20 - طه - Taa-Haa

Juz : 16

Taa-Haa
Meccan

قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى فِى كِتَٰبٍۢ ۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّى وَلَا يَنسَى 52

(52) Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;

(52) 

لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسَى

Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Thaha: 52)

Yakni tiada sesuatu pun yang menyimpang dari ketetapan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, dan Dia tidak pernah lupa kepada sesuatu pun Dengan kata lain, Musa menggambarkan tentang pengetahuan Allah, bahwa sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, dan bahwa Dia tidak pernah lupa terhadap sesuatu pun, Mahasuci dan Mahatinggi Allah. Sesungguhnya pengetahuan makhluk itu masih ada kekurangannya; dua hal yang terpenting di antaranya yaitu pengetahuannya terhadap sesuatu tidak meliputi, dan yang lain ialah lupa sesudah mengetahuinya. Maka Allah menyucikan diri-Nya dari kekurangan ini.


ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ مَهْدًۭا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًۭا وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًۭا مِّن نَّبَاتٍۢ شَتَّىٰ 53

(53) Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.

(53) 

Ayat ini merupakan kelengkapan dari perkataan Musa dalam menggambarkan sifat Tuhannya saat Fir'aun menanyakan kepadanya tentang Tuhannya. Musa berkata:

الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى

Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 5)

Kemudian Musa mendapat pertanyaan dari Fir'aun. Maka Musa menjawabnya lagi:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ مِهَادًا

Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan. (Thaha: 53)

Menurut qiraat sebagian ulama, disebutkan mahdan (bukan mihadan) yang artinya tempat menetap bagi kalian; kalian dapat berdiri, tidur, dan bepergian di permukaannya.

وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلا

dan Yang telah menjadikan bagi kalian di bumi itu jalan-jalan. (Thaha: 53)

Yakni Dia telah menjadikan bagi kalian jalan-jalan agar kalian dapat berjalan di segala penjurunya. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Anbiya: 31)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى

dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaha: 53)

Yaitu berbagai macam tetumbuhan berupa tanam-tanaman dan buah-buahan, ada yang rasanya masam, ada yang manis, dan ada yang pahit, serta berbagai jenis lainnya dari hasil tanam-tanaman dan buah-buahan.

كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ

Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatang kalian. (Thaha: 54)

Maksudnya, sebagian untuk makanan dan buah-buahan kalian dan sebagian lainnya buat ternak kalian, yakni buat makanan ternak berupa dedaunan yang hijau dan yang kering.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda. (Thaha: 54)

Yakni dalil-dalil, bukti-bukti, dan tanda-tanda (yang menunjukkan akan kekuasaan Allah).

لأولِي النُّهَى

bagi orang-orang yang berakal (Thaha: 54)

Artinya, bagi orang-orang yang berakal sehat dan lurus. Semuanya itu menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55)

Maksudnya, dari bumi itu kejadian kalian; karena sesungguhnya kakek moyang kalian (yaitu Adam) diciptakan dari tanah.

وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ

dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian. (Thaha: 55)

Yakni kalian akan dikembalikan ke bumi bila telah mati dan kalian menjadi hancur di dalamnya.

وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55)

Di dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا

yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)

Makna ayat dalam surat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

Di bumi itu kalian hidup dan di bumi itu kalian mati, dan dari bumi itu pula kalian akan dibangkitkan. (Al-A'raf: 25)

Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab sunan disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menghadiri pemakaman suatu jenazah. Setelah jenazah di kebumikan, beliau mengambil segenggam tanah, lalu melemparkannya ke dalam liang lahat seraya membaca firman-Nya, "Dari bumi Kami menciptakan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah (dan melemparkannya ke dalam liang lahad) seraya bersabda membaca firman-Nya, "Dan ke bumilah Kami mengembalikan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah dan membaca firman-Nya, "Dan dari bumi itu pula Kami membangkitkan kalian pada saat yang lain."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى

Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). (Thaha: 56)

Yang dimaksud dengan dia adalah Fir'aun, bahwa telah ditegakkan di hadapannya hujah-hujah, tanda-tanda, dan dalil-dalil yang menunjukkan akan kekuasaan Allah, sehingga ia menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Akan tetapi, ia tetap berdusta terhadapnya dan menolaknya dengan rasa penuh keingkaran dan kelewat batas.

Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenarannya (An-Naml: 14), hingga akhir ayat.


كُلُوا۟ وَٱرْعَوْا۟ أَنْعَٰمَكُمْ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلنُّهَىٰ 54

(54) Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.

(54) 

كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ

Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatang kalian. (Thaha: 54)

Maksudnya, sebagian untuk makanan dan buah-buahan kalian dan sebagian lainnya buat ternak kalian, yakni buat makanan ternak berupa dedaunan yang hijau dan yang kering.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda. (Thaha: 54)

Yakni dalil-dalil, bukti-bukti, dan tanda-tanda (yang menunjukkan akan kekuasaan Allah).

لأولِي النُّهَى

bagi orang-orang yang berakal (Thaha: 54)

Artinya, bagi orang-orang yang berakal sehat dan lurus. Semuanya itu menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.



مِنْهَا خَلَقْنَٰكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ 55

(55) Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,

(55) 

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55)

Maksudnya, dari bumi itu kejadian kalian; karena sesungguhnya kakek moyang kalian (yaitu Adam) diciptakan dari tanah.

وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ

dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian. (Thaha: 55)

Yakni kalian akan dikembalikan ke bumi bila telah mati dan kalian menjadi hancur di dalamnya.

وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55)

Di dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا

yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)

Makna ayat dalam surat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

Di bumi itu kalian hidup dan di bumi itu kalian mati, dan dari bumi itu pula kalian akan dibangkitkan. (Al-A'raf: 25)

Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab sunan disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menghadiri pemakaman suatu jenazah. Setelah jenazah di kebumikan, beliau mengambil segenggam tanah, lalu melemparkannya ke dalam liang lahat seraya membaca firman-Nya, "Dari bumi Kami menciptakan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah (dan melemparkannya ke dalam liang lahad) seraya bersabda membaca firman-Nya, "Dan ke bumilah Kami mengembalikan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah dan membaca firman-Nya, "Dan dari bumi itu pula Kami membangkitkan kalian pada saat yang lain."

*******************



وَلَقَدْ أَرَيْنَٰهُ ءَايَٰتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ 56

(56) Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).

(56) 

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى

Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). (Thaha: 56)

Yang dimaksud dengan dia adalah Fir'aun, bahwa telah ditegakkan di hadapannya hujah-hujah, tanda-tanda, dan dalil-dalil yang menunjukkan akan kekuasaan Allah, sehingga ia menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Akan tetapi, ia tetap berdusta terhadapnya dan menolaknya dengan rasa penuh keingkaran dan kelewat batas.

Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenarannya (An-Naml: 14), hingga akhir ayat.


قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَٰمُوسَىٰ 57

(57) Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?

(57) 

Allah Swt. menceritakan perihal Fir'aun ketika ia menyaksikan tanda yang besar, yaitu mukjizat yang ditampakkan oleh Nabi Musa kepadanya. Tongkat dilemparkan oleh Nabi Musa, maka jadilah tongkat itu ular yang sangat besar; lalu Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam ketiaknya, maka setelah dikeluarkan tangannya memancarkan sinar yang putih bukan karena penyakit. Fir'aun berkata kepada Musa, "Ini adalah sihir yang kamu buat untuk menyihir kami dan menguasai orang-orang agar mereka mengikutimu, lalu engkau melawan kami bersama mereka; hal itu tidak akan terjadi. Sesungguhnya kami pun mempunyai ahli sihir yang pandai bersihir seperti kamu, maka janganlah kamu merasa besar diri dengan apa yang kamu miliki."

فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا

maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu. (Thaha: 58)

Yakni suatu hari untuk pertemuan kami dan kamu, lalu kita lakukan pertandingan antara ilmu yang kamu miliki dan ilmu yang kami miliki, yakni ilmu sihir, di tempat yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu. Maka saat itu juga Musa menjawab tantangan tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ

Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya. (Thaha: 59)

Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah atas apa yang dikehendaki­Nya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata:

وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (Thaha: 59)

Yakni semua manusia dikumpulkan di waktu duha agar segala sesuatunya tampak jelas dan gamblang. Demikian pula halnya semua perkara para nabi, berciri khas jelas dan gamblang, tiada yang tersembunyi dan tiada pula propaganda palsu. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka bahwa hendaknya waktu pertandingan itu diadakan di waktu siang hari, tepatnya waktu matahari sepenggalahan naik, bukan malam hari.

Ibnu Abbas mengatakan, hari raya itu adalah hari Asyura.

As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hari itu adalah hari raya mereka.

Menurut Sa'id ibnu Jubair, hari itu adalah hari pasaran mereka.

Semua pendapat yang dikemukakan pada hakikatnya tidak bertentangan.

Menurut pendapat kami, pada hari yang sama Allah membinasakan Fir'aun beserta bala tentaranya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis sahih.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Fir'aun berkata, "Hai Musa, buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu agar kami dapat membuat persiapan terlebih dahulu." Musa menjawab,"Saya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan diperintahkan untuk menantang­mu secara langsung. Jika kamu tidak mau keluar, maka sayalah yang akan masuk kepadamu." Maka Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang isinya mengatakan, "Buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kamu dan dia, dan katakanlah kepadanya bahwa silakan dia menentu­kannya sendiri." Kemudian Fir'aun berkata, "Berilah tempo empat puluh hari," maka Musa menyetujuinya.

Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). (Thaha: 58) Yang dimaksud dengan suwa ialah tempat yang pertengahan.

As-Saddi mengatakan tempat yang sebanding untuk tujuan itu.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan letak(nya). (Thaha: 58) Yakni tempat yang datar —tiada penghalangnya— sehingga semua orang dapat menyaksikannya, tiada sebagian dari mereka terhalang penglihatan­nya oleh sebagian yang lain atau oleh penghalang lainnya.


فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍۢ مِّثْلِهِۦ فَٱجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًۭا لَّا نُخْلِفُهُۥ نَحْنُ وَلَآ أَنتَ مَكَانًۭا سُوًۭى 58

(58) Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).

(58) 

فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا

maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu. (Thaha: 58)

Yakni suatu hari untuk pertemuan kami dan kamu, lalu kita lakukan pertandingan antara ilmu yang kamu miliki dan ilmu yang kami miliki, yakni ilmu sihir, di tempat yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu. Maka saat itu juga Musa menjawab tantangan tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:



قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ ٱلزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ ٱلنَّاسُ ضُحًۭى 59

(59) Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik".

(59) 

مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ

Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya. (Thaha: 59)

Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah atas apa yang dikehendaki­Nya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata:

وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (Thaha: 59)

Yakni semua manusia dikumpulkan di waktu duha agar segala sesuatunya tampak jelas dan gamblang. Demikian pula halnya semua perkara para nabi, berciri khas jelas dan gamblang, tiada yang tersembunyi dan tiada pula propaganda palsu. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka bahwa hendaknya waktu pertandingan itu diadakan di waktu siang hari, tepatnya waktu matahari sepenggalahan naik, bukan malam hari.

Ibnu Abbas mengatakan, hari raya itu adalah hari Asyura.

As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hari itu adalah hari raya mereka.

Menurut Sa'id ibnu Jubair, hari itu adalah hari pasaran mereka.

Semua pendapat yang dikemukakan pada hakikatnya tidak bertentangan.

Menurut pendapat kami, pada hari yang sama Allah membinasakan Fir'aun beserta bala tentaranya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis sahih.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Fir'aun berkata, "Hai Musa, buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu agar kami dapat membuat persiapan terlebih dahulu." Musa menjawab,"Saya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan diperintahkan untuk menantang­mu secara langsung. Jika kamu tidak mau keluar, maka sayalah yang akan masuk kepadamu." Maka Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang isinya mengatakan, "Buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kamu dan dia, dan katakanlah kepadanya bahwa silakan dia menentu­kannya sendiri." Kemudian Fir'aun berkata, "Berilah tempo empat puluh hari," maka Musa menyetujuinya.

Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). (Thaha: 58) Yang dimaksud dengan suwa ialah tempat yang pertengahan.

As-Saddi mengatakan tempat yang sebanding untuk tujuan itu.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan letak(nya). (Thaha: 58) Yakni tempat yang datar —tiada penghalangnya— sehingga semua orang dapat menyaksikannya, tiada sebagian dari mereka terhalang penglihatan­nya oleh sebagian yang lain atau oleh penghalang lainnya.


فَتَوَلَّىٰ فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُۥ ثُمَّ أَتَىٰ 60

(60) Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.

(60) 

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Fir'aun, bahwa setelah ia ber­janji dengan Musa untuk mengadakan pertandingan di waktu dan tempat yang tertentu, Fir'aun mulai menghimpunkan semua ahli sihir dari kota-kota besar yang ada di bawah kekuasaannya. Mereka yang dihimpunnya adalah jago-jago sihir yang ada di masa itu, dan tersebutlah bahwa sihir di masa itu banyak dilakukan oleh orang-orang dan sangat laku, seperti yang diterangkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ

Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya), "Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai.” (Yunus: 79)

Kemudian dihadapkan kepada Fir'aun (semua tukang sihir). Orang-orang berkumpul di hari yang telah dijanjikan itu yaitu hari raya mereka. Fir'aun duduk di atas singgasana kerajaannya, dan para pembesar kerajaannya duduk berbaris di sampingnya, sedangkan rakyatnya berdiri di bagian kiri dan kanannya. Musa datang dengan bertelekan pada tongkatnya bersama saudaranya, Harun. Para ahli sihir berdiri di hadapan Fir'aun dalam keadaan berbaris, sedangkan Fir'aun memberikan semangat dan membangkitkan motivasi agar mereka melakukan pekerjaannya sebaik mungkin pada hari itu. Mereka berharap serta memohon anugerah dan hadiah dari Fir'aun, sedangkan Fir'aun menjanjikan hal itu kepada mereka (jika mereka beroleh kemenangan). Para ahli sihir itu berkata, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:

إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

"(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” Fir’aun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Al-A'raf: 113-114)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا

Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.” (Thaha: 61)

Maksudnya, janganlah kalian membuat ilusi terhadap orang-orang melalui perbuatan kalian, sehingga tampak di mata mereka kalian menciptakan berbagai macam hal yang tidak ada hakikatnya. Di mata mereka hal tersebut adalah makhluk, padahal kenyataannya bukanlah makhluk. Dengan demikian, berarti kalian telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.

فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ

maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. (Thaha: 61)

Yakni Allah membinasakan kalian dengan azab yang tidak meninggalkan seorang pun di antara kalian.

وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى * فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ

Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan di antara mereka. (Thaha: 61-62)

Menurut suatu pendapat, mereka bersengketa di antara sesama mereka; sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa ucapan yang dikemukakan oleh Musa ini bukanlah ucapan seorang penyihir, melainkan ucapan seorang nabi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Musa adalah seorang tukang sihir, dan sebagian lainnya lagi mengatakan yang lainnya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.

Firman Allah Swt.:

وَأَسَرُّوا النَّجْوَى

dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaha: 62)

Yaitu mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka.

قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ

Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir.” (Thaha: 63)

Menurut dialek sebagian orang Arab dibaca inna ha'zani (yakni inna tidak ber-mal atau malgiyah), sedangkan menurut qiraat yang terkenal dibaca inna hazaini. Ulama Nahu sehubungan dengan kebolehan membaca ayat ini dengan bacaan pertama telah mengemukakan analisisnya yang cukup panjang, tetapi pembahasannya bukan di kitab ini.

Makna ayat, para ahli sihir Fir'aun mengatakan di antara sesama mereka, "Tahukah kalian bahwa lelaki ini dan saudaranya (yakni Musa dan Harun) adalah dua orang tukang sihir yang ahli dalam bidang ilmu sihir. Keduanya bertujuan mengalahkan kalian dan kaum kalian pada hari ini, lalu keduanya dapat merebut hati manusia, dan kalangan awam nanti banyak yang akan mengikuti keduanya. Lalu keduanya memerangi Fir'aun dan balatentaranya. Setelah keduanya beroleh kemenangan atas Fir'aun, maka keduanya akan mengusir kalian dari tanah air kalian ini."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى

dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63)

Yaitu dengan melalui ilmu sihirnya, keduanya dapat merebut kedudukan kalian. Karena sesungguhnya para ahli sihir disegani dan dihormati dikalangan mereka, berkat ilmu sihirnya mereka memperoleh banyak harta dan rezeki. Mereka mengatakan, "Jika kedua orang ini dapat mengalahkan kalian, binasalah kalian dan keduanya akan mengusir kalian dari negeri ini. Karena dengan demikian hanya keduanyalah yang menguasainya tanpa kalian.

Dalam hadis Ibnu Abbas yang menceritakan perihal fitnah telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yakni keduanya akan menguasai mereka di dalam negeri itu, juga menguasai penghidupannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nu'aim ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq yang telah mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu keduanya akan merebut hati manusia untuk menyukainya.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yang dimaksud dengan kedudukan utama ialah kedudukan yang terhormat, dipandang sebagai orang yang cerdas, berakal cemerlang, dan mempunyai kekuatan.

Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu orang-orang terhormat kalian dan orang-orang hartawan kalian. Menurut Ikrimah, artinya orang-orang terbaik kalian.

Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang utama ialah kedudukan yang dimiliki oleh kaum Bani Israil pada masa itu, mereka adalah orang yang jumlahnya banyak, begitu pula harta bendanya. Maka musuh Allah (Fir'aun) berkata," Keduanya bertujuan hendak merebut kedudukan yang utama itu untuk dirinya sendiri."

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Maksudnya, kedudukan yang sekarang kalian kuasai.

*******************

Firman Allah Swt.:

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا

Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. (Thaha: 64)

Yakni berkumpullah kamu sekalian dalam satu saf, lalu lemparkanlah segala yang ada di tangan kalian dalam waktu yang bersamaan, agar mengejutkan pandangan mata dan kalian dapat mengalahkan orang ini dan saudaranya.

وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى

dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. (Thaha: 64)

di antara kami dan dia, para ahli sihir berkata, "'Adapun kita, maka raja ini (Fir'aun) telah menjanjikan kepada kita akan memberikan pemberian yang berlimpah; sedangkan orang ini apabila menang, maka ia mendapat kedudukan yang sangat besar."


قَالَ لَهُم مُّوسَىٰ وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًۭا فَيُسْحِتَكُم بِعَذَابٍۢ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنِ ٱفْتَرَىٰ 61

(61) Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.

(61) 

Adapun firman Allah Swt.:

قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا

Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.” (Thaha: 61)

Maksudnya, janganlah kalian membuat ilusi terhadap orang-orang melalui perbuatan kalian, sehingga tampak di mata mereka kalian menciptakan berbagai macam hal yang tidak ada hakikatnya. Di mata mereka hal tersebut adalah makhluk, padahal kenyataannya bukanlah makhluk. Dengan demikian, berarti kalian telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.

فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ

maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. (Thaha: 61)

Yakni Allah membinasakan kalian dengan azab yang tidak meninggalkan seorang pun di antara kalian.

وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى * فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ

Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan di antara mereka. (Thaha: 61-62)

Menurut suatu pendapat, mereka bersengketa di antara sesama mereka; sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa ucapan yang dikemukakan oleh Musa ini bukanlah ucapan seorang penyihir, melainkan ucapan seorang nabi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Musa adalah seorang tukang sihir, dan sebagian lainnya lagi mengatakan yang lainnya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.



فَتَنَٰزَعُوٓا۟ أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا۟ ٱلنَّجْوَىٰ 62

(62) Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).

(62) 

Firman Allah Swt.:

وَأَسَرُّوا النَّجْوَى

dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaha: 62)

Yaitu mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka.



قَالُوٓا۟ إِنْ هَٰذَٰنِ لَسَٰحِرَٰنِ يُرِيدَانِ أَن يُخْرِجَاكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ ٱلْمُثْلَىٰ 63

(63) Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.

(63) 

قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ

Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir.” (Thaha: 63)

Menurut dialek sebagian orang Arab dibaca inna ha'zani (yakni inna tidak ber-mal atau malgiyah), sedangkan menurut qiraat yang terkenal dibaca inna hazaini. Ulama Nahu sehubungan dengan kebolehan membaca ayat ini dengan bacaan pertama telah mengemukakan analisisnya yang cukup panjang, tetapi pembahasannya bukan di kitab ini.

Makna ayat, para ahli sihir Fir'aun mengatakan di antara sesama mereka, "Tahukah kalian bahwa lelaki ini dan saudaranya (yakni Musa dan Harun) adalah dua orang tukang sihir yang ahli dalam bidang ilmu sihir. Keduanya bertujuan mengalahkan kalian dan kaum kalian pada hari ini, lalu keduanya dapat merebut hati manusia, dan kalangan awam nanti banyak yang akan mengikuti keduanya. Lalu keduanya memerangi Fir'aun dan balatentaranya. Setelah keduanya beroleh kemenangan atas Fir'aun, maka keduanya akan mengusir kalian dari tanah air kalian ini."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى

dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63)

Yaitu dengan melalui ilmu sihirnya, keduanya dapat merebut kedudukan kalian. Karena sesungguhnya para ahli sihir disegani dan dihormati dikalangan mereka, berkat ilmu sihirnya mereka memperoleh banyak harta dan rezeki. Mereka mengatakan, "Jika kedua orang ini dapat mengalahkan kalian, binasalah kalian dan keduanya akan mengusir kalian dari negeri ini. Karena dengan demikian hanya keduanyalah yang menguasainya tanpa kalian.

Dalam hadis Ibnu Abbas yang menceritakan perihal fitnah telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yakni keduanya akan menguasai mereka di dalam negeri itu, juga menguasai penghidupannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nu'aim ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq yang telah mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu keduanya akan merebut hati manusia untuk menyukainya.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yang dimaksud dengan kedudukan utama ialah kedudukan yang terhormat, dipandang sebagai orang yang cerdas, berakal cemerlang, dan mempunyai kekuatan.

Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu orang-orang terhormat kalian dan orang-orang hartawan kalian. Menurut Ikrimah, artinya orang-orang terbaik kalian.

Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang utama ialah kedudukan yang dimiliki oleh kaum Bani Israil pada masa itu, mereka adalah orang yang jumlahnya banyak, begitu pula harta bendanya. Maka musuh Allah (Fir'aun) berkata," Keduanya bertujuan hendak merebut kedudukan yang utama itu untuk dirinya sendiri."

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Maksudnya, kedudukan yang sekarang kalian kuasai.

*******************



فَأَجْمِعُوا۟ كَيْدَكُمْ ثُمَّ ٱئْتُوا۟ صَفًّۭا ۚ وَقَدْ أَفْلَحَ ٱلْيَوْمَ مَنِ ٱسْتَعْلَىٰ 64

(64) Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini.

(64) 

Firman Allah Swt.:

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا

Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. (Thaha: 64)

Yakni berkumpullah kamu sekalian dalam satu saf, lalu lemparkanlah segala yang ada di tangan kalian dalam waktu yang bersamaan, agar mengejutkan pandangan mata dan kalian dapat mengalahkan orang ini dan saudaranya.

وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى

dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. (Thaha: 64)

di antara kami dan dia, para ahli sihir berkata, "'Adapun kita, maka raja ini (Fir'aun) telah menjanjikan kepada kita akan memberikan pemberian yang berlimpah; sedangkan orang ini apabila menang, maka ia mendapat kedudukan yang sangat besar."