20 - طه - Taa-Haa

Juz : 16

Taa-Haa
Meccan

إِذْ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّكَ مَا يُوحَىٰٓ 38

(38) yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,

(38) 

Ini merupakan perkenan dari Allah Swt. kepada rasul-Nya (Musa a.s.) yang telah mengabulkan semua permintaannya, sekaligus mengingatkan

Musa akan semua nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya di masa silam berkaitan dengan apa yang dialami oleh ibunya saat ibunya masih menyusukannya dan bersikap mawas diri terhadap Fir'aun dan bala tentaranya agar mereka jangan membunuhnya. Musa dilahirkan di masa Fir'aun dan bala tentaranya membunuh semua bayi yang lahir tahun itu. Maka ibu Musa membuat sebuah peti untuk Musa yang masih disusukannya, lalu meletakkan Musa di dalam peti itu dan menghanyut­kannya ke Sungai Nil, tetapi dalam keadaan diikat dengan tali yang dihubungkan ke rumahnya.

Dan pada suatu hari ibu Musa pergi untuk memperbaharui ikatan talinya, tetapi ternyata peti yang berisikan Musa terlepas dan terbawa hanyut oleh arus Sungai Nil. Karena itu, hati ibu Musa dirundung rasa duka cita yang sangat mendalam dan kesedihan yang tak terperi kan. Hal ini di ungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. (Al-Qashash: 1)

Arus Sungai Nil membawa peti yang berisikan Musa itu ke istana Fir'aun yang terletak di pinggir Sungai Nil.

فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا

Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qashash: 8)

Yakni sebagai suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam saat yang sama mereka membunuh bayi-bayi kaum Bani Israil karena mereka takut akan kelahiran Musa. Maka Allah memutuskan hal yang lain, karena Dialah yang memi liki kekuasaan Yang Mahabesar dan takdir yang sempurna, bahwa tidaklah Musa dipelihara kecuali di dalam asuhan Fir'aun dan makan serta minum dari makanan dan minumannya setelah Allah menanamkan rasa kasih sayang kepada Musa di dalam hati Fir'aun dan istrinya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


أَنِ ٱقْذِفِيهِ فِى ٱلتَّابُوتِ فَٱقْذِفِيهِ فِى ٱلْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ ٱلْيَمُّ بِٱلسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّۭ لِّى وَعَدُوٌّۭ لَّهُۥ ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةًۭ مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ 39

(39) Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,

(39) 

يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي

supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhmu. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Thaha: 39)

Maksudnya, kasih sayang itu tertanam di dalam hati musuhmu sehingga ia mencintaimu.

Salamah ibnu Kahil telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Thaha: 39) Yakni Aku jadikan engkau disukai oleh hamba-hamba-Ku.

وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي

dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku (Thaha: 39)

Menurut Abu Imran Al-Juni, makna ayat ialah agar Musa dipelihara di bawah pengawasan Allah Swt.

Qatadah mengatakan agar Musa diberi makan di bawah pengawasan Allah Swt.

Ma'mar ibnul Musanna mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (Thaha: 39) Artinya, selalu berada di bawah penglihatan dan pengawasan Allah Swt.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Allah menjadikan Musa berada di dalam istana raja, hidup mewah dan senang, serta makanannya sama dengan makanan raja. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian lafaz sun'ah dalam ayat.

*******************



إِذْ تَمْشِىٓ أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ مَن يَكْفُلُهُۥ ۖ فَرَجَعْنَٰكَ إِلَىٰٓ أُمِّكَ كَىْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ۚ وَقَتَلْتَ نَفْسًۭا فَنَجَّيْنَٰكَ مِنَ ٱلْغَمِّ وَفَتَنَّٰكَ فُتُونًۭا ۚ فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِىٓ أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍۢ يَٰمُوسَىٰ 40

(40) (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,

(40) 

Allah berfirman kepada Musa, bahwa sesungguhnya dia akan bermukim di tengah-tengah penduduk Madyan setelah melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan para pembantunya. Selama itu ia menggembalakan ternak mertuanya sehingga masa kerjanya habis dan kontrak kerjanya selesai.

Kemudian Musa datang sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh takdir dan kehendak Allah tanpa ada perjanjian terlebih dahulu; segala sesuatu itu berjalan atas kehendak Allah Swt. Dialah Yang Mengatur dan Menjalankan urusan hamba-hamba-Nya dan hal ikhwal makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:

ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا [مُوسَى]

kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa. (Thaha: 4)

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah menurut janji yang ditetapkan.

Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa. (Thaha: 4) Bahwa makna yang dimaksud ialah sesuai dengan waktu penetapan pengangkatan kerasulan dan kenabian.

Firman Allah Swt.:

وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي

dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. (Thaha: 41)

Yakni Aku telah mengangkat dan memilihmu menjadi seorang rasul menurut apa yang Kukehendaki dan apa yang Kusukai.

Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan:

حَدَّثَنَا الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابن سِيرين عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْتَقَى آدَمُ وَمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: أَنْتَ الَّذِي أَشْقَيْتَ النَّاسَ وَأَخْرَجْتَهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ آدَمُ: وَأَنْتَ الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَاصْطَفَاكَ لِنَفْسِهِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْكَ التَّوْرَاةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فوجدتَه قَدْ كَتَبَ عَليّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي؟ قَالَ: نَعَمْ. فحَجّ آدَمُ مُوسَى"

telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mahdi ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Adam bersua dengan Musa. Musa berkata, "Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga.” Adam menjawab, "Engkaulah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan memilihmu untuk diri-Nya (dekat dengan-Nya) serta menurunkan kepadamu kitab Taurat." Musa berkata, "Ya.” Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu telah tercatat (di Lauh Mahfuz) untukku sebelum Allah menciptakan aku.” Musa menjawab, "Ya.” Akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa dalam debatnya.

Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

*******************

Firman Allah Swt.:

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku. (Thaha: 42)

Yaitu dengan membawa hujah-hujah-Ku, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat dari-Ku.

وَلا تَنِيَا فِي ذِكْرِي

dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Thaha: 42)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu berdua terlambat.

Menurut Mu jahid, dari Ibnu Abbas, artinya janganlah kamu berdua lemah.

Makna yang dimaksud ialah bahwa keduanya diperintahkan oleh Allah untuk terus-menerus mengingat Allah; bahkan di kala mereka berdua menghadapi Fir'aun, harus tetap ingat kepada Allah. Dimaksudkan agar mengingat Allah dapat membantu keduanya menghadapi Fir'aun dan menjadi kekuatan bagi keduanya serta menjadi pengaruh yang dapat mematahkan Fir'aun, seperti yang telah disebutkan dalam hadis berikut:

"إِنَّ عَبْدِي كُلَّ عَبْدِي لَلَّذِي يَذْكُرُنِي وَهُوَ مُنَاجِز قِرْنه".

Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenar-benarnya ialah seseorang yang selalu mengingat-Ku saat dia sedang melaksanakan tugasnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. (Thaha: 43)

Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah serta durhaka kepada-Nya.

فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:

يَا مَنْ يَتَحَبَّبُ إِلَى مَنْ يُعَادِيهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَتَوَلَّاهُ وَيُنَادِيهِ؟

Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?

Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, "Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya."

Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yakni ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah".

Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir'aun kalimat berikut, "Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka."

Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa yang dimaksud dengan layyinan ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang).

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan Abu Murrah.

Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah Swt. agar dalam dakwahnya kepada Fir'aun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang mengatakan:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Yakni barangkali saja Fir'aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62)

Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni janganlah kamu berdua mendoakan kebinasaan untuknya sebelum kamu mengemukakan alasanmu kepadanya.

Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu Nufail yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu Abus Silt:

وَأَنْتَ الَّذِي مِنْ فَضْلِ مَنٍّ وَرَحْمَةٍ ... بَعَثْتَ إِلَى مُوسَى رَسُولًا مُنَادِيًا ...

فَقُلْتَ لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادعُوَا ... إلى الله فرعون الذي كان بَاغِيَا ...

فَقُولَا لَهُ هَلْ أَنْتَ سَوَّيْتَ هَذِهِ ... بِلَا وَتَدٍ حَتَّى اسْتَقَلَّتْ كَمَا هِيَا ...

وُقُولَا له أأنت رَفَّعت هذه ... بلا عمد? أرفق إِذَنْ بِكَ بَانِيَا ...

وَقُولَا لَهُ آأَنْتَ سَوَّيْتَ وَسْطَهَا ... مُنِيرًا إِذَا مَا جَنَّه اللَّيْلُ هَادِيَا ...

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُخْرِجُ الشَّمْسَ بُكْرَةً ... فَيُصْبِحُ مَا مَسَّتْ مِنَ الْأَرْضِ ضَاحِيَا ...

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُنْبِتُ الْحَبَّ فِي الثَّرَى ... فَيُصْبِحُ مِنْهُ الْبَقْلُ يَهْتَزُّ رَابِيَا ...

وَيُخْرِجُ مِنْهُ حَبَّهُ فِي رُءُوسِهِ فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا

Engkaulah yang memberikan anugerah dan rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau telah mengutus Musa sebagai rasul yang menyeru (Fir'aun untuk menyembah-Mu).

Maka Engkau berfirman kepadanya, "Pergilah kamu beserta Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas.

Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhampar seperti sekarang?'

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa tiang penyangga? Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri'.

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang yang bersinar bila malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? '

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari, sehingga tiada suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?'

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi, sehingga tumbuhlah tetumbuhan dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk tetumbuhan itu biji-bijian?"

Dalam semuanya itu terkandung tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.”

Berkatalah mereka berdua, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas.”

Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun)


وَٱصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِى 41

(41) dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.

(41) 

Firman Allah Swt.:

وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي

dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. (Thaha: 41)

Yakni Aku telah mengangkat dan memilihmu menjadi seorang rasul menurut apa yang Kukehendaki dan apa yang Kusukai.

Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan:

حَدَّثَنَا الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابن سِيرين عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْتَقَى آدَمُ وَمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: أَنْتَ الَّذِي أَشْقَيْتَ النَّاسَ وَأَخْرَجْتَهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ آدَمُ: وَأَنْتَ الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَاصْطَفَاكَ لِنَفْسِهِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْكَ التَّوْرَاةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فوجدتَه قَدْ كَتَبَ عَليّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي؟ قَالَ: نَعَمْ. فحَجّ آدَمُ مُوسَى"

telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mahdi ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Adam bersua dengan Musa. Musa berkata, "Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga.” Adam menjawab, "Engkaulah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan memilihmu untuk diri-Nya (dekat dengan-Nya) serta menurunkan kepadamu kitab Taurat." Musa berkata, "Ya.” Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu telah tercatat (di Lauh Mahfuz) untukku sebelum Allah menciptakan aku.” Musa menjawab, "Ya.” Akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa dalam debatnya.

Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

*******************



ٱذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِـَٔايَٰتِى وَلَا تَنِيَا فِى ذِكْرِى 42

(42) Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;

(42) 

Firman Allah Swt.:

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku. (Thaha: 42)

Yaitu dengan membawa hujah-hujah-Ku, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat dari-Ku.

وَلا تَنِيَا فِي ذِكْرِي

dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Thaha: 42)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu berdua terlambat.

Menurut Mu jahid, dari Ibnu Abbas, artinya janganlah kamu berdua lemah.

Makna yang dimaksud ialah bahwa keduanya diperintahkan oleh Allah untuk terus-menerus mengingat Allah; bahkan di kala mereka berdua menghadapi Fir'aun, harus tetap ingat kepada Allah. Dimaksudkan agar mengingat Allah dapat membantu keduanya menghadapi Fir'aun dan menjadi kekuatan bagi keduanya serta menjadi pengaruh yang dapat mematahkan Fir'aun, seperti yang telah disebutkan dalam hadis berikut:

"إِنَّ عَبْدِي كُلَّ عَبْدِي لَلَّذِي يَذْكُرُنِي وَهُوَ مُنَاجِز قِرْنه".

Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenar-benarnya ialah seseorang yang selalu mengingat-Ku saat dia sedang melaksanakan tugasnya.

*******************



ٱذْهَبَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 43

(43) Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;

(43) 

Firman Allah Swt.:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. (Thaha: 43)

Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah serta durhaka kepada-Nya.



فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ 44

(44) maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".

(44) 

فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:

يَا مَنْ يَتَحَبَّبُ إِلَى مَنْ يُعَادِيهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَتَوَلَّاهُ وَيُنَادِيهِ؟

Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?

Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, "Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya."

Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yakni ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah".

Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir'aun kalimat berikut, "Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka."

Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa yang dimaksud dengan layyinan ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang).

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan Abu Murrah.

Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah Swt. agar dalam dakwahnya kepada Fir'aun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang mengatakan:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Yakni barangkali saja Fir'aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62)

Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni janganlah kamu berdua mendoakan kebinasaan untuknya sebelum kamu mengemukakan alasanmu kepadanya.

Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu Nufail yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu Abus Silt:

وَأَنْتَ الَّذِي مِنْ فَضْلِ مَنٍّ وَرَحْمَةٍ ... بَعَثْتَ إِلَى مُوسَى رَسُولًا مُنَادِيًا ...

فَقُلْتَ لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادعُوَا ... إلى الله فرعون الذي كان بَاغِيَا ...

فَقُولَا لَهُ هَلْ أَنْتَ سَوَّيْتَ هَذِهِ ... بِلَا وَتَدٍ حَتَّى اسْتَقَلَّتْ كَمَا هِيَا ...

وُقُولَا له أأنت رَفَّعت هذه ... بلا عمد? أرفق إِذَنْ بِكَ بَانِيَا ...

وَقُولَا لَهُ آأَنْتَ سَوَّيْتَ وَسْطَهَا ... مُنِيرًا إِذَا مَا جَنَّه اللَّيْلُ هَادِيَا ...

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُخْرِجُ الشَّمْسَ بُكْرَةً ... فَيُصْبِحُ مَا مَسَّتْ مِنَ الْأَرْضِ ضَاحِيَا ...

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُنْبِتُ الْحَبَّ فِي الثَّرَى ... فَيُصْبِحُ مِنْهُ الْبَقْلُ يَهْتَزُّ رَابِيَا ...

وَيُخْرِجُ مِنْهُ حَبَّهُ فِي رُءُوسِهِ فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا

Engkaulah yang memberikan anugerah dan rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau telah mengutus Musa sebagai rasul yang menyeru (Fir'aun untuk menyembah-Mu).

Maka Engkau berfirman kepadanya, "Pergilah kamu beserta Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas.

Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhampar seperti sekarang?'

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa tiang penyangga? Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri'.

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang yang bersinar bila malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? '

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari, sehingga tiada suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?'

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi, sehingga tumbuhlah tetumbuhan dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk tetumbuhan itu biji-bijian?"

Dalam semuanya itu terkandung tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.”

Berkatalah mereka berdua, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas.”

Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun)


قَالَا رَبَّنَآ إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفْرُطَ عَلَيْنَآ أَوْ أَن يَطْغَىٰ 45

(45) Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas".

(45) 

Allah Swt. menceritakan perihal Musa dan Harun, bahwa keduanya mengadu kepada Allah Swt. dan memohon perlindungan kepada-Nya:

إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى

sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas. (Thaha: 45)

Keduanya bermaksud bahwa keduanya merasa takut jika Fir'aun begitu melihat keduanya langsung menyiksanya atau menangkap keduanya, lalu menghukumnya. Sedangkan keduanya tidak berhak untuk mendapat sambutan seperti itu.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna farat ialah segera. Sedangkan menurut Mujahid, Musa dan Harun merasa khawatir bila Fir'aun menangkap keduanya.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna Yatga dalam ayat ini ialah menyerang.

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Thaha: 46)

Maksudnya, janganlah kamu berdua takut kepada Fir'aun sesungguhnya Aku selalu bersamamu, Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicara­annya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir'aun berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku.

Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku, pertolongan dan dukungan-Ku.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika Allah mengutus Musa kepada Fir'aun, Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus aku katakan?" Allah berfirman, "Katakanlah, 'Hayya syarahiya'." Al-A'masy menafsirkan kalimat tersebut dengan terjemahan berikut, "Akulah Yang Hidup sebelum adanya segala sesuatu, dan Akulah yang hidup sesudah segala sesuatu tiada." Sanad riwayat ini jayyid, tetapi mengandung sesuatu yang garib.

فَأْتِيَاهُ فَقُولا إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ

Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah, "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu.” (Thaha: 47)

Dalam hadis yang menceritakan tentang fitnah-fitnah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas telah disebutkan bahwa Musa dan Harun tinggal beberapa lama di depan pintu istana Fir'aun tanpa diberi izin untuk masuk, sesudah itu keduanya diperbolehkan masuk setelah melewati berbagai macam rintangan yang keras.

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa Musa dan saudaranya Harun berangkat menemui Fir'aun, lalu keduanya berhenti di depan pintu istana Fir'aun untuk meminta izin agar keduanya di­perbolehkan masuk menemuinya. Keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam, maka izinkanlah kami masuk untuk menemui Fir'aun."

Menurut berita yang sampai kepadaku, keduanya tinggal selama dua tahun pulang dan pergi ke pintu istana tanpa diberi izin untuk masuk. Tiada seorang pun dari kalangan penjaga pintu istananya yang berani melapor kepada Fir'aun tentang kedatangan keduanya.

Sehingga akhirnya masuklah menemui Fir'aun seorang pelawak yang selalu menghiburnya dan membuatnya tertawa, lalu pelawak itu berkata kepadanya, "Wahai Raja, sesungguhnya di depan pintu istanamu terdapat seorang lelaki yang mengatakan kalimat-kalimat yang menakjubkan. Dia menduga bahwa dirinya mempunyai Tuhan selain engkau yang menyuruhnya untuk menghadap kepadamu." Fir'aun berkata, meminta ketegasan, "Apakah benar ia telah berada di depan pintu istanaku?" Si pelawak menjawab, "Ya (tadi saya melihatnya ketika masuk)." Maka Fir'aun berkata memberikan perintah, "Izinkanlah dia masuk."

Maka masuklah Musa bersama Harun ke dalam istana. Musa saat itu memegang tongkatnya. Setelah keduanya berdiri di hadapan Fir'aun, Musa berkata membuka pembicaraan, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam," maka Fir'aun mengenalinya.

As-Saddi menceritakan bahwa ketika Musa tiba di negeri Mesir, terlebih dahulu ia bertamu ke rumah ibunya dan saudaranya, sedangkan keduanya tidak mengenalinya. Hidangan makan keduanya pada malam itu adalah makanan taf’i, kemudian keduanya mengenalinya, lalu menyalaminya. Musa berkata kepada saudaranya, "Hai Harun, sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar mendatangi Fir'aun ini, lalu menyerunya untuk menyembah Allah, dan Allah memerintahkan kepadaku agar kamu membantuku."

Harun menjawab, "Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu." Maka keduanya berangkat, saat itu hari telah malam, lalu Musa mengetuk pintu istana Fir'aun dengan tongkatnya, dan Fir'aun mendengarnya (karena suaranya sangat keras). Fir'aun sangat marah, lalu berkata, "Siapakah orang yang berani melakukan perbuatan yang kurang ajar ini terhadap diriku?" Maka para penjaga pintu istana melaporkan bahwa di depan pintu terdapat seorang lelaki yang gila, mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Maka Fir'aun memerintahkan agar Musa dibawa menghadap kepadanya. Setelah Musa berada di hadapan Fir'aun, maka Musa dan saudaranya (Harun) mengatakan kepada Fir'aun hal-hal yang telah disebutkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya.

*******************

Firman Allah Swt.:

قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ

Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. (Thaha : 47)

Yakni bukti dan mukjizat dari Tuhanmu yang membenarkan kerasulan kami.

وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى

Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (Thaha: 47)

Maksudnya, keselamatan semoga dilimpahkan kepadamu jika kamu mengikuti petunjuk. Karena itulah ketika Rasulullah Saw. berkirim surat kepada Heraklius (Kaisar Romawi), di permulaan suratnya beliau menyebutkan:

"بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، [فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدَعَايَةِ الْإِسْلَامِ] فَأَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ".

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Heraklius (pembesar Romawi) "Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Allah pasti memberimu pahala dua kali lipat.”

Begitu pula ketika Musailamah berkirim surat kepada Rasulullah Saw. yang teksnya berbunyi seperti berikut, "Dari Musailamah kepada Rasulullah, semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu. Amma Ba'du, sesungguh­nya aku menyaingimu dalam urusan ini. Maka bagimu adalah daerah perkotaan, sedangkan bagiku adalah daerah perkampungan (pedalaman), tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas." Maka Rasulullah Saw. menjawab suratnya yang isinya seperti berikut:

"مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ، سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ"

Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Musailamah Al-Kazzab, semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, sesungguhnya bumi itu adalah milik Allah, Dia mewariskannya (memberikannya) kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan akibat yang terpuji itu hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Karena itulah Musa dan Harun berkata kepada Fir'aun, seperti yang dikisahkan oleh Firman-Nya:

وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى * إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. (Thaha: 47-48)

Dengan kata lain, Musa bermaksud bahwa Allah telah menceritakan kepada kami di antara wahyu yang diturunkan-Nya kepada kami, bahwa azab itu akan ditimpakan khusus kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari ketaatan kepada-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى * وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 37-39)

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى * لَا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى * الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Maka Kami memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Al-Lail: 14-16)

Dan firman Allah Swt.:

فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى * وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)

Yaitu hatinya mendustakan (Rasul) dan perbuatannya berpaling (dari kebenaran).


قَالَ لَا تَخَافَآ ۖ إِنَّنِى مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرَىٰ 46

(46) Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".

(46) 

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Thaha: 46)

Maksudnya, janganlah kamu berdua takut kepada Fir'aun sesungguhnya Aku selalu bersamamu, Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicara­annya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir'aun berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku.

Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku, pertolongan dan dukungan-Ku.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika Allah mengutus Musa kepada Fir'aun, Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus aku katakan?" Allah berfirman, "Katakanlah, 'Hayya syarahiya'." Al-A'masy menafsirkan kalimat tersebut dengan terjemahan berikut, "Akulah Yang Hidup sebelum adanya segala sesuatu, dan Akulah yang hidup sesudah segala sesuatu tiada." Sanad riwayat ini jayyid, tetapi mengandung sesuatu yang garib.



فَأْتِيَاهُ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ ۖ قَدْ جِئْنَٰكَ بِـَٔايَةٍۢ مِّن رَّبِّكَ ۖ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىٰ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلْهُدَىٰٓ 47

(47) Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

(47) 

فَأْتِيَاهُ فَقُولا إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ

Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah, "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu.” (Thaha: 47)

Dalam hadis yang menceritakan tentang fitnah-fitnah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas telah disebutkan bahwa Musa dan Harun tinggal beberapa lama di depan pintu istana Fir'aun tanpa diberi izin untuk masuk, sesudah itu keduanya diperbolehkan masuk setelah melewati berbagai macam rintangan yang keras.

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa Musa dan saudaranya Harun berangkat menemui Fir'aun, lalu keduanya berhenti di depan pintu istana Fir'aun untuk meminta izin agar keduanya di­perbolehkan masuk menemuinya. Keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam, maka izinkanlah kami masuk untuk menemui Fir'aun."

Menurut berita yang sampai kepadaku, keduanya tinggal selama dua tahun pulang dan pergi ke pintu istana tanpa diberi izin untuk masuk. Tiada seorang pun dari kalangan penjaga pintu istananya yang berani melapor kepada Fir'aun tentang kedatangan keduanya.

Sehingga akhirnya masuklah menemui Fir'aun seorang pelawak yang selalu menghiburnya dan membuatnya tertawa, lalu pelawak itu berkata kepadanya, "Wahai Raja, sesungguhnya di depan pintu istanamu terdapat seorang lelaki yang mengatakan kalimat-kalimat yang menakjubkan. Dia menduga bahwa dirinya mempunyai Tuhan selain engkau yang menyuruhnya untuk menghadap kepadamu." Fir'aun berkata, meminta ketegasan, "Apakah benar ia telah berada di depan pintu istanaku?" Si pelawak menjawab, "Ya (tadi saya melihatnya ketika masuk)." Maka Fir'aun berkata memberikan perintah, "Izinkanlah dia masuk."

Maka masuklah Musa bersama Harun ke dalam istana. Musa saat itu memegang tongkatnya. Setelah keduanya berdiri di hadapan Fir'aun, Musa berkata membuka pembicaraan, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam," maka Fir'aun mengenalinya.

As-Saddi menceritakan bahwa ketika Musa tiba di negeri Mesir, terlebih dahulu ia bertamu ke rumah ibunya dan saudaranya, sedangkan keduanya tidak mengenalinya. Hidangan makan keduanya pada malam itu adalah makanan taf’i, kemudian keduanya mengenalinya, lalu menyalaminya. Musa berkata kepada saudaranya, "Hai Harun, sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar mendatangi Fir'aun ini, lalu menyerunya untuk menyembah Allah, dan Allah memerintahkan kepadaku agar kamu membantuku."

Harun menjawab, "Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu." Maka keduanya berangkat, saat itu hari telah malam, lalu Musa mengetuk pintu istana Fir'aun dengan tongkatnya, dan Fir'aun mendengarnya (karena suaranya sangat keras). Fir'aun sangat marah, lalu berkata, "Siapakah orang yang berani melakukan perbuatan yang kurang ajar ini terhadap diriku?" Maka para penjaga pintu istana melaporkan bahwa di depan pintu terdapat seorang lelaki yang gila, mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Maka Fir'aun memerintahkan agar Musa dibawa menghadap kepadanya. Setelah Musa berada di hadapan Fir'aun, maka Musa dan saudaranya (Harun) mengatakan kepada Fir'aun hal-hal yang telah disebutkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya.

*******************

Firman Allah Swt.:

قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ

Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. (Thaha : 47)

Yakni bukti dan mukjizat dari Tuhanmu yang membenarkan kerasulan kami.

وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى

Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (Thaha: 47)

Maksudnya, keselamatan semoga dilimpahkan kepadamu jika kamu mengikuti petunjuk. Karena itulah ketika Rasulullah Saw. berkirim surat kepada Heraklius (Kaisar Romawi), di permulaan suratnya beliau menyebutkan:

"بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، [فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدَعَايَةِ الْإِسْلَامِ] فَأَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ".

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Heraklius (pembesar Romawi) "Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Allah pasti memberimu pahala dua kali lipat.”

Begitu pula ketika Musailamah berkirim surat kepada Rasulullah Saw. yang teksnya berbunyi seperti berikut, "Dari Musailamah kepada Rasulullah, semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu. Amma Ba'du, sesungguh­nya aku menyaingimu dalam urusan ini. Maka bagimu adalah daerah perkotaan, sedangkan bagiku adalah daerah perkampungan (pedalaman), tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas." Maka Rasulullah Saw. menjawab suratnya yang isinya seperti berikut:

"مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ، سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ"

Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Musailamah Al-Kazzab, semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, sesungguhnya bumi itu adalah milik Allah, Dia mewariskannya (memberikannya) kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan akibat yang terpuji itu hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa.



إِنَّا قَدْ أُوحِىَ إِلَيْنَآ أَنَّ ٱلْعَذَابَ عَلَىٰ مَن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ 48

(48) Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.

(48) 

Karena itulah Musa dan Harun berkata kepada Fir'aun, seperti yang dikisahkan oleh Firman-Nya:

وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى * إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. (Thaha: 47-48)

Dengan kata lain, Musa bermaksud bahwa Allah telah menceritakan kepada kami di antara wahyu yang diturunkan-Nya kepada kami, bahwa azab itu akan ditimpakan khusus kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari ketaatan kepada-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى * وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 37-39)

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى * لَا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى * الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Maka Kami memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Al-Lail: 14-16)

Dan firman Allah Swt.:

فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى * وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى

Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)

Yaitu hatinya mendustakan (Rasul) dan perbuatannya berpaling (dari kebenaran).


قَالَ فَمَن رَّبُّكُمَا يَٰمُوسَىٰ 49

(49) Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?.

(49) 

Allah Swt. menceritakan tentang Fir'aun, bahwa ia berkata kepada Musa dengan nada yang ingkar kepada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan segala sesuatu dan Yang menguasai serta memiliki semuanya, Fir'aun berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى

Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa? (Thaha: 49)

Maksudnya, siapakah yang mengutusmu itu; karena sesungguhnya aku tidak mengenal-Nya. dan aku tidak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain aku sendiri.

قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى

Musa berkata, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 5)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menciptakan bagi tiap-tiap sesuatu pasangannya masing-masing.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuknya sendiri, keledai dalam bentuknya sendiri, dan kambing dalam bentuknya sendiri.

Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuknya masing-masing.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah me­nyempurnakan penciptaan segala sesuatu.

Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian membennya petunjuk. (Thaha: 5) Yakni Allah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk yang pantas baginya, maka Dia tidak menjadikan manusia berbentuk hewan, dan hewan ternak tidak berbentuk seperti anj ing, anj ing pun tidaklah berbentuk seperti kambing. Dan Allah memberikan kepada masing-masing apa yang diperlukannya untuk mengembangbiakkan keturunannya dan segala bentuknya untuk tujuan itu. Tiada sesuatu pun dari tiap-tiap jenis yang menyerupai lainnya dalam hal bentuk, rezeki (makanan), dan cara mengembangbiakkan keturunannya.

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa Allah memberikan pada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى

dan yang menentukan kadar (masing-masing; dan memberi petunjuk. (Al-Ala: 3)

Yaitu telah menentukan kadar masing-masing dan memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya untuk mengerjakannya. Dengan kata lain, Allah telah menetapkan semua amal perbuatan, ajal, dan rezekinya masing-masing, kemudian semua makhluk berjalan menurut apa yang telah digariskan-Nya; mereka tidak dapat menyimpang darinya, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyimpang dari ketentuan tersebut. Disebutkan bahwa Tuhan kamilah yang menciptakan makhluk dan menetapkan kadar, serta menciptakan watak masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.

قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الأولَى

Berkata Fir'aun, "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" (Thaha: 51)

Menurut pendapat yang paling sahih sehubungan dengan makna ayat ini, tatkala Fir'aun mendapat berita dari Musa bahwa Tuhan yang mengutusnya adalah Tuhan yang menciptakan makhluk, memberinya rezeki dan menentukan kadar masing-masing serta memberi petunjuk, maka Fir'aun berdalihkan dengan umat-umat terdahulu. Dengan kata lain, umat-umat terdahulu yang tidak menyembah Allah. Yakni mengapa mereka —jika kenyataannya demikian— tidak menyembah Tuhanmu, bahkan mereka menyembah selain-Nya?

Musa berkata kepada Fir’aun, menjawab ucapannya yang demikian itu, bahwa sekalipun mereka tidak menyembah Allah, sesungguhnya amal perbuatan mereka dicatat di sisi Allah, dan kelak Allah akan memberikan balasannya kepada mereka. Catatan yang dimaksud ialah Lauh Mahfuz dan catatan usia segala sesuatu.

لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسَى

Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Thaha: 52)

Yakni tiada sesuatu pun yang menyimpang dari ketetapan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, dan Dia tidak pernah lupa kepada sesuatu pun Dengan kata lain, Musa menggambarkan tentang pengetahuan Allah, bahwa sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, dan bahwa Dia tidak pernah lupa terhadap sesuatu pun, Mahasuci dan Mahatinggi Allah. Sesungguhnya pengetahuan makhluk itu masih ada kekurangannya; dua hal yang terpenting di antaranya yaitu pengetahuannya terhadap sesuatu tidak meliputi, dan yang lain ialah lupa sesudah mengetahuinya. Maka Allah menyucikan diri-Nya dari kekurangan ini.


قَالَ رَبُّنَا ٱلَّذِىٓ أَعْطَىٰ كُلَّ شَىْءٍ خَلْقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ 50

(50) Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.

(50) 

قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى

Musa berkata, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 5)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menciptakan bagi tiap-tiap sesuatu pasangannya masing-masing.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuknya sendiri, keledai dalam bentuknya sendiri, dan kambing dalam bentuknya sendiri.

Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuknya masing-masing.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah me­nyempurnakan penciptaan segala sesuatu.

Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian membennya petunjuk. (Thaha: 5) Yakni Allah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk yang pantas baginya, maka Dia tidak menjadikan manusia berbentuk hewan, dan hewan ternak tidak berbentuk seperti anj ing, anj ing pun tidaklah berbentuk seperti kambing. Dan Allah memberikan kepada masing-masing apa yang diperlukannya untuk mengembangbiakkan keturunannya dan segala bentuknya untuk tujuan itu. Tiada sesuatu pun dari tiap-tiap jenis yang menyerupai lainnya dalam hal bentuk, rezeki (makanan), dan cara mengembangbiakkan keturunannya.

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa Allah memberikan pada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى

dan yang menentukan kadar (masing-masing; dan memberi petunjuk. (Al-Ala: 3)

Yaitu telah menentukan kadar masing-masing dan memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya untuk mengerjakannya. Dengan kata lain, Allah telah menetapkan semua amal perbuatan, ajal, dan rezekinya masing-masing, kemudian semua makhluk berjalan menurut apa yang telah digariskan-Nya; mereka tidak dapat menyimpang darinya, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyimpang dari ketentuan tersebut. Disebutkan bahwa Tuhan kamilah yang menciptakan makhluk dan menetapkan kadar, serta menciptakan watak masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.



قَالَ فَمَا بَالُ ٱلْقُرُونِ ٱلْأُولَىٰ 51

(51) Berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?"

(51) 

قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الأولَى

Berkata Fir'aun, "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" (Thaha: 51)

Menurut pendapat yang paling sahih sehubungan dengan makna ayat ini, tatkala Fir'aun mendapat berita dari Musa bahwa Tuhan yang mengutusnya adalah Tuhan yang menciptakan makhluk, memberinya rezeki dan menentukan kadar masing-masing serta memberi petunjuk, maka Fir'aun berdalihkan dengan umat-umat terdahulu. Dengan kata lain, umat-umat terdahulu yang tidak menyembah Allah. Yakni mengapa mereka —jika kenyataannya demikian— tidak menyembah Tuhanmu, bahkan mereka menyembah selain-Nya?

Musa berkata kepada Fir’aun, menjawab ucapannya yang demikian itu, bahwa sekalipun mereka tidak menyembah Allah, sesungguhnya amal perbuatan mereka dicatat di sisi Allah, dan kelak Allah akan memberikan balasannya kepada mereka. Catatan yang dimaksud ialah Lauh Mahfuz dan catatan usia segala sesuatu.