya; bahkan ketaatanmu terhadapnyalah yang mengakibatkan kamu tertimpa azab. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (An-Nahl: 63)
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ ءَالِهَتِى يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَٱهْجُرْنِى مَلِيًّۭا 46
(46) Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".
(46)
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang jawaban ayah Nabi Ibrahim saat Nabi Ibrahim menyerunya untuk menyembah Allah. Disebutkan bahwa ayah Nabi Ibrahim mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ
"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?” (Maryam: 46)
Maksudnya, jika kamu tidak ingin menyembahnya dan tidak pula menyukainya, maka hentikanlah cacianmu dan penghinaan serta serapahmu terhadapnya. Jika kamu tidak mau menghentikan itu semua, niscaya aku akan menghukummu dan berbalik akan mencaci dan menghinamu. Yang demikian itu adalah yang dimaksudkan oleh apa yang disebutkan firman-Nya:
لأرْجُمَنَّكَ
niscaya kamu akan kurajam. (Maryam: 46)
Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas, As-Saddi, Ibnu Juraij, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Firman Allah Swt.:
وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (Maryam: 46)
Menurut Mujahid, Ikrimah, Sa"id ibnu Jubair, dan Muhammad ibnu Ishaq, yang dimaksud dengan maliyyan ialah dahran, artinya satu tahun. Menurut Al-Hasan Al-Basri, artinya masa yang lama.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. (Maryam: 46) Bahwa artinya selama-lamanya.
Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. (Maryam: 46) Bahwa yang dimaksud dengan maliyyan ialah sawiyyan, yakni dalam keadaan utuh dan selamat sebelum kamu tertimpa siksaan dariku.
Hal yang sama telafudikatakan oleh Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Jadali, dan Abu Malik serta lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
*******************
Pada saat itu juga Ibrahim berkata kepada ayahnya:
سَلامٌ عَلَيْكَ
Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47)
Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam menceritakan sifat kaum mukmin melalui firman-Nya:
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Al-Furqan: 63)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash: 55)
Makna ucapan Nabi Ibrahim a.s. yang mengatakan: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47) Yakni adapun diriku, maka aku tidak akan menimpakan hal yang tidak kamu sukai terhadap dirimu, tidak pula hal yang menyakitkan dirimu, karena aku menghormatimu sebagai ayahku.
سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي
aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. (Maryam: 47)
Yaitu tetapi sebaliknya aku akan memohonkan kepada Allah semoga Allah memberimu hidayah dan ampuni dosa-dosamu.
إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna hafiyyan ialah latifan, yakni baik atau penyayang. Karena itulah aku mendapat petunjuk untuk menyembah-Nya dan berikhlas kepada-Nya.
Qatadah dan Mujahid serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47) Yakni biasa memperkenankan permintaannya, As-Saddi mengatakan, makna hafiyyan ialah yang selalu memperhatikan urusannya.
Ibrahim a.s. telah memintakan ampun buat ayahnya dalam waktu yang cukup lama, bahkan sesudah ia hijrah ke negeri Syam dan membangun Masjidil Haram, dan sesudah mempunyai anak (yaitu Ismail dan Ishaq). Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (Ibrahim: 41)
Kaum muslim dalam masa permulaan Islam pernah memintakan ampun buat kerabat dan keluarga mereka yang masih musyrik, karena mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. yang pernah melakukannya, hingga Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4)
Sampai dengan firman-Nya:
إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.”(Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.
Yakni kecuali perkataan Nabi Ibrahim yang memohonkan ampun kepada Tuhannya buat ayahnya, "Janganlah kalian mengikutinya." Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Ibrahim menghentikan permohonan ampun buat ayahnya dan tidak lagi melakukannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik. (At-Taubah: 113)
Sampai dengan firman-Nya:
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 114)
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
Dan aku akan menjauhkan diri dari kalian dan dari apa yang kalian seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Maksudnya, aku akan menjauhi kalian, berlepas diri dari kalian dan sembahan-sembahan yang kalian sembah selain dari Allah.
وَأَدْعُو رَبِّي
dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Yakni aku akan menyembah Tuhanku semata, tiada sekutu bagi-Nya.
عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Maksudnya, mudah-mudahan doaku diperkenankan dengan pasti. Doa Nabi Ibrahim pasti diterima, karena sesungguhnya dia adalah penghulu para nabi sesudah Nabi Muhammad Saw.
قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّۭا 47
(47) Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
(47)
سَلامٌ عَلَيْكَ
Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47)
Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam menceritakan sifat kaum mukmin melalui firman-Nya:
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Al-Furqan: 63)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash: 55)
Makna ucapan Nabi Ibrahim a.s. yang mengatakan: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47) Yakni adapun diriku, maka aku tidak akan menimpakan hal yang tidak kamu sukai terhadap dirimu, tidak pula hal yang menyakitkan dirimu, karena aku menghormatimu sebagai ayahku.
سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي
aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. (Maryam: 47)
Yaitu tetapi sebaliknya aku akan memohonkan kepada Allah semoga Allah memberimu hidayah dan ampuni dosa-dosamu.
إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna hafiyyan ialah latifan, yakni baik atau penyayang. Karena itulah aku mendapat petunjuk untuk menyembah-Nya dan berikhlas kepada-Nya.
Qatadah dan Mujahid serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47) Yakni biasa memperkenankan permintaannya, As-Saddi mengatakan, makna hafiyyan ialah yang selalu memperhatikan urusannya.
Ibrahim a.s. telah memintakan ampun buat ayahnya dalam waktu yang cukup lama, bahkan sesudah ia hijrah ke negeri Syam dan membangun Masjidil Haram, dan sesudah mempunyai anak (yaitu Ismail dan Ishaq). Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (Ibrahim: 41)
Kaum muslim dalam masa permulaan Islam pernah memintakan ampun buat kerabat dan keluarga mereka yang masih musyrik, karena mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. yang pernah melakukannya, hingga Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4)
Sampai dengan firman-Nya:
إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.”(Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.
Yakni kecuali perkataan Nabi Ibrahim yang memohonkan ampun kepada Tuhannya buat ayahnya, "Janganlah kalian mengikutinya." Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Ibrahim menghentikan permohonan ampun buat ayahnya dan tidak lagi melakukannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik. (At-Taubah: 113)
Sampai dengan firman-Nya:
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 114)
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَأَدْعُوا۟ رَبِّى عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّى شَقِيًّۭا 48
(48) Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".
(48)
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
Dan aku akan menjauhkan diri dari kalian dan dari apa yang kalian seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Maksudnya, aku akan menjauhi kalian, berlepas diri dari kalian dan sembahan-sembahan yang kalian sembah selain dari Allah.
وَأَدْعُو رَبِّي
dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Yakni aku akan menyembah Tuhanku semata, tiada sekutu bagi-Nya.
عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48)
Maksudnya, mudah-mudahan doaku diperkenankan dengan pasti. Doa Nabi Ibrahim pasti diterima, karena sesungguhnya dia adalah penghulu para nabi sesudah Nabi Muhammad Saw.
فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّۭا جَعَلْنَا نَبِيًّۭا 49
(49) Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.
(49)
Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Nabi Ibrahim menjauh dari ayahnya dan kaumnya demi karena Allah, maka Allah menggantikan baginya orang-orang yang lebih baik daripada mereka dan Allah menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub, yakni seorang putra dan cucu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً
dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ
dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. (Hud: 71)
Tidak diperselisihkan lagi bahwa Ishaq adalah orang tua Ya'qub, dan hal ini disebutkan secara jelas oleh nas Al-Qur'an di dalam surat Al-Baqarah, yaitu firman-Nya:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq.” (Al-Baqarah: 133)
Karena itulah disebutkan dalam ayat ini Ishaq dan Ya'qub. Dengan kata lain, Allah berfirman bahwa Kami jadikan bagi Ibrahim anak dan keturunannya yang kelak menjadi nabi-nabi. Hal ini dimaksudkan untuk menyenangkan hati Nabi Ibrahim semasa hidupnya, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا
Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49)
Seandainya Ya'qub tidak diberitakan menjadi nabi semasa Nabi Ibrahim masih hidup, tentulah dia tidak akan disebutkan, dan yang disebutkan tentulah cucunya (yaitu Yusuf) karena sesungguhnya dia pun adalah seorang nabi. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, yaitu di saat beliau ditanya mengenai orang yang paling baik, maka Rasul Saw. menjawab dengan nada yang penuh rendah diri (karena kenyataannya hanya beliaulah makhluk Allah yang paling baik secara mutlak, pent.):
"يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ، ابْنُ يَعْقُوبَ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ إِسْحَاقَ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ اللَّهِ"
Yusuf Nabi Allah putra Ya’qub nabi Allah putra Ishaq nabi Allah putra Ibrahim kekasih Allah.
Menurut lafaz yang lain disebutkan sebagai berikut:
"إِنَّ الْكَرِيمَ ابْنَ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ: يوسفُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ"
Sesungguhnya orang yang mulia, putra orang yang mulia putra orang yang mulia putra orang yang mulia ialah Yusuf ibnu Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi. (Maryam: 5)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah buah tutur yang baik. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan Malik ibnu Anas.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan 'Aliyyan tiada lain karena semua agama dan millah menyebutkan Ibrahim dengan sebutan dan pujian yang baik.
وَوَهَبْنَا لَهُم مِّن رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّۭا 50
(50) Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.
(50)
Firman Allah Swt.:
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi. (Maryam: 5)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah buah tutur yang baik. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan Malik ibnu Anas.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan 'Aliyyan tiada lain karena semua agama dan millah menyebutkan Ibrahim dengan sebutan dan pujian yang baik.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ مُوسَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مُخْلَصًۭا وَكَانَ رَسُولًۭا نَّبِيًّۭا 51
(51) Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.
(51)
Setelah disebutkan kisah mengenai Ibrahim dan pujian kepadanya, lalu disebutkan pula mengiringinya kisah tentang orang yang telah diajak berbicara langsung oleh Allah Swt., yaitu Nabi Musa. Untuk itu Allah berfirman:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَى إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا
Dan ceritakanlah kisah Musa di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih. (Maryam: 5 l)
Sebagian ulama membacanya mukhlisan, berasal dari kata ikhlas, yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Lubabah yang mengatakan bahwa kaum Hawariyyin pernah bertanya kepada Isa, "Wahai Ruhullah, ceritakanlah kepada kami siapakah orang yang ikhlas kepada Allah itu?" Nabi Isa menjawab," Orang yang beramal karena Allah, tidak suka manusia memujinya."
Sebagian ulama lain membacanya dengan mukhlasan yang artinya orang yang terpilih, sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ
sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain (di masamu). (Al-A'raf: 144)
*******************
وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا
dan seorang rasul dan nabi. (Maryam: 51)
Allah Swt. menghimpunkan dua sifat bagi Musa a.s. Musa termasuk salah seorang rasul yang besar dan termasuk salah seorang dari ulul 'azmi dari kalangan para rasul yang jumlahnya ada lima orang, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad; semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semua, dan kepada semua nabi.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ
Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur. (Maryam: 52)
Yakni yang ada di sebelah kanan Musa saat ia pergi mencari nyala api dari api yang dilihatnya itu. Ia melihat adanya nyala api, maka ia pergi mencarinya. Maka ia menjumpai nyala api itu berada di sebelah kanan Gunung Tur, yakni di sebelah baratnya, di tepi lembah. Lalu Allah mengajak bicara langsung dengannya dan menyerunya serta mendekatkannya, maka Musa bermunajat kepada-Nya.
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Qattan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ata ibnu Yasar, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami diwaktu dia bermunajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Nabi Musa didekatkan kepada-Nya hingga ia dapat mendengar guratan suara qalam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abul Aliyah serta lain-lainnya, yang pada garis besarnya mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah guratan qalam yang sedang menulis kitab Taurat.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa dimasukkan ke langit, lalu diajak bicara secara langsung oleh Allah. Disebutkan dari Mujahid hal yang semisal.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa diselamatkan karena berkat kejujurannya.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Harrani, dari Abu Wasil, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Amr ibnu Ma'di Kariba yang mengatakan bahwa ketika Musa didekatkan kepada Allah untuk bermunajat kepada-Nya di Bukit Tur yang terletak di semenanjung Sinai, Allah berfirman, "Hai Musa, apabila Aku ciptakan buatmu hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir menyebut-Ku dan istri yang membantumu dalam kebaikan, berarti Aku tidak menyimpan sesuatu kebaikan pun darimu. Karena barang siapa yang Aku sembunyikan hal tersebut darinya, berarti Aku tidak membukakan suatu kebaikan pun baginya."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53)
Dan Kami perkenankan permintaan dan syafaatnya buat saudaranya, maka Kami jadikan saudaranya itu seorang nabi. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
"Dan saudaraku Harun, dia lebih petah lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan aku.”(Al-Qashash: 34)
قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى
Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Thaha: 36)
Dan firman Allah Swt.:
فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ. وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara: 13-14)
Karena itulah maka ada sebagian ulama Salaf yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat di dunia buat seseorang dengan syafaat yang lebih besar daripada syafaat Musa buat Harun, Musa memohonkannya menjadi seorang nabi. Allah Swt. telah berfirman :
وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ailah, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Bahwa Harun lebih tua daripada Musa, karenanya Musa menghendaki agar Harun pun dijadikan seorang nabi (Musa rela memberikan kenabiannya kepada saudaranya itu). Hal yang sama disebutkan secara ta'liq (komentar) oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ya'qub ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi dengan sanad yang sama.