21 - الأنبياء - Al-Anbiyaa

Juz : 17

The Prophets
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

ٱقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ مُّعْرِضُونَ 1

(1) Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).

(1) 

Hal ini merupakan suatu peringatan dari Allah Swt. yang menyatakan dekatnya hari kiamat dan bahwa manusia dalam keadaan lalai terhadap keberadaannya, yakni mereka tidak mau beramal dan tidak mau membuat bekal untuk menyambutnya.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Bahwa mereka di dunia lalai terhadap hari kiamat.

Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ

Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang). (An-Nahl: 1)

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ

Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling. (Al-Qamar: 1-2), hingga akhir ayat.

Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam biografi Al-Hasan Ibnu Hani' alias Abu Nuwas si penyair, bahwa penyair yang paling hebat ialah Syekh Tahir Abul Atahiyah, karena ia mengatakan dalam bait syairnya:

النَّاس فِي غَفَلاتِهِمْ ... وَرَحا المِنيَّة تَطْحَنُ ...

Manusia tenggelam dalam kelalaiannya, padahal penggilingan maut terus berputar.

Ketika ditanyakan kepadanya, "Dari manakah engkau menyimpulkan kalimat ini?" Abul Atahiyah menjawab bahwa ia menyimpulkannya dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)

Ibnu Asakir meriwayatkan pula di dalam biografi Amir ibnu Rabi'ah melalui jalur Musa ibnu Ubaid Al-Amadi, dari Abdur Rahman ibnu Za’d bin Aslam, dari ayahnya, dari Amir ibnu Rabi'ah, bahwa ia kedatangan seorang tamu dari kalangan orang Badui. Amir memuliakan kedatangannya dan menghormatinya. Sebelumnya Rasulullah SAW telah berbincang-bincang di rumah Amir, tidak lama kemudian lelaki Badui, itu datang. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah memperoleh sebuah lembah di daerah pedalaman dari Rasulullah Saw. Aku bermaksud memberikan sebagian darinya kepadamu. Kelak lahan itu buat kamu dan keturunanmu sesudah kamu tiada." Maka Amir menjawab, "Saya tidak memerlukan bagian tanahmu itu, karena pada hari ini telah diturunkan sebuah surat yang membuat kami merasa ngeri terhadap duniawi," yaitu firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka tidak mau mendengarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.

Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang yang kafirnya sama dengan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ

Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 2)

Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan.

إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ

melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main. (Al-Anbiya: 2)

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka, padahal mereka telah membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian membacanya masih dalam keadaan hangat dan murni isinya, tidak ada campurannya." Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا

Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka. (Al-Anbiya: 3)

seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.

هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ

Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu. (Al-Anbiya: 3)

Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah Saw. Mereka tidak percaya beliau menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya:

أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ

maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya? (Al-Anbiya: 3)

Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu adalah ilmu sihir.

Allah Swt. menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu melalui firman-Nya:

قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ

Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi.” (Al-Anbiya: 4)

Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang ter­sembunyi luput dari liputan pengetahuan-Nya. Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang semisal dengannya, kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi di langit dan di bumi.

Firman Allah Swt.:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anbiya: 4)

Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap mereka.

Firman Allah Swt. mengatakan:

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ

Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya" (Al-Anbiya: 5)

Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan penentangan mereka terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai syair gubahan, adakala menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kalut, adakalanya pula menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu:

انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا

Lihatlah, bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra: 48)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ

maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5)

Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa dan Isa. Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan hal ini:

وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا

Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.

Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ

Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman? (Al-Anbiya: 6)

Tiada suatu penduduk negeri pun yang diutus rasul-rasul kepada mereka dengan membawa mukjizat, lalu mereka beriman, melainkan mereka mendustakannya; maka Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. ( Yunus: 96-97 )

Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah Saw. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah Saw. adalah jauh lebih jelas, lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan alasan mereka ketimbang apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: ذُكِرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ زَيْدٍ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ عُلَيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ، حَدَّثَنِي مَنْ شَهِدَ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ، يَقُولُ: كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ وَمَعَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُقْرِئُ بَعْضُنَا بَعْضًا الْقُرْآنَ، فَجَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بن أبي بن سَلُولَ، وَمَعَهُ نُمْرُقة وزِرْبِيّة، فَوَضَعَ وَاتَّكَأَ، وَكَانَ صَبِيحًا فَصِيحًا جَدِلًا فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلْ لِمُحَمَّدٍ يَأْتِينَا بِآيَةٍ كَمَا جَاءَ الْأَوَّلُونَ؟ جَاءَ مُوسَى بِالْأَلْوَاحِ، وَجَاءَ دَاوُدُ بِالزَّبُورِ، وَجَاءَ صَالِحٌ بِالنَّاقَةِ، وَجَاءَ عِيسَى بِالْإِنْجِيلِ وَبِالْمَائِدَةِ. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُومُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَسْتَغِيثُ بِهِ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ لَا يُقَامُ لِي، إِنَّمَا يُقَامُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا لَقِينَا مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ:"إِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي: اخْرُجْ فَأَخْبِرْ بِنِعَمِ اللَّهِ الَّتِي أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْكَ، وَفَضِيلَتِهِ الَّتِي فُضِّلت بِهَا، فَبَشَّرَنِي أَنِّي بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَأَمَرَنِي أَنْ أُنْذِرَ الْجِنَّ، وَآتَانِي كِتَابَهُ وَأَنَا أُمِّيٌّ، وَغَفَرَ ذَنْبِي مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ، وَذَكَرَ اسْمِي فِي الْأَذَانِ وَأَيَّدَنِي بِالْمَلَائِكَةِ، وَآتَانِي النَّصْرَ، وَجَعَلَ الرُّعْبَ أَمَامِي، وَآتَانِي الْكَوْثَرَ، وَجَعَلَ حَوْضِي مِنْ أَعْظَمِ الْحِيَاضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَوَعَدَنِي الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ وَالنَّاسُ مُهْطِعُونَ مُقْنِعُو رُءُوسِهِمْ، وَجَعَلَنِي فِي أَوَّلِ زُمْرَةٍ تَخْرُجُ مِنَ النَّاسِ، وَأَدْخَلَ فِي شَفَاعَتِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنْ أُمَّتِي الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَآتَانِي السُّلْطَانَ وَالْمُلْكَ، وَجَعَلَنِي فِي أَعْلَى غُرْفَةٍ فِي الْجَنَّةِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ، فَلَيْسَ فَوْقِي أَحَدٌ إِلَّا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ، وَأَحَلَّ لِيَ الْغَنَائِمَ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلَنَا".

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan, "Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah Abdullah ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan bawaannya dan duduk bersandar padanya." Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya, tetapi suka berdebat. Ia berkata, "Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan oleh para utusan terdahulu. Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina, Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit." Abu Bakar r.a. menangis dan Rasulullah Saw. keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita bangkit menemui Rasulullah Saw. untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku dihormati dengan sambutan berdiri, melainkan hanya Allah-lah yang pantas mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa sesungguhnya Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu." Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita gembira kepadaku , bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan peringatan kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang terkemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan bantuan para malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar yang mencekam hati musuh berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kausar, dan menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar di hari kiamat. Allah menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk orang-orang yang mula-mula dibangkitkan, dan dimasukkan ke dalam syafaatku sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku ditempatkan di istana yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku —juga bagi umatku— ganimah, yang sebelum itu tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun."

Hadist ini berpredikat garib sekali.


مَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍۢ مِّن رَّبِّهِم مُّحْدَثٍ إِلَّا ٱسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ 2

(2) Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,

(2) 

Untuk itu Allah Swt. berfirman:

مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ

Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 2)

Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan.

إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ

melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main. (Al-Anbiya: 2)

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka, padahal mereka telah membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian membacanya masih dalam keadaan hangat dan murni isinya, tidak ada campurannya." Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal.

*******************


لَاهِيَةًۭ قُلُوبُهُمْ ۗ وَأَسَرُّوا۟ ٱلنَّجْوَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ هَلْ هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ ۖ أَفَتَأْتُونَ ٱلسِّحْرَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ 3

(3) (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?"

(3) 

Firman Allah Swt.:

وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا

Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka. (Al-Anbiya: 3)

seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.

هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ

Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu. (Al-Anbiya: 3)

Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah Saw. Mereka tidak percaya beliau menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya:

أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ

maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya? (Al-Anbiya: 3)

Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu adalah ilmu sihir.

Allah Swt. menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu melalui firman-Nya:



قَالَ رَبِّى يَعْلَمُ ٱلْقَوْلَ فِى ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 4

(4) Berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

(4) 

قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ

Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi.” (Al-Anbiya: 4)

Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang ter­sembunyi luput dari liputan pengetahuan-Nya. Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang semisal dengannya, kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi di langit dan di bumi.

Firman Allah Swt.:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anbiya: 4)

Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap mereka.


بَلْ قَالُوٓا۟ أَضْغَٰثُ أَحْلَٰمٍۭ بَلِ ٱفْتَرَىٰهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌۭ فَلْيَأْتِنَا بِـَٔايَةٍۢ كَمَآ أُرْسِلَ ٱلْأَوَّلُونَ 5

(5) Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus".

(5) 

Firman Allah Swt. mengatakan:

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ

Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya" (Al-Anbiya: 5)

Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan penentangan mereka terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai syair gubahan, adakala menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kalut, adakalanya pula menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu:

انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا

Lihatlah, bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra: 48)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ

maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5)

Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa dan Isa. Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan hal ini:

وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا

Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.


مَآ ءَامَنَتْ قَبْلَهُم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَٰهَآ ۖ أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ 6

(6) Tidak ada (penduduk) suatu negeripun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebeIum mereka; maka apakah mereka akan beriman?

(6) 

Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ

Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman? (Al-Anbiya: 6)

Tiada suatu penduduk negeri pun yang diutus rasul-rasul kepada mereka dengan membawa mukjizat, lalu mereka beriman, melainkan mereka mendustakannya; maka Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. ( Yunus: 96-97 )

Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah Saw. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah Saw. adalah jauh lebih jelas, lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan alasan mereka ketimbang apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: ذُكِرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ زَيْدٍ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ عُلَيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ، حَدَّثَنِي مَنْ شَهِدَ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ، يَقُولُ: كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ وَمَعَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُقْرِئُ بَعْضُنَا بَعْضًا الْقُرْآنَ، فَجَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بن أبي بن سَلُولَ، وَمَعَهُ نُمْرُقة وزِرْبِيّة، فَوَضَعَ وَاتَّكَأَ، وَكَانَ صَبِيحًا فَصِيحًا جَدِلًا فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلْ لِمُحَمَّدٍ يَأْتِينَا بِآيَةٍ كَمَا جَاءَ الْأَوَّلُونَ؟ جَاءَ مُوسَى بِالْأَلْوَاحِ، وَجَاءَ دَاوُدُ بِالزَّبُورِ، وَجَاءَ صَالِحٌ بِالنَّاقَةِ، وَجَاءَ عِيسَى بِالْإِنْجِيلِ وَبِالْمَائِدَةِ. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُومُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَسْتَغِيثُ بِهِ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ لَا يُقَامُ لِي، إِنَّمَا يُقَامُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا لَقِينَا مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ:"إِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي: اخْرُجْ فَأَخْبِرْ بِنِعَمِ اللَّهِ الَّتِي أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْكَ، وَفَضِيلَتِهِ الَّتِي فُضِّلت بِهَا، فَبَشَّرَنِي أَنِّي بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَأَمَرَنِي أَنْ أُنْذِرَ الْجِنَّ، وَآتَانِي كِتَابَهُ وَأَنَا أُمِّيٌّ، وَغَفَرَ ذَنْبِي مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ، وَذَكَرَ اسْمِي فِي الْأَذَانِ وَأَيَّدَنِي بِالْمَلَائِكَةِ، وَآتَانِي النَّصْرَ، وَجَعَلَ الرُّعْبَ أَمَامِي، وَآتَانِي الْكَوْثَرَ، وَجَعَلَ حَوْضِي مِنْ أَعْظَمِ الْحِيَاضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَوَعَدَنِي الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ وَالنَّاسُ مُهْطِعُونَ مُقْنِعُو رُءُوسِهِمْ، وَجَعَلَنِي فِي أَوَّلِ زُمْرَةٍ تَخْرُجُ مِنَ النَّاسِ، وَأَدْخَلَ فِي شَفَاعَتِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنْ أُمَّتِي الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَآتَانِي السُّلْطَانَ وَالْمُلْكَ، وَجَعَلَنِي فِي أَعْلَى غُرْفَةٍ فِي الْجَنَّةِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ، فَلَيْسَ فَوْقِي أَحَدٌ إِلَّا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ، وَأَحَلَّ لِيَ الْغَنَائِمَ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلَنَا".

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan, "Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah Abdullah ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan bawaannya dan duduk bersandar padanya." Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya, tetapi suka berdebat. Ia berkata, "Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan oleh para utusan terdahulu. Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina, Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit." Abu Bakar r.a. menangis dan Rasulullah Saw. keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita bangkit menemui Rasulullah Saw. untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku dihormati dengan sambutan berdiri, melainkan hanya Allah-lah yang pantas mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa sesungguhnya Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu." Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita gembira kepadaku , bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan peringatan kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang terkemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan bantuan para malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar yang mencekam hati musuh berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kausar, dan menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar di hari kiamat. Allah menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk orang-orang yang mula-mula dibangkitkan, dan dimasukkan ke dalam syafaatku sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku ditempatkan di istana yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku —juga bagi umatku— ganimah, yang sebelum itu tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun."

Hadist ini berpredikat garib sekali.


وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًۭا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۖ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 7

(7) Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

(7) 

Allah Swt. berfirman menjawab orang-orang yang mengingkari rasul dari kalangan manusia:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلا رِجَالا يُوحَى إِلَيْهِمْ

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. (Al-Anbiya: 7)

Yakni semua rasul yang terdahulu terdiri atas manusia laki-laki, tiada seorang pun di antara mereka dari kalangan malaikat. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا يُوحَى إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan seorang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 19)

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

Katakanlah : "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al-Ahqaf: 9)

Dan firman Alah Swt. menceritakan perihal umat-umat terdahulu yang mengingkari hal ini melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:

أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا

Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami? (At-Taghabun: 6)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

maka tanyakanlah oleh kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 7)

Maksudnya, tanyakanlah kepada ahlul ilmi dari kalangan umat-umat terdahulu —seperti kaum Yahudi dan kaum Nasrani dan semua pemeluk agama terdahulu— apakah rasul-rasul yang datang kepada mereka itu manusia atau malaikat? Jawaban mereka tentu saja tiada lain adalah manusia. Hal ini merupakan nikmat Allah Swt. yang sempurna kepada makhluk-Nya, karena Dia mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, sehingga para rasul itu dapat menyampaikan kepada mereka dan mereka dapat menerima dari para rasul.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ

Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan. (Al-Anbiya: 8)

Yaitu sesungguhnya para rasul itu memiliki jasad sebagaimana manusia biasa dan makan sebagaimana manusia makan. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 2)

Sesungguhnya para rasul itu adalah manusia biasa, mereka makan dan minum seperti lazimnya manusia, memasuki pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dan berdagang. Hal tersebut tidaklah membahayakan mereka dan tidak pula mengurangi sedikit pun martabat mereka seperti yang didugakan oleh orang-orang musyrik dalam ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:

مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا

Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil) nya? (Al-Furqan: 7-8)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya: 8)

di dunia ini; bahkan mereka hidup, lalu mati sebagaimana manusia biasa. Ucapan mereka dijawab oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang Khitab­nya ditujukan kepada Nabi Saw., yaitu:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu. (Al-Anbiya: 34)

Keistimewaan para rasul itu ialah mereka diberi wahyu oleh Allah Swt. Para malaikat turun kepada mereka membawa wahyu dari Allah yang berisikan hukum-hukum buat makhluk-Nya, menyangkut perintah dan larangan-Nya.

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ

Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan). (Al-Anbiya: 9)

Yakni janji yang telah diberikan oleh Tuhan mereka, bahwa sesungguhnya Dia akan membinasakan orang-orang yang zalim. Allah memenuhi janj i-Nya kepada para rasul dan terlaksanalah janj i-Nya itu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:

فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ

Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki. (Al-Anbiya: 9)

Yaitu para pengikut mereka dari kalangan orang-orang yang beriman.

وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ

dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. (Al-Anbiya: 9)

Yakni orang-orang yang mendustakan apa yang disampaikan oleh para rasul.


وَمَا جَعَلْنَٰهُمْ جَسَدًۭا لَّا يَأْكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَمَا كَانُوا۟ خَٰلِدِينَ 8

(8) Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.

(8) 

Firman Allah Swt.:

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ

Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan. (Al-Anbiya: 8)

Yaitu sesungguhnya para rasul itu memiliki jasad sebagaimana manusia biasa dan makan sebagaimana manusia makan. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 2)

Sesungguhnya para rasul itu adalah manusia biasa, mereka makan dan minum seperti lazimnya manusia, memasuki pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dan berdagang. Hal tersebut tidaklah membahayakan mereka dan tidak pula mengurangi sedikit pun martabat mereka seperti yang didugakan oleh orang-orang musyrik dalam ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:

مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا

Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil) nya? (Al-Furqan: 7-8)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya: 8)

di dunia ini; bahkan mereka hidup, lalu mati sebagaimana manusia biasa. Ucapan mereka dijawab oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang Khitab­nya ditujukan kepada Nabi Saw., yaitu:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu. (Al-Anbiya: 34)

Keistimewaan para rasul itu ialah mereka diberi wahyu oleh Allah Swt. Para malaikat turun kepada mereka membawa wahyu dari Allah yang berisikan hukum-hukum buat makhluk-Nya, menyangkut perintah dan larangan-Nya.


ثُمَّ صَدَقْنَٰهُمُ ٱلْوَعْدَ فَأَنجَيْنَٰهُمْ وَمَن نَّشَآءُ وَأَهْلَكْنَا ٱلْمُسْرِفِينَ 9

(9) Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.

(9) 

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ

Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan). (Al-Anbiya: 9)

Yakni janji yang telah diberikan oleh Tuhan mereka, bahwa sesungguhnya Dia akan membinasakan orang-orang yang zalim. Allah memenuhi janj i-Nya kepada para rasul dan terlaksanalah janj i-Nya itu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:

فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ

Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki. (Al-Anbiya: 9)

Yaitu para pengikut mereka dari kalangan orang-orang yang beriman.

وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ

dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. (Al-Anbiya: 9)

Yakni orang-orang yang mendustakan apa yang disampaikan oleh para rasul.


لَقَدْ أَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ كِتَٰبًۭا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 10

(10) Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?

(10) 

Allah Swt. mengingatkan kemuliaan Al-Qur'an seraya menganjurkan kepada mereka untuk mengetahui kedudukannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kalian. (Al-Anbiya: 1)

Ibnu Abbas mengatakan, makna Zikrukum ialah sebab-sebab kemuliaan bagi kalian.

Menurut Mujahid, maknanya ialah sebab-sebab yang membuat kalian terkenal.

Sedangkan Al-Hasan mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah agama kalian.

أَفَلا تَعْقِلُونَ

Maka apakah kalian tiada memahaminya? (Al-Anbiya: 1)

Maksudnya, memahami nikmat ini dan sebagai terima kasih kalian ialah kalian menerimanya dengan penerimaan yang baik. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 44)

*******************

Adapun firman Allah Swt:

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً

Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri-negeri yang zalim yang telah Kami binasakan. (Al-Anbiya: 11)

Lafaz "kam" mengandung makna banyak. Seperti makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu:

وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ

Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)

فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ

Berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya. (Al-Hajj: 45), hingga akhir ayat.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ

dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain. (Al-Anbiya: 11)

Artinya, Kami gantikan mereka dengan kaum yang lain sesudah mereka binasa.

فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا

Maka tatkala mereka merasakan azab Kami. (Al-Anbiya: 12)

Yakni mereka merasa yakin bahwa azab bakal menimpa mereka sebagai suatu kepastian sesuai dengan apa yang diancamkan oleh nabi mereka.

إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ

tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. (Al-Anbiya: 12)

Maksudnya, mereka melarikan diri dari azab itu.

لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ

Janganlah kamu lari tergesa-gesa, kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediaman kalian (yang baik). (Al-Anbiya: 13)

Ungkapan ini mengandung nada memperolok-olokkan mereka. Yakni dikatakan kepada mereka dengan nada meremehkan, "Janganlah kalian lari terbirit-birit karena turunnya azab, kembalilah kalian kepada kenikmatan yang kalian bergelimang di dalamnya dan kepada kehidupan serta tempat-tempat tinggal kalian yang baik-baik itu." Menurut Qatadah, ungkapan ini mengandung nada ejekan terhadap mereka.

لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ

supaya kalian ditanya. (Al-Anbiya: 13)

Yaitu dimintai pertanggungjawaban tentang perbuatan kalian, apakah kalian telah mensyukuri nikmat-nikmat yang kalian peroleh?

قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ

Mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”(Al-Anbiya: 14)

Mereka mengakui dosa-dosa mereka (saat azab akan menimpa mereka), tetapi nasi sudah menjadi bubur, hal itu tiada bermanfaat bagi mereka.

فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ

Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (Al-Anbiya: 15)

Yakni alasan itulah yang terus menerus mereka ucapkan hingga Kami tuai mereka sehabis-habisnya, dan binasalah mereka tanpa bisa bergerak dan bersuara lagi.