20 - طه - Taa-Haa
Taa-Haa
Meccan
قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلْيَوْمَ تُنسَىٰ 126
(126) Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".
(126)
قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. (Thaha: 126)
Maksudnya, karena engkau berpaling dari ayat-ayat Allah dan kamu memperlakukannya seakan-akan kamu tidak mengingatnya, padahal sudah disampaikan kepadamu. Kamu pura-pura melupakannya, berpaling darinya, serta melalaikannya. Maka begitu pula pada hari ini, Kami memperlakukan kamu sebagaimana perlakuan orang yang melupakanmu.
Hal yang sama telah disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya yang mengatakan:
فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا
Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51)
Maka sesungguhnya pembalasan itu disesuaikan dengan jenis perbuatannya sebagai tindakan yang adil.
Adapun mengenai masalah lupa terhadap lafaz Al-Qur'an, padahal maknanya telah dipahami dan makna yang diisyaratkannya telah dikerjakan, maka hal ini tidak termasuk ke dalam apa yang diancamkan oleh ayat ini. Sekalipun orang yang berbuat demikian terkena ancaman pula hanya dari sisi lain, yaitu dari sunnah yang telah menyebutkan larangan yang kuat dan ancaman yang keras terhadap orang yang berlaku demikian.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ عِيسَى بْنِ فَائِدٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ رَجُلٍ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَنَسِيَهُ، إِلَّا لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ يَلْقَاهُ وَهُوَ أَجْذَمُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Khalid, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Isa ibnu Fa-id, dari seorang lelaki, dari Sa'd ibnu Ubadah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidak sekali-kali seseorang hafal Al-Qur’an, lalu ia melupakannya, melainkan ia akan datang kepada Allah di hari bersua dengan-Nya, sedangkan ia dalam keadaan berpenyakit lepra.
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya melalui hadis Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Isa ibnu Fa-id, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنۢ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِۦ ۚ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰٓ 127
(127) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.
(127)
Allah Swt. berfirman, "Demikianlah Kami menimpakan pembalasan terhadap orang-orang yang berlebihan lagi mendustakan ayat-ayat Allah, baik pembalasan di dunia maupun pembalasan di akhirat."
لَهُمْ عَذَابٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَقُّ وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia, dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. (Ar-Ra'd: 34)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى
Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Thaha: 127)
Yaitu lebih menyakitkan daripada azab di dunia dan lebih kekal bagi mereka, mereka terus-menerus diazab untuk selama-lamanya. Karena itulah Rasulullah Saw. bersabda kepada dua orang yang terlibat dalam sumpah li'an (saling melaknat):
"إِنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ عذاب الآخرة".
Sesungguhnya azab di dunia jauh lebih ringan daripada azab di akhirat
أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّنَ ٱلْقُرُونِ يَمْشُونَ فِى مَسَٰكِنِهِمْ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلنُّهَىٰ 128
(128) Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.
(128)
Firman Allah Swt.:
أَفَلَمْ يَهْدِ
Maka tidakkah menjadi petunjuk (Thaha: 128)
bagi mereka yang mendustakan apa yang disampaikan olehmu, hai Muhammad, bahwa sudah berapa banyak Kami binasakan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul sebelum mereka. Umat-umat terdahulu itu dibinasakan dan tidak ada lagi bekas-bekasnya, seperti yang kalian saksikan sendiri di tempat-tempat bekas mereka yang sekarang kalian lewati dalam keadaan kosong.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Thaha: 128)
Ulin nuha artinya orang yang berakal sehat dan berhati lurus, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46)
Di dalam surat As-Sajdah disebutkan oleh firman-Nya:
أَوَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ أَفَلا يَسْمَعُونَ
Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat (bekas) kediaman mereka itu. (As-Sajdah: 26), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى
Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan pasti (azab) menimpa mereka. (Thaha: 129)
Yaitu seandainya tidak ada ketetapan Allah yang terdahulu, bahwa Dia tidak akan mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya hujah Allah atas dirinya dan berdasarkan ketetapan masa yang telah ditentukan oleh Allah Swt. terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya itu, tentulah mereka akan ditimpa oleh azab Allah secara tiba-tiba. Karena itulah Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya seraya menghiburnya:
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. (Thaha: 13) Yakni pendustaan mereka terhadap dirimu.
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ
dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari. (Thaha: 13)
Maksudnya, salat fajar (salat subuh).
وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
dan sebelum terbenamnya. (Thaha: 13)
Yaitu salat Asar, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali r.a. yang menceritakan, "Ketika kami (para sahabat) sedang duduk di depan Rasulullah Saw., maka beliau Saw. memandang ke bulan yang sedang purnama, lalu bersabda:
" إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ، لَا تُضَامُّون فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَلَّا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، فَافْعَلُوا" ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ
Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak berdesak-desakan dalam melihatnya. Maka jika kalian mampu agar kalian tidak dikalahkan dengan mengerjakan salat sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah.' Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat ini."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُوَيْبة قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: " لَنْ يَلجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Imarah ibnu Ru-aibah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang melakukan salat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.
Di dalam kitab musnad dan kitab sunan disebutkan melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً مَنْ يَنْظُرُ فِي مُلْكِهِ مَسِيرَةَ أَلْفِ سَنَةٍ، يَنْظُرُ إِلَى أَقْصَاهُ كَمَا يَنْظُرُ إِلَى أَدْنَاهُ، وَإِنَّ أَعْلَاهُمْ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْيَوْمِ مرتين "
Sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling rendah ialah bagaikan seseorang yang melihat-lihat wilayah kerajaannya selama perjalanan dua ribu tahun, ia melihat-lihat batas yang paling jauhnya selama itu sebagaimana ia pun melihat-lihat batas yang paling dekatnya selama itu pula. Dan sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling tinggi ialah orang-orang yang dapat melihat Allah sebanyak dua kali dalam seharinya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ
dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari. (Thaha: 13)
Artinya, kerjakanlah salat tahajud di waktu-waktu malam hari. Akan tetapi, sebagian ulama menakwilkannya sebagai salat Magrib dan salat Isya.
وَأَطْرَافَ النَّهَارِ
dan pada waktu-waktu di siang hari. (Thaha: 13)
untuk mengimbangi waktu-waktu di malam hari tadi
لَعَلَّكَ تَرْضَى
supaya kamu merasa senang. (Thaha: 13)
Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (senang). (Adh-Dhuha: 5)
Di dalam hadis sahih disebutkan seperti berikut:
" يَقُولُ اللَّهُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ؟ فَيَقُولُ: إِنِّي أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ. فَيَقُولُونَ: وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا "
Allah Swt. berfirman, "Hai ahli surga!" Mereka menjawab, "Labbaik wasa'daik, wahai Tuhan kami.” Allah berfirman, "Apakah kalian telah puas?" mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, bagaimana kami tidak puas, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seseorang pun di antara makhluk-Mu.” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku sekarang akan memberi kalian yang lebih utama daripada semuanya itu.” Mereka bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih utama daripada semuanya ini?” Allah Swt. berfirman, "Aku halalkan rida-Ku bagi kalian, maka Aku tidak akan murka lagi kepada kalian untuk selama-lamanya.”
Di dalam hadis yang lain disebutkan pula hal berikut:
" يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجزكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُبَيِّضْ وُجُوهَنَا وَيُثَقِّلْ مَوَازِينَنَا وَيُزَحْزِحْنَا عَنِ النَّارِ، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ؟ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمْ خَيْرًا مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَهِيَ الزِّيَادَةُ "
"Hai ahli surga, sesungguhnya bagi kalian di sisi Allah ada suatu janji yang ingin Dia tunaikan kepada kalian.” Mereka bertanya, "Pemberian apa lagi? Bukankah Allah telah membuat wajah kami putih, memberatkan timbangan amal (baik) kami, mengeluarkan kami dari neraka dan memasukkan kami ke dalam surga?” Maka dibukalah hijab Allah, lalu mereka dapat melihat-Nya. Demi Allah, Allah tidak memberikan kepada mereka sesuatu yang lebih baik daripada'memandang kepada Zat-Nya, yaitu sebagai karunia tambahan (buat mereka).
وَلَوْلَا كَلِمَةٌۭ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَكَانَ لِزَامًۭا وَأَجَلٌۭ مُّسَمًّۭى 129
(129) Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka.
(129)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى
Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan pasti (azab) menimpa mereka. (Thaha: 129)
Yaitu seandainya tidak ada ketetapan Allah yang terdahulu, bahwa Dia tidak akan mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya hujah Allah atas dirinya dan berdasarkan ketetapan masa yang telah ditentukan oleh Allah Swt. terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya itu, tentulah mereka akan ditimpa oleh azab Allah secara tiba-tiba. Karena itulah Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya seraya menghiburnya:
فَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ ٱلشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖ وَمِنْ ءَانَآئِ ٱلَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ ٱلنَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ 130
(130) Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang,
(130)
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. (Thaha: 13) Yakni pendustaan mereka terhadap dirimu.
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ
dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari. (Thaha: 13)
Maksudnya, salat fajar (salat subuh).
وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
dan sebelum terbenamnya. (Thaha: 13)
Yaitu salat Asar, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali r.a. yang menceritakan, "Ketika kami (para sahabat) sedang duduk di depan Rasulullah Saw., maka beliau Saw. memandang ke bulan yang sedang purnama, lalu bersabda:
" إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ، لَا تُضَامُّون فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَلَّا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، فَافْعَلُوا" ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ
Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak berdesak-desakan dalam melihatnya. Maka jika kalian mampu agar kalian tidak dikalahkan dengan mengerjakan salat sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah.' Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat ini."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُوَيْبة قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: " لَنْ يَلجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Imarah ibnu Ru-aibah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang melakukan salat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.
Di dalam kitab musnad dan kitab sunan disebutkan melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً مَنْ يَنْظُرُ فِي مُلْكِهِ مَسِيرَةَ أَلْفِ سَنَةٍ، يَنْظُرُ إِلَى أَقْصَاهُ كَمَا يَنْظُرُ إِلَى أَدْنَاهُ، وَإِنَّ أَعْلَاهُمْ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْيَوْمِ مرتين "
Sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling rendah ialah bagaikan seseorang yang melihat-lihat wilayah kerajaannya selama perjalanan dua ribu tahun, ia melihat-lihat batas yang paling jauhnya selama itu sebagaimana ia pun melihat-lihat batas yang paling dekatnya selama itu pula. Dan sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling tinggi ialah orang-orang yang dapat melihat Allah sebanyak dua kali dalam seharinya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ
dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari. (Thaha: 13)
Artinya, kerjakanlah salat tahajud di waktu-waktu malam hari. Akan tetapi, sebagian ulama menakwilkannya sebagai salat Magrib dan salat Isya.
وَأَطْرَافَ النَّهَارِ
dan pada waktu-waktu di siang hari. (Thaha: 13)
untuk mengimbangi waktu-waktu di malam hari tadi
لَعَلَّكَ تَرْضَى
supaya kamu merasa senang. (Thaha: 13)
Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (senang). (Adh-Dhuha: 5)
Di dalam hadis sahih disebutkan seperti berikut:
" يَقُولُ اللَّهُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ؟ فَيَقُولُ: إِنِّي أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ. فَيَقُولُونَ: وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا "
Allah Swt. berfirman, "Hai ahli surga!" Mereka menjawab, "Labbaik wasa'daik, wahai Tuhan kami.” Allah berfirman, "Apakah kalian telah puas?" mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, bagaimana kami tidak puas, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seseorang pun di antara makhluk-Mu.” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku sekarang akan memberi kalian yang lebih utama daripada semuanya itu.” Mereka bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih utama daripada semuanya ini?” Allah Swt. berfirman, "Aku halalkan rida-Ku bagi kalian, maka Aku tidak akan murka lagi kepada kalian untuk selama-lamanya.”
Di dalam hadis yang lain disebutkan pula hal berikut:
" يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجزكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُبَيِّضْ وُجُوهَنَا وَيُثَقِّلْ مَوَازِينَنَا وَيُزَحْزِحْنَا عَنِ النَّارِ، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ؟ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمْ خَيْرًا مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَهِيَ الزِّيَادَةُ "
"Hai ahli surga, sesungguhnya bagi kalian di sisi Allah ada suatu janji yang ingin Dia tunaikan kepada kalian.” Mereka bertanya, "Pemberian apa lagi? Bukankah Allah telah membuat wajah kami putih, memberatkan timbangan amal (baik) kami, mengeluarkan kami dari neraka dan memasukkan kami ke dalam surga?” Maka dibukalah hijab Allah, lalu mereka dapat melihat-Nya. Demi Allah, Allah tidak memberikan kepada mereka sesuatu yang lebih baik daripada'memandang kepada Zat-Nya, yaitu sebagai karunia tambahan (buat mereka).
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًۭا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌۭ وَأَبْقَىٰ 131
(131) Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
(131)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Janganlah kamu melirikkan pandangan matamu kepada kemewahan yang ada di tangan orang-orang yang hidup senang dan mewah. Karena sesungguhnya hal itu tiada lain merupakan perhiasan yang fana dan nikmat yang pasti lenyapnya, kami mencobai mereka dengan melaluinya. Akan tetapi, amatlah sedikit orang yang banyak bersyukur di antara hamba-hamba-Ku."
Mujahid mengatakan bahwa makna azwajan minhum ialah orang-orang kaya dan para hartawan, karena sesungguhnya kamu telah diberi apa yang lebih baik daripada apa yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ * لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu. (Al-Hijr: 87-88), hingga akhir ayat.
Jauh lebih baik pula apa yang telah disediakan oleh Allah Swt. buat RasulNya di akhirat, tiada terbatas dan tiada terperikan. Seperti halnya apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha: 131)
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa ketika Umar ibnul Khattab masuk menemui Rasulullah Saw. di dalam suatu peristiwa yang saat itu Rasulullah Saw. sedang mengasingkan dirinya dari istri-istrinya, sebab beliau telah bersumpah tidak akan menggauli mereka dalam waktu tertentu (sampai mereka sadar); Umar ibnul Khattab melihat Rasulullah Saw. sedang berbaring di lantai rumahnya dengan hanya beralaskan tikar. Sedangkan di dalam rumahnya hanya ada sebuah wadah air yang sudah lapuk, tergantung di sisi rumahnya. Maka dengan serta-merta Umar mencucurkan air matanya. Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Umar, apakah yang membuatmu menangis?" Umar menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar berada dalam kemewahannya, sedangkan engkau adalah makhluk pilihan Allah." Rasulullah Saw. bersabda:
"أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلت لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا "
Hai Ibnul -Khattab, apakah engkau dalam keadaan ragu? Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kebaikannya dalam kehidupan dunia ini.
Rasulullah Saw. adalah orang yang paling zuhud terhadap duniawi, padahal beliau mampu menguasainya. Apabila beliau memperoleh harta benda, maka dinafkahkan dan dibagi-bagikannya ke sana dan kemari, kepada semua hamba Allah dan beliau tidak pernah menyimpan sesuatu pun darinya untuk keperluan dirinya di esok hari.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: أَنْبَأَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: " إن أخوف ما أخاف عليكم مَا يَفْتَحُ اللَّهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا ". قَالُوا: وَمَا زَهْرَةُ الدُّنْيَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " بَرَكَاتُ الْأَرْضِ "
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Yazid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian ialah bila Allah membukakan bagi kalian bunga-bunga kehidupan dunia. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bunga-bunga kehidupan dunia?” Rasulullah Saw. menjawab, "Keberkatan bumi.”
Qatadah dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bunga kehidupan dunia. (Thaha: 131) Makna yang dimaksud ialah perhiasan kehidupan dunia.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: untuk Kami fitnah mereka dengannya. (Thaha: 131) Yakni Kami coba mereka dengan perhiasan kehidupan dunia.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
Artinya, selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan mengerjakan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Semakna dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa ia dan Yarfa' pernah menginap di rumah Umar ibnul Khattab. Dan Umar mempunyai kebiasaan mengerjakan salat sunat di tengah malam; tetapi adakalanya ia tidak mengerjakannya, sehingga kami katakan, "Dia tidak salat sunat malam hari malam ini, tidak sebagaimana malam-malam sebelumnya." Umar bila hendak mengerj akan salat sunat malam hari, ia membangunkan keluarganya untuk ikut salat bersamanya, dan ia membacakan firman-Nya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
*******************
Firman Allah Swt.:
لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132)
Yakni apabila kamu mengerjakan salat, niscaya rezeki akan datang kepadamu dari arah yang tidak kamu duga-duga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56)
Sampai dengan firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Az-Zariyat: 58)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132)
As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak meminta rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Yaitu Kami tidak membebankan kepadamu suatu permintaan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam, dari ayahnya, bahwa apabila ia masuk ke dalam rumah seseorang yang ahli dunia (kaya), lalu ia melirik kepada kekayaannya, maka sepulangnya ke rumah ia membaca firman-Nya: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu. (Thaha: 131) sampai dengan firman-Nya: Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Kemudian ia berkata kepada keluarganya, "Dirikanlah salat, dirikanlah salat, semoga Allah merahmati kalian!"
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ القَطَوَاني، حَدَّثَنَا سَيَّار، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ ثَابِتٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَهُ خَصَاصَةٌ نَادَى أَهْلَهُ: " يَا أَهْلَاهُ، صَلُّوا، صَلُّوا ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-Qatrani, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Sabit, bahwa Nabi Saw. apabila mengalami suatu kesusahan, maka beliau menyeru kepada keluarganya: Hai keluargaku, kerjakanlah salat, kerjakanlah salat oleh kalian!"
Sabit mengatakan bahwa para nabi itu apabila tertimpa suatu kesusahan, maka mereka bersegera mengerjakan salat.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Imran ibnu Zaidah, dari ayahnya, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغ لِعِبَادَتِي أمْلأ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ ملأتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ "
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, tekunilah beribadah kepadaKu, tentu Aku akan memenuhi rongga dadamu dengan kecukupan dan Aku akan menutupi kefakiranmu. Jika kamu tidak melakukannya, tentu Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kafakiranmu.
وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ الضَّحَّاكِ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ: سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمّ دُنْيَاهُ. وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ "
Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ad-Dahhak, dari Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang semua kesusahannya hanya satu, yaitu memikirkan kesusahan di hari kemudian, niscaya Allah akan memberinya kecukupan dalam kesusahan dunianya. Dan barang siapa kesusahannya bercabang-cabang, hanya memikirkan susahnya keadaan di dunia, maka Allah tidak mempedulikannya lagi di lembah mana pun ia binasa.
وَرُوِيَ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَر بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانٍ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّه فرَّق اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نيَّته، جَمَعَ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ "
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Abdur Rahman ibnu Aban, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang kesusahannya hanya memikirkan dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakirannya di depan matanya, serta tiada yang datang dari dunia kepadanya kecuali hanya apa yang telah ditakdirkan baginya. Dan barang siapa yang perhatiannya tercurahkan kepada akhiratnya, maka Allah akan menghimpunkan baginya semua urusannya dan menjadikan kecukupannya di dalam kalbunya, serta dunia datang kepadanya dalam keadaan terpaksa.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha: 132)
Maksudnya, akibat yang baik di dunia dan akhirat —yaitu surga— hanyalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ كَأَنَّا فِي دَارِ عُقْبَةَ بْنِ رَافِعٍ وَأَنَّا أُتِينَا بِرُطَبٍ [مِنْ رُطَبِ] ابْنِ طَابَ، فَأَوَّلْتُ ذَلِكَ أَنَّ الْعَاقِبَةَ لَنَا فِي الدنيا والرفعة وأن ديننا قد طاب "
Tadi malam aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kita berada di dalam rumah Uqbah ibnu Rafi', lalu kita disuguhi hidangan buah kurma masak dari kurmanya Ibnu Tab. Maka aku menakwilkan mimpi itu, bahwa sesungguhnya akibat yang terpuji dan derajat yang tinggi adalah bagi kita di dunia ini, dan bahwa agama kita telah masak (sempurna).
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًۭا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ 132
(132) Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
(132)
Firman Allah Swt.:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
Artinya, selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan mengerjakan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Semakna dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa ia dan Yarfa' pernah menginap di rumah Umar ibnul Khattab. Dan Umar mempunyai kebiasaan mengerjakan salat sunat di tengah malam; tetapi adakalanya ia tidak mengerjakannya, sehingga kami katakan, "Dia tidak salat sunat malam hari malam ini, tidak sebagaimana malam-malam sebelumnya." Umar bila hendak mengerj akan salat sunat malam hari, ia membangunkan keluarganya untuk ikut salat bersamanya, dan ia membacakan firman-Nya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
*******************
Firman Allah Swt.:
لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132)
Yakni apabila kamu mengerjakan salat, niscaya rezeki akan datang kepadamu dari arah yang tidak kamu duga-duga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56)
Sampai dengan firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Az-Zariyat: 58)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132)
As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak meminta rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Yaitu Kami tidak membebankan kepadamu suatu permintaan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam, dari ayahnya, bahwa apabila ia masuk ke dalam rumah seseorang yang ahli dunia (kaya), lalu ia melirik kepada kekayaannya, maka sepulangnya ke rumah ia membaca firman-Nya: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu. (Thaha: 131) sampai dengan firman-Nya: Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Kemudian ia berkata kepada keluarganya, "Dirikanlah salat, dirikanlah salat, semoga Allah merahmati kalian!"
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ القَطَوَاني، حَدَّثَنَا سَيَّار، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ ثَابِتٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَهُ خَصَاصَةٌ نَادَى أَهْلَهُ: " يَا أَهْلَاهُ، صَلُّوا، صَلُّوا ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-Qatrani, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Sabit, bahwa Nabi Saw. apabila mengalami suatu kesusahan, maka beliau menyeru kepada keluarganya: Hai keluargaku, kerjakanlah salat, kerjakanlah salat oleh kalian!"
Sabit mengatakan bahwa para nabi itu apabila tertimpa suatu kesusahan, maka mereka bersegera mengerjakan salat.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Imran ibnu Zaidah, dari ayahnya, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغ لِعِبَادَتِي أمْلأ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ ملأتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ "
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, tekunilah beribadah kepadaKu, tentu Aku akan memenuhi rongga dadamu dengan kecukupan dan Aku akan menutupi kefakiranmu. Jika kamu tidak melakukannya, tentu Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kafakiranmu.
وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ الضَّحَّاكِ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ: سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمّ دُنْيَاهُ. وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ "
Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ad-Dahhak, dari Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang semua kesusahannya hanya satu, yaitu memikirkan kesusahan di hari kemudian, niscaya Allah akan memberinya kecukupan dalam kesusahan dunianya. Dan barang siapa kesusahannya bercabang-cabang, hanya memikirkan susahnya keadaan di dunia, maka Allah tidak mempedulikannya lagi di lembah mana pun ia binasa.
وَرُوِيَ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَر بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانٍ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّه فرَّق اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نيَّته، جَمَعَ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ "
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Abdur Rahman ibnu Aban, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang kesusahannya hanya memikirkan dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakirannya di depan matanya, serta tiada yang datang dari dunia kepadanya kecuali hanya apa yang telah ditakdirkan baginya. Dan barang siapa yang perhatiannya tercurahkan kepada akhiratnya, maka Allah akan menghimpunkan baginya semua urusannya dan menjadikan kecukupannya di dalam kalbunya, serta dunia datang kepadanya dalam keadaan terpaksa.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha: 132)
Maksudnya, akibat yang baik di dunia dan akhirat —yaitu surga— hanyalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ كَأَنَّا فِي دَارِ عُقْبَةَ بْنِ رَافِعٍ وَأَنَّا أُتِينَا بِرُطَبٍ [مِنْ رُطَبِ] ابْنِ طَابَ، فَأَوَّلْتُ ذَلِكَ أَنَّ الْعَاقِبَةَ لَنَا فِي الدنيا والرفعة وأن ديننا قد طاب "
Tadi malam aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kita berada di dalam rumah Uqbah ibnu Rafi', lalu kita disuguhi hidangan buah kurma masak dari kurmanya Ibnu Tab. Maka aku menakwilkan mimpi itu, bahwa sesungguhnya akibat yang terpuji dan derajat yang tinggi adalah bagi kita di dunia ini, dan bahwa agama kita telah masak (sempurna).
وَقَالُوا۟ لَوْلَا يَأْتِينَا بِـَٔايَةٍۢ مِّن رَّبِّهِۦٓ ۚ أَوَلَمْ تَأْتِهِم بَيِّنَةُ مَا فِى ٱلصُّحُفِ ٱلْأُولَىٰ 133
(133) Dan mereka berkata: "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu?
(133)
Allah Swt. menceritakan tentang perkataan orang-orang kafir melalui firman-Nya:
لَوْلا
Mengapa tidak. (Thaha : 133)
Yakni mengapa Muhammad tidak mendatangkan kepada kita suatu tanda dari Tuhannya yang membenarkan bahwa ia adalah seorang utusan Allah? Maka Allah menjawab perkataan mereka melalui firman-Nya:
أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الأولَى
Apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Thaha: 133)
Yaitu Al-Qur'anul Karim yang disebutkan di dalamnya kisah-kisah umat terdahulu. Al-Qur'an itu diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad seorang ummi (tidak pandai menulis) dan belum pernah belajar dari kaum Ahli Kitab. Di antaranya disebutkan kisah-kisah orang terdahulu yang sesuai dengan apa yang termaktub di dalam kitab-kitab terdahulu yang masih asli dan benar. Karena sesungguhnya Al-Qur'an merupakan batu ujian bagi kitab-kitab terdahulu, Al-Qur'an membenarkan apa yang benar darinya, menjelaskan apa yang keliru dan yang dibuat-buat darinya (kitab-kitab terdahulu). Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَقَالُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ * أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan orang-orang kafir Mekah berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 5-51)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا آمَنَ عَلَى مَثَلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
Tiada seorang nabi pun melainkan dibekali dengan mukjizat yang dikagumi oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya. Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku. Maka aku berharap semoga aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para nabi lainnya) kelak di hari kiamat.
Sesungguhnya yang disebutkan dalam ayat ini hanyalah mukjizat yang paling besar yang diberikan kepada Nabi Saw., yaitu Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Nabi Saw. diberi pula mukjizat-mukjizat lainnya yang tak terhitung banyaknya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis-hadisnya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا
Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami?” (Thaha: 134)
Yakni sekiranya Kami binasakan orang-orang yang mendustakan itu sebelum Kami utus rasul yang mulia ini kepada mereka dan belum Kami turunkan kepada mereka Al-Qur'an yang agung ini, tentulah mereka akan beralasan: Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami? (Thaha: 134) sebelum Engkau binasakan kami, agar kami dapat beriman kepadanya dan mengikutinya. Nada yang sama disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman selanjutnya:
فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى
lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah. (Thaha: 134)
Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendustakan, lagi membangkang dan mengingkari-Nya, selamanya mereka tidak akan beriman.
وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ
meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 97)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَهَذَا كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An'am: 155)
Sampai dengan firman-Nya:
بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ
disebabkan mereka selalu berpaling. (Al-An'am: 157) Juga firman Allah Swt.:
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). (Fathir: 42), hingga akhir ayat.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepadanya. (Al-An'am: 19), hingga akhir ayat berikutnya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (Thaha: 135)
hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu serta terus-menerus dalam kekafiran dan keingkarannya:
كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ
Masing-masing (kita) menanti. (Thaha: 135)
Yakni antara kami dan kalian sama-sama menanti.
فَتَرَبَّصُوا
maka nantikanlah oleh kamu sekalian. (Thaha: 135)
Maksudnya, tunggulah saatnya oleh kamu sekalian.
فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ
Maka kalian kelak akan mengetahui siapa yang mempunyai jalan yang lurus. (Thaha: 135)
Yang dimaksud dengan as-siratus sawiyyu ialah jalan yang lurus.
وَمَنِ اهْتَدَى
dan siapa yang telah mendapat petunjuk. (Thaha: 135)
Yaitu mendapat bimbingan ke jalan yang benar dan jalan keberhasilan. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا
Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 42)
Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:
سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26)
Demikianlah akhir dari tafsir surat Thaha, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Berikutnya insya Allah menyusul tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah.
وَلَوْ أَنَّآ أَهْلَكْنَٰهُم بِعَذَابٍۢ مِّن قَبْلِهِۦ لَقَالُوا۟ رَبَّنَا لَوْلَآ أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًۭا فَنَتَّبِعَ ءَايَٰتِكَ مِن قَبْلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخْزَىٰ 134
(134) Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?"
(134)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا
Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami?” (Thaha: 134)
Yakni sekiranya Kami binasakan orang-orang yang mendustakan itu sebelum Kami utus rasul yang mulia ini kepada mereka dan belum Kami turunkan kepada mereka Al-Qur'an yang agung ini, tentulah mereka akan beralasan: Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami? (Thaha: 134) sebelum Engkau binasakan kami, agar kami dapat beriman kepadanya dan mengikutinya. Nada yang sama disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman selanjutnya:
فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى
lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah. (Thaha: 134)
Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendustakan, lagi membangkang dan mengingkari-Nya, selamanya mereka tidak akan beriman.
وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ
meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 97)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَهَذَا كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An'am: 155)
Sampai dengan firman-Nya:
بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ
disebabkan mereka selalu berpaling. (Al-An'am: 157) Juga firman Allah Swt.:
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). (Fathir: 42), hingga akhir ayat.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepadanya. (Al-An'am: 19), hingga akhir ayat berikutnya.
*******************
قُلْ كُلٌّۭ مُّتَرَبِّصٌۭ فَتَرَبَّصُوا۟ ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَٰبُ ٱلصِّرَٰطِ ٱلسَّوِىِّ وَمَنِ ٱهْتَدَىٰ 135
(135) Katakanlah: "Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Maka kamu kelak akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk".
(135)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (Thaha: 135)
hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu serta terus-menerus dalam kekafiran dan keingkarannya:
كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ
Masing-masing (kita) menanti. (Thaha: 135)
Yakni antara kami dan kalian sama-sama menanti.
فَتَرَبَّصُوا
maka nantikanlah oleh kamu sekalian. (Thaha: 135)
Maksudnya, tunggulah saatnya oleh kamu sekalian.
فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ
Maka kalian kelak akan mengetahui siapa yang mempunyai jalan yang lurus. (Thaha: 135)
Yang dimaksud dengan as-siratus sawiyyu ialah jalan yang lurus.
وَمَنِ اهْتَدَى
dan siapa yang telah mendapat petunjuk. (Thaha: 135)
Yaitu mendapat bimbingan ke jalan yang benar dan jalan keberhasilan. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا
Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 42)
Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:
سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26)
Demikianlah akhir dari tafsir surat Thaha, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Berikutnya insya Allah menyusul tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah.